Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 98415 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Soemarijah Samhadi
"Rongga mulut merupakan salah satu bagian tubuh yang cukup unik sehubungan dengan kesehatan penderita, oleh karena rongga mulut merupakan pintu pertama masuknya bahan-bahan kebutuhan untuk pertumbuhan,individu yang sempurna serta kesehatan yang optimal.
Sebagaimana kita ketahui rongga mulut dapat mengalami bermacammacam kelainan yang merupakan problema yang belum dapat diatasi sepenuhnya. Sebagai contoh misalnya karies gigi, penyakit jaringan penyangga gigi / periodontal dan penyakit mukosa mulut sampai saat ini belum diketahui etiologinya secara tepat. Kondisi lingkungan rongga mulut sangat kompleks, dimana kemungkinan iritasi mekanik, fisik dan kimiawi serta banyaknya macam mikroorganisme dan susunan saliva dapat mempengaruhi terjadinya perubahan kondisi lingkungan rongga mulut dan memungkinkan terjadinya suatu penyakit.
Penyakit yang terjadi didalam mulut khususnya mukosa mulut dapat memberikan keluhan atau tanpa keluhan bisa berupa kelainan jinak dan keganasan. Bilamana penyakit jaringan lunak rongga mulut tidak memberikan gejala rasa sakit umumnya pasien tidak datang berobat, padahal kemungkinan besar lesi yang tidak memberikan keluhan itu merupakan tanda awal dari suatu keganasan atau tanda awal dari penyakit sistemik yang berbahaya, sehingga seringkali pasien dengan lesi-lesi semacam itu barn datang ke klinik Oral Medicine sudah dalam keadaan sakit berat atau stadium terminal. Keadaan ini akan memperburuk prognosa penyakitnya karena mulut yang sakit akan terganggu fungsinya sehingga pemasukan makanan akan menurun dengan akibat defisiensi nutrisi.
Sebelum uraian lebih lanjut tentang penyakit mulut akan saya utarakan terlebih dulu pengertian tentang Oral Medicine, ruang lingkup serta sejarah perkembangannya.
Oral Medicine adalah cabang ilmu Kedokteran Gigi yang berkompeten khusus dalam mengelola kesehatan pasien secara menyeluruh meliputi diagnosa dan perawatan yang bersifat non bedah pada kelainan primer maupun sekunder di rongga mulut dan sekitarnya (Mazzeo & Chasens 1975). Secara luas Oral Medicine dapat diartikan sebagai salah satu aspek Kedokteran Gigi untuk mengetahui hubungan antara mulut dengan bagian tubuh yang lain, baik dalam keadaan sehat maupun sakit atau diformulasikan sebagai suatu kemampuan khusus dalam praktek Dokter Gigi serta kaitannya dengan pengelolaan kesehatan pasien secara menyeluruh.
Ruang lingkup Oral Medicine tidak terbatas pada penyakit mulut yang primer atau lokal saja melainkan juga mengelola pasien-pasien dengan manifestasi oral penyakit sistemik. Oleh karenanya Dokter Gigi berkewajiban mengetahui latar belakang penyakit setiap pasien sebelum memulai perawatan gigi. Perawatan gigi mulut bisa gagal bila klinisi tidak tanggap akan keadaan pasien yang sedang dalam status pengawasan medik untuk penyakit sistemiknya. Atau bahkan terjadi resiko yang fatal atau timbul penyakit lain sebagai akibat tindakan perawatan Dokter Gigi.
Oral Medicine sampai saat ini masih merupakan salah satu bidang ilmu Kedokteran Gigi yang belum banyak dikenal baik oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat umumnya karena cabang ilmu tersebut relatif masih muda dibandingkan dengan cabang ilmu Kedokteran Gigi lainnya. Masih banyak pendapat yang beranggapan bahwa tugas dan tanggung jawab Dokter Gigi terbatas pada penanganan penyakit yang berhubungan dengan gigi saja sehingga pasien dengan lesi pada mukosa mulut tidak datang ke Dokter Gigi tetapi meminta pertolongan dokter Umum."
Jakarta: UI-Press, 1991
PGB Pdf
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Ismu S. Suwelo
"

Pada kesempatan yang berbahagia ini saya akan mengemukakan pandangan mengenai peranan pelayanan kesehatan gigi anak dalam menunjang peningkatan kualitas sumber daya manusia di masa mendatang dalam menyongsong abad ke 21 yang penuh tantangan dan saingan. Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat agar tingkat kesehatan masyarakat menjadi lebih baik. Pembangunan di, bidang kesehatan gigi adalah bagian integral pembangunan kesehatan nasional. Ini berarti bahwa untuk melaksanakan pembangunan di bidang kesehatan, pembangunan di bidang kesehatan gigi tidak boleh ditinggalkan; juga sebaliknya bila ingin melaksanakan pembangunan di bidang kesehatan gigi, tidak boleh, melupakan kerangka. yang lebih luas, yaitu pembangunan di bidang kesehatan umumnya.

Di bidang kesehatan gigi indikator untuk penelitian epidemiologis sangat penting artinya bagi perencanaan pengembangan ketenagaan, material, dan penganggaran. Selain itu data penelitian epidemiologis juga diperlukan untuk pengembangan, evaluasi, dan pemantapan usaha pencegahan, kuratif, dan rehabilitatif di bidang kesehatan gigi baik regional maupun nasional. Peta dunia tentang distribusi kerusakan gigi (biasa disebut karies) menunjukkan perbedaan prevalensi dari tahun ke tahun pada beberapa negara. Terjadi penurunan frekuensi dari DMF-T (indeks kerusakan gigi dewasa) di negara maju, tetapi terjadi kenaikan pada negara yang sedang berkembang. Sebagian besar penurunan frekuensi karies gigi disebabkan karena adanya program pemberian fluor secara intensif antara lain melalui,air minum.

"
Jakarta: UI-Press, 1997
PGB 0446
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Nurul Mustaqimah
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pemberian zinc (Zn) per oral dan aktivitas 'alkaline phosphatase' (ALP) dalam `gingival crevicular fluid' (GCF) saat pasca 'flap operation' (FO) guna mendapatkan data dalam mempercepat penyembuhan luka bedah. Kepada 12 pria dewasa diberikan ZnSO4 220 mg 3 x 1 sehari selama 14 hari. F0 dilakukan pada hari ke 5. Pemeriksaan 'papillary bleeding index' (PBI), kedalaman poket periodontal, kegoyangan gigi, produksi GCF, konsentrasi protein dalam GCF, aktivitas ALP dalam GCF, konsentrasi Zn plasma, dilakukan pada hari ke 5, 12, 19, dan 26. Kesehatan dan status grzi subyek diperiksa dengan meneliti konsentrasi kreatinin serum serta melakukan '3 days recall dietary survey'. Sebagai kontrol adalah 11 pria dewasa yang diberi 'saceharum lactis' 50 mg dan perlakuan yang sama. Ternyata pemberian Zn tersebut sudah berpengaruh terhadap aktivitas ALP GCF sejak hari ke 5 dan aktivitas ini menurun terus mengikuti waktu penelitian.

ABSTRACT
The Relationship Between Zinc Preparation Given Per Oral and Post Periodontal Surgical Alkaline Phosphatase Activity in the Gingival Crevicular FluidThe purpose of this study was to investigate the relationship between zinc preparation given per oral and post flap operation alkaline phosphatase (ALP) activity in the gingival crevicular fluid, (GCF). This study investigated the zinc effect on periodontal surgical healing process. 12 men taken 220 mg ZnSO4 3 times a day for 14 days. The FO performed at day 5. The assessment of papillary bleeding index (PBI), periodontal pocket depth, tooth mobility, GCF production, protein concentration in the GCF, ALP activity in the GCF, plasma Zn concentration were performed at day 5, 12, 19, 26. The subject health and nutritional status were studied by assessing the serum creatinine concentration and performed the 3 days recall dietary survey. As the control group there was 11 men given 50 mg saccharum lactis and the same treatments. The effect of Zn given on GCF ALP activity has been seen on day 5 and this activity continued to decrease along the investigation time.
"
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1990
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Heriandi Sutadi
Jakarta: UI-Press, 2005
PGB 0451
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Harini Soemartono
Jakarta: UI-Press, 1998
PGB 0453
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah Nurul Izzah
"Latar Belakang: Pandemi COVID-19 berdampak pada seluruh aspek kehidupan manusia, tak terkecuali bidang kedokteran gigi. Pengunaan rotary instrument memungkinkan aerosol atau droplet yang berisi saliva dan darah tersebar di lingkungan praktik gigi dan menjadikan lingkungan praktik dokter gigi berisiko tinggi infeksi COVID-19. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pedoman modifikasi dan penguatan SOP praktik sesuai dengan yang telah ditetapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara berbagai faktor sosiodemografi, karakteristik pekerjaan, kecemasan, pengetahuan, dan pengalaman pelatihan dengan modifikasi dan penguatan SOP praktik dokter gigi pada masa pandemi COVID-19 di DKI Jakarta.
Metode: Studi cross-sectional dengan metode purposive sampling menggunakan kuesioner daring kepada 184 dokter gigi di DKI Jakarta pada Oktober hingga Desember 2021. Kuesioner berisi 40 pertanyaan meliputi sosiodemografi, karakteristik pekerjaan, kecemasan, pengetahuan, pengalaman pelatihan, dan modifikasi dan penguatan SOP praktik dokter gigi. Uji bivariat Mann-Whitney, Kruskal-Wallis, dan Spearman dilakukan untuk analisis statistik.
Hasil: Sebagian dokter gigi (56%) merasa cemas terkait pandemi COVID-19. Lebih dari 95% dokter gigi telah mengetahui dengan benar manfaat penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), kebersihan tangan, serta menghindari tindakan yang menghasilkan droplet dan aerosol. Namun hanya 65-75% responden yang mengetahui disinfeksi dan pemasangan serta pelepasan APD yang tepat. Selain itu, pelatihan mengenai modifikasi dan penguatan SOP praktik dokter gigi baru diikuti oleh sebagian responden (54.9%). Uji Mann-Whitney menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan secara statistik (p<0.05) antara item pengalaman pelatihan dengan modifikasi dan penguatan SOP praktik. Uji Spearman menunjukkan adanya korelasi positif lemah yang signifikan secara statistik (p<0.05) antara item pengetahuan dengan modifikasi dan penguatan SOP praktik.
Kesimpulan: Secara umum, dokter gigi di DKI Jakarta telah melakukan modifikasi dan penguatan SOP praktik dengan baik meskipun praktik yang lebih rendah ditemukan pada beberapa komponen, seperti penggunaan rubber dam dan High-Volume Evacuator (HVE) atau saliva ejector bervolume tinggi, serta pemeriksaan COVID-19 kepada pasien sebelum melakukan perawatan gigi. Modifikasi dan penguatan SOP praktik dokter gigi memiliki asosiasi dengan pengalaman pelatihan dan pengetahuan.

Background: The COVID-19 pandemic has an impact on all aspects of human life, include dentistry. The use of a rotary instruments allow aerosols or droplets containing saliva and blood to be dispersed in the dental practice environment and make the dental environment at a high risk place for COVID-19 transmission. Therefore, it is important to carry out the practice modification guidelines that have been established. This study aims to determine the relationship between various sociodemographic factors, job characteristics, anxiety, knowledge, and training experience with dental practice modifications during the COVID-19 pandemic in DKI Jakarta.
Methods: A cross-sectional survey was conducted online using purposive sampling method, including 184 dentists in DKI Jakarta collected from October to December 2021. The questionnaire contains 40 questions covering sociodemography, job characteristics, anxiety, knowledge, training experience, and practice modification of the respondents. Mann-Whitney, Kruskal-Wallis, and Spearman Tests were performed for statistical analysis.
Results: Some dentists (56%) feel anxious about the COVID-19 pandemic. More than 95% of dentists are well aware of the benefits of using Personal Protective Equipment, hand hygiene, and avoiding procedures that generate droplets and aerosols. However, only 65-75% of respondents are aware of workplace disinfection and the proper donning and doffing of Personal Protective Equipment (PPE). In addition, training on dental practice modification was attended by some of the respondents (54.9%). The Mann-Whitney test showed a statistically significant difference between training experience and practice modification (p<0.05). Spearman's test showed a statistically significant difference with weak positive correlation between knowledge and practice modification (p<0.05).
Conclusion: In general, dentists in DKI Jakarta have modified their practice well, although lower practice was found in several components, such as the use of rubber dam and High-Volume Evacuator (HVE) or high-volume saliva ejector, and COVID-19 test on patients before dental treatment. Dental practice modification is associated with training experience and knowledge.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hania Azzahra Dewanto
"Latar Belakang: Mahasiswa kedokteran gigi tingkat akhir memainkan peran penting dalam pelaksanaan perawatan kedokteran gigi di masa depan, termasuk perawatan yang melalui teledentistry, sehingga penting untuk mengetahui bagaimana minat mahasiswa-mahasiswa ini untuk menggunakan. Minat mahasiswa untuk menggunakan teledentistry dapat diprediksi oleh domain-domain Model UTAUT. Tujuan: Untuk mengetahui kemampuan Model UTAUT beserta domain-domainnya untuk memprediksi minat mahasiswa profesi kedokteran gigi di Indonesia untuk menggunakan teledentistry. Metode: Penelitian deskriptif analitik potong lintang pada 472 mahasiswa profesi kedokteran gigi di Indonesia menggunakan kuesioner yang telah diadaptasi serta diuji validitas dan reliabilitasnya. Hasil: Model UTAUT dan dapat memprediksi mahasiswa kedokteran gigi untuk menggunakan teledentistry (R2 = 51,4%). Seluruh domain model UTAUT memiliki pengaruh terhadap BI mahasiswa untuk menggunakan (PE R2 = 0,328, EE R2 = 0,371, SI R2 = 0,382, FC R2 = 0,346). Karakteristik kesukarelaan mahasiswa memiliki hubungan yang signifikan secara statistik dengan minat menggunakan teledentistry. Kesimpulan: Model UTAUT dapat memprediksi minat mahasiswa kedokteran gigi di Indonesia untuk menggunakan teledentistry dan seluruh domain nya memiliki pengaruh terhadap minat penggunaan teledentistry. Karakteristik kesukarelaan mahasiswa dapat mempengaruhi minat untuk menggunakan teledentistry.

Background: Final year dental students play an important role in the implementation of future dental care including those through teledentistry, so it is important to know how interested these students are in using teledentistry. Interest (Behavioral Intention (BI)) can be predicted by the UTAUT Model’s construct (PE, EE, SI & FC). Objective: To determine the ability of the UTAUT model in predicting the interest of dental students to use teledentistry and to determine the relationship between the characteristics of dental students and their interest. Method: Cross-sectional analytic descriptive study on 472 dentistry students using a questionnaire that has been adapted and tested for its validity and reliability. Results: The UTAUT model was significant in predicting the behavioral intention of dental students to use teledentistry (R2 = 51,4%). All domains of the UTAUT model have influence on students’ BI to use teledentistry (R2 = 0.328, 0.371, 0.382, 0.346). Voluntariness of use has a significant relationship with interest in using teledentistry. Conclusion : The UTAUT model can predict dental students in Indonesia’s interest to use teledentistry and all of its domains have influence on the interest in using teledentistry. Student’s voluntariness of use also affected their interest in using teledentistry."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Child patient management skills are essential for the dentists who want to successfully manage children. Without appropriate clinician skills in behavior management dental care in pediatric dentistry may be impractical for some children. Treatment of difficult children without effective behavioral management may appear cruel to the child may be perceived by unsatisfactory by the parent and can be exhausting to the clinician. Proper management of children is probably the most important responsibility of dentists who practice pediatric dentistry. Variety of factors may influenced the child behavior in the dental clinic, such as: growth and development, family and peers pass medical and dental experiences and the dental environment it self. This factors should be take attention by the dentists to diagnose the child behavior to dental clinic then choose the appropriate the technical behavior to manage the child."
Journal of Dentistry Indonesia, 2003
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Christina Maria Kristanti
"Reviewed indicators of National Household Health Survey (NHHS) 1995 were done to know wheter the target of dental health for all by the year 2000 which was the program goals has been achieved. The indicators reviewed were index DMF-T, prevalence of dental caries, percent people with a minimum of 20 functional teeth and percent people with complete teeth. Index DMF-T is a total number of D-T (decayed teeth) score, M-F (missing teeth) score and F-T (filled teeth) score that shows level of seriousness of dental damage caused by dental caries/ cavity. The findings showed that indicator "DMF-T index among children aged 12 years" was low (2.21) and achieved the target. But it is not a positive one finding that the score was dominated by D-T score which have not been took up yet, and the high prevalence of population with dental caries experience which was covered 77% of children aged 12 years. Indicator "population aged 18 years that retain all their teeth" is not a sharp one because it is only show the retainning of the teeth without knowing the conditions of the teeth, loss or caries. Target year 2000 that was "75% population aged 35-44 years have a minimum of 20 functional teeth" has been achieved. Target year 2000 that was "50% population aged 65+ years have a minimum of 20 functional teeth" can not been achieved. Indicator of "children aged 5 years with caries free" was not collected by SKRT 1995, but it is needed to monitor the program prevention. Indicator "population with deep pocket" is important to know the damage of teeth that caused by periodontal diseases. It is recommended to have a comprehensive services which consist of promotion, protection, early diagnosis and prompt treatment. Indicator "prevalence of caries" on a couple of age groups is needed, and also indicator of "children aged 5 years with caries free" and "population with deep pocket" specifically on age 35-44 years and 65+ years."
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2002
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Usman Sumantri
"Latar belakang. Berdasarkan hasil survey Departemen Kesehatan R.I pada Pelita IV, menunjukkan penyakit karies gigi dan penyakit periondontal makin meningkat dibandingkan pelita III. Gambaran penyakit dari masyarakat yangg berobat ke Puskesmas dari tahun 1989-1992, menunjukkan bahwa penyakit gigi dan mulut berada pada urutan kedua dan ketiga dari 10 penyakit terbanyak yang diderita masyarakat. Ironinya adalah dari banyaknya penyakit gigi dan mulut yang ada tidak menjadikan cakupan pelayanan kesehatan gigi dan mulut lebih baik, karena dari pemantauan Departemen Kesehatan R.I, menunjukkan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas hanya 4 propinsi yang telah mencapai target nasional (9 orang perhari). Hal ini mejadi menarik karena sampai saat ini belum didapatkan adanya gambaran atau informasi inengenai faktor-faktor yang mungkin berperan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas oleh masyarakat pengguna jasa pelayanan tersebut.
Tujuan. Tujuan penelitian ini adalah diperolehnya infolmasi dan gambaran mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas yang ditinjau dari aspek pengguna jasa pelayanan. Sedangkan yang menjadi objek studi dalam penelitian ini adalah pengunjung yang memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Pasar Minggu, Jakarta Selatan (sebagai daerah penelititian).
Metode. Jenis penelitian adalah cross sectional untuk melihat hubungan antara variabel independen yang ditinjau dari aspek pengguna jasa pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas, yang terdiri dari variabel pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, penghasilan, sikap, besar anggota keluarga dan jarak ke tempat pelayanan dengan variabel dependen adalah pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas selang enam bulan sebelumnya sampai dengan penelitian dilakukan. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara terstruktur yakni berpedoman kepada kuesioner. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan analisis univariat, analisis bivariat dan analisis regesi logistik niultivariat untuk melihat faktor mana yang paling erat hubungannya dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas.
Hasil. Berdasarkan penelitian ini, diperoleh bahwa sebagian besar pengguna jasa pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Pasar Minggu adalah berpendidikan sedang (SLTP dan SLTA), sebagian besar mempunyai pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut pada tingkat pengetahuan sedang, sebagian besar tidak bekerja, rata-rata berpenghasilan rendah, sebagian besar mempunyai sikap mendukung terhadap pelayanan kesehatan gigi, dan rata-rata berkeluarga kecil dan sebagian besar bertempat tinggal dekat dengan Puskesmas.
Hasil Uji statistik baik secara bivariat maupun multivariat diperoleh 2 variabel bebas yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Pasar Minggu yaitu variabel pekerjaan dan sikap terhadap pelayanan kesehatan gigi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang menentukan seseorang untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas adalah sikap yang mendukung terhadap pelayanan disamping adanya faktor pekerjaan.

Back Ground. Base on the result of survey data by Ministry of Health in Pelita IV, indicated that dental caries and periodontal diseases were more increase than in Pelita III. Illustration of the disease scheme taken from the community whose came to Puskesmas in 1989-1992, demonstrated that dental and oral diseases were second rank and third rank from the ten most occurring diseases. Nevertheless the high ranking of oral and dental diseases would not be better coverage of dental health services. The investigation, which conducted by Ministry of Health, had proved that the utilization of dental health services at Puskesmas in Indonesia, only 4 provinces had achieved the national target. The problem would be more interesting because of rare information which concerning about the factors influenced the utilization by the patients.
Objective. the researcher would have the information and illustration about the factors which have been connected with the utilization of dental health services from the viewpoint or patients.
Method. The research was a cross section to find the connection between independent variables from viewpoints of patients as the consumer, such as education, knowledge, occupation, income, attitude, number household of member, distance, and dependent variable which was the utilization of dental health care services at Puskesmas Pasar Minggu during six month before the research was taken. Data was taken from structured interview and will be analyzed by univariate, bivariate and multivariate logistic regression, to see which factors would have the closest connection with the utilization dental health care services at Puskesmas Pasar Minggu.
Results. The results found that mostly the patient at Puskesmas Pasar Minggu were the middle eduction (SLIP, SLTA), jobless, low income. Most of them supported the dental health services, belong to small families, and live near the Puskesmas.
The bivariate and multivariate statistics showed that only two independent variabels connected with utilization of dental health services at Puskesmas Pasar Minggu. Such as variable of occupation and variable of attitude. Concerning about the results above, the researcher conclude that two variables (occupation and attitude) would be the most factors which determined the utilization of dental health services.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>