Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159310 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Imron Cahyono
"Penyakit diare disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit. Sedangkan yang menjadi faktor risiko antara lain kualitas air bersih, kondisi jamban, kepadatan hunian, status gizi, pemberian ASI eksklusif, imunisasi, pendidikan ibu, pengetahuan ibu dan status ekonomi keluarga. Insiden diare di daerah Pondok Gede jika dibandingkan dengan daerah lainnya di Kota Bekasi masih yang tertinggi yaitu 26,6 per 1000 penduduk (1998), 29,9 per 1000 penduduk (1999), dan 30,2 per 1000 penduduk (2000). Penyebab tingginya insiden tersebut belum diketahui secara pasti, sehingga perlu dilakukan kajian atau penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan diare.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor lingkungan (kualitas air bersih, kondisi jamban dan kepadatan hunian) dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Pondok Gede Kota Bekasi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain kasus kontrol. Kasus adalah balita yang menderita diare yang datang berobat ke puskesmas, sedangkan kontrol adalah balita yang tidak menderita diare yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Pondok Gede. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi kondisi lingkungan.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan bermakna antara kualitas air bersih, kondisi jamban, status gizi balita, ASI eksklusif, imunisasi campak, pengetahuan ibu dan status ekonomi keluarga dengan kejadian diare pada balita. Sedangkan untuk kepadatan hunian dan pendidikan ibu tidak ada hubungan bermakna dengan kejadian diare pada balita. Untuk uji interaksi didapat adanya interaksi antara variabel kondisi jamban dengan status ekonomi keluarga dan status gizi keluarga dengan kepadatan hunian. Pada analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda, setelah dikontrol oleh faktor status gizi, pemberian ASI eksklusif, imunisasi campak, pendidikan, pengetahuan dan status ekonomi keluarga ternyata faktor lingkungan yang mempengaruhi kejadian diare adalah kondisi jamban.
Dari hasil penelitian menunjukan perlunya meningkatkan perhatian masyarakat terhadap status gizi balita, pemberian ASI eksklusif, imunisasi campak, sarana penyediaan air bersih dan kondisi jamban keluarga dalam upaya penurunan insiden diare. Sedangkan kepada Dinas Kesehatan Kota Bekasi dan Puskesmas Pondok Gede disarankan meningkatkan pemberian penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tidak hanya melalui puskesmas dan posyandu tetapi juga melalui pengajian ibu-ibu dan arisan dengan topik penyakit diare, persyaratan kesehatan lingkungan, perilaku hidup bersih dan sehat, imunisasi dan status gizi balita serta pengetahuan tentang penyakit diare guna pencegahan penyakit diare. Kepada Pemerintah Kota Bekasi disarankan agar dapat menyediakan dana untuk pemberian stimulan pembangunan sarana air bersih dan jamban keluarga percontohan atau pembangunan sarana air bersih dan jamban keluarga bagi keluarga yang tidak mampu.

Relationship between Environment Factors with Diarrhea Incidence among Under-fives in Coverage Area of Pondok Gede Health Center, Bekasi City 2003Diarrhea could be caused by bacteria, viruses, or parasites and the risk factors are water quality, water closet condition, resident density, exclusive breast feeding, immunization, mother education, mother knowledge, and economic status of family. Diarrhea incidence in Pondok Gede compared to other area in Bekasi City has a highest rate that is 26,6 per 1000 residents (1998), 29,9 per 1000 residents (1999), and 30,2 per 1000 residents (2000). It is no clear the cause of high incidents rate, this need to be studied about factors that related to.
Objective of this study is to find out relationship between environment factors such as quality of clean water, water closet condition and residents density with diarrhea incidence among under-fives in coverage area by Pondok Gede health center, city of Bekasi. This study used case control design. Case is under-five suffer to diarrhea which came to health center, and control is under-five not suffered to diarrhea which living in covered area of Pondok Gede health center. Data collected by interview and environment observation.
The results of this study shows that there is relation between quality of clean water, water closet condition, under five nutrition status, exclusive breast feeding, immunization, mother knowledge, and economic status of family with diarrhea incidence. While with resident density and mother education have no significant relation ship with diarrhea incidence. The interaction test has found that there is interaction between water closet condition variable with economic status and family nutrition status with resident density. In multivariate analysis by multi regression logistic, after controlled by nutrition status factor, exclusive breastfeeding, measles immunization, education, knowledge, and economic status of family, environment factor that appears influence diarrhea incidence is water closet condition.
From the results of this study showed that it is necessary to increase community awareness to under-five nutrition, exclusive breastfeeding, measles immunization, infrastructure of clean water provider, and water closet condition in efforts to decrease diarrhea incidence. While to Health Office of Bekasi City and Pondok Gede health center recommend conduct information dissemination to community to increase community's knowledge, not only by health centers or Posyandu, but through activities that gathered mothers such as pengajian (devotional) or arisan. Bekasi City government should be provide fund for stimulant to develop clean water infra structure, good family closet model and clean water infra structure and water closet for under class family.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12941
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahmud Yunus
"Penyakit diare merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. lni disebabkan angka kesakitan dan kematiannya masih menduduki rangking atas.
Insiden diare di Kabupaten Bekasi Tahun 2000 adalah 19,4 per seribu penduduk dan menyerang 63 % usia Balita. Pada Tingkat Kecamatan insiden diare tertinggi terjadi di Kecamatan Kedung Waringin yaitu 56,7 per seribu penduduk (semua golongan umur), pada usia Balita mencapai 294,1 per seribu Balita. Insiden ini melebihi insiden diare nasional yaitu 26,1 per seribu penduduk. Cakupan sanitasi masih rendah yaitu 55,1 % untuk air bersih; 38,4 % jamban sehat; dan 39,4 % rumah sehat.
Kejadian diare pada Balita dipengaruhi banyak faktor terutama perilaku dan lingkungan fisik (sanitasi dasar). Mengingat informasi tentang hal ini belum banyak diketahui maka penelitian perlu dilakukan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah kejadian diare di wilayah tersebut berhubungan dengan kondisi sanitasi dasar dan perilaku ibu.
Disain penelitian menggunakan kasus kontrol dengan populasi Balita yang tinggal di wilayah puskesmas Kedung Waringin Kecamatan Kedung Waringin Kabupaten Bekasi. Sampel penelitian adalah 80 Balita yang menderita diare yang datang berobat ke puskesmas sebagai kasus, dan 80 Balita tetangga yang tidak diare pada saat disurvei sebagai kontrol yang dipilih secara random (Simple Random Sample). Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengunjungi rumah keluarga Balita untuk melakukan wawancara dan pengamatan dengan menggunakan kuisioner.
Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat empat variabel yang berhubungan secara signifikan dengan kejadian .diare Balita yaitu sarana air bersih, jamban, SPAL dan perilaku ibu dalam upaya pencegahan diare. Sedangkan variabel yang tidak berhubungan dengan kejadian diare Balita adalah kualitas air bersih, sampah, dan rumah. Dari ke empat Variabel yang berhubungan tersebut yang paling dominan berisiko terhadap kejadian diare Balita adalah perilaku ibu dalam upaya pencegahan diare.
Sehubungan dengan itu upaya-upaya yang perlu dilakukan adalah penyuluhan kesehatan lingkungan kepada masayarakat agar terfokus pada wanita dan Balita dalam rangka perilaku hidup bersih dan sehat, pemantauan sarana sanitasi (sarana air bersih, jamban, dan SPAL) secara kontinyu dan berkesinambungan, perbaikan sarana sanitasi (sarana air bersih, jamban, dan SPAL) perlu dilaakukan pada sarana yang dianggap sudah tidak memenuhi syarat tetapi masih dipakai masyarakat dengan menggunakan dana pemerintah maupun swadaya masyarakat serta penelitian lanjutan pada faktor risiko lainnya baik yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan kejadian diare Balita.

Basic Sanitation, Maternal Behavior, and Diarrhea Incidence of Children Under-five at the Health Center Catchment Area in Kedung Waringin, Sub-District of Kedung Waringin, District of Bekasi, 2003Diarrhea disease is one of communicable diseases, which is currently still becoming a public health problem in Indonesia.
In 2000, the incidence rate of diarrhea disease in District of Bekasi was reported 19.4 per 1,000 population which attacked 63% children under-five. The highest incidence rate of diarrhea disease for all age groups was 563 per 1,000 population in Sub-District of Kedung Waringin. The incidence rate among children under-five reached 294.1 per 1,000 population. This figure had exceeded the national incidence rate of diarrhea disease, 26.1 per 1,000 population. The sanitation coverage of the population in Kedung Waringin was considered low. Of the total population, 55.1% had access to clean water supply, 38.4% adequate sanitary latrines, and 39.4% healthy housing.
The incidence of diarrhea among children under-five is influenced by several factors including maternal behavior characteristics and basic environmental sanitation. This study was to provide information on their relationships, which can be used for developing better strategy for diarrhea disease -control in the sub-district. The objectives of the study were to identify basic sanitation conditions, maternal behavior characteristics, and its relationship with diarrhea! diseases incidence in Kedung Waringin.
A case control study design was employed in the study. The study population was children under-five who are living in the catchments area of Kedung Waringin Health Center, Sub-District of Kedung Waringin, District of Bekasi. A total sample of 80 cases of children under-five was selected from those having diarrhea whom came to the Health Center for medical treatment. In addition, a total of 80 neighboring children under-five without diarrhea disease were selected through simple random sampling method as the control group. Data were collected by interviews the selected mothers through a combination of opened and closed questionnaires. Moreover, home visits and observation were completed to identify environmental sanitation conditions and maternal behavior characteristics.
There were four variables significantly associated with the incidence of diarrhea, including clean water, latrine, wastewater disposal facilities, and maternal behavior. On the other hand, the variables which were not associated with the incidence of diarrhea among children under five included clean water quality, solid waste, and housing. Of the four associated variables, maternal behavior was the highest risk of diarrheal incidence among children under-five.
In line with the preventive efforts of diarrhea, it is recommended that the community health education and promotion activities should be focused on women or mothers as the main target groups. The intervention priorities should include a hygienic and healthy behavior, regular monitoring of sanitation facilities such as clean water, latrine, wastewater disposal facilities. In addition, the sanitation facilities improvement especially for those, which do not meet sanitary standard, should become the responsibility of the local government as well as community and also follow up research for the other risk factor of diarrhea.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12984
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kamsul
"Penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan di negara berkembang adalah penyakit diare. Penyakit ini sering menimbulkan KLB dan penyebab kesakitan serta kematian pada balita. Diperkirakan di seluruh negara berkembang setiap tahun terdapat 1,3 milyar penderita dengan 3,2 juta kematian pada balita akibat diare.
Dari SKRT 1992, penyakit diare sebagai penyumbang kematian kedua pada bayi dan balita, dengan proporsi 11% kematian pada bayi dan 23% pads anak balita. Sedangkan SKRT 1995, disebutkan penyakit ini penyebab kematian ketiga pada balita yaitu sebesar 13,9%, untuk luar Jawa dan Bali penyebab kematian 16,4% pads bayi dan 20,6% pada anak balita.
Di Propinsi Sumatera Selatan Tahun 1998 tercatat angka kesakitan diare 18,38/1000 penduduk (CFR 0,003%), Tahun 1999 meningkat menjadi 21,19/1000 penduduk (CFR 0,001%) dan Tahun 2002 meningkat lagi menjadi 22,97/1000 penduduk dengan CFR 0%. Pada tahun 2000, jumlah kasus diare yang berobat ke Puskesmas di propinsi ini sebanyak 36.557 kasus, 40,8% diantaranya (14.913 kasus) adalah kasus diare pada golongan balita.
Untuk Kota Palembang, data Tahun 2002 dilaporkan kasus diare 28,7/1000 penduduk (26,4% dari jumlah kasus di Prop. Sumatera Selatan), angka tersebut juga sudah meningkat dari tahun sebelumnya (2001) yang tercatat sebesar 24,55/1000 penduduk dengan CFR 0%.
Beberapa penelitian mengatakan diare tidak terlepas dari kondisi sanitasi dasar yang tidak baik, seperti sarana air bersih, jamban dan lain-lain, disamping faktor status gizi, perilaku atau faktor lainnya. Berdasarkan data dan informasi tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian serupa di tempat berbeda dengan tujuan ingin mengetahui hubungan sanitasi dasar yang meliputi penggunaan sarana air bersih, tingkat risiko pencemaran sarana air bersih, kondisi jamban keluarga, kondisi saluran pembuangan air limbah, kondisi tempat pembuangan sampah sementara, dan kondisi rumah dengan insiden diare pada balita di Puskesmas Wilayah Kota Palembang Tahun 2001-2003.
Dengan desain penelitian ekologi, dan unit analisis data laporan triwulan insiden diare pada balita dan sarana sanitasi dasar di 34 Puskesmas di Kota Palembang selama 3 tahun (2001-2003) serta menggunakan analisis regresi linier ganda maka disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara kondisi jamban keluarga, kondisi saluran pembuangan air limbah dan kondisi rumah dengan insiden diare pada balita. Faktor paling dominan yang berhubungan dengan insiden diare pada balita adalah kondisi saluran pembuangan air limbah.
Untuk mengantisipasi insiden diare pada balita dimasa mendatang hendaknya dilakukan upaya perbaikan sarana sanitasi dasar dengan memprioritaskan pada faktor yang berhubungan secara signifikan dengan insiden diare yaitu kondisi SP.AL, rumah dan jamban keluarga yang dapat dilakukan secara bertahap melalui kegiatan proyek percontohan, pemberian dana atau material stimulan untuk perbaikan rumah dan pembuatan sarana sanitasi dasar yang memenuhi syarat.
Disisi lain guna meningkatkan pengetahuan masyarakat, perlu juga dilakukan penyuluhan kepada masyarakat melalui kegiatan di posyandu, pertemuan di kelurahan, RT atau RW serta kegiatan pemantauan rumah yang dilakukan secara berkala dalam waktu 3 bulan sekali. Disisi lain, sebaiknya perlu juga dilakukan penelitian lanjutan dengan melihat faktor-faktor lain yang berhubungan dengan insiden diare sehingga hasil penelitian yang ada akan lebih komprehensif untuk menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi diare.

The Relation Between the Base Sanitation and the Diarrhea Incident on Under Kindergarten at Polyclinic in Palembang City Region of Year 2001-2003The contagious disease that is still being a health problem factor of the growth country is diarrhea disease. This disease often brings about KLB, painful and death on under kindergarten. On predict, in all of growth country every years there are 1.3 billions sufferers with 3.2 millions deaths on under kindergarten caused by diarrhea.
From SKRT 1992, the diarrhea disease is the second death contributor of baby and under kindergarten, with proportion 11% death on baby and 23% death on under kindergarten. Meanwhile, in SKRT 1995 was said that this disease is the third death agent on under kindergarten that is as big as 13.9%, for outer of Java and Bali is the death agent 16.4% on baby and 20.6% on under kindergarten.
In Province of Sumatera Selatan in year of 1998 was recorded the number of diarrhea sufferer 18.38/1000 inhabitant (CFR 0.003%), in year of 1999 was increased became 21.19/1000 inhabitant (CFR 0.001%) and year of 2002 was increased again became 22.97/1000 inhabitant with CFR 0%. In year of 2000, the amount of diarrhea cases which got medical treatment at polyclinic in this province was as many as 36,557 cases, 40.8% among of them (14,913 cases) were diarrhea cases on under kindergarten group.
In Palembang City, data of year of 2002 was reported that the diarrhea cases 28.7/1000 inhabitant (26.4% number of cases in Province of Sumatera Selatan), the number had increased from previous year (2001) which was recorded as big as 24.5511000 inhabitant with CFR 0%.
Several researches assert that diarrhea is not regardless with bad condition of the base sanitation, such as pure water supply, lavatory, and so on, besides nutrient status factor, behaviors or another factors. Based on the data and such information, I am interesting to perform similar research in different place with objective is to determine the relation of sanitation base which is consist of pure water utilizing, risk level of water supply pollution, family's lavatory, drainage of waste water, temporary dump and house condition, with diarrhea incident on under kindergarten at polyclinic in Palembang City Region of year 2001-2003.
With ecology research design, analysis unit of three-months data report of diarrhea incident on under kindergarten and base sanitation facility in 34 polyclinics in Palembang City during 3 years (2001-2003), and using double analysis of linear regression, so having a conclusion that there is significant correlation between family's lavatory condition, waste water drainage. condition and house condition with diarrhea incident on under kindergarten. The most dominant factor which has correlation with diarrhea incident on under kindergarten is waste water drainage condition.
To anticipate the diarrhea incident on under kindergarten in the future, ought to effort restoration of sanitation base facility by taking priority on factors which have significant relation with diarrhea incident, that is SPAL condition, house and family's lavatory that could do gradually through model project activities, donation, or stimulant material for house restoration and developing qualify base sanitation facility.
In another side for upgrading public knowledge, also need to take elucidation toward public through posyandu activities, confluence in kelurahan, RT or RW, and houses monitoring activity, that are performed periodically once of 3 months. Additionally, preferable that needs to do the advance research by consider another factors which have correlation with diarrhea incident, thus the available research result would more comprehensive for describing the factors which have diarrhea influence.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T13090
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Ginanjar
"Dalam GBHN 1993 disebutkan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam rangka memperbaiki kualitas hidupnya. Pada Repelita VI tercantum bahwa tujuan pokok dari pembangunan kesehatan antara lain pengurangan angka kesakitan, kecacatan dan kematian serta peningkatan dan pemerataan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu, terjangkau dan dapat diterima masyarakat. Salah satu target yang ingin dicapai dengan pembangunan kesehatan adalah penurunan angka kesakitan dan kematian pada kelompok rentan, salah satunya pada kelompok anak-anak di bawah lima tahun. Berdasarkan kajian dan analisis dari beberapa survey yang dilakukan, angka kesakitan diare pada sumua golongan umur adalah 280/1000 penduduk dan pada golongan balita adalah 1,5 kali pertahun (Depkes RI. 2000). Secara proposional diare lebih banyak terjadi pada golongan balita yaitu 55%. Berdasarkan kajian dan analisis dari beberapa survey yang dilakukan, angka kesakitan diare pada semua golongan umur pada tahun 2000 adalah 301/1000 atau 3,01%, cenderung meningkat dibanding angka kesakitan diare pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk (Depkes RI, 2002).
Berdasarkan Profil Kesehatan kasus diare di Puskesmas Sukmajaya pada golongan semua umur sebanyak 3.265 kasus dengan jumlah prevalensi sebesar 5,36%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jenis sumber air bersih dan kondisi fisik air bersih dengan kejadian diare. Jenis penelitian ini adalah studi deskriptif dengan rancangan penelitian Cross Sectional. Sumber data adalah data primer yang didapatkan dengan cara observasi langsung dan wawacara menggunakan kuesioner dan data sekunder berasal dari laporan tahunan program kesehatan lingkungan Puskesmas Sukmajaya. Populasi penelitian adalah warga yang ada di wilayah kerja Puskesmas Sukmajaya dan sampel yang dianalisis adalah 90 ibu rumah tangga (responden) dengan menggunakan cara simple random sempling dan menggunakan analisis statistik untuk mengetahui frekuensi dan kebermaknaan hubungan.
Hasil penelitian menunujukkan bahwa kejadian diare 51,1%, Jenis sumber air bersih 88,9% yang menggunakan sumber air bersih dari air tanah, Kondisi fisik air bersih 88,9% yang kondisi fisik air bersihnya tidak baik, sedangkan untuk analisis bivariat didapat hubungan yang signifikan antara jenis sumber air bersih, kondisi fisik air bersih, jenis jamban, umur dan pendidikan dengan kejadian diare. Saran ditujukan kepada masyarakat yang tinggal di sekitar Wilayah Kerja Puskesmas Sukmajaya agar selalu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), Dinas Kesehatan dan Puskesmas setempat untuk melakukan program intervensi dan implementasi penyuluhan tentang hidup sehat mencegah diare beserta penjelasan tentang diare dari etiologi, proses terjadi diare, tanda dan gejala,serta penanganannya dan perlu intervensi program untuk penyediaan fasilitas sumber air bersih, kondisi fisik sarana air bersih dan jamban yang baik."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Edip Isna Yuana
"Diare merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi penyebab utana morbiditas dab mortalitas bagi bayi dan anak di seluruh dunia. Di DKI Jakarta khususnya wilayah Jakarta Timur memiliki angka kasus diare tertinggi yaitu Kecamatan Cakung yaitu 5179 kasus Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi kejadian diare berdasarkan faktor anak dan faktor ibu.
Penelitian ini menggunakan data primer, menggunakan disain penelitian Cross sectional. Dengan jumlah sampel 96 ibu yang membawa balita berkunjung ke Puskesmas Kecamatan Cakung.
Hasil menunjukkan bahwa kejadian diare adalah 46,9%. Kejadian diare memiliki hubungan yang bermakna dengan riwayat pemberian ASI eksklusif (PR 3,432 (CI 95% 1,474 - 7,991), status imunisasi campak (PR 7,692 (CI 95% 0,88 - 66,56), pengetahuan ibu (PR 7,196 (CI 95% 2,915 - 17,76), dan perilaku mencuci tangan ibu (PR 2,489 ( CI 95% 0,995 - 6, 228).

Diarrhea is one of the health problems are a major cause of morbidity and mortality for infants and children around the world. In Jakarta, especially East Jakarta has the highest number of cases of diarrhea Puskesmas Cakung ie 5179 cases. This study aims to determine the distribution of the incidence of diarrhea by factors child and maternal factors.
The research using a cross sectional study design. With a total sample 96 mothers carrying toddlers visiting Puskesmas Cakung.
Results showed that the incidence of diarrhea was 46.9%. The incidence of diarrhea has a significant relationship with a history of exclusive breastfeeding (PR 3.432 (95% CI 1.474 to 7.991), measles immunization status (PR 7.692 (95% CI 0.88 to 66.56), knowledge of mothers (PR 7.196 (CI 95 % 2.915 to 17.76), and the mother's hand washing (PR 2.489 (95% CI 0.995 to 6, 228).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S61433
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mimi Karminingsih
"Di Indonesia, diare penyebab kematian balita kedua terbesar (SKRT, 2007). Rata-rata prevalensi diare di Provinsi DKI Jakarta 8%. Jakarta Utara prevalensi diare 10,2% (Riskesdas, 2007). Studi kasus kontrol diare balita berumur 2-59 bulan di Kecamatan Cilincing tujuh faktor risiko dapat dibuktikan berpengaruh: kualitas bakteriologis air minum, kualitas bakteriologis makanan balita, kualitas bakteriologis tangan ibu/pengasuh balita, kondisi higiene sanitasi makanan, kondisi jamban keluarga, perilaku cuci tangan ibu/pengasuh balita, penyakit penyerta dan satu faktor risiko tidak dapat dibuktikan: status ekonomi keluarga. Faktor risiko paling berpengaruh: kualitas bakteriologis makanan balita OR 4,945(95% CI 2,014-12,141), perilaku cuci tangan ibu/pengasuh balita OR 5,155 (95% CI 2,974-8,936) dan kondisi higiene sanitasi makanan OR 2,643 (95% CI 1,514-4,615). Upaya penanggulangan diare antara lain dengan pengelolaan makanan yang sehat dan aman melalui praktek higiene sanitasi makanan di rumah, membudayakan cuci tangan pakai sabun di masyarakat.

Diarrhea is one of the second biggest cause of deaths in Indonesia (SKRT,2007). The average prevalence of diarrhea in DKI Jakarta Province is 8%. Prevalence of diarrhea in North Jakarta is 10,2% (Riskesdas, 2007). Study of Case Control of diarrhea on children under the age of five 2-59 months in District Area of Cilincing, show that seven risk factors that can be proved. They are bacteriological quality of drinking water, food, hand quality of Mother/Caretaker, food hygiene and sanitation condition, sanitation conditions (Latrine), hand washing behaviour of Mother/Caretaker, involved diseases, one of risk factor which is unproved is family economic status. The most risk factor that influencing the diseases are bacteriological quality of food under the age of five OR 4,945 (95% CI 2,01-12,141), hand washing behavior of mother/caretaker OR 5,155 (95% CI 2,974-8,936) and food hygiene sanitation condition OR 2,643 (95% CI 1,514-4,615). Prevention of diarrhea can be done by controlling hygienic and safe food through food hygiene sanitation pactice in household, and habit of hand washing by soap in community."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T30835
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Isti Suistiandari
"ABSTRAK
Latar belakang. Kejadian diare di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cisaat terhitung masih tinggi dengan total kejadian diare yang terjadi pada tahun 2017 adalah 1924 kasus. Kejadian diare di Desa Cisaat dengan 245 kasus, Desa Sukamanh 534 kasus, Desa Cibatu 274 kasus, Desa Sukasari 306 kasus, Desa Nagrak 260 kasus, dan Desa Sukaresmi 305 kasus. Presentase kepemilikan jamban di willayah UPTD Puskesmas Cisaat tahun 2017 60,9 , ketersediaan tempat sampah 79,6 , dan sarana air bersih 78,4 . Metode.Penelitin ini menggunakan desain studi cross sectional untuk melihat hubungan variabel dependen dan independen dan menggunakan data primer yang diambil dalam waktu bersamaan. Subyek penelitian sebanyak 100 responden yang merupakan ibu rumah tangga. Data dianalisis secara bivariat dengan chi square. Hasil. Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa variabel karakteristik individu yang terdiri dari pendidikan, pendapatan, pengetahuan, dan perilaku hidup bersih dan sehat PHBS tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian diare di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cisaat. Selain itu variabel lingkungan yang juga diteliti meliputi pewadahan sampah, pengangkutan sampah, air bersih, dan sarana jamban keluarga juga tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan kejadian diare. Simpulan. Tidak ada hubungan pengetahuan, pendidikan, pendapatan, phbs, pewadahan sampah, pengangkutan sampah, air bersih dan sarana jamban.

ABSTRACT
Background. As the largest waste producer, households have a potential health risks that caused by unstructured waste management behavior. The objective of this research is to analyze the association between respondent characteristic and environment factors towards the incidence of diarrhea in UPTD Puskesmas Cisaat working area. Methods. The design of this study is cross sectional to analyze the association between dependent and independent variables using primary data taken at the same time. The subjects of the study are 100 respondents who are housewifes. The data collected in this research are analyzed bivariate using chi square. Result. The result of this research shows that individual characteristic variable which consist of education, income, knowledge, and also clean and healthy living behavior PHBS has no significant association with the incidence of diarrhea in UPTD Puskesmas Cisaat working area. In addition, environmental variables including waste collection, waste transportation, clean water, and family toilet facilities are also has no significant association with the incidence of diarrhea. Conclusion. There is no have a significant relationship between education, knowladge, salary, health behaviour, waste management, and sanitation with the incidence of diarrhea in the UPTD Puskesmas Cisaat working area 2018.Keywords waste, household, diarrhea"
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Hardiyansyah
"Latar Belakang : Hingga saat ini penyakit Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Angka kasus diare di Kabupaten Pandeglang termasuk yang tertinggi di provinsi Banten. Puskesmas Labuan, Pagelaran dan Cibaliliung merupakan daerah yang berulang kali terjadi KLB Diare antara lain disebabkan oleh kondisi sanitasi lingkungan yang masih kurang baik. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare akut pada balita.
Metodologi : Desain penelitian kasus kontrol dan dilaksanakan pada bulan Mei 2013. Populasi seluruh balita yang berusia 9 bulan sampai 59 bulan serta tinggal di 3 wilayah Puskesmas (Labuan, Pagelaran dan Cibaliung) Kabupaten Pandeglang tahun 2013 dengan balita menjadi unit analisisnya dan ibu sebagai respondennya. Total sampel 180 sampel, dengan perincian 90 sampel kasus dan 90 sampel kontrol. Variabel dalam penelitian ini adalah Faktor Lingkungan (sarana air bersih, pengelolaan tinja, pengelolaan sampah, saluran pembuangan air limbah, dan e.coli pada air minum) dan Faktor Ibu (Umur, tingkat pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga, perilaku mencuci tangan, perilaku BAB, perilaku mencuci peralatan makan/minum) dan Faktor Balita (Umur, Jenis Kelamin, status gizi, tatus imunisasi campak, pemberian asi eksklusif). Dilakukan analisis univariat, bivariat dengan uji chi-square dan multivariate dengan unconditional logistic regression.
Hasil : Dari hasil analisis bivariat berdasarkan faktor balita diketahui status gizi mempunyai hubungan bermakna secara statistik dengan kejadian diare dengan OR 2,20 (95% CI: 1,01 – 4,96). Berdasarkan Faktor Ibu didapatkan bahwa Pengetahuan Ibu OR 2,60 (95% CI: 1,36- 4,98), Perilaku BAB OR 0,53 kali (95% CI: 0,28 - 1.00) dan perilaku cuci tangan OR 2,16 kali (95% CI: 1.14 - 4.12) mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian diare akut pada balita. Dari hasil analisis multivariat diketahui bahwa faktor risiko yang paling berisiko terhadap kejadian diare akut pada balita adalah variabel pengetahuan ibu dengan OR 2,66 pada rentang (95% CI: 1,44 - 4,90) nilai p 0,002.
Kesimpulan : Ibu dengan pengetahuan rendah mempunyai risiko 2,66 kali untuk menderita diare pada balita (95%CI: 1,44 - 4,90) jika dibandingkan dengan ibu yang memiliki tingkat pengetahuan baik.

Background: Until now diarrhea disease is one of community health problems in Indonesia. Figure of diarrhea case in Pandenglang Regency is categorized as the highest in Banten province. Community Health Centers Labuan, Pagelaran and Cibaliliung represent the regions which many times affected by Diarrhea Extraordinary Occurrence among them caused by bad environmental sanitation conditions. The objective of this research is to identify the factors related to the acute diarrhea occurrence in babies.
Methodology: Design of the research is control case and conducted in May 2013. Population is all babies aged 9 to 59 months and reside in 3 regions of Community Health Centers (Labuan, Pagelaran and Cibaliung) of Pandeglang Regency in 2013 with babies become its analysis unit and mothers as its respondent. Total sample are 180 samples, with details 90 case samples and 90 control samples. Variable in this research is environmental factors (clean water facility, septage management, waste management, drainage, and e.coli in drinking water) and factor of mother (age, knowledge level, education, occupation, family income, behaviors in hand washing, defecating, behavior of in washing meal/drink utensils) and factor of baby (age, sex, nutrition status, measles immunization status, exclusive breast milking). It is subjected to univariate, bivariate analysis with chi-square and multivariate tests with unconditional logistic regression.
Results: Of the results of bivariate analysis based on baby factor it is found that the nutrition status has a significant relation statistically with diarrhea occasion with OR 2,20 (95% CI: 1,01 - 4,96). Based on factor of mother it is found that the mother's knowledge OR 2,60 (95% CI: 2,36-4.98), defecating behavior OR 0,53 time (95% CI:0,28 - 1.00) and hand washing behavior OR 2,16 times (95% CI:1.14-4.12) have a significant relation with acute diarrhea occurrence in babies. Of the results of multivariate analysis it is found that the riskiest factor which to the acute diarrhea occurrence in babies is variable of mother’s knowledge with OR 2,66 in value range of (95% CI:1,44-4,90) p 0,002.
Conclusion: Mothers with low education have a risk 2,66 times to have diarrhea in babies (CI 95%: 1,44-4,90) if compared to mothers which have better education level.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T36765
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shofura Karimah
"Kejadian diare menjadi salah satu penyebab utama kematian anak Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk melihat pengaruh perubahan variasi iklim (suhu, kelembaban, dan curah hujan) dengan pola kasus diare di wilayah kerja Puskesmas Jatimakmur. Bekasi merupakan salah satu kota besar di Provinsi Jawa Barat yang memiliki angka kasus diare tertinggi di kotanya dengan mencapai 14.044 kasus (Dinkes Bekasi, 2012). Penelitian ini menggunakan data sekunder kasus diare yang diperoleh dari Laporan Tahunan Puskesmas Jatimakmur tahun 2013 dan 2014. Sedangkan data variasi iklim diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Bandara Halim Perdana Kusuma.
Penelitian ini membutuhkan desain studi ekologi dan analisis regresi linear untuk mengetahui korelasinya, dan bersifat analitik kualitatif kuantitatif. Ditemukan hasil bahwa suhu, kelembaban, dan curah hujan di kelurahan Jatimakmur memiliki hubungan yang tidak terlalu signifikan (nilai R=0,082, R=0,283, dan R=0,070) dengan kejadian diare. Namun, pengaruhnya sebesar 0,7% setiap meningkatnya suhu 1◦C meningkatkan kasus diare 4,2%, sebesar 8% setiap meningkatnya 1% kelembaban dapat meningkatkan kasus diare 2,3%, dan sebesar 0,5% dapat menjelaskan setiap meningkatnya 1 mm curah hujan dapat meningkatkan kasus diare 0,01% pada periode tahun 2013-2014.

The diarrhea occurrences become one of the major causes of child mortality in Indonesia. The purpose of this research is to determine the impact of Climate or Weather Changes (temperature, humidity, and rainfall) with the pattern of diarrhea occurrences at Puskesmas Jatimakmur. Bekasi is one of the major cities in West Java province, and has the highest number of diarrhea occurrences which reach 14.044 cases (Dinkes Bekasi, 2012). This research applied secondary data obtained from the Annual Report of Puskesmas Jatimakmur in 2013-2014. While another secondary data obtained from BMKG Halim Perdana Kusuma Airport Station.
It requires the ecological design study and linear regression analysis to determine the impact of temperature, humidity, and rainfall patterns into diarrhea occurrences. This research found that the temperature, humidity, and rainfall in Jatimakmur sub-district do not have significant relation (Temperature R value= 0.082, humidity R= 0.283 and rainfall R= 0.070) with diarrhea cases. However, the effect of 0.7%, 8%, and 0.5% can explain which elevating in 1◦C temperature will increase 4.2% diarrhea cases, 1% humidity will increase 2.3% diarrhea cases, and 1 mm of rainfall will increase 0.01% diarrhea cases in the period of 2013-2014.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S65483
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibrahim
"Diare merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan yang masih menjadi penyebab utama kematian, terutama bagi bayi dan anak balita. Tahun 1999 angka insidens nasional mencapai 26,13 per 1000 penduduk dengan laju kematian kasar (CFR) 0,006%, sementara di Kota Solok, Sumatera Barat, insidens dan CFR-nya 22,4 per 1000 penduduk dan 0,012%. Seperti teridentifikasi sebelumnya bahwa diare berhubungan dengan sanitasi dasar yang tidak memadai, status sosio-ekonomi penduduk dan perilaku yang tidak sehat, suatu studi epidemiologi kesehatan lingkungan dilakukan untuk meneliti apakah diare berhubungan dengan kondisi air bersih, sarana pembuangan limbah dan karakteristik balita dan ibu balita.
Suatu studi kasus-kontrol tidak berpadanan dilakukan di Kota Solok, Sumatera Barat dengan 120 orang kasus dan 120 orang kontrol. Kasus adalah bayi dan anak balita dengan gejala diare yang datang berobat ke Puskesmas atau dokter/bidan praktek sedangkan kontrol adalah balita yang bertempat tinggal terdekat/tetangga dengan kasus dan tidak sedang menderita diare selama 2 minggu terakhir. Kondisi sarana air bersih dan pembuangan limbah diamati langsung, sedangkan data karakteristik individu dikumpulkan dengan melakukan wawancara pada Ibu balita dari kasus dan kontrol dengan menggunakan kuesioner. Pengambilan sampel untuk pemeriksaan kualitas bakteriologis air bersih dilakukan berdasarkan tingkat resiko pencemaran sesuai hasil pemeriksaan inspeksi sanitasi. Selanjutnya hasil yang didapat dianalisa dengan uji kai kuadrat dan regresi logistik.
Hasil analisis Bivariat dengan uji Chi-square memperlihatkan dari kondisi sarana air bersih ada 7 variabel yang berhubungan bermakna dengan kejadian diare pada balita yaitu : Jenis Sarana Air Bersih (p = 0,00 ; OR = 3,25 ; 95% CI = 1,79 - 5,90), Kepemilikan SAB (p = 0,00; OR = 3,69 ; 95% CI = 2,07 - 6,58), Tingkat Resiko Pencemaran SAB (p = 0,00 ; OR = 3,81 ; 95% CI = 1,91 - 7,62), Kualitas Bakteriologis SAB (p = 0,00 ; OR = 6,03 ; 95% CI = 3,35 - 10,84), Keberadaan Jamban (p = 0,00 ; OR = 3,91 ; 95% CI = 2,03 - 7,54), Kepemilikan Jamban (p = 0,00 ; OR = 2,93 ; 95% CI = 1,61 - 5,33), Jenis Jamban (p = 0,00 ; OR = 4,88 ; 95% CI = 2,22 - 10,71). Juga ada 2 variabel Sarana Pembuangan air Limbah (SPAL) yang berhubungan bermakna dengan kejadian diare pada balita yaitu : Keberadaan SPAL (p = 0,00 ; OR = 4,35 ; 95% CI = 2,26 - 8,37) dan Kondisi SPAL (p = 0,00 ; OR = 4,97 ; 95% CI = 2,81 - 8,78), Dari karakteristik individu yang diamati ada 5 variabel yang berhubungan bermakna dengan kejadian diare pada balita yaitu: Pendidikan Ibu (p = 0,00 ; OR = 4,33 ; 95% CI = 2,31 - 8,11), Status pekerjaan Ibu (p = 0,01 ; OR = 2,57 ; 95% CI = 1,33 - 4,97), Pengetahuan Ibu tentang diare (p = 0,00 ; OR = 4,48 ; 95% CI = 2,42 -- 8,31), Sikap Ibu dalam usaha pencegahan diare (p = 0,00 ; OR = 4,48 ; 95% CI = 2,39 - 8,39), Usia bayi dan anak Balita (p = 0,00; OR = 5,50 ; 95% CI = 2,52 - 12,02), dan ASI Esklusif (p = 0,00 ; OR = 4,12 95% CI = 2,28-7,46). Adapun variabel Umur Ibu dan Jenis kelamin Balita tidak berhubungan dengan kejadian diare.
Hasil analisis multivariat (uji regresi logistik) diketahui bahwa Kepemilikan SAB, Usia Balita, Status Pekerjaan Ibu, Jenis SAB, Kualitas Bakteriologis SAB, Sikap Ibu dalam upaya pencegahan diare, Pengetahuan Ibu tentang diare dan ASI Eksklusif merupakan faktor-faktor risiko dominan yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di Kota Solok. Tidak ditemukan adanya interaksi antara variabel.

Association of Clean Water Conditions, Wastewater Disposals, and Individual Characteristics with Diarrhea of Babies and Children under Five Year Old at City of Solok, West Sumatra, 2003Diarrhea is an environmentally based disease and still a major cause of death, particularly of babies and children under five years old. In 1999 the national incidence was 26.13 per 1000 population with CFR 0.006%, whereas at City of Solok, West Sumatra Province, the 2002 incidence and CFR were 22.24 per 1000 population and 0,012%, respectively. As identified previously that diarrhea is associated with inadequate basic environmental sanitation, socio-economic status, and unhealthy behavior, an environmental health epidemiology study has been conducted to investigate whether diarrhea is associated with clean water conditions, wastewater disposals, and individual characteristics of babies, children under five years old, and their mothers.
An unmatched case-control study has been carried out at City of Solok, West Sumatra involving 120 cases and 120 controls. Cases were babies and children under five years old that suffering diarrhea in the last two weeks as treated by doctors or midwives at Puskesmas or private general practices, while controls were the nearest neighbors of the cases with no diarrhea. Clean water conditions and wastewater disposals were observed directly, while individual characteristics data were collected by interviewing mothers of the cases and the controls. Meanwhile, bacteriological quality of clean waters of low and medium risks, as identified by sanitation inspection, was also determined. Further, chi-square and logistic regression were employed to test the association of diarrhea with clean water conditions, wastewater disposals, and individual characteristics.
Chi-square tests show that of the clean: water condition seven variables are associated significantly with diarrhea, i.e. type (p = 0.00; OR = 3.25 ; 95% CI = 1.79 - 5.90), ownership (p = 0.00; OR = 3.69 ; 95% CI = 2.07 - 6.58), pollution risk level (p = 0.00 ; OR = 3.81; 95% CI = 1.91 - 7.62), bacteriological quality (p = 0.00 ; OR = 6.03 ; 95% CI = 3.35 - 10.84), latrine availability (p = 0.00 ; OR = 3.91 ; 95% CI = 2.03 - 7.54), latrine ownership (p = 0.00 ; OR = 2.93 ; 95% Cl = 1.61 -- 5.33), latrine type (p = 0.00 ; OR = 4.88 ; 95% CI = 2.22 --- 10.71). Yet, only two wastewater disposal variables are significantly associated with diarrhea, i.e. disposal availability (p = 0.00 ; OR = 4.35 ; 95% CI = 2.26 - 8.37) and condition (p = 0.00 ; OR = 4.97 ; 95% CI = 2.8I - 8.78). However, five individual characteristic variables are significant, i.e. mother education (p = 0.00 ; OR = 4.33 ; 95% CI = 2.31 - 8.11), status mother occupation (p = 0.01., OR = 2.57 ; 95% CI = 1.33 - 4.97), mother knowledge about diarrhea (p = 0.00 ; OR = 4.48 ; 95% CI = 2.42 - 8.31), mother attitude toward diarrhea prevention (p = 0.00 ; OR = 4.48 ; 95% CI = 2.39 - 839), age of babies and children (p = 0.00; OR = 5.50 ; 95% Cl = 2.52 - 12.02), and exclusive breastfeeding (p = 0.00 ; OR = 4.12 ; 95% CI=2.28 - 7.46). On the other hand, age of mother and babies and children' sexes are not associated significantly with diarrhea.
Further, logistic regression tests indicate that clean water facility ownership, age of babies and children, mother occupation, latrine type, bacteriological quality, mother attitude toward diarrhea prevention, mother knowledge about diarrhea, and exclusives breastfeeding are the dominant risk factors of the diarrhea. These variables are statistically not interacted each other.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T11181
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>