Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127866 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aji Digdoyo
"ABSTRAK
Setiap pembangunan industri minuman bir mempunyai pengaruh terhadap lingkungan, karena industri minuman bir menghasilkan limbah dan apabila limbah tersebut dibiarkan, limbah tersebut akan berpotensi untuk mencemari 1ingkungan. Untuk mencegah pencemaran lingkungan, bakumutu yang dihasilkan dari proses instalasi pengolahan limbah industri minuman bir harus berada di bawah baku mutu yang ditetapkan dari Surat Keputusan Kotamadya Dati 11 Tangerang No 660.1/SK1395JLH-94 tanggal 19 September 1994.
Penggunaan unit reaktor Upflow Anaerob Sludge Blanket (UASB) di dalam instalasi pengolahan limbah cair industri minuman bir mempunyai beberapa kelebihan, karena seiain berfungsi menurunkan parameter-parameter kadar limbah cair minuman bir, juga dapat menghasilkan gas metana, dan dapat dikonversi menjadi energi listrik. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi kinerja dari reaktor UASB guna memperoleh informasi yang sesuai mengenai pemanfaatan reaktor UASB sebagai :
1. Unit pengolah limbah cair
2. Reaktor UASB sebagai sumber energi gas metana
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahul tingkat efisiensi reaktor UASB dan produksi gas metana yang dihasilkan, dengan memperhatikan beban pencemaran, kesesuain desain dan standar pengoperasian. Efisiensi reaktor UASB dapat diamati melalui besarnya removal capacity yang dihasilkan setelah kadar limbah cair melalui reaktor UASB, sedangkan volume gas metana yang dihasilkan diamati melaiul penurunan COD dan besarnya Volatile Fatty Acid.
Dalam penelitian ini kondisi khusus yang diberlakukan pada kadar limbah cair sebelum menuju unit reaktor UASB adalah pH 7 - 7,5, temperatur adalah 30 - 37°Celcius, volume UASB = 380 m3 dan Hydraulic Retention Time = HRT = 11 jam pada kapasitas :
- aliran umpan rata-rata = 36,79 m3/jam dengan Organic Loading Rate (OLR)= 6,06 kg COD/hari
- aliran umpan rata-rata = 36,72 m3/jam dengan Organic Loading Rate (OLR) = 5,87 kg COD/hari
Dari hasil percobaan didapat hal-hal berikut:
1. Adanya sifat hubungan yang sangat kuat antara parameter limbah cair sebelum melalui reaktor UASB dan sesudah melalui reaktor UASB, baik dari aliran umpan rata-rata = 36,79 m3/jam dan OLR =6,06 kg COD/hari maupun pada aliran umpan rata-rata = 36,72 m3/jam dan OLR =5,87 COD/hari. Adapun nilai r (hubungan) pada aliran umpan rata-rata = 36,79 m3/jam dan OLR =6,06 kg CQD/hari adalah CODt=0,05, CODs=(0,33), pH=0,75, SS=(0,18), sedangkan nilai r (hubungan) pada aliran umpan rata-rata = 36,72 m3/jam dan OLR =5,87 COD/hari adalah CODt=0,52, CODs=0,33, pH=0,43, SS=0,37. Di samping itu berdasarkan uji statistik dan basil pengukuran terbukti bahwa reaktor UASB mampu menurunkan kadar limbah cair hingga 82,41%.
2. Efisiensi reaktor UASB yang diperoieti pada aliran umpan 36,79 m3/jam dengan OLR= 6,06 kg COD/had mempunyal efisiensi UASB= 82,38% dan VFA= 81,36% sedangkan aliran umpan 36,72m3/jam dengan OLR=5,87kg COD/had mencapai etisiensi UASB= 82,41%. dan VFA=66,36%, berdasarkan data ini terlihat bahwa Efisiensi reaktor UASB akan meningkat dengan turunnya OLR.
3. Gas metana yang tertinggi diperoleh dari aliran umpan 36,79 m3/jam dengan OLR=6,06 kgCOD/hari pada VFA= 81,36%, menghasilkan gas metana 255,85 m3/hari, sedangkan aliran umpan 36,72 m3ljam OLR=5,87 kg COD/had pada VFA= 66,36%, menghasilkan gas metana 88,72 m3/hari dari data ini terlihat bahwa gas metana akan meningkat dengan mentngkatnya VFA.
4. Kapasitas gas metana 255,85 m3lhari bila dikonversi sebagai energi listrik menjadi 207,24 kilo watt perjam, sedangkan kapasitas gas metana 88,72 m3/hari bila dikonversi sebagai energi listrik menjadi 71,86 kilo watt perjam, ini menunjukkan bahwa daya listrik yang dihasilkan sebanding dengan konversi gas metana.
Sebagai kesimpulan dapat dikemukakan bahwa reaktor UASB merupakan salah satu unit pengolahan limbah cair yang dapat menurunkan kadar limbah cair dan menghasilkan gas metana dan energi gas metana dapat dikonversi menjadi energi listrik.

ABSTRACT
Every development in beer industry may influence its environment, because the industry produces wastes. If the wastes are negleted, it can be a potensial pollutant to environment In order to keep the enviroment away from enviromental pollution, quality of waste treatment outcome must be lower than the stipulated quality standard regulation of Kotamadya Dati Ii Tangerang No. 660.11SK13951LH - 1994 dated 19 err September, 1994.
Using Upflow Anaerob Sludge Blanket (UASB) reactor utilization to waste water has some advantages, such as reducing level of waste water concentration, producing methane gas that can be converted into electrical energy. Therefore, performance of UASB needs to be evaluated to gain information regarding its benefit as a waste water treatment unit and a source of methane gas energy.
Generally, the research objectives to are detect efficiency level of UASB and production of methane gas by observation on pollution load, suitability on design and standardization in operation. Efficiency level of UASB reactor can be observed by removal capacity, meanwhile the capacity of methane gas production is observed by COD reduction and Volatile Fatty Acids.
Certain conditions are applied to waste water before it is processed in USAB reactor unit; they are as follows : pH 7.7.5; the temperature 30°C -37°C ; USAB volume = 380m3; and hydraulic retention time = 11 hours in capacity :
- A feed flow average of 37.79 m3/hour with Organic Loading Rate (OLR) = 6.4 kg COD/day
- A feed flow average of 36.72 m3/hour with Organic Loading Rate(OLR) = 5.87 kg COD/day
The research can be stated in followings :
1. There is a solid connection on waste water concentration before and after passing through the USAB in both capacities feed flow average of 36.79 m3/hour with Organic Loading Rate (OLR) = 6.06 kg COD/day and a feed flow average of 3712 m3lhour with Organic Loading Rate (OLR) = 5.87 kg COD/day. The result feed flow average of 36.79 m3lhour with Organic Loading Rate (OLR) = 6.06 kg COD/day is CODt =0.05, CODs =(0.33), pH =0.75, SS =(0.18) and a feed flow average of 37.72 m3lhour with Organic Loading Rate (OLR) = 5.87 kg COD/day is CODt =0.52, CODs =0.33, pH =0.43, 55 =0.37. Based on statical test and result measurement, it can be proved that UASB reactor can reduce waste water concentration up to 82,41%.
2. Efficiency of UASB reactor on feed flow average of 36.79 m3/hour with Organic Loading Rate (OLR) = 6.06 kg COD/day is 82.38% and VFA = 8t36%. Meanwhile, UASB reactor of feed flow average of 36.72 m3/hour with Organic Loading Rate (OLR) = 5.87 kg COD/day can reach USAB efficiency = 82.41% and VFA = 66.36%. From the above data, it can be concluded that efficiency UASB reactor is increased with the reduction of OLR.
3. The highest capacity 255.85 m3/day of methane gas can be reached on feed flow average of 36.79 m3/hour with Organic Loading Rate (OLR) = 6.06 kg COD/day and VFA =81.36%. Whilst, the feed flow average of 36.72 m3lhour with Organic Loading Rate (OLR) = 5.87kg COD/day, VFA =66.36% can produce 88.72 m3/day methane gas capacity. It can viewed that methane gas capacity is increased with the growth of VFA.
4. In capacity of 255,85m31day methane gas can be converted into 207.24 kwh electrical energy and capacity of 88.72 m3/day methane gas can be converted into 71.86 kwh. The condition is shown that production of electrical energy is equivalent to methane gas conversion.
It can be concluded that UASB reactor is one of waste water treatment installation which can reduce waste water concentration and produce methane gas as energy; methane gas can be convertion into electrical energy.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rohil
"ABSTRAK
Permasalahan yang dihadapi oleh pabrik karet remah di Kotamadya Palembang sekarang ini ialah kadar beberapa parameter limbah cair seperti HOD dan COD masih melampaui baku mutu limbah cair. Limbah yang melampaui ambang batas ini dikhawatirkan akan menambah tingkat pencemaran sungai Musi. Untuk mengurangi tingkat pencemaran ini, perlu dilakukan pengendalian terlebih dahulu sebelum limbah tersebut dibuang ke badan air.
Penelitian ini bertujuan menguji bagaimana pengaruh pengendalian limbah cair terhadap kualitas limbah dan biaya produksi karet remah. Penelitian yang dilakukan secara keseluruhan merupakan penelitian deskriptif yang ditunjang oleh penelitian eksperimental. Lokasi penelitian adalah salah satu pabrik karet remah di Kotamadya Palembang. Percobaan dilakukan dengan tiga perlakuan yaitu perlakuan aerasi tanpa penambahan zat kimia dan perlakuan aerasi dengan penambahan zat kimia serta perlakuan kontrol. Hasil percobaan diukur setelah waktu 24 jam, 48 jam dan 72 jam.
Hasil penelitian dan uji statistik dengan analisa variansi (ANAVA) menunjukkan bahwa kadar limbah cair karet remah ( BOD, COD dan SS) dapat diturunkan dibawah baku mutu limbah cair. Faktor perlakuan, waktu dan interaksi antara perlakuan dengan waktu, berpengaruh terhadap kadar limbah cair karet remah.
Berdasarkan hasil percobaan, diperkirakan biaya pengendalian tanpa zat kimia sebesar Rp. 73,5 juta dan pengendalian dengan penambahan zat kimia sebesar Rp.124 juta. biaya pengendalian ini akan menambah beban biaya produksi sebesar Rp.4,1 per kg karet (tampa zat kimia) dan Rp.6,9 per kg karet (dengan zat kimia), sehingga laba perusahaan akan berkurang sebesar 29,7 % (tanpa zat kimia) dan 49,9 % (dengan zat kimia).
Daf tar Kepustakaan 34 (1953 - 1990)

ABSTRACT
The problem that is faced by all of crumb rubber factory in Palembang today is the content of .some parameter of liquid waste like BOD and COD are still exceed the standard of effluent. The effluent that exceed the limit is concerned because it will increase the rate of pollution in Musi's river. To reduce the rate of pollution, the waste must be controlled before they are disposed to the river.
The goal of this research is to examine the influence of controlling to the quality of waste and production cost. The whole research is a descriptive research that has been supported by experimental research. The research took place at a crumb rubber factory in Palembang. The experiment was done with 3 kind of treatments. First, aeration treatment without chemical substances adding second, aeration treatment with chemical substances adding and third, controlling treatment. The results were measured after 24 hours, 48 hours and 72 hours.
The results and statistical test with analysis of variance (ANOVA), howed that liquid waste of crumb rubber content could become lower than the standard of effluent. The treatment factor} time and its interaction influenced to content of liquid waste of crumb rubber.
The controlling cost was estimated based on these result of experiment , which is for controlling without chemical substances needed 73,5 -million rupiahs and with chemical substances needed 124 million rupiahs. This controlling cost would raise the production cost Rp.4,1 /kg rubber (without chemical substances) and Rp. 6,9 /kg rubber (with chemical substances), therefore the company's profit would be reduced 29,7 % (without chemical substance) and 49,9 % (with chemical substances).
References 34 (1953 - 1990)
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mia Amalia
"Pencemaran lingkungan dapat terjadi apabila suatu kegiatan usaha tidak memperhitungkan biaya pencemaran lingkungan dalam proses produksinya. Gejala seperti ini disebut eksternalitas yang menciptakan ketergantungan antara dua atau lebih kelompok orang yang tidak dapat dinilai dengan uang, Pencemaran lingkungan, terutama sungai oleh limbah cair pabrik banyak terjadi dan biasanya dinilai merugikan masyarakat sekitar yang menggunakan sungai sebagai sumber air. Kerugian yang ditanggung masyarakat dapat digolongkan ke dalam biaya sosial yang harus ditanggung oleh segolongan orang yang diakibatkan oleh kegiatan orang lain.
Agar hal tersebut tidak terjadi, dibutuhkan suatu kerangka berpikir baru, yang menempatkan lingkungan sebagai sumberdaya terbatas sehingga dapat diberlakukan sistem harga bagi siapapun yang menggunakannya. Metode yang dapat digunakan untuk menghitung kerugian yang disebabkan oleh suatu kegiatan industri adalah metode valuasi lingkungan. Dengan kata lain, lingkungan tidak boleh dimasukkan ke dalam komponen eksternalitas ekonomi.
Tujuan penelitian adalah: (1) menentukan efisiensi pengolahan limbah yang tidak merugikan semua pihak yaitu industri, masyarakat, dan alam yang diwakili oleh badan air; dan (2) mengoptimalkan biaya pengendalian pencemaran dan biaya sosial yang ditanggung oleh petani.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode ekspos fakto. Metode ini dipilih dengan mempertimbangkan kecukupan data dari penelitian sebelumnya dan untuk memenuhi persyaratan waktu penelitian yang terbatas. Pada dasarnya penelitian ini dilakukan untuk mengkuantifikasi efisiensi penyisihan bahan pencemar, kerugian masyarakat, dan daya beli masyarakat ke dalam harga dengan menggunakan data sekunder dari hasil penelitian sebelumnya.
Penyisihan bahan pencemar yang optimum adalah antara 52,605% sampai dengan 60,290%. Dalam rentang tersebut, pendapatan petani berkisar antara Rp. 26.321.653 sampai dengan Rp. 34.527.171 per hektar per tahun, sedangkan biaya pengelolaan berkisar antara Rp. 26.321.409 sarnpai dengan Rp. 30.380.888 per hektar per tahun.
Dengan keadaan tersebut maka:
1. Pendapatan petani yang selama ini menggunakan sumber air yang tercemar, akan meningkat, dengan jumlah peningkatan yang berlainan tergantung dari karakteristik sumber air yang digunakannya. Peningkatan pendapatan petani sangat besar, bahkan untuk petani yang menggunakan limbah pabrik gula sebagai sumber airnya, pertambahan keuntungan petani per hektar mencapai 379% pada efisiensi pengolahan 52,605%, dan 5,232% pada efisiensi pengolahan 60,290%. Hal ini kemungkinan besar akan sangat berpengaruh pada perubahan taraf kehidupan petani.
2. Dengan menggunakan harga gula di pasaran saat ini (Rp. 4.000 per kg), maka harga gula akan bertambah antara 0,914% sampai dengan 1,356% per kg. Dengan demikian maka harga gula tidak akan bertambah banyak. Hal ini menunjukan bahwa pengolahan limbah cair akan menambah biaya produksi gula paling tinggi sampai dengan Rp. 55/kg.
Setiap pertambahan jumlah bahan pencemar yang disisihkan, akan menambah biaya pengolahan limbah dan pendapatan petani padi, tetapi dengan membandingkan gradien kedua grafik tersebut terlihat bahwa pertambahan pendapatan petani padi akan jauh lebih besar dibandingkan dengan biaya pengolahan limbah.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1. Efisiensi pengolahan limbah yang tidak terlalu merugikan semua pihak yaitu industri, masyarakat, dan bad an air berkisar antara 52,605% sampai dengan 60,290%
2. Biaya pengendalian pencemaran yang optimum adalah sebesar Rp. 1.645.088.040 sampai dengan Rp. 1.898.805.504 per tahun
3. Biaya sosial yang diderita oleh petani akan menurun sejalan dengan pertambahan keuntungan petani yang kenaikannya berkisar antara 379% sampai dengan 5.232%.
4. Badan air akan lebih mudah menguraikan bahan pencemar karena toksisitas bahan pencemar sudah berkurang.
Dengan demikian maka hipotesis telah teruji: internalisasi biaya lingkungan dengan persentase penyisihan bahan pencemar yang optimum antara 52,605% sampai dengan 60,290%, akan menghasilkan penambahan biaya produk sisebesar 0,914% sampai dengan 1,356% per kg yang lebih rendah dibandingkan dengan biaya sosial yang harus ditanggung petani apabila limbah tersebut tidak diolah yang pendapatannya akan menurun sebesar 379% sampai dengan 5.232%.

Wastewater Treatment Effect On Paddy Farmer's Income (A Case Study at Madukismo Sugar and Rubbing Alcohol Factory, and Paddy Farmers Around the Factory)Environmental pollution could happen if a production activity does not consider its pollution cost. This symptom is called externality that create interdependency between two or more persons group, which cannot be valued by money. Environmental pollution happening on rivers that caused by industrial wastewater usually creates additional social cost. This cost is categorized, as a cost created by a group of person that is has to be overcome by other.
In order to avoid this to happen again, it needs a new paradigm that put environment as a limited resource so we could make a price system on its utilization. The method used to calculate this loss (by industrial activity) is called valuation. In another words, environment could not be considered as an economic externality component.
The objectives of this research are: (1) to determine the level of wastewater treatment efficiency which make no significant harm to stake-holders: industry, society, and environment (receiving water); (2) to optimize the pollution management cost suffered by industry and social cost suffered by farmers.
Research methodology used is expose facto method, This method was chosen with considerations on data availability from previous research and to fulfill the limited research time Basically, this research is conducted to quantify pollutants treatment efficiency, society loss, and public buying capacity into the price using the secondary data of the previous research.
The optimum level of pollutants removal is 52,605% - 60.290%. In this range, the profit that could be obtained by fanner is between Rp, 26,321,653 - Rp. 34,527,171 per hectare per year, and the pollution management cost is between Rp. 26,321,409 - Rp. 30,380,888 per hectare per year.
Base on the above condition:
1. The profit of the farmers who use polluted water will increase, and the amount depends on the characteristics water used. The increase of farmer's profit per hectare could reach 379% on treatment efficiency level of 52.605%, and 5.232% on treatment efficiency level of 60.290%. The profit will greatly affect the farmer's living standard.
2. Using the recent sugar price (Rp. 4,000 per kg), it will raise up to 0.914% to 1.356% per kg. Consequently, the price of sugar will not increase significantly. The wastewater management will add the sugar price only by Rp. 55/kg.
On item added of pollutant removed, it will increase the wastewater management cost and the farmer's profit. But by comparing the gradients of both graphs, the profit is still much bigger than the wastewater management cost.
The conclusions of this research are:
1. The optimum wastewater treatment efficiency for all stakeholders is around 52.605% - 60.290%.
2. The optimum wastewater management cost is between Rp. 1,645,088,040 to Rp. 1,898,805,504 per year.
3. The social cost suffered by farmers will decrease along with the increase of their profit that could reach 379% to 5,232%.
4. The receiving water will degrade the pollutants easily because the toxicity of the pollutants has significantly reduced.
Therefore, the hypothesis stated on section 1.5 has been proved that the internalization of the environmental cost into the optimum pollutants removal (between 52.605% to 60.290%), will increase the product's price to 0.914%to 1.356% per kg which is lower than the social cost suffered by farmers if the wastewater is not treated (between 379% to 5,232%).
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T14634
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sebayang, Juli Edi
"ABSTRAK
Pengolahan bahan olah karat rakyat menjadi produk ekspor SIR 20 (Crumb Rubber), menghasilkan limbah cair yang dapat mengakibatkan terganggunya kehidupan organisme perairan dan peruntukan badan air penerima.
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 20 Tabun 1990 tentang pengendalian pencemaran air, mengupayakan agar sungai dengan berbagai fungsi perlu mendapat perhatian secara bijaksana, sehingga keseimbangan lingkungan dan upaya pengamanan sungai terhadap kerusakan yang disebabkan oleh tindakan manusia dapat dihindarkan.
Dalam rangka melaksanakan Peraturan Pemerintah tersebut PT. Lingga Djaja membuat sistem pengolahan air limbah bahan olah karet rakyat dengan metode sirkulasi bertahap, diharapkan mampu memperbaiki mutu air limbah sesuai dengan baku mutu limbah yang diizinkan pemerintah.
Penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui kemampuan metode sirkulasi bertahap dalam menurunkan kadar pencemar dan mempelajari pengaruhnya terhadap badan air penerima limbah.
Lokasi penelitian terletak di tepi Sungai Enim, termasuk wilayah Kecamatan Tanjung Agung, lebih kurang 5 Km dari ibu kota Kabupaten Muara Enin, Provinsi Sumatera Selatan.
Untuk memperoleh data yang representatif, dilakukan pengambilan contoh air pada 5 lokasi pengukuran di daerah instalasi pengolahan limbah dan 3 lokasi pengukuran pada Sungai Enim, masing-masing sebanyak 2 kali sehari selama 3 hari berturut-turut.
Selanjutnya dilakukan analisis contoh air di laboratorium untuk parameter BOD 5, COD, NH3-N, TSS, kekeruhan, DO, M03-N, TDS dan P04-P, sedangkan suhu dan pH diukur langsung di lapang (in situ).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode sirkulasi bertahap berdasarkan nilai NSF-WTI hanya mampu menaikkan mutu air limbah sebesar 27,34% dengan nilai BOD 5 (+43,9 mg/I) dan NH3-N (+39,1) masih berada di atas baku mutu limbah cair untuk industri karat yang diizinkan. Sedangkan hasil uji t terhadap rata-rata kadar parameter yang diukur sebelum dan setelah pengolahan menunjukkan adanya perbedaan nilai BOD 5, NH3-N, COD, TSS, sedangkan pH tidak berbeda sebelum dan setelah air limbah mendapat perlakuan sirkulasi bertahap.
Kualitas air Sungai Enim sampai dengan jarak 25 meter dari Effluent tergolong buruk (nilai NSF-WQI 41,66). Pada jarak 100 meter dari Effluent, setelah mendapat pengenceran air sungai sebesar 3510 kali, air sungai tergolong baik (nilai NSF-WQI 67,47), mendekati mutu air baku produksi yang digunakan (nilai NSF-WQI 75,03).
Hasil uji t terhadap rata-rata parameter yang digunakan, terdapat perbedaan BOD 5, COD, dan NH3-N pada jarak 25 meter dari lokasi pembuangan limbah dibandingkan dengan konsentrasi sebelum terjadinya pencemaran, sedangkan pH dan TSS tidak menunjukkan adanya perbedaan. Pada jarak 100 meter dari lokasi pembuangan limbah, parameter BOD 5, COD dan T55 menunjukkan adanya perbedaan dibandingkan dengan konsentrasi sebelum terjadinya pencemaran, sedangkan pH dan NH3-N tidak menunjukkan adanya perbedaan.;

ABSTRACT
The small holder's rubber raw material processing to become crumb rubber (SIR 20) produces liquid waste in which if not properly treated, prior to discharge, may cause disturbance on aquatic living organisms in the receiving water bodies.
The Government Regulation (No. 20, 1990) concerning water pollution control has stated that attention on the multi usage of rivers should be wisely made in order to protect the environment from destruction caused by human activities and keep the nature in balance.
In the implementation of the government policy concerning the environment, PT. Lingga Djaja has treated its effluent using several steps circulation method. It is expected that the treated wastewater of this mill can comply the government's permissible limit for rubber industry.
The research aims to assess the capabilities of' the existing wastewater treatment plant of PT. Lingga Djaja to reduce its pollutants' concentration and the impact to the rivers. The mill located at the river Enim in Tanjung Agung sub-district, 5 km from Muara Enim, South Sumatera Province.
To obtain a representative data, samples were taken from 5 samples within the mill's wastewater treatment units and 3 samples at the river Enim, the samples were taken two times a day in three respective day. From each sample 10 physico-chemical parameters were measured. The BOD 5, COD, NH3-N, TSS, turbidity, dissolved oxigent, N03-N, TDS and P04-P were measured in the laboratory, while pH and water temperature were measured directly in the field (in situ).
The study revealsthat the several steps circulation method can only improve the quality of waste water of about 27,34% wit BOD 5 and HH3-N concentration were still above the government's permissible limit for rubber industry. However, the statistical t test shows that the BOD 5, COD, NH3-N and TSS concentrations, both before and after treatments, were significantly different, but not for pH.
The river water quality until 25 meter from the mill discharge point shows a bad quality (NSF-WQU value is 41,66). But, after 100 meter from discharge point, where 3510 times of dilution caused by the river Enin exists, the quality of water improved (NSF-WQI value is 67,47). This value approaches the upstream river water quality (NSF-WQI value is 75,03).
Statistical t-test on average value of BOD 5, COD, NH3-N 25 meter from the mill discharge point, shows significant difference to concentration before discharge point except for pH and TSS. After 100 meter from the discharge point, the BOD 5, COD, TSS shows a significant difference to the concentration before discharge point except the pH and NH3-N.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherien Sherlita Widyasari
"Pengelolaan sampah saat ini melibatkan banyak sektor, termasuk platform daur ulang digital yang muncul seiring dengan kemajuan teknologi. Salah satu platform tersebut adalah Duitin, yang digunakan oleh masyarakat untuk mendaur ulang sampah. Penelitian dilakukan di Kelurahan Karet Semanggi, Jakarta Selatan, tempat mayoritas pengguna Duitin berada, untuk mengevaluasi proses pengelolaan sampah dan dampak penggunaannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata timbulan sampah per individu mencapai 0,27 kg per hari, dengan volume tertinggi di RW 4 dan terendah di RW 3. Komposisi sampah terdiri dari 69,52% sisa makanan, 13,3% plastik, 9,81% kertas/karton, dan lainnya, yang menunjukkan potensi besar untuk meningkatkan pemilahan dan daur ulang. Evaluasi menunjukkan bahwa sebagian besar aspek teknis operasional pengelolaan sampah sudah terpenuhi, namun masih ada ruang untuk peningkatan, terutama dalam hal retribusi sampah dan keterlibatan masyarakat. Analisis mass balance menunjukkan bahwa platform Duitin lebih optimal dibandingkan bank sampah, menyoroti pentingnya integrasi antara berbagai sektor pengelolaan sampah. Rekomendasi yang diberikan meliputi upaya meningkatkan efisiensi dalam setiap tahapan pengelolaan sampah, seperti pengoptimalan sistem retribusi, sosialisasi regulasi, dan edukasi masyarakat mengenai pentingnya peran aktif dalam pengelolaan sampah dan penggunaan teknologi yang tepat.

Waste management today involves multiple sectors, including digital recycling platforms that have emerged alongside technological advancements. One such platform is Duitin, used by the community to recycle waste. A study was conducted in Karet Semanggi Village, South Jakarta, where the majority of Duitin users are located, to evaluate the waste management process and the impact of its use. The study's results show that the average waste generation per individual is 0.27 kg per day, with the highest volume in RW 4 and the lowest in RW 3. The waste composition consists of 69.52% food waste, 13.3% plastic, 9.81% paper/cardboard, and others, indicating significant potential for improving sorting and recycling. The evaluation reveals that most technical operational aspects of waste management are already met, although there is room for improvement, particularly in waste collection fees and community involvement. The mass balance analysis indicates that the Duitin platform is more optimal compared to waste banks, highlighting the importance of integrating various waste management sectors. Recommendations include efforts to enhance efficiency at each stage of waste management, such as optimizing the fee system, promoting regulatory awareness, and educating the community about the importance of active participation in waste management and the proper use of technology."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andini Wisdhanorita
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26505
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Kustiasih
"Di Indonesia, sumber penghasil limbah cair terbesar berasal dari aktivitas rumah tangga, oleh karena itu air limbah harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan masalah bagi lingkungan maupun masalah kesehatan masyarakat. I engo biologis adalah proses yang efektif untuk mengurangi kandungan BOD5, COD, karbon organik, nutrisi dan mikroorganisme patogen dalam air limbah. Pengolahan air limbah menghasilkan sejumlah besar gas rumah kaca terutama metana (CH4), karbon dioksida (CO2) dan dinitrogen oksida (Nfl). Peran pengolahan air limbah juga untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebagai penyebab dari pemanasan global. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengevaluasi kandungan BOD, C02 dan CH4 dari sistem pengolahan air limbah tangki septik dan biofilter. Pemilihan sistem pengolahan air limbah menentukan besarnya CH4 yang terlepas ke udara sebagai penghasil emisi gas rumah kaca. Hasil pengujian air limbah secara komposit untuk tangki septik (BOD5: 161 mg/L; CH4: 1241 mg/L; CO : 5071 mg/L) dan untuk biofilter (BODy 139.2 mg/L; CH4: 17.1 mg/L; C02: 43.5 mg/L)."
Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum , 2017
690 MBA 52:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Aldiasman
"Limbah pabrik tahu yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah padat ampas tahu. Sebagai upaya minimisasi limbah pabrik tahu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh limbah ampas tahu dapat dimanfaatkan dalam ransum broiler, dan pengaruhnya terhadap pertambahan berat badan, konsumsi ransum, konversi ransum, mortalitas, Income Over Feed and Chick Cost (IOFCC), dan efisiensi ekonomi ransum perlakuan. Limbah ampas tahu yang digunakan sebagai campuran pakan lain untuk menyusun ransum diperoleh dari salah satu pabrik tahu di Bogor.
Seratus duapuluh ekor DOC broiler strain Shaver Starbro produksi PT. Cargill Indonesia, digunakan sebagai materi penelitian. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan empat ransum perlakuan. Setiap perlakuan mendapat tiga ulangan masing-masing menggunakan sepuluh ekor.
Ransum perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu RO sebagai ransum kontrol, tanpa menggunakan limbah ampas tahu; R1 ransum dengan pemanfaatan 15 % limbah ampas tahu; R2 ransum dengan pemanfaatan 20 % limbah ampas tahu; dan R3 ransum dengan pemanfaatan 25 % limbah ampas tahu.
Parameter yang diamati adalah pertambahan berat badan, konsumsi ransum, konversi ransum, dan berat badan akhir broiler.'Pengamatan juga dilakukan terhadap kemungkinan terjadinya kelainan-kelainan pada broiler dan tingkat mortalitas serta upaya-upaya yang dilakukan oleh pengusaha pabrik tahu dalam pengelolaan limbah.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa taraf pemanfaatan limbah ampas tahu dalam ransum sampai 20 % (R2) tidak nyata mempengaruhi pertambahan berat badan, konsumsi ransum, dan konversi ransum. Ransum ini merupakan ransum yang paling efisien dibandingkan dengan ransum perlakuan lainnya. ICFCC tertinggi diperoleh dari ransum kontrol tetapi tidak efisien, karena harga ransum yang terlalu tinggi.
Dari pengamatan lapangan diketahui bahwa pengelolaan limbah ampas tahu tidak dilakukan dan ditangani sebagaimana mestinya. Sebagai industri kecil yang bersifat industri rumah tangga dengan modal relatif terbatas, pengetahuan mereka dalam pengelolaan limbah juga sangat terbatas.
oleh sebab itu, pemanfaatan limbah ampas tahu dalam ransum broiler merupakan salah satu alternatif untuk meminimisasi limbah dan dapat membantu peternak broiler dalam menekan biaya produksi, sehingga efisiensi produksi meningkat yang berarti meningkatkan pendapatan peternak. Akhirnya, limbah padat ampas tahu dapat dimanfaatkan secara keseluruhan oleh peternak, khususnya peternak broiler dan dengan demikian membantu upaya minimisasi limbah pabrik tahu.
Daftar Kepustakaan: 55 (1955 - 1994).

The Use of Soybean Curd by Product in Broilers' Diet to Minimize Waste Problems.The soybean cured by product used in this experiment was the solid soybean cured by product. In order to minimize the soybean curd industry wastes, a study was designed to obtain the optimum level of the soybean curd waste that could be utilized in broilers' diet, and its effect on the body weight gain, feed consumption, feed conversion, mortality, Income Over Feed and Chick Cost (IOFCC) , and the economical efficiency of the treatment diets. The soybean curd waste used in the diet was obtained; from one of the soybean curd factories in Bogor.
One hundred twenty day-old chicks, Shaver Starbro strain produced by PT. Cargill Indonesia, were used in this study. The experimental design was a Completely
study. The experimental design was a Completely Randomized Design with four treatment diets. Each treatment consisted of three replicates with ten chicks in each replicate.
The treatment diets used in this experiment were RO a control diet with no soybean curd waste; R1 a diet containing 15 % soybean curd waste; R2 a diet containing 20 % soybean curd waste; and R3 a diet containing 25 % soybean curd waste.
The parameters measured were body weight gain, feed consumption, feed conversion, and the final body weight of the broilers. Growth abnormalities, rate of mortality as well as the entrepreneurs' effort to overcome the soybean curd's wastes were also observed.
The results of this study showed that utilizing soybean curd waste in the diet up to 20 % (R2) did not significantly influence the body weight gain, feed consumption, as well as feed conversion. This diet was found to be the most efficient diet of all diets given in the treatment. The highest IOFCC was obtained from the control diet but this control diet was found to be inefficient, due to the high cost of the diet.
From the observations in the field it was found that the soybean curd wastes were not handled and treated scale-industries, mostly home industries with relatively small capitals, their knowledge in handling and treating the wastes were also limited.
It was therefore, the inclusion of soybean curd wastes in broilers' diet was apparently an alternative way to minimize the waste problem as this waste could help the broilers' farmers to lower the cost of production and therefore increase the production efficiency and eventually improve the farmers' income. Ultimately, the solid soybean cured by product could all be utilized by farmers particularly the broilers' farmers and therefore helped to minimize the wastes problems from the soybean cured home industries.
Total of References: 55 (1955 - 1994).

The Use of Soybean Curd by Product in Broilers' Diet to Minimize Waste Problems.The soybean cured by product used in this experiment was the solid soybean cured by product. In order to minimize the soybean curd industry wastes, a study was designed to obtain the optimum level of the soybean curd waste that could be utilized in broilers' diet, and its effect on the body weight gain, feed consumption, feed conversion, mortality, Income Over Feed and Chick Cost (IOFCC) , and the economical efficiency of the treatment diets. The soybean curd waste used in the diet was obtained; from one of the soybean curd factories in Bogor.
One hundred twenty day-old chicks, Shaver Starbro strain produced by PT. Cargill Indonesia, were used in this study. The experimental design was a Completely study. The experimental design was a Completely Randomized Design with four treatment diets. Each treatment consisted of three replicates with ten chicks in each replicate.
The treatment diets used in this experiment were RO a control diet with no soybean curd waste; R1 a diet containing 15 % soybean curd waste; R2 a diet containing 20 % soybean curd waste; and R3 a diet containing 25 % soybean curd waste.
The parameters measured were body weight gain, feed consumption, feed conversion, and the final body weight of the broilers. Growth abnormalities, rate of mortality as well as the entrepreneurs' effort to overcome the soybean curd's wastes were also observed.
The results of this study showed that utilizing soybean curd waste in the diet up to 20 % (R2) did not significantly influence the body weight gain, feed consumption, as well as feed conversion. This diet was found to be the most efficient diet of all diets given in the treatment. The highest IOFCC was obtained from the control diet but this control diet was found to be inefficient, due to the high cost of the diet.
From the observations in the field it was found that the soybean curd wastes were not handled and treated scale-industries, mostly home industries with relatively small capitals, their knowledge in handling and treating the wastes were also limited.
It was therefore, the inclusion of soybean curd wastes in broilers' diet was apparently an alternative way to minimize the waste problem as this waste could help the broilers' farmers to lower the cost of production and therefore increase the production efficiency and eventually improve the farmers' income. Ultimately, the solid soybean cured by product could all be utilized by farmers particularly the broilers' farmers and therefore helped to minimize the wastes problems from the soybean cured home industries.
Total of References: 55 (1955 - 1994).
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Seri Rezeki Kusumastuti
"Sampah dan pengelolaannya merupakan prioritas utama penanganan masalah yang harus diselesaikan di DKI Jakarta. Sistem yang diandalkan oleh Dinas Kebersihan DKI Jakarta adalah sistem sanitary landfill yang mengandalkan lahan Bantar Gebang sebagai TPA. Saat ini sistem sanitary landfill tidak dapat diandalkan lagi karena tidak sanggup menyelesaikan permasalahan persampahan dengan tuntas dan sudah mengalami tingkat kejenuhan, dan menimbulkan banyak masalah pencemaran. Selain itu, kontrak akan berakhir pada Bulan Desember tahun 2003. Strategi pengolahan sampah skala kawasan, misalnya kawasan permukiman, merupakan salah satu strategi yang dapat diandalkan untuk menyelesaikan masalah persampahan di Jakarta. Manfaat kegiatan ini adalah meningkatkan efisiensi dan efektivitas biaya serta memberikan dampak yang baik bagi lingkungan, dan dapat dilakukan secara mandiri oleh masyarakat atau bekerja sama dengan sektor informal. Selain manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat, terdapat juga biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan ini. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian manfaat dan biaya pengolahan sampah terpadu skala kawasan untuk mengetahui manfaatnya dari aspek ekonomi, dan lingkungan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kemampuan pengolahan sampah terpadu skala kawasan ini dapat mengurangi jumlah timbulan sampah, menghitung manfaat dan biaya pengolahan sampah terpadu skala kawasan dan biaya yang harus dibayarkan oleh masyarakat sebagai jasa pengolahan sampah. Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan bagi Pemda DKI Jakarta maupun swasta untuk dapat mengadakan pengolahan sampah terpadu dalam skala kawasan, sebagai salah satu solusi untuk mengatasi ketergantungan pada TPA.
Penelian ini mengkaji manfaat dan biaya pengolahan sampah terpadu skala kawasan dengan mengambil kasus di TPS Rawa Kerbau, Kotamadya Jakarta Pusat. Metode yang digunakan untuk memperoleh data primer dan data sekunder adalah metode eksperimental untuk mengetahui komposisi dan jumlah timbunan sampah, kemudian untuk memperoleh data proyeksi manfaat dan biaya pengolahan sampah terpadu skala kawasan digunakan metode survei dengan teknik wawancara langsung kepada pengelola TPS Rawa Kerbau, pakar sampah dari BPPT, Dinas Kebersihan Kotamadya Jakarta Pusat, Kelurahan Cempaka Putih Timur, Instansi terkait lainnya, masyarakat sekitar, dan studi kepustakaan. Analisis data menggunakan metode analisis biaya manfaat yang diperluas dengan memasukkan manfaat dan biaya lingkungan (extended benefit cost (analysis), serta analisis ekonomi.
TPS Rawa Kerbau memiliki luas 1.500 m2 dan melayani wilayah permukiman penduduk, yaitu RW 01 dan RW 02 dengan jumlah RT sebanyak 9 (sembilan) yang terdiri atas 406 KK. Jumlah timbulan rata-rata perhari di TPS Rawa Kerbau dari hasil pengujian adalah 13,14 m2 dan berat 3.096,75 kg. Komposisi sampah yang diperoleh terdiri atas 11 komponen, yaitu sampah organik (mudah membusuk), plastik, kertas, tekstil, kaca/gelas, kaleng, baterai, styrofoam, kayu, logam, dan campuran. Komponen sampah dalam % berat yang paling banyak adalah sampah organik 69,87%, sedangkan jenis sampah yang paling sedikit adalah styrofoam 0,04%.
Proses yang dirancang dalam usaha kegiatan pengolahan sampah terpadu skala kawasan ini berupa pemilahan dan pembuatan kompos. Sampah lainnya yang bernilai komersil langsung dijual ke bandar. Peralatan dan mesin yang digunakan dalam kegiatan berupa belt conveyor untuk membantu mempermudah pemilahan sampah dan alat pendukung lainnya, seperti sapu lidi, cangkul, sekop, sarung tangan, dan sepatu boot.
Proses yang sederhana dan penggunaan mesin yang seminimal mungkin akan lebih memudahkan pemeliharaannya dan masih memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Hal ini dapat mendorong timbulnya keinginan masyarakat maupun sektor informal lainnya untuk melakukan usaha kegiatan pengolahan sampah terpadu skala kawasan. Dengan semakin banyaknya pusat pengolahan sampah terpadu skala kawasan, maka semakin mengurangi beban di TPA.
Manfaat langsung pengolahan sampah terpadu skala kawasan terdiri atas penghasilan dari penjualan kompos dan pemanfaatan daur ulang sampah komersil sebesar Rp. 203.228.400,00 / tahun. Manfaat tak langsung (lingkungan) adalah nilai kualitas lingkungan yang dihasilkan dengan adanya usaha tersebut sebesar Rp. 53.160.000,00 / tahun. Biaya yang diperlukan terdiri atas biaya investasi, biaya operasional dan perawatan sebesar Rp. 223.581.000,00 / tahun dan biaya perlindungan lingkungan sebesar Rp. 2.500.000,00 / tahun. Usaha kegiatan yang akan dilakukan bersifat padat karya sehingga perkiraan penggunaan alat dan biaya semaksimal mungkin mendekati harga yang dapat dijangkau oleh komunitas lokal.
Pengolahan sampah terpadu skala kawasan dengan sistem komposting dan pemanfaatan daur ulang sampah dapat mengurangi beban di TPA sebesar 2.716,39 kg/hari atau 87,71%/hari. Besarnya jasa yang dibebankan pada masyarakat untuk kegiatan pengolahan sampah terpadu skala kawasan ini adalah Rp. 8.800 per bulan per K.K.
Ditinjau dari segi ekonomi dengan menganalisis kelayakan usaha, nilai NPV analisis ekonomi dan extended analysis = Rp. 71.443.000,00 dan Rp. 212.747.000,00; NBCR analisis ekonomi dan extended analysis = 2,01 dan 3,82; IRR analisis ekonomi dan extended analysis = 58% dan 126%; payback period analisis ekonomi dan extended analysis = 1 tahun 6 bulan dan 10 bulan, maka usaha kegiatan pengolahan sampah terpadu skala kawasan ini layak dilaksanakan. Dari segi lingkungan, usaha kegiatan pengolahan sampah terpadu skala kawasan dapat meningkatkan sanitasi dan estetika lingkungan karena sampah tidak sempat menumpuk dan mengurangi pencemaran lingkungan serta meminimisasi sumber penyakit.

Cost and Benefit Analysis of Integrated Solid Waste Handling (Case Study: TPS Rawa Kerbau, Central Jakarta District)Solid wastes and its management are major priority to the success of problems solving in DKI Jakarta. Sanitary landfill as the disposal of wastes that is implemented by Cleansing Department (Dinas Kebersihan) DKI Jakarta is very depending on Bantar Gebang area as TPA (final disposal site). Nowadays this system is not appropriate enough to be implemented because it cannot overcome solid waste problems successfully, caused many pollution problems, and contract of Bantar Gebang will be ended on December 2003. Small-scale integrated solid waste handling (SISWH), ex. residential area, is one of strategies to solve waste problems in Jakarta. Benefits of the proposed practice are a cost effective and efficient, environmentally acceptable, and cold be conduct by host community or cooperate with informal sector. Besides, costs are needed to carry out this project. Hence, it is important to analyze cost and benefit of SISWH to investigate economic and environmental benefits.
The objectiveness of this research are to investigate the capability of small-scale integrated solid wastes handling in diminishing of wastes volume, to analyze cost and benefit, and tariff of wastes handling that is to be paid by host community as a service cost, and also to analyze the feasibility of this project. The result of this research is to provide the decision makers appropriate recommendation on the technical and economic merits of the planned small-scale integrated waste handling, as one of solutions to overcome the dependency on final disposal site.
This investigation analyzed the cost and benefit of small-scale solid wastes handling (SSWH), case of Rawa Kerbau TPS (temporary collection site), Central Jakarta District. The experimental method is used to compute the waste volume and composition. The survey method using direct interview technique to Rawa Kerbau collection site manager, expert, Cleansing Department Central Jakarta District, Cempaka Putih Timur village office, other department, local community, and study references is used to investigate cost and benefit estimation of the SSWH Data analysis was conducted using extended benefit cost and economic analysis method.
Rawa Kerbau collection site has 1.500 m2 wide and residential dwellings, i.e. 01 and 02 district society (9 RT, 406 Household). The average of solid waste quantity in volume is 13.14 m3 or 3096.75 kg daily. The wastes composition contain of 11 components, which are organic wastes (degradable wastes), plastics of all types, papers, textiles, glass, cans, battery, Styrofoam, wood, metals and mixed wastes. Based on the weight percentage, the largest waste component is organic waste (69.87 %), and the smallest waste is Styrofoam (0,04 %).
The design process of this small-scale integrated waste handling are recycling materials and composting. The economic of materials recycled are sold to collection center. Conveyor belt is used to make manual separation of wastes easier. Other supporting equipments are broom, hoe, gloves, and boots.
Simplifying method of process into labor intensive ones will make maintaining this machine easier and has possibility to be developed. It may support both host community and informal sector interest to the SISWH. The more center of SISWH, the least wastes to be transported to final disposal site.
Direct benefits of SSIWH are compost and recycled materials sale estimation equal to Rp. 203.228.400,00 / year. Indirect benefit (environmental benefit) is environmental quality estimation of the proposed practice equal to Rp. 53.160.000,00 / year. Costs of the project are capital, operational and maintenance estimation cost equal to Rp. 223.581.000,00 / year and cost of environmental protection equal to Rp. 2.500.00,00 / year. The proposed practice planned is a simplifying method of process into labor intensive ones, thus it would be administratively feasible and sensible to host community.
SISWH with recycling materials and composting could reduce wastes 2,716.39 kg daily or 87.71%. To this proposed practice, people have to pay about Rp. 8.800 monthly per Household. Charges of this SISWH were calculated based on capital, operational and maintenance costs divided to numbers of capita.
Based on economic analysis of feasibility study of this project is feasible because the value of NPV economic analysis = Rp. 71.443.000,00; and extended analysis = Rp. 212.747.000,00; NBCR economic analysis = 2,01 and extended analysis = 3,82; IRR economic analysis = 58% and extended analysis = 126% ; payback period economic analysis - 1 year 6 months and extended analysis 10 months. From terms of technology, SISWH could improve sanitation and aesthetic because wastes handled directly, minimize pollution and disease factors."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T 11159
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akbar Pratama
"Kota Depok memiliki potensi sampah organik yang melimpah untuk diolah secara anaerobik dan aerobik untuk mendapatkan produk biogas dan kompos. Sebanyak 62 ton lebih per hari sampah organik masuk ke Kota Depok. Penelitian ini bertujuan mencari potensi biogas sampah organik TPA Cipayung yang dikombinasikan dengan tinja sapi dengan perbandingan massa 3:1 dengan metode tumpuk mesofilik perkolasi. Hasilnya adalah potensinya sebesar 278,903 L/Kg TS. Namun, terjadi masalah penyumbatan di awal inisiasi dan juga proyeksi bahwa akan sulit untuk mengangkut tinja sapi dengan massa yang begitu besar ke TPA Cipayung. Selanjutnya adalah pembahasan desain untuk instalasi digesti anaerobik dan pengomposan aerobik dengan perbandingan massa sampah dan tinja 100:1 untuk mengolah 60% massa sampah organik yang masuk dan untuk desain 10 tahun. Diperlukan luas lahan sebesar 0,7251 Ha.

Depok City has abundant organic waste to be processed anaerobically and aerobically. This research try to determine the biogas yield potency of mesophilic percolated batch with mass ratio organic waste:cow dung 3:1. The potency is 278,903 L/Kg TS. Nevertheless, the method has major setbacks for upscaling. The system experienced cloggings and the water must be added and the transportation of the cow dungs on the full scale of the method that would be used. The next exposition is about the design description of combined anaerobic- aerobic waste installation for Cipayung Landfill for 10 years design of 60% organic processed. The proposed design is using mass ratio of organic waste:cow dung for 100:1. 0,7251 Ha area is needed for completion."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44194
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>