Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 130352 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Handajani
"Kabupaten Tangerang merupakan wilayah pemerintahan yang berkembang pesat kota, perkembangan tersebut juga diikuti dengan meningkatnya populasi masyarakat yang ada di Kabupaten Tangerang pada saat ini, sarana kesehatan milik pemerintah hanya ada Puskesmas dan Rumah Sakit Umum.
Dalam melakukan rencana pengembangan ini diperlukan pengorbanan perkiraan biaya investasi yang tidak sedikit, secara umum aspek-aspek yang akan dikaji dalam pengembangan ruang rawat inap ini meliputi : aspek pasar dan pemasaran, faktor sosio ekonomi dan budaya serta aspek sumber dananya acuan tersebut untuk merealisasikan rencana pengembangan.
Rumah Sakit Islam Asshobirin merupakan rumah sakit swasta yang berazaskan keagamaan yang terletak di desa Pondok Jagung Tangerang Kecamatan Serpong berada dibawah naungan Yayasan Muslimin Tangerang yang terletak diwilayah pemukiman Bumi Serpong Damai.
Dalam penelitian ini didapatkan gambaran tentang rencana pengembangan ruang rawat inap VIP dari 5 ruang VIP yang tersedia di rumah sakit Islam Asshobirin menjadi 20 ruang VIP, adapun penilaiannya dilakukan secara ekonomis dengan cara menghitung Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR), dan disesuaikan dengan bunga bank sebesar 10 % sedangkan bunga pinjaman sebesar 17 % pada saat ini, dalam penelitian ini menggunakan studi kasus dengan menggunakan data sekunder selama 5 tahun terakhir, serta menganalisis faktor internal dan eksternal di lingkungan rumah sakit Kabupaten Tangerang.
Hasil studi ini dilatarbelakangi dengan angka kenyataan yang ada dan mengacu pada data demografi berdasarkan data BPS dan Profile Kesehatan Kabupaten Tangerang bahwa pemanfaatan ruang rawat inap dengan tempat tidur di rumah sakit Kabupaten Tangerang pada tahun 2000 dengan menggunakan rata-rata ALAS selama 4 hari, masih diperlukan lagi sebanyak 1917 sehingga bila diasumsikan menurut kebijakan Departemen Kesehatan 10 % dipergunakan untuk ruang rawat inap VIP maka masih ada sebanyak 191 tempat tidur VIP pada saat ini kenyataan yang ada di rumah sakit Kabupaten Tangerang untuk seluruh rawat inap VIP pada saat ini sebanyak 51 ruang VIP dengan, sehingga bila rumah sakit Islam Asshobirin ingin menambah atau mengembangkan ruang rawat inap VIP masih memungkinkan.
Kabupaten Tangerang merupakan daerah kawasan industri, dimana peluang kebutuhan tenaga kerja yang berkualitas dibutuhkan sangat tinggi, sehingga dilihat dari pertumbuhan tenaga yang paling tinggi penempatannya ada pada tingkat sarjana muda maupun sarjana, disamping itu Kabupaten Tangerang juga merupakan penyangga Kota Jakarta dengan demikian diharapkan dalam pengembangan ruang rawat inap VIP dapat memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat.
Analisis keuangan dilakukan pada 4 (empat) jenis penghitunganyang berbeda pada struktur financingnya yaitu: (1) Equity, Rp.1.085.100.000,- Loan, Rp. 460.000.000,- (2)Equity, Rp.I.460.000.000; Loan, Rp. 0,- (3) Equity, Rp.645.100.000,-Loan, Rp. 1.000.000.000,- (4) Equity, Rp.270.100.000,- Loan, Rp.1.460.000.000,-. Pada penghitungan arus kas selama periode 10 tahun, didapatkan bahwa nilai NPV dan IRK dengan struktur financing yang berbeda adalah sebagai berikut: (1) NPV, Rp. 837.999.699,- , IRR 28,40% (2) NPV, Rp. 910.734.741,- , (3) NPV, Rp. 752.615.083,- , IRR 26,79% (4) NPV, Rp. 679.880.040,- , IRR 25,54%.
Dari 4 (empat) alternatif tersebut diatas, alternatif yang dipilih adalah yang pertama dengan struktur financing adalah Equity Rp.1.085.100.000,- Loan, Rp. 460.000.000,- alternatif ini dipilih karena mempunyai nilai IRR. 28,40% yang artinya proyek ini layak dikembangkan karena nilai IRR lebih besar dari bunga yang disyaratkan yaitu 10% dan nilai NPV sebesar Rp. 837.999.699,- yang artinya proyek ini akan memberikan keuntungan dimasa mendatang, sehingga rumah sakit Islam Asshobirin layak untuk didirikan.
Diharapkan hasil studi keputusan pengembangan ini harus segera dtindak lanjuti dengan Master Program atau Rencana Induk yang merupakan penjabaran kegiatan selanjutnya dari studi keputusan pengembangan ini agar tidak menjadi sia-sia.

Development Analysis of Inpatient VIP Room at Asshobirin Islamic Hospital, Tangerang, 2002District of Tangerang is a city of government territory that is growing fast, and follows with increasing of number of population in that district which has health care facilities only primary health care and public hospital.
In doing this development, need much of investment cost estimation. Aspects that will be discussed in this thesis include marketing, social-economics and cultural and also funding resources to realize the development plan.
Asshobirin Islamic Hospital is a private hospital with based on religious aspects and located in Pondok Jagung - Tangerang. This hospital is under Yayasan Muslimin Tangerang (Moslem Foundation of Tangerang) in Bumi Serpong Damai settlement.
In this research we can get the description of development plan of inpatient VIP room with increasing from 5 of VIP rooms to 20 VIP rooms. The assessments done economically with estimated the Net Present Value (NPV) and Internal Rate of Return (IRR), and adjusted with the bank interest about 10 % and loan interest in this time about 17 %. This research used case study using secondary data in the past 5 years and analyzed the internal and external factors in environment of District Hospital of Tangerang.
The result of this study is based on the real number and relies on data of demography from BPS and Health Profile of Tangerang District. It said that utilization of inpatient room in Hospital of Tangerang using ALOS (Average Length of Stay) is four days. It means that need more about 1917 rooms so when it formulates with the Health National Department policies, 10% of inpatient rooms are VIP's. Therefore there are 191 VIP's beds. In Hospital of Tangerang District VIP's beds are 51 rooms, so it's possible for Asshobirin Islamic Hospital to increase or develop VIP's inpatient rooms.
District of Tangerang is industrial area where there are the chances of high quality labors. Moreover when we see the growth of labors is dominant with bachelors and undergraduate level. Besides that, District of Tangerang is a support city of Jakarta so it is expected that the development of inpatient VIP's room can fill the needs of public health care.
Financial analysis done with 4 types of different estimation in structure of financing, there are: (1) Equity, Rp.1.085.100.000,- Loan, Rp. 460.000.000,- (2) Equity, Rp.1.460.000.000,- Loan, Rp. 0,- ; (3) Equity, Rp.645.000.000,- Loan, Rp. 1.000.000.000,- ; (4) Equity, Rp.270.100.000,- Loan, Rp. 1.460.000.000,-. In estimation of cash flow in 10 years period, the value of NPV and IRR with structure of financing are: (1) NPV, Rp. 837.999.699,- , IRR 28,40%; (2) NPV, Rp. 910.734.741,- ; (3) NPV, Rp. 752.615.083; , IRR 26,79% ; (4) NPV, Rp. 679.880.040; , IRR 25,54%.
From four types of previous alternative, the chosen alternative is the first one, it is: Equity Rp.1.085.100.000, - Loan, Rp. 460.000.000,-, this alternative is being chosen because of the value of IRR 28, 40% which means this project is worth enough to be developed because the value of IRR bigger than qualification interest (10%) and the value of NPV is Rp. 837.999.699, - which means this project will give future profit so Asshobirin Islamic Hospital is qualified to be built up.
It is expected that the result of decision of this development followed with Master Program or Master Plan which explain about next activities from the results, so this result is not useless.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T13040
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitti Baidoeri
"Kinerja perawat merupakan cerminan mutu pelayanan rumah sakit dimana perawat mnerupakan SDM yang paling dominan dan berperan penting dalam memberikan dan menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Sebagian besar kontak pasien dilakukan dengan perawat dengan memberikan pelayanan penuh dan mendampingi pasien selama 24 jam sehari.
Dari karakteristik perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam Asshobirin (RSIA) Tangerang didapatkan bahwa 62% perawat berpendidikan SPK. Jumlah perawat di Rumah Sakit Asshobirin (RSIA) Tangerang sebanyak 68 orang untuk melayani 100 tempat tidur dengan BOR 78%, dirasakan kurang. Beban kerja yang tinggi dan tidak berjalannya SOP yang sedikit banyak dapat mempengaruhi motivasi kerja, merupakan faktor yang berpengaruh dalam memacu kinerja seseorang.perawat dalam bekerja. Dengan latar belakang kepala ruangan yang semuanya adalah SPK, perlu dilihat lebih lanjut hubungan kepemimpinan kepala ruangan karma peran sentral seorang pemimpin dalam memberikan dukungan dan bimbingan perlu dicermati sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam meneerminkan kinerja seseorang.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran kinerja perawat di ruang rawat inap RSIA Tangerang serta melihat hubungan karakteristik individu yaitu umur, jenis kelamin, masa kerja, pendidikan, dan status perkawinan; motivasi kerja perawat yaitu persepsi peran, desain pekerjaan, kondisi kerja, pengembangan karir dan imbalan; dan kepemimpinan atasan yaitu kredibilitas, komunikasi dan supportive terhadap kinerja perawat. Desain penelitian ini adalah penelitian survey dengan menggunakan kuesioner melalui pendekatan cross sectional terhadap seluruh 61 orang perawat pelaksana di ruang rawat inap dengan tidak mengikutsertakan 7 orang kepala ruangan.
Dari hasil penelitian didapatkan 51% perawat yang mempunyai kinerja buruk. Lebih lanjut penelitian memperlihatkan adanya hubungan yang signifikan antara dua karaktersitik individu yaitu umur dan pendidikan; semua komponen motivasi kerja (persepsi peran, desain pekerjaan, kondisi kerja, pengembangan karir dan imbalan) dan kepemimpinan atasan (kredibitlitas, komunikasi dan supportive) dengan kinerja perawat.
Persepsi peran dan supportive merupakan variable yang berpengaruh terhadap kinerja perawat. Namun dari kedua variable tersebut, variable supportive merupakan paling berpengaruh.
Disarankan agar rumah sakit lebih memberdayakan perawatnya dengan memberikan pelatihan dan membuka kesempatan yang seluas-luasnya untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan melalui pendidikan formal. Struktur organisasi keperawatan perlu ditinjau ulang untuk menghindari rankap jabatan. Posisi Kepala rawat inap yang dipegang rangkap oleh seorang kepala ruangan harus lebih jelas digambarkan dalam struktur besar organisasi RSIA. Struktur organisasi keperawatan sebaiknya dipisahkan dari pelayanan medis sehingga dapat berdiri sendiri dan lebih otonom dengan menunjuk seorang perawat yang kompeten sebagai pimpinan. Sistem imabalan dapat diberikan dalam bentuk lain selain materi seperti pelatihan, penghargaan, kesempatan untuk mengembangkan diri dan kondisi fisik kerja yang lebih menyenangkan sehingga dapat lebih memotivasi perawat dalam bekerja. Sistem penilaian kinerja yang baku perlu disusun sebagai pedoman dan standard kompetensi dalam penyusunan jenjang karir dan sistem imbalan. Disamping masa kerja, tingkat pendidikan dan ketrampilan perlu diperhitungkan dalam penyusunan jenjang karir.
Pimpinan keperawatan perlu menyusun kembali dan merevisi SOP yang sudah ada secara rinci dan jelas sehingga perawat mempunyai acuan dan pedoman yang jelas dalam bekerja serta mensosialisasikannya. Untuk mengatasi beban kerja yang tinggi terutama di bangsal Mina dan Namira, perlu diadakan penambahan jumlah perawat sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik.

Nurse performance represents the service quality of a hospital. Nurses themselves are the dominant human resource that plays an important role in delivering and maintaining the quality of health service. Most patients rely on nurses' services 24 hours.
A condition that can influence the work performance is the fact that 62% nurses are graduated from nursing high school With the capacity of 100 bed and 70% bed occupancy rate, 68 nurses employed by the hospital is considered not enough. Heavy workload and less implementation in SOP can more or less influence the work motivation, which is one of the factors that can increase the nurse's work performance. Since the background of the entire nurse head are nursing high school graduate, the central function of a leader in providing support and guidance should be noticed as an inseparable part in reflecting work performance
The aim of this research is to give a description of the overall nurse performance in inpatient service in Asshobirin Islamic Hospital and to look at the relationship of individual characteristic such as age, gender, length of work, education and marital status; nurse's work motivation which consist of role perception, work design, working condition, career development and reward; and nurse head leadership which comprise of credibility, communication and supportive towards nurse performance, The research surveys 61 nurse in inpatient department and excluding 7 head nurse using a questionnaire in a cross sectional approach.
The result shows that 51% of the nurse has bad work performance. The research also shows that there have been significant relationships between 2 components of individual characteristic, which are age, and education with nurse performance. All of the components of nurse's work motivation (role perception, work design, working condition, career development and reward) and head nurse leadership (credibility, communication, supportive) with nurse performance.
Role perception and supportive are considered as the influential factors towards nurse performance and the most influential factor between both of them is supportive.
It is advisable that the hospital empowered the nurses with trainings and opportunities to upgrade their skills and knowledge through formal education. To maximize the role of leadership, the organizational structure should be reorganized to avoid double position that can interfere good Leadership implementation. Furthermore the position of the head of inpatient department which is also head by a head nurse should be clearly stated in the hospital's organization structure. On the other hand nursing department should stand separately from medical service department to give a more autonomy and appoint a competent nurse as the head of the department. Reward system can be given in other forms like training, merit, opportunity for self-actualization and a more conducive work condition, all of which can increase work motivation. A standardized performance appraisal has to be made as a guidance and standard of competence in developing career path and reward system.
The head of nursing department must improve and socialize the SOP in a vivid and clear document for nurses in their daily work. To deal with high workload especially in Mina and Namira, additional number of nurses is necessary.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T13019
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Aya Sofia
"Instalasi Farmasi di rumah sakit merupakan salah satu revenue center utama yang berperan panting dalam menentukan baik tidaknya pelayanan rumah sakit. Di Rumah Sakit Islam Asshobirin pengeluaran untuk instalasi farmasi tahun 2002 sebesar 50% dari total pengeluaran rumah sakit, dan dari jumlah tersebut 30% - 40% adalah untuk obat, sedangkan jumlah item obat adalah 565. Dengan jumlah investasi yang sangat besar tersebut ditambah jumlah item obat yang cukup banyak memerlukan suatu sistem pengendalian obat yang akurat. Pengendalian obat akan lebih mudah dilakukan apabila dibuat pengelompokan obat menurut. tingkat pemakaian, tingkat investasi dan tingkat kekritisannya, kemudian menentukan jumlah pemesanan yang ekonomis dan frekuensi pemesanannya.
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam Asshobirin dan merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan operation research, dimana melalui pendekatan kuantitatif diharapkan diperoleh informasi tentang pengelolaan obat, sedangkan dengan operation research didapatkan bahwa dengan jumlah persediaan yang optimal akan mengeluarkan biaya yang lebih rendah dan sekaligus dapat mengoptimalkan pelayanan.
Dengan analisis ABC diketahui kelompok berdasarkan pemakaian dan besarnya investasi kemudian dilakukan analisis ABC indeks kritis dan didapat obat kelompok A 71 item (12,57%) dengan nilai investasi Rp. 722.592.469,- (57,46%), kelompok B 309 (54,69%) item dengan nilai investasi Rp. 439.400.090,- (34,94%) serta kelompok C 185 item (32,74%) dengan nilai investasi Rp. 95.569.225,- (7,60%). Dilakukan forecasting untuk obat kelompok A Analisis ABC Indeks Kritis dengan indeks 12 untuk jumlah kebutuhan bulan Januari - Maret 2003 dengan metode exponential Smoothing with Linear Trend dan untuk patokan perhitungan adalah Mean Absolute Deviation (MAD) yang terkecil. Selanjutnya dibandingkan dengan perencanaan yang dilakukan rumah sakit dengan membandingkan nilai MAD. Kemudian dilakukan perhitungan jumlah pemesanan optimal serta perhitungan frekuensi pemesanan optimal untuk periode tahun 2003. Dari hasil perhitungan dan perbandingan Sub Total Inventory Cost (TIC) EOQ dan RS diperoleh TIC RS tiga kali lebih besar dari TIC EOQ.
Disarankan kepada rumah sakit untuk menggunakan analisis ABC indeks kritis dan perhitungan EOQ serta frekuensi pemesanan untuk obat kelompok A analisis ABC indeks kritis.

Pharmaceutical installation by center revenue have an important role in determining the quality of service in the hospital. In Islamic Asshobirin Hospital on 2002, the cost of this installation is about 50% of total cost of the hospital from such amount 30% .-40% is paid for 565 items of medicine. Referring a large amount of such invest beside a large number of medicine, the accurate controlling system medicine is required. Controlling of large number of medicine could be simplified by grouping the medicine according to level of use, level of invest and level of critical point. Then, determining amount of economic order and frequency order.
This research was conducted in pharmaceutical installation of Islamic Asshobirin Hospital by quantitative approach with operation research. By quantitative approach, we expect the information about medicine. More over, operation research could be define that optimal amount of stock would cost less even optimize the service.
According to critical index ABC analyses , there are 3 big pharmacy logistic groups. Group A comprises of 71 items (12,57%) with total cost of Rp. 722.592.469,-(57,46%), Group B comprises of 309 items (54,69%) with total cost of Rp. 439.400.990,- (34,94%), Group C comprises of 359 items (32,74%) with total cost of Rp. 95.569.225,- (7,60%). Regruitment in January - March 2003 have been estimated for A group with index 12 using Exponential Smoothing with Linear Trend anf calculation point is Mean Absolute Deviation (MAD). Further more, the value were compared with the data of planning which done by the hospital, which compared the value MAD. The result is forecasting using Exponential Smoothing with Linear Trend method is better than forecasting which done by the hospital Economic Order Quantity (EOQ) and economic order frequency have been calculated for period 2003. Further more, calculation of Sub Total Inventory Cost EOQ (TIC EOQ) and compared with Sub Total Inventory Cost from hospital, the result showed TIC hospital three times more than TIC EOQ.
Therefore, it could be advised to the Asshobirin Islamic Hospital to grouping all the medicine according to the critical index ABC analyses and then calculated Economic Order Quantity and economic order frequency for group A critical index ABC analyses.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T13013
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dani Kadarisman
"Berdasarkan asumsi adanya permintaan pasien yang tinggi, disampaikan oleh dokter spesialis dan pertanyaan terhadap direktur dan asumsi adanya daftar tunggu terhadap kebutuhan Ruang Rawat Inap VIP dan Kelas yang baru setahun berjalan, disampaikan kepada direktur. hal ini telah direspon oleh direktur dengan mengadakan pengembangan, yaitu membangun gedung baru untuk produk pelayanan rawat inap VIP dan kelas I, yaitu penambahan tempat tidur sebanyak 9 tempat tidur Super VIP, 9 tempat tidur VIP, dan 18 tempat tidur kelas 1, dengan dasar perkiraan tempat tidur dari beberapa bulan terakhir, sehingga jumlah keseluruhan ( 9 tempat tidur lama + 36 tempat tidur baru ) 45 tempat tidur Ruang rawat inap VIPdan kelas 1 . Sementara BOR S.VIP barn 39%, VIP 68%, dan Kelas 1 69 %, dari data BOR balsam baru terlihat tinggi 3 bulan terakhir di kelas 1 kurang lebih 95% dan VIP kurang lebih 84 % , sedang S.VIP 45 % . Sehingga perlu dibuat strategi pemasaran dengan input yang optimal.
Permasalahan yang ada di rumah sakit adalah belum adanya gambaran tentang input optimal yang menjadi dasar bagi Strategi Pemasaran Ruang Rawat Inap VIP pada situasi RS. Karya Husada saat ini, pertanyaan adalah : Bagaimana Gambaran input optimal yang akan dijadikan dasar bagi Strategi Pemasaran saat ini, untuk dapat mempertahankan hasil sesuai harapan? Sedangkan tujuan penelitian diketahuinya gambaran mengenai input yang bisa menjadi dasar bagi Strategi Pemasaran Ruang Rawat Inap VIP RS. Karya Husada.
Hasil penelitian berupa data - data berupa Data, Wawancara dan Konfirmasi Pelaksanaan melalui Observasi, tentang :
(1) Gambaran tentang Pasar dan Segmen Pasar yang diperoleh dari karakteristik pasien Rawat Inap VIP RS. Karya Husada.
(2) Gambaran Input saat ini berupa Bauran Pemasaran yang bisa mendasari Program Pemasaran Ruang Rawat Inap VIP RS. Karya Husada.
(3) Rekomendasi input yang dibuat berdasarkan Pasar , Segmen Pasar dan Bauran Pemasaran bagi Program Pemasaran Ruang Rawat Inap VIP RS. Karya Husada.
Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa Strategi Pemasaran bisa optimal bila ada perbaikan pada input yang mendasarinya , dan harus dilakukan oleh Rumah Sakit berupa :
(1). Perbaikan dalam penentuan Pasar dan Segmen Pasar yang dijadikan dasar pada Strategi Pemasaran Ruang Rawat Inap VIP RS. Karya Husada
(2). Perbaikan Input yang optimal berupa Bauran Pemasaran yang bisa mendasari Strategi Pemasaran Ruang Rawat Inap VIP RS. Karya Husada
(3). Membuat Rekomendasi input bagi Strategi Pemasaran Ruang Rawat Inap VIP RS. Karya Husada
Saran yang diberikan berupa :
(1) Penyesuaian harga, berupa penetapan berdasarkan unit cost , dan peninjauan kebijakan tarip hares selalu dibawah kompetitor, menjadi tarip berdasarkan kualitas produk .
(2) Penetapan kelas pads gedung baru tidak berdasarkan kepada kelas menetap, tetapi menggunakan kelas fleksibel. Dan kelas 1 tidak dimasukan dalam kategori pelayanan rawat inap VIP.
(3) Peningkatan kualitas dari Produk yang dijual.
(4) Restrukturisasi penyediaan kelas dan ruang perawatan spesialis.
(5) Penyempumaan bentuk kerja sama dengan dokter spesialis dan perusahaan .
(6) Perubahan kebijakan tentang penentuan sasaran .
(7) Perbaikan struktur organisasi
(8) Pengembangan strategis
a. Perbaikan Struktur organisasi
b. Peningkatan kualitas pelayanan yang dilakukan karyawan

This study was based on the assumption that there were high demand from the patient and waiting list to utilize the VIP and the 1" class ward which was reported by the specialist doctors and the corporate as its customer to the hospital's director. Concerning this report, the director developed a new building planned to use as the new VIP and 151 class ward which will increase the number of the bed; 9 beds for Super VIP class ward, 9 beds for VIP class ward, and 18 beds for 1 S` class ward Those beds added was calculated based on the utilization of those wards in the last few months before. Therefore the total of the beds are 45 beds in the VIP and 1 st class ward Bed Occupation Rate (BOR) of the Super VIP class was 39 %, of the VIP class was 68 %, for the 15` class was 69 %, and in the last 3 months those number increased to 95 % for the 1st class, 84 % for the VIP class, and 45 % for the Super VIP class. Therefore a marketing strategy using optimum input needs to be done.
The problem facing this hospital was the absent of the description of the optimum input needed as the basis of the marketing strategy for the VIP class ward at Karya Husada Hospital concerning its curent condition.
The question of this study is what the description of the optimum input is as the basis of the marketing strategy in order to maintain the output as it was projected. And the aim of this study is to describe the input that can be used as the basis of the marketing strategy for the VIP class ward at Karya Husada Hospital.
The result of this study shows data from documents, interviews and observation which describe as follows:
1. The description of the market and market segmentation, obtain from the characteristic of the patient of the VIP class ward at Karya Husada Hospital.
2. The description of the input in the form of marketing mix as the basis of the marketing program for the VIP class ward at Karya Husada Hospital.
3. The recommendation based on the market, market segmentation and marketing mix for the marketing program for the VIP class ward at Karya Husada Hospital.
From the analysis it was concluded that the marketing strategy will be optimalized with the improvement on the input as its basis, and these need to be clone by the hospital:
1. The improvement on the market and segmentation choosed as the basis of the marketing strategy for the VIP class ward at Karya Husada Hospital
2. The improvement on the marketing mix as the optimum input as the basis of the marketing strategy for the VIP class ward at ICarya Husada Hospital.
3. The recommendation about the input of the marketing strategy for the VIP class ward at Karya Husada Hospital.
The recommendations are:
1. Pricing re-arrangement based on unit cost, lower than its competitor, and the service quality.
2. The classification of the inpatient ward at the new building should be flexible. The 1 S' class should not be categorized as a VIP class service.
3. The service quality needs to be improved.
4. The classification of the inpatient and spesialistic ward should be restructured.
5. The cooperation with the spesialist doctors and the corporate consumer need to be perfected.
6. The policy in market targeting should be changed.
7. The organization structure of the hospital need to be improved.
8. The strategic development need to be done, which are :
a. The improvement on the organization structure.
b. The improvement on the service quality delivered by the staff.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T10707
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sefi Samba Takarianto
"Pada penelitian ini disusun strategi pemasaran yang tepat untuk Rumah Sakit Islam Asshobirin dengan mempertimbangkan faktor eksternal dan internal melalui teknik SWOT analisis, untuk melengkapi data eksternal dikumpulkan juga data kepuasan pasien melalui wawancara dengan quesioner. Penyusunan strategi dilakukan dalam tiga tahap, yaitu pertama input stage, yang menganalisis situasi untuk menentukan peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan melalui proses Concensus Decision Making (CDM) dengan menggunakan alat bantu matrix EFE dan IFE. Tahap kedua yaitu matching stage, yang menentukan tujuan dan alternatif strategi dengan menggunakan TOWS, IE, dan Grand Strategy Matrix. Tahap ketiga dicision stage yang menetapkan prioritas strategi pemasaran dengan menggunakan matrix QSPM.
Berdasarkan analisis tersebut, posisi pelayanan Rumah Sakit Islam Asshobirin berada pada posisi hold dan maintain. Kemudian dengan perpaduan (matching) antara keempat analisis tersebut diperoleh alternatif strategi yang dianjurkan yakni market penetration, market development, dan product development. Strategi yang terpilih sebagai prioritas dari hasil analisis menggunakan QSPM adalah market penetration.
Strategi penetrasi pasar yang perlu dikembangkan dalam strategi operasional adalah dengan melakukan segmentasi individu dan perusahaan baik secara geografis, demografis dan psikografis, dengan posisi pasar memberikan solusi paripurna bagi konsumen. Sedangkan bauran pemasaran yang dilakukan adalah dengan lima P (5 P) yaitu product, price, place, promotion, dan people.

Planning on Marketing Strategy of the Outpatient care in the Asshobirin Islamic Hospital, Tangerang 2003 - 2005This research aimed to formulate an appropriate marketing strategy for the Asshobirin Islamic Hospital in Tangerang by analyzing the external and internal factors of the outpatient care SWOT System. In order to improve the external factor (costumer's) data on patient, satisfaction was also collected through interviews whit questions.
The strategy development conducted in three stages; the first stage is the input stage that analyzes the situation in identify opportunities, and threats, strengths and weaknesses through the Consensus Decision Making (CDM) process using the EFE and WE Matrix. The second stage, which is the matching stage, determines the goal and alternative strategy using the TOWS, IE, and Grand Strategy Matrix. The third stage, the decision stage, determines the marketing strategy priorities using the QSPM Matrix. Based on the above analysis, the Asshobirin Islamic Hospital is in the Hold and Maintain Position. Matching all the alternatives given by the four analyses, the recommended Strategies are Market Penetration, Market Development, and Product Development. The prioritize strategy selected using QSPM is Market Penetration.
Implementing the Market Penetration Strategy to be developed in its operation Strategy is by segmentation both to individual customer's and companies either geographically, demographically and psycho graphically with a market position giving comprehensive solution the costumer's. The Marketing mix implemented are (5 P): Product, Price, Place, Promotion, and People."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T 11208
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Fajari Agustini
"Sebagai rumah sakit Pemerintah RSUP Fatmawati dikenal sebagai rumah sakit untuk golongan segmen menengah kebawah, tetapi tidak demikian untuk produk pelayanan V.I.P yang sasarannya adalah menengah keatas, tujuan umum dari penelitan ini agar diperolehnya rencana strategi pemasaran pelayanan ruang rawat inap VIP, Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Dari hasil analisa SWOT ruang rawat»inap VIP untuk strategi pemasarannya yang diterapkan adalah memaksimalkan peluang eksternal dan meminimalkan internal yang ada, upayasmemperkenalkan produk Rawat Inap VIP masih belum cukup bila hanya ditunjang oleh hal yang berwujud, seperti: gedung baru, fasilitas pelayanan, jumlah-SDM yang memadai serta ditunjang peningkatan penunjang medis, tetapi juga hal hal yang tidak berwujud, seperti budaya kerja, prosedur pelayanan dan tingkah laku dalam memasarkan produk.

As hospital owned by Government RSUP Fatmawati known as hospital to faction the middle segment downwards, but not thus for service products VIP has different target are middle—up onward. General purposes of this research are obtaining the strategy of marketing plan VIP inpatient space. This research has utilized the approach of quantitative and qualitative method, quantitative approach done by doing data collecting questionnaire to patients, responder and society outside of Hospital Fatmawati to obtain description subscribers accordance marketing strategy. VIP inpatient. space. Qualitative approach was done by conducting in-depth interview..to doctor’s specialisteat inpatient VIP, and the management of Fatmawati Hospital. From the SWOT,analysis, the position of the VIP ward at the second quadrant. On the marketing strategy adopted to maximize opportunities and minimize the weaknesses ofefforts. tovintroduce product and services is inadequate if only supported by tangible, such as new buildings, service facilities, a sufficient number of human resources and supported increased medical support, but also the intangible dimension, such as work culture, procedures and behavioral services inmarketing products. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T31689
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ikbal Ibuk Sindy
"Strategi pemasaran bagi produk-produk rumah sakit di Rumah Sakit Honoris telah dirancang dan dilaksanakan termasuk diantaranya berupa produk perawatan di ruang rawat VIP. Hanya saja dalam perkembangannya pemanfaatan ruang rawat inap VIP yang apabila dilihat dari indikator BOR-nya masih jauh dari memuaskan. Data yang ada menunjukkan bahwa sejak tahun 1998 sampai dengan tahun 2001 BOR ruang rawat inap VIP Rumah Sakit Honoris berkisar antara 30 % - 42 %. Demikian pula dari sisi penghasilan, ruang perawatan VIP belum memberikan kontribusi subsidi silang bagi kelas perawatan dibawahnya.
Dalam rangka meningkatkan pemanfaatan ruang rawat inap VIP di kemudian hari, perlu di analisa sejauh mana strategi pemasaran ruang rawat inap VIP selama ini. Hal yang menjadi fokus penelitian adalah salah satu bagian dari pemasaran yaitu bauran pemasarannya (Marketing Mix). Akan di teliti pula bagaimanakah bauran pemasaran rumah sakit kompetitor hingga pada akhirnya akan diajukan saran bagaimanakah kebijakan bauran pemasaran di masa-masa mendatang.
Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Honoris - Tangerang dengan metode Observasi, wawancara terhadap responden serta penelaahan dokumen-dokumen yang ada. Lingkup penelitian adalah menganalisa bauran pemasaran ruang perawatan VIP yang terdiri dari bagaimanakah Produknya, berapa harga yang ditetapkan serta strategi penetapannya, bagaimana place-nya serta bagaimanakah mempromosikannya.
Hasil penelitian berupa data-data bauran pemasaran ruang rawat VIP Rumah sakit Honoris serta rumah sakit-rumah sakit kompetitor. Data yang di sajikan terdiri dari fasilitas yang di sediakan di ruang perawatan VIP, fasilitas-fasilitas penunjang perawatan, harga/tarif yang di tetapkan, akses rumah sakit baik akses fisik maupun akses waktu serta upaya-upaya promosi yang telah dilakukan rumah sakit Honoris.
Dari pembahasan diperoleh bahwa apabila di bandingkan dengan fasilitas yang disediakan di ruang perawatan VIP rumah sakit-rumah sakit kompetitor maka fasilitas yang disediakan rumah sakit Honoris relatif tidak jauh berbeda, namun walaupun demikian fasilitas yang tersedia di rumah sakit Honoris terkesan mewah. Tarif yang ditetapkan apabila dibadingkan dengan rumah sakit kompetitor masih cukup kompetitif namun apabila dibandingkan kompetitor terdekat terkesan lebih mahal. Dari sisi akses rumah sakit, maka rumah sakit honoris relatif kurang ideal. Sedangkan upaya promosi yang telah dilaksanakan nampaknya perlu lebih di kembangkan lagi.
Untuk mengoptimalkan pemasaran ruang perawatan VIP di kemudian hari, maka upaya yang disarankan adalah :
  1. Survey mengidentifikasi target pasar yang utama
  2. Survey ATP dan WTP pasar sasaran
  3. Improvisasi bauran pemasaran seperti :
    • Penawaran produk dalam bentuk paket
    • Pembentukan klinik satelit

Marketing strategy for services provided by Honoris Hospital has been designed and applied such as VIP treatment rooms. BOR indicated that the utilization of the VIP Treatment rooms during 1998 to 2001 is about 30 % - 42 % which is less than satisfactory. From the financial aspects, the cash from VIP treatment rooms has not been enough to cross subsidies for the lower treatment levels.
In the effort to increase the efficiency of the VIP Treatment rooms occupancy in the future, effectiveness of marketing strategy currently applied needs to be analyze further. The focus of the study is part of marketing which is Marketing Mix. Study also needs to be conducted on the Marketing Mix of the competitor to establish a recommendation for the future Marketing Mix.
The research is held in Honoris Hospital - Tangerang by observation method, interviewing respondents and reviewing document. Scoop of research is to analyze the marketing mix the VIP treatment rooms which include the product, price, place and promotion.
The result contain of the Marketing Mix in Honoris Hospital and its competitors which is consist the facilities, supporting facilities, price, access to the hospital in term of location and time and promotional activities which has been applied.
From the evaluation, facilities provided by competitors is comparative to the treatment rooms in Honoris Hospital, however the facilities in Honoris Hospital looks more luxurious. The pricing is comparative compare to others more ever compare to the nearest competitor is still more expensive. From its location, Honoris Hospital is not quite ideal. The promotional activities could be improved.
To optimize the marketing for VIP treatment rooms in the future, a few recommendations can be applied:
  1. Surveying the target Market
  2. Surveying Market's Ability to Pay (ATP) and Willingness to Pay (WTP)
  3. Improving Marketing Mix such as:
    • To offer related treatment in a package
    • Establish of satellite clinics
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T7769
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nilai Utama Nurhasanah
"Rumah sakit Dr. Mochammad Hocsin Palcmbang berdasarkan SK Menkes RI No. H34/Mcnkcs/SK/|993 ditctapkany menjadi Rumah sakil Swadana. Dalam pcrjalanan sclanjutnya saat ini sedang dulakukan smdi kelayakan untuk berubah status menjadi Pcrjan. Dengan dcmikian berarti bahwa unluk icefangsungan proses kedepan akan diluntut untuk iebih mandiri dan secam bertahap harus mnrubah poIa_ keqa duri pengguna (cow CGIIIUU menjadi penerima (revenue center). Unluk mcncapai tujuan tersebut akan dilakukan beberapa upaya antara Iain mcningkatkan pcmasuran dan sosialisasi Perjan_ Umuk mengctahui Iebih dalam upaya pemasaran tcrsebut secara khusus akan diiakukan pcnclitian tcrhadap pasien yang dirawat di ruang rawat inap VII? dan kelas I RSMH Palcmbang yang mempunyai lingkat hunian (BOR) rala-rata 41,5 % dalam tiga lahun lcrakhin.
Tujuan sccara umum dalam penelitian ini adalah untuk mcngctahui sejauh mana faktor baumn pemasaran, faktor Iingkungansosial budaya, serta falnor manakah yang paling dominan mempunyai hubungan dengan keputusan pasien memilih jasa pelayanan rawat inap di ruang VIP RSM!-I Paiembang.
Penelitian ini menggunakan pasien/ penanggung jawab pasien yang pemah dirawat inap di ruang VIP dan kelas I RSMH sebagai responden dcngan sampcl adalah total populasi sebanyak I|0 rcsponden. Selanjutnya data dikumpulkan dengan menggunakan qucsioncr modcl Likcrt dan selmxjutnya dianalisa dengan uji validitas dan reliabilitas Serta uji univariat bivarial dan multi valiat dengan menggunakan alat bantu program SPSS vcrsi 7,5.
Hasil analisis mcnunjukkan bahwa ada hubungan antara faktor bauran pcmasamn produk dan tampilan Iisik dengan keputusan konsumcn mcmilih jasa pelayanan rawat inap di ruang VIP RSMH Palcmbang, dan dikctahui bahwa Faktor produk mcrupakan faktor yang dominan mempunyai hubungan dengan keputusan konsumen memilih jasa pelnyanan rawat inap di ruang VIP RSMH Palembang.
Disarankan agar Rumah Sakit Dr. Mochammad Hoesin Palembang unluk mcningkalkan tingkal hunian rawal inap di ruang VIP menggunakan bauran pemasaran sebagai ala! pcmasaran kepada konsumen dcngan melalui suatu perencanaan, pclaksanaan, dan pengcndalian yang profesional."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T5053
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahrotiah
"Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan kuratif yang bertujuan untuk memulihkan pasien yang dirawat, salah satu bentuk upaya rumah sakit untuk memulihkan pasien adalah memberikan pelayanan gizi sesuai kebutuhan gizi dan termakan habis oleh pasien. Pelayanan gizi pasien di ruang rawat inap dilaksanakan oleh tenaga ahli gizi ruangan.
Di Rumah Sakit Islam Jakarta Pusat pelayanan gizi kepada pasien belum berlangsung secara optimal, terlihat dari masih rendahnya cakupan pasien rawat inap yang mendapat layanan konsultasi gizi dan masih banyaknya keluhan pasien tentang makanan selama dirawat di ruang rawat inap.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana gambaran pelaksanaan tugas ahli gizi di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam Jakarta Pusat tahun 2004 dan sejauhmana karakteristik individu (pengetahuan, pelatihan, masa kerja, beban kerja) dan karakteristik organisasi (kepemimpinan, standard operation procedures/SOP, sarana, insentif, pengawasan) mempengaruhi pelaksanaan tugas ahli gizi di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam Jakarta Pusat tahun 2004.
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan maksud menggali secara mendalam data-data yang diperoleh serta melakukan eksplorasi informasi tentang pelaksanaan tugas ahli gizi di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam Jakarta Pusat tahun 2004 melalui sumber-sumber informan. lnforman yang diambil dari manajer tingkat atas, menengah, dan bawah serta pelaksana (ahli gizi ruangan).
Dari hasil penelitian didapatkan informasi bahwa pelaksanaan tugas ahli gizi di ruang rawat inap masih kurang baik tergambar dari masih kurangnya pengetahuan ahli gizi dalam gizi terapan, belum pernahnya mengikuti pelatihan, beban kerja yang berat sehingga hasil kerja yang didapat kurang maksimal karena pasien yang mendapat asuhan gizi hanya yang berdiet khusus saja dan yang mengalami gangguan dalam pelaksanaan dietnya. Hasil lainnya dari penelitian ini adalah gambaran tentang komunikasi di lingkungan kerja kurang komunikatif, sarana pelayanan khususnya trolley untuk membawa makanan pasien sudah tidak memadai, pengawasan dari atasan masih kurang.
Dengan hasil penelitian tersebut di atas saran yang diajukan oleh peneliti adalah : sebaiknya pimpinan berupaya meningkatkan pengetahuan semua ahli gizi yang ada, mengirimkan petugas/ahli gizi untuk mengikuti pelatihan yang berhubungan dengan gizi klinik/gizi institusi, menambah jumlah ahli gizi untuk mengurangi beban kerja yang berat, memperbaiki sarana: pelayanan, membuat SOP tertulis, dan melakukan pengawasan secara intensif

Hospital is curative care facility to recover the hospitalized patients. One aspect of this care is palatable nutritional care according to the need of patients. The nutritional care in in-hospital wards is implemented by the ward nutritionist.
Nutritional care in Jakarta Islamic Hospital was not optimally implemented, reflected by low coverage of patients who receive nutrition consultation and many complaints about the food provided.
The objective of this study was to know the description of work implementation of nutritionist in in-hospital care ward of Jakarta Islamic Hospital year 2004 and how individual characteristics (knowledge, training, length of work, workload) and organizational characteristics (leadership, SOP, facilities, incentive, inspection) influence the work implementation of nutritionist in in-hospital care wards.
The study was qualitative aimed at exploring information through different sources. Informants were high, middle and low level managers, and the implementer (ward nutritionist).
The study showed that the work implementation of nutritionist was not optimal reflected by lack of knowledge, particularly on applied nutrition, no training was attended, and heavy workload resulted in suboptimal and patients who received nutritional, care were limited to those followed special diet and those who had diet problems. Other study result exhibits lack of communication in work place, lack of facility especially food trolley, and lack of monitoring.
Based on the study results, it is suggested to managers to increase nutritionist's knowledge, to send nutritionist to trainings related to clinical/institutional nutrition, to add more nutritionists to reduce workload, to add necessary facilities, to provide written SOP, and to conduct intensive monitoring.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13067
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mariatul Fadilah
"Penetapan tarif ruang rawat inap kelas III RSUD Palembang Bari selama ini belum memiliki keseragaman metode, sehingga dalam kebijakan penetapan tarif ruang rawat inap (ranap) kelas III untuk gakin memakai PPE sedangkan untuk pasien umum memakai Perda kota Palembang tanpa memperhitungkan dan menganalisa biaya satuan layanan. Bagaimana metode penetapan tarif ranap kls III di RSUD Palembang Bari bila dilihat dengan analisa biaya yang berbasis aktifitas, maka dilakukan suatu penelitian/studi tentang hal ini.
Penelitian ini adalah penelitian non eksperimental (survey) yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data yang digunakan adalah data sekunder dari bagian keuangan dan catatan medis RSUD Palembang Bari dan data primer didapat dengan wawancara mendalam. Perhitungan dan analisis biaya satuan layanan dilakukan dengan metode pengalokasian biaya berdasarkan aktivitas (activity based costing) sedangkan kebijakan tarif ruang rawat inap kls III ditetapkan sesuai dengan biaya satuan layanan.
Hasil penelitian menunjukkan penetapan tarif ruang rawat inap kls III di RSUD Palembang Bari (BOR 32.83 % tahun 2002) dengan menggunakan biaya satuan layanan yang berbasiskan aktifitas adalah tarif ranap kls III rata-rata sebesar Rp 77.938 dengan rincian tarif ranap kls III Anak sebesar Rp 62.540. tarif ranap kls III Kebidanan sebesar Rp 165.742 dan tarif ranap kls III Perawatan Umum sebesar Rp 61.000, hal ini lebih besar dari tarif yang ditetapkan pada ranap kls III sebesar Rp 10.000.
Sehingga untuk tahun 2002, Pemda Kota Palembang telah mensubsidi pasien yang menggunakan ranap kls III sebesar Rp 260.545.964, dimana sebesar Rp 107.981.610 diberikan pada pasien umum yang bukan gakin. Kesalahan pemberian subsidi ini akan meningkat bila disimulasikan dengan BOR 80 % (normatif, di isi semua oleh pasien umum) sebesar Rp 205.454.996.
Hasil penelitian ini diharapkan merupakan informasi awal dan dapat ditindaklanjuti oleh RSUD Palembang Bari, Dinas Kesehatan Kota Palembang, Dinas Pendapatan Daerah Kota Palembang, Walikota Palembang serta DPRD Kota Palembang.

Tariff Analysis for Poverty in In-Patient Unit at RSUD Palembang Bari, in 2002RSUD Palembang Bari has been applied various methods for coming to a decision for the in-patient tariff in class III. The hospital has been exercised Essential Service Package (PPE) for poverty group as well as for regular patient using local government policy without analyzing its unit cost. Due to the situation, this study is conducted in order to evaluate how tariff for the inpatient unit in RSUD Palembang Bari may be analyzed using unit cost analysis.
This non experimental (survey) research is descriptive using qualitative approach. Data provided is divided into two types: secondary and primary data. Secondary data is presented from hospital's financial department and medical record. Primary data is provided using in-depth interview. Unit Cost analysis employs activity based costing method, while tariff for class III will be analyzed based on unit cost per services.
Research has indicated that the inpatient unit should consider the average tariff for class III is Rp. 77.938,- including Rp. 62.540 for pediatric and Rp. 165.742,- for the obsgyn and Rp. 61.000,- . This number is more than the existing tariff which is Rp. 10.000,-.
This eventually causes high number of cost subsidizing the non poverty patient which is Rp. 107.981.610 out of Rp. 260.545.964 cost of services. Assuming 80% of BOR, government may subsidize the non poverty group of Rp. 205.454.969,-.
Hopefully, this research may become the initial information as well as following up decision by RSUD Palembang Bari, Dinas Kesehatan Kota Palmbang, Dinas Pendapatan Daerah Kota Palembang, Walikota Kota Palembang and DPRD Kota Palembang.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T 10924
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>