Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105374 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asep Arifin Senjaya
"One of the environmental changes which caused by the environmental activities is contaminated river and sea by mercury. In the water mercury is changed into methylmercury and through a food chain accumulated in the fish body. Therefore, there will be a methylmercury exposure to human being through the consumption of the fish.
This research aims to obtain information on the amount of methyl mercury which go into the human's body through the consumption of the contaminated fresh sea fish. On the other hand, it is important to know the type of fresh sea fish, the consumption of the fish in average, individual characteristic which influences the consumption and the clinical symptoms that cause the symptoms of the mercury chronicle poisoning.
The design of the research is cross sectional with the population of adult men of Muara Angke, Jakarta, age between 17 to 60 years. The involving samples in the research are 160 respondents, taken with multi stage random sampling. The data is drawn by interview and neurological test. The collected data are run by computer, followed by data analyst of univariat, bivariat and multivariat with SPSS for Windows.
It is found that the concumption of all types of fresh sea fish in average is 211,77 gram/person/day. The types that mostly consumed are Kembung, Tongkol, and Bandeng Fish. The amount of the exposure of methlmercury from the consumption of 13 types of fresh sea fish which checked by Rachmadhi et all (1997) is 12,12 ug/person/day. Some respondent positively certain about the clinical sign and symptoms of cronicle mercury poisoning which are: 56 clinical symptoms (35%) respondents, 49 ataxia (30,6%) respondents and 66 tremor (41,3%) respondents.
In the bivariat analysis it is found that there is a meaningful correlation between the fresh sea fish which has mercury concentration and the intake total amount of methylmercury. The individual characteristic in general does not associate meaningfully with the consumption of the fresh sea fish, or with the methylmercury intake. In the t-test, it is found that there is a meaningful association between clinical symptoms with age and consumption of all types of fress sea fish, and tremor with the length of stay and consumption all types of fresh sea fish. In the multivariat analysis, it is found that the length of stay associates meaningful with clinical symptoms; the length of stay and age associates meaningful with ataxia; and the length of stay and age associates meaningful with tremor.
Although, means the methylmercury exposure on adult men of Muara Angke population is based on few assumptions which used under the secured limit regulated by WHO (1979). Nevertheless, it is found that some respondents which mercury intake over limit, the secured limit and some respondents whose clinical symptoms would cause the clinical symptoms of mercury cronicle poisoning. It is advisable to follow those respondents up to able to have a necessary action. Furthermore, in order to detect that there may be an effect of the mercury cronicle poisoning, it is important to have the similar research with analytical design.

Salah satu perubahan lingkungan yang diakibatkan pembangunan adalah pencemaran sungai dan laut oleh merkuri. Merkuri di air sebagian besar diubah menjadi metil merkuri dan melalui rantai makanan dapat terakumulasi di dalam tubuh ikan. Selanjutnya akan terjadi pemajanan metil merkuri terhadap manusia melalui konsumsi ikan tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang jumlah metil merkuri yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui konsumsi ikan laut segar tercemar metil merkuri. Disamping itu ingin pula diketahui jenis ikan laut segar yang dikonsumsi, rata-rata konsumsi ikan tersebut, karakteristik individu yang mempengaruhi konsumsi ikan but segar serta ada tidaknya gejala/tanda klinis yang dapat merupakan gejala/tanda klinis keracunan kronis merkuri.
Rancangan penelitian ini adalah cross sectional dengan populasi penelitiannya laki-laki dewasa penduduk Muara Angke Jakarta, yang berusia 17-60 tahun. Sampel yang terlibat dalam penelitian ini 160 responden, yang diambil dengan metoda multi stage random sampling. Data diambil dengan wawancara dan uji neurologis. Data-data yang terkumpul diolah dengan bantuan komputer, selanjutnya dilakukan analisis univariat, bivariat dan multivariat, menggunakan SPSS for Windows.
Ditemukan rata-rata konsumsi semua jenis ikan laut segar adalah 211,77 gram/orang.hari. Jenis ikan yang paling sering dikonsumsi adalah Kembung, Tongkol dan Bandeng. Besar pajanan metil merkuri dari konsumsi 13 jenis ikan laut segar yang diperiksa kadar merkurinya oleh Rachmadhi dkk (1997) adalah 12,12 ug/orang/hari. Sejumlah responden positip mengalami gejala/tanda klinis keracunan kromis merkuri, yaitu: gejala klinis 56 (35%) responden, ataxia 49 (30,6%) responden dan tremor 66 (41,3%) responden.
Pada analisis bivariat diketemukan adanya korelasi yang bermakna antara ikan laut segar yang diperiksa kadar merkurinya dengan total asupan metil merkusi. Karakteristik individual pada umumnya tidak berasosiasi secara bermakna dengan konsumsi ikan laut segar, maupun dengan asupan metil merkuri. Pada uji-t ditemukan asosiasi yang bermakna antara gejala klinis dengan umur dan konsumsi semua jenis ikan laut segar, serta tremor dengan lama menetap dan konsumsi semua jenis ikan laut segar. Pada analisis multivariat ditemukan lama menetap berasosiasi secara bermakna dengan gejala klinis, lama menetap dan umur berasosiasi secara bermakna dengan ataxia, serta lama menetap dan umur berasosiasi secara bermakna dengan tremor.
Walaupun rata-rata pajanan metil merkuri pada laki-laki dewasa penduduk Muara Angke berdasarkan beberapa asumsi yang dipergunakan masih di bawah batas aman yang ditetapkan oleh WHO (1979). Namun ditemukan sejumlah responden yang asupan merkurinya melebihi batas aman tersebut dan sejumlah responden memiliki gejala/tanda klinis yang dapat merupakan gejala/tanda klinis keracunan kronis merkuri. Disarankan untuk menindak lanjuti responden-responden tersbeut agar dapat diambil tindakan yang memadai. Selanjutnya untuk memastikan adanya efek keracunan kronis merkuri perlu dilakukan peneltian sejenis dengan desain analitik."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This book aimed to bring the reader up to date on contemporary issues associated with exposure to methylmercury, from its effects on stem cells and neurons to population studies."
New York: Springer, 2012
e20401589
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Dharma Susanto
"Sebagaimana diketahui pencemaran merkuri menyebabkan suatu penyakit pada manusia yang dikenal sebagai penyakit Minamata, yang telah mengakibatkan banyak orang meninggal atau cacat seumur hidup seperti telah pernah terjadi di Jepang. Sampai saat ini belum dapat dipastikan apakah sudah ada penduduk Teluk Jakarta yang terserang penyakit Minamata, karena diagnose penyakit ini sulit sekali.
Gejala klinis harus jelas menunjukkan gejala penyakit Minamata dan pemeriksaan laboratorium pada organ tubuh menunjukkan kadar merkuri yang tinggi. Sering terjadi kejanggalan dimana orang dengan gejala klinik positip menunjukkan Radar merkuri yang rendah dalam tubuhnya atau sebaliknya yaitu orang dengan kadar merkuri
tinggi tapi tak menunjukkan gejala klinik, sehingga keduanya tak memenuhi syarat untuk disebut penyakit Minamata.
Tujuan penelitian :
a. Didapatkan indikator biologis untuk menentukan derajat tercemarnya suatu daerah oleh merkuri
b. Didapatkan gambaran derajat pencemaran merkuri di pesisir Teluk Jakarta pada tahuh 1985 ini."
Jakarta: Universitas Indonesia, 1985
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ganeshia Kristy Pratiwi
"Pencemaran perairan merupakan masalah kompleks yang belum terpecahkan, salah satunya adalah pencemaran perairan oleh CH3Hg+. Pencemaran tersebut membahayakan Perna viridis dan Anadara indica yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Oleh karena itu, dilakukan suatu simulasi pencemaran CH3Hg+ melalui jalur air dan jalur pakan sehingga didapatkan pemodelan bioakumulasi CH3Hg+ pada Perna viridis dan Anadara indica. Untuk keperluan analisa bioakumulasi CH3Hg+ digunakan perunut radioaktif CH3203Hg+ yang digunakan sebagai alat untuk mendeteksi adanya konsentrasi CH3Hg+ dalam perairan.
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan nilai faktor konsentrasi (CF) pada Perna viridis besar berkisar antara 1122,098 hingga 3850,828. Nilai faktor konsentrasi (CF) pada Perna viridis kecil berkisar antara 3495,316 hingga 4737,34. Nilai faktor konsentrasi (CF) pada Anadara indica besar berkisar antara 3474,513 hingga 8998,277. Nilai faktor konsentrasi (CF) pada Anadara indica kecil berkisar antara 7899,7 hingga 8670,17. Nilai faktor konsentrasi tersebut didapatkan setelah kekerangan terpapar CH3Hg+ selama 12 hari.
Efisiensi asimilasi Perna viridis dan Anadara indica setelah 24 jam sebesar 1,147% dan 0,393%. Nilai faktor bioakumulasi (BAF) pada Perna viridis adalah 5760,737 sampai dengan 10877,491 dan nilai BAF pada Anadara indica adalah 6756,617 sampai dengan 10522,492. Nilai tersebut merupakan acuan untuk menentukan batas aman mengkonsumsi kerang dalam satu bulan sesuai dengan dosis referensi menurut EPA (Environmental Protection Agency).

Water pollution is a complex problem which has not been solved yet,for instance is water pollution by CH3Hg+. Pollution can endanger Perna viridis and Anadara indica that are widely consumed by humans. Therefore, in this research was made a simulation of CH3Hg+ pollution through the water and feed so that it results the modell of CH3Hg+ bioaccumulation in Perna viridis and Anadara indica. 203 CH3 Hg+ as a radioactive tracer is used as a tool to detect the concentration of CH3Hg+ in the waters.
Based on the results of the study, the value of concentration factor (CF) in a big Perna viridis is ranged from 1122,098 to 3850,828. The value of concentration factor (CF) in a small Perna viridis is ranged from 3495,316 to 4737,34. The value of concentration factor (CF) in a big Anadara indica is ranged from 3474,513 to 8998,277. The value of Concentration Factor (CF) in a small Anadara indica is ranged from 7899,7 to 8670,17. These concentration factor are obtained after exposuring of CH3Hg+ until 12 days.
Assimilation efficiency in Perna viridis and Anadara indica after 24 hours are 1,147% and 0,393%. Factor Bioaccumulation (BAF) in Perna viridis is from 5760,737 to 10877,491 and BAF in Anadara indica is 6756,617 to 10522,492. That amounts are references to determine the safety of consumption these mussels in a month which according to the EPA (Environmental Protection Agency) reference dose.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S749
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Heny Suseno
"ABSTRAK
Dalam penyusunan disertasi ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah member masukan baik sebagai pembimbing, penguji maupun nara sumber. Terimakasih kepada Prof.Dr.Sumi Hudiyono PWS selaku promotor Dr.rer.nat.Budiawan dan Dr. Djarot S Wisnubroto selaku ko promotor dalam hal penyempurnaan ide, implementasi pelaksanaan penelitian dan penyempurnaan tulisan. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada para penguji dimulai dari seminar proposal sampai dengan ujian disertasi yaitu: Dr. Endang Saefudin, Prof.Dr. Soleh Kosela, Prof.Dr.Usman Sumo Tambunan, Dr. Widayanti Wibowo, Prof. Dr. Wahyudi P Suwarsio, , Dr. Asep Saefummilah, Dr. Yoki Yulizar, Dr.Yuni K Krisnandi, Prof.Dr.Ir. Anondho Wijanarko,M.Eng dan Dr. Zaenal Abidin. Terimakasih disampaikan kepada Dr. Scott W Fowler, Dr. Fanny Houlbreque, Dr. Ross Jefrfy dan Mr. Jean Louis Teyssie dari Marine Environment Laboratory atas berbagai diskusi yang kontruktif sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
D-1308
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Frisca Rahmadina
"ABSTRAK
Pedagang ikan Muara Angke merupakan produsen sekaligus konsumen pertama yang mengonsumsi ikan dari Teluk Jakarta yang telah tercemar timbal. Apabila ikan yang terkontaminasi timbal dikonsumsi oleh manusia maka dapat menimbulkan risiko gangguan kesehatan. Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat risiko kesehatan akibat pajanan timbal dari konsumsi ikan pada pedagang ikan melalui metode analisis risiko kesehatan lingkungan. Hasil penelitian menunjukan konsentrasi timbal dalam ikan sebesar 0,4 mg/kg, nilai chronic daily intake sebesar 0,001167847 mg/kg/hari, dengan lama pajanan 17 tahun, berat badan 61 kg, frekuensi pajanan 83 hari/tahun dan laju asupan 0,6736 kg/hari. Hasil analisis menunjukan bahwa pedagang ikan Muara Angke secara individu sudah tidak aman dan memiliki risiko gangguan kesehatan nonkarsinogenik akibat pajanan timbal dari konsumsi ikan untuk 10 tahun mendatang dengan asumsi bahwa sumber pajanan hanya berasal dari ikan.

ABSTRACT
Muara Angke fish traders are the first producer and consumer to consume fish from Jakarta Bay which has been polluted by lead. If fish contaminated by lead are consumed by humans then it may pose a risk of health problems. This study aims to determine the level of health risks due to lead exposure to fish consumption to fish traders through methods of environmental health risk analysis. The results showed rate concentration of lead in fish of 0,4 mg kg, chronic daily intake value of 0,001167847 mg kg day, with 17 years of exposure, body weight 61 kg, exposure frequency 83 days year and intake rate 0,6736 kg day. The result of the analysis show that Muara Angke fish traders individually are not safe and have risk of non carcinogenic health problems due to lead exposure of fish consumption for the next 10 years assuming that the source of exposure only comes from fish. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Fishes are an economical and healthy source of protein for the majority of the world community. However the concentration of mercury in fish due to anthropogenic emissions pose health risks to humans. The concentration of organic mercury (methylmercury) dominates 80-90 persen total mercury concentrations in fish flesh. The Accumulation of mercury increases with the rise of water temperature, organism age, time of exposure, and the concentration of protein- bound mercury. The decline in salinity or hardness, pH, organic matter content, and the presence of Zn, Cd, or Se in solution will also increases the accumulation of mercury. The rate of accumulation of methylmercury in fish affects the toxicity, in which a low rate of accumulation associates with a higher tolerance. "
575 OSEANA 39 (4) 2014
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sukman
"Di Indonesia penggunaan merkuri dalam jumlah besar terdapat pada pertambangan emas. Satu diantaranya berada di Desa Ratatotok kecamatan Belang kabupaten Minahasa propinsi Sulawesi Utara. Disini juga terdapat pertambangan emas dalam skala besar, PT. Newmont Minahasa Raya (NMR) yang membuang limbah tailling ke laut Teluk Buyat. Penggunaan merkuri yang luas menyebabkan terjadi pencemaran lingkungan dan badan-badan air sehingga dapat mengkontaminasi biota laut yang ada di dalamnya, terutama ikan pada akhirnya Akan masuk ke rantai makanan manusia dan berdampak terhadap kesehatan.
Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran kadar merkuri dalam darah dan hubungannya dengan pola mengkonsumsi ikan pada masyarakat desa Ratatotok kecamatan Belang kabupaten Minahasa propinsi Sulawesi Utara tahun 2003. Rancangan penelitian Cross Sectional data sekunder hasil penelitian gangguan kesehatan masyarakat akibat pencemaran merkuri pada masyarakat desa Ratatotok dan Teluk Buyat, yang berumur antara 16-64 tahun dan bersedia diambil sampel darahnya.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara pola konsumsi ikan dengan kadar merkuri dalam darah dan variabel pekerjaan sebagai faktor confounding. Artinya responden yang mengkonsumsi ikan sebanyak 5-7 kali dalam seminggu berisiko 17 kali lebih untuk mempunyai merkuri dalam darah > 1,5 µg/dl dibanding dengan masyarakat yang hanya mengkonsumsi ikan sebanyak 1-2 kali saja dalam seminggu setelah dikontrol variabel pekerjaan sebagai penambang emas tanpa izin (PETI). Sedangkan masyarakat dengan pola konsumsi makan ikan 3-4 kali seminggu berisiko 10 kali lebih untuk mempunyai merkuri dalam darah > 1,5 µg/dl dibanding dengan masyarakat yang hanya mengkonsumsi ikan sebanyak 1-2 kali saja dalam seminggu.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian yang lebih komprehensif mulai dari sumber pencemaran, kandungan merkuri pada ikan yang biasa mereka konsumsi yaitu dari hasil tangkapan nelayan dari perairan Teluk Buyat, serta dampak kesehatan yang mungkin timbul mengingat sebagian besar (52%) kadar merkuri dalam darah masyarakat telah melampaui nilai ambang batas yang direkomendasikan.
Daftar Pustaka : 50 (1981-2002)

Relationship Between Fish Consumption Pattern and Blood Mercury Level in Ratatotok Village, Belang Subdistrict, Minahasa District, North Sulawesi Province in 2003In Indonesia, the use of mercury of large numbers can be found in gold mining. One of the gold mines is located in Ratatotok village, Belang subdistrict, Minahasa district, North Sulawesi province. Here a large scale gold mining company, PT Newmont Minahasa Raya (NMR) disposed tailing waste to Teluk Buyat sea. Extensive mercury usage caused environmental and water bodies contamination as to contaminate sea biota particularly fish, which, in turn will enter human food chain. Health impact monitoring could be done by examining biologic indicators, blood in this case.
This study aims to describe blood mercury level and its relationship with fish consumption pattern, This study used secondary data obtained through other research on public health problems caused by mercury contamination in Ratatotok village and Teluk Buyat in 2001, using cross sectional design, population was inhabitants of Ratatotok village and Teluk Buyat and sample was inhabitant of Ratatotok and Teluk Buyat aged 16-64 years old and willing to be blood sampled.
The study showed that there was statistically significant relationship between fish consumption pattern and blood mercury level, with occupation as non-licensed gold miner (PETI) as confounding factor. This means that the PETIs tended to eat fish 5-7 times a week and had blood mercury level of X1.5 µg/dl.
The results of this study is expected to be used as reference by other researcher to conduct a more comprehensive study started form Tie A. Tie B, Tie C, and health impact (Tie D), considering that more than half (52%) of subject in this study had blood mercury level over the recommended level.
References: 50 (1981-2002)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T13020
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Telah dilakukukan penelitian bioakumulasi metil merkuri melalui jalur pakan menggunakan radioisotop."
604 JTPL 16:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfiralda Sjahfirdi
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang kandungan merkuri dari dua spesies ikan yaitu lkan gabus (Channa striata Fowler) dan ikan sepat (Trichogaster trichopterus Pallas) yang diambil dari lima stasiun yang telah ditentukan di sepanjang sungai Sunter dari hulu hingga ke hilir. Selain dari itu telah diperiksa pula kandungan merkuri pada air sungai dari ke lima stasiun tersebut.
Pengukuran kandungan merkuri pada sampel ikan dan sampel air dilakukan dengan menggunakan alat Serapan Atom Tanpa Nyala atau AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer).
Kandungan merkuri rata-rata pada lkan sepat bervariasi antara 0,948 - 2,662 ppm, sedangkan pada
ikan gabus bervariasi antara 0,146 - 1,258 ppm. Kandungan merkuri rata-rata pada seluruh sampel ikan sepat melebihi baku mutu kandungan merkuri yang diperbolehkan oleh berbagai organisasi internasional, sedangkan pada ikan gabus kandungan merkuri rata-rata yang melebihi baku mutu berasal dari stasiun Pondok Ranggon dan stasiun Pulo Gadung. Kandungan merkuri air sungai pada seluruh stasiun tercatat kurang dari 1 ppb, yang merupakan baku mutu yang diperbolehkan oleh berbagai organisasi internasional.
Dengan membandingkan kandungan merkuri pada ikan dan kandungan merkuri pada air sungai diketahui faktor biokonsentrasi pada masing-masing spesies ikan. Faktor biokonsentrasi ikan gabus berkisar antara 395 - 2995 sedang faktor biokonsentrasi ikan sepat berkisar antara 2216 - 6338.
Dari analisis korelasi jenjang Spearman diketahui adanya korelasi antara kandungan merkuri pada air sungai dengan kandungan merkuri pada lkan sepat dan tldak adanya korelasi antara kandungan merkuri pada air sungai dengan kandungan merkuri pada ikan gabus."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>