Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151796 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wahyu Walam Anggawijaya
"ABSTRAK
Pariwisata merupakan sarana dalam peningkatan pendapatan daerah dan andalan Indonesia dalam perolehan devisa. Indonesia secara geologi merupakan daerah yang sangat dinamik banyak memunculkan bentuk bentang alam ( landfornr ) menarik yang dapat merupakan asset dalam pengembangan kepariwisataan. Dalam penelitian ini dikaji hubungan antara faktor-faktor fisik alami dengan perkembangan kepariwisataan pantai di Gunung Selok, Jawa Tengah serta Pangandaran dan Cipatujah, Jawa Barat. Diadakan penilaian peranan komponen-komponen fisik bentang alam yakni kepentingan dan kemampuannya, yang disebut nilai kapabilitas dalam membentuk keindahan.alam pantai.
Daerah wisata Gunung Selok, Pangandaran dan Cipatujah berlokasi di daerah pantai yang menghadap Samudra Hindia. Perkembangan kepariwisataan di ketiga daerah tersebut, dilihat dari jumlah pengunjung dari tahun-ketahun meningkat. Peningkatan ini disebabkan semakin besar minat masyarakat mencari hiburan melakukan rekreasi ke daerah-daerah tersebut untuk menikmati daya tarik alami berupa keindahan alam yang masih terawat.
Laju perkembangan kepariwisataan di ketiga daerah tidak sama disebabkan faktor pendukung daya tarik alami berbeda satu sama lain. Faktor-faktor tersebut merupakan faktor-faktor fisik yakni kondisi geologi dan geomorfologi yang memegang peranan penting dalam membentuk bentang atau tatanan alam di permukaan bumi. Bentang alam yang terdiri dari komponen-komponen sebagai produk proses geologi dan geomorfologi, dapat memberikan bentuk yang unik indah sehingga merupakan potensi maupun kendala dalam perkembangan kepariwisataan, bukan saja terhadap keunikan dan keindahan alam tetapi juga terhadap penyediaan lahan alami bagi perkembangan flora dan fauna maupun sarana binaan seperti hotel dan fasilitas air bersih.
Dalam penelitian terungkap bahwa daerah wisata Pangandaran lebih meningkat perkembangan kepariwisataannya dibandingkan dengan daerah wisata gunung Selok dan Cipatujah, karena didukung oleh kemampuan atau kapabilitas komponenkomponennya yang lebih besar daripada komponen-komponen bentang alam yang ada di gunung Selok dan Cipatujah. Perkembangan kepariwisataan di gunung Selok dan Cipatujah tidak begitu berbeda karena kapabilitas masing-masing komponennya dalam mendukung keunikan dan keindahan hampir sama.
Proses Geologi dan Geomorfologi yang perlu diwaspadai dan diantisipasi selain erosi dan pengendapan di pantai adalah tsunami yang bila terjadi mungkin akan dapat merusak fasilitas (sarana dan prasarana) yang telah dibangun dan selanjutnya menurunkan citra kepariwisataan di daerah tersebut.
Daftar Kepustakaan : 28 ( 1953-1995 )

ABSTRACT
Relationship between Gemorphological Aspects and Coastal Tourism (A Case Study at Gunung Selok, Central Java and Pangandaran and Cipatujah, West Java)Tourism is an important mean for raising domestic income as well as devisa for Indonesia. Geologically, Indonesia is a very active or dynamic area from which unsual morphology or landforms were created. The fascinating landforms are potential asset for developing tourism. The intention of this research is to study the relationship between finical factors i.e. the components of the landform and the development of coastal tourism at Gunung Selok area, Central Java and Pangandaran and Cipatujah area, West Java. Evaluation were undertaken concerning the importancy and capability of the components in contributing the beauty of the coastals landform. The natural beauty is a main attractive factor by which tourists will come.
The tourism areas of Gunung Selok, Pangandaran and Cipatujah are located at the coast of Indian Ocean, The development of tourism at the area, in the view of the number of tourist visiting the areas, is increasing because of the greater demand of people to get fresh and beautifull natural environment.
The different rate of tourism development at the three tourist areas are mainly caused by the difference in their physical i.e. geological and geomorphlogical conditions in the form of natural landform (landscape). Both geological and geomorphological conditions play an important role in creating and enchanting unsual and beautiful landscape; on the contrary, in the other situation, the geological and geomorphological processes act as a detrimental factor for environmental condition. This research dicovers that the greater rate of tourists visiting Pangandaran area compared with Gunung Selok and Cipatujah areas are due to the greater support of capabilities of the components of landscape at Pangandaran compared with those two other areas.
Deteriorating natural processes which have to be noticed and anticipated in respect to tourism development in the three areas are current coastal erotion and sedimentation which are steadly happening at the three areas. Furthermore, effort must be undertaken for anticipating the tsunamic catastrophy since the areas especially Pangandaran are very vulnerable.
Total of references : 28 (1953-1995)
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransisca Mulyono
"Penelitian ini dilakukan atas dasar kecilnya proyeksi wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Jawa Barat - jauh sekali bedanya dengan jumlah proyeksi wisman ke Jakarta ? padahal Jawa Barat mempunyai Pangandaran sebagai obyek wisata yang saat ini merupakan obyek wisata satu-satunya di Indonesia yang dikelola oleh Pemerintah Daerah yang mampu mengumpulkan pendapatan Rp. 1 milyar hanya dalam satu tahun.
Berangkat dari dasaran di atas penelitian ini memfokuskan kepada kebijaksanaan inkremental dalam bidang kepariwisataan yang ada di Daerah Tingkat II Ciamis, yang dikaitkan dengan desentralisasi dan koordinasi di Ciamis, dan ingin melihat pengaruhnya terhadap pengembangan kepariwisataan di Pangandaran.
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan berbagai pejabat yang berwenang menangani kepariwisataan, baik di Dati II Ciamis, Dati I Jawa Barat maupun dengan pihak Kanwil Parpostel sebagai wakil dari Deparpostel di Jawa Barat. Selain itu juga diterapkan studi dokumen.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya kebijaksanaan inkremental yang telah disusun oleh pihak Pemda Ciamis ternyata belum cukup untuk mengembangkan kepariwisataan di Pangandaran, mengingat masih belum seragamnya persepsi atas asas desentralisasi. Selain itu ternyata koordinasi yang seharusnya terjadi untuk mengembangkan kepariwisataan di Pangandaran belum memadai.
Jadi walaupun saat ini Pangandaran mampu mengumpulkan pendapatan sebesar Rp. 1 Milyar setahun, sebenarnya prestasi ini pada dasarnya bukan merupakan prestasi yang optimum, mengingat kawasan wisata di Pangandaran saat ini masih belum tertata dengan baik, disamping sifat wisatanya masih seasonal. Akibatnya adalah tujuan mengumpulkan devisa sebanyak mungkin belum mampu terlaksana sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Pemerintah Indonesia.
Karena itu dalam penelitian ini antara lain direkomendasikan agar ditata ulang persepsi atas asas desentralisasi sebagaimana yang seharusnya ditafsirkan seperti dalam pasal 1 butir (c) UU No. 5 tahun 1974. Selain itu persepsi dan sikap yang salah atas koordinasi selama ini juga sebaiknya dikikis, agar pengembangan kepariwisataan di Pangandaran akhirnya dapat berjalan dengan optimal."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Warwer, Onesimus
"Penelitian ini menemukan bahwa kegiatan pariwisata budaya dan lingkungan di Kecamatan Wamena dan Kurulu Daerah Tingkat II Jayawijaya Irian Jaya telah menimbulkan respons warga-warga masyarakat setempat dalam aspek kehidupan ekonomi, sosial dan budaya mereka. Kedua potensi ini yang akhirnya dijadikan produk wisata oleh masyarakat Dani untuk memperoleh penghasilan. Hasil penelitian ini sekaligus mengungkapkan suatu pola perubahan kebudayaan melalui akulturasi. Perilaku orientasi pasar dari kelompok-kelompok individu dalam masyarakat Dani yang bergerak di jasa kepariwisataan belum terwujud sepenuhnya karena sistem ekonomi pasar masih merupakan hal baru dalam kehidupan masyarakat Dani. Pendapatan yang diperoleh diutamakan untuk acara adat yang sekaligus mempertahankan status sosial dalam struktur klan. Sangat erat dengan pemahaman dan kesiapan masyarakat Dani dalam menyiapkan produk wisata, maka pranata ekonomi, perkawinan, religi dalam kebudayaan Dani mulai dikaitkan dalam kegiatan pariwisata. Interaksi sosial lebih luas dapat terwujud karena terjadi jual beli jasa kepariwisataan antara pemandu wisata dengan wisatawan, penduduk lokal, pemilik toko cindera mata, dan akomodasi. Unsur-unsur budaya luar yang diadopsi dalam konteks kegiatan kepariwisataan adalah ukiran kayu, karapan babi, dan penguasaan bahasa Inggris oleh sekelompok individu.
Informan dalam penelitian ini adalah rumah tangga-rumah tangga, individu-individu yang menjadikan kegiatan pariwisata sebagai kegiatan ekonomi utama mereka, atau untuk memperoleh penghasilan tambahan. Tokoh-tokoh masyarakat di daerah penelitian adalah juga informan yang tidak hanya memberikan data tentang respons utama warga-warga Dani terhadap kegiatan pariwisata, unsur-unsur budaya Dani yang didayagunakan dalam kegiatan pariwisata, tetapi juga pranata-pranata lain yang terkait dengan kegiatan pariwisata, serta unsur-unsur kebudayaan asing yang diolah warga masyarakat Dani untuk kemudian disesuaikan dengan unsur kebudayaan lama sehingga unsur-unsur baru ini menjadi bagian dari kebudayaan Dani."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wakarmamu, Thobby
"Bidang pariwisata mempunyai peranan yang cukup penting dalam perekonomian nasional kita baik sebagai sumber penghasil devisa maupun sebagai sumber kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. Terpilihnya sektor pariwisata sebagai salah satu alternatif sumber devisa negara, menuntut konsekuensi adanya perencanaan yang lebih matang.
Perencanaan pariwisata tidak dimaksudkan untuk merusak lingkungan hidup tetapi justru harus direncanakan dan dilaksanakan ke arah tata lingkungan yang mendukung kepada pembangunan berlanjut, adalah pembangunan obyek-obyek wisata dan daya tarik wisata yang hidup dalam masyarakat tetapi selalu berorientasi kepada kelestarian nilai dan kualitas lingkungan hidup yang ada di masyarakat.
Dalam kenyataannya terdapat.banyak kendala yang pada suatu saat dapat menjadi picu merosotnya keberhasilan program pemerintah yang dicapai.
Kendala ini nampak terutama pada ketergantungan sepenuhnya pada program pemerintah pusat; kemampuan daya tampung sarana pariwisata yang masih belum memadai; promosi yang belum cukup mampu bersaing dalam pasar internasional dan kekurangmampuan tenaga manajerial dalam pengelolaan dan pemanfaatan wisata tertentu untuk menciptakan citra produk wisata Irian Jaya yang lebih positif.
Berdasarkan kerangka permasalahan di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari kebijakan-kebijakan pemerintah tentang pengembangan, pengelolaan dan pemanfaatan produk-produk wisata di Kabupaten Daerah Tingkat II Biak Numfor.
Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisa kebijakan dengan maksud untuk mengungkapkan, menggambarkan dan menerangkan program kepariwisataan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah.
Dari informasi yang diperoleh di lapangan setelah dikaji secara lebih teliti diperoleh gambaran bahwa belum ada kerja sama antara semua pelaku pariwisata, dalam arti bahwa masing-masing pelaku berjalan menurut program/target yang ditentukan sendiri. Padahal terpilihnya sektor pariwisata (yang berwawasan lingkungan) sebagai salah satu alternatif sumber devisa negara dalam menunjang program pembangunan berlanjut menuntut konsektivensi adanya perencanaan dan kerjasama yang lebih matang antar semua instansif departemen dan lembaga/organisasi pariwisata terkait. Rencana ini harus disusun dalam program kepariwisataan terpadu yaitu dengan melakukan promosi pariwisata secara terpadu yaitu dengan mencurahkan kegiatannya pada pusat-pusat pasar wisata baik di dalam maupun di luar negeri; meningkatkan aksesibilitas ke obyek dan juga daya tarik wisata di seluruh pelosok daerah Irian Jaya serta melakukan koordinasi dan kerjasama yang sebaik-baiknya dengan departemen, lembaga pemerintah, Pemerintah Daerah, Usaha Swasta Nasional serta organisasi masyarakat lainnya dalam rangka persiapan dan penyelenggaraan kepariwisataan di bumi Irian Jaya.
Sebagai suatu program dan kegiatan besar yang menyangkut harkat bangsa dan negara sangat diperlukan penanganan dan pengelolaan secara serius, terarah dan efektif.
Lingkungan hidup sebagai titik tolak pemikiran pengembangan dan, pembangunan kepariwisataan yang menjamin kelestarian kehidupan alami, bio-geografis, harus terus diupayakan demi menjamin daya tarik pesona wisata. Oleh sebab itu atraksi alam, sejarah dan budaya yang berada di tangan berbagai departemen pemerintah pusat dan daerah perlu dilakukan upaya-upaya keharmonisan dan koordinasi dari pihak aparat pemerintah guna pemanfaatan sebaik-baiknya demi kepentingan nasional dan pariwisata.
Dengan kata lain, demi mencapai tujuan yang ditetapkan secara nasional yaitu untuk menarik sebanyak mungkin wisatawan tanpa mengorbankan nilai-nilai lingkungan hidup perlu disusun suatu kebijaksanaan strategi daerah agar nilai tambah dari segi sosial ekonomi dan sosial budaya dapat dicapai.
Keberhasilan ini hanya dapat dilakukan bila secara operasional telah terjadi suatu mekanisme koordinasi yang dapat saling mendukung dan diatur dalam suatu peraturan permanen karena berbagai elemen kegiatan kepariwisataan ke obyek wisata berdaya tarik mutlak disatu padukan secara proses yang beruntun, suatu proses antara masukan, transformasi dan keluaran dan mungkin berulang dari awal sainpai akhir perjalanan - wisata."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irawati Harsono
"Berbicara mengenai partisipasi masyarakat dalam pembangunan, maka pada. saat ini ada suatu bidang pembangunan yang sangat menarik untuk diamati, yaitu bidang pariwisata. Pemerintah Indonesia telah menyatakan bahwa pariwisata hendaknya mendapatkan prioritas tinggi dalam pembangunan. Pembangunan pariwisata harus memperoleh perhatian khusus, agar supaya pendapatan devisa negara dapat ditingkatkan.
Dalam kepariwisataan di Indonesia terlihat bahwa Bali sampai saat ini masih merupakan sentra utama pariwisata Indonesia atau masih merupakan daerah tujuan utama wisata domestik maupun mancanegara.
Dalam berbagai kesempatan sering terdengar diskusi pro dan kontra tentang perkembangan pariwisata di Bali itu. Terutama mengenai kemungkinan akan hancurnya kebudayaan Bali karena pengaruh berbagai kebudayaan asing yang diperkenalkan para wisatawan. Demikian pula karena terbentuknya budaya masyarakat baru yang timbul karena tumbuhnya industri pariwisata, diperkirakan dapat menggeser nilai budaya, norma sosial dan lain-lain yang merupakan dasar kebudayaan Bali selama ini.
Sesungguhnya kekhawatiran sementara pihak itu terlalu berlebihan kalau diingat bahwa masyarakat Indonesia sudah terbiasa dengan k.ontak-kontak budaya yang mendorong proses akulturasi. Hal ini terbukti dalam aneka ragam kebudayaan yang dikembangkan oleh bangsa Indonesia sekarang. Perkembangan masyarakat melalui proses akulturasi merupakan hal yang wajar, karena tidak ada masyarakat yang dapat mengandalkan perkembangan kebudayaannya bertumpu pada penemuan-penemuan dan perekayasaan setempat dan akan selalu mencoba untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan lingkungannya. Sentuhan-sentuhan budaya, asing akan mempercepat proses pengembangan kebudayaan, apabila masyarakat yang bersangkutan telah siap untuk menyerapnya.
Akan tetapi pada saat ini dunia sedang mengalami percepatan interaksi yang luar biasa. Kedatangan wisatawan di Bali dengan segala dampaknya juga mengalami percepatan seperti itu. Adanya pergesekan budaya dan datangnya pengaruh budaya asing yang beruntun, dikhawatirkan tidak memberikan cukup wak.tu untuk mengendapkan proses akulturasi.
Pada saat ini apabila ditinjau dari sudut ekonomi, terlihat besarnya manfaat pariwisata bagi daerah Bali. Akan tetapi oleh karena pembangunan di Indonesia sesuai dengan Garis Garis Besar Haluan Negara berlandaskan kepada Ketahanan Nasional dan Trilogi Pembangunan, maka berbagai keberhasilan di Bali juga harus ditinjau dari aspek pemerataan dan stabilitas."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Badrika
"Penelitian ini menemukan bahwa kegiatan pariwisata di Pura Tanah Lot, Desa Beraban, Kecamatan Kederi, Kabupaten Tabanan, Propinsi Bali telah menimbulkan respons dari warga masyarakat atau krama desa adat Beraban dalam aspek kehidupan ekonomi, sosial dan budayanya. Keindahan Pura Tanah Lot dan alam sekitar lingkungannya dijadikan produk wisata oleh warga masyarakat desa Beraban untuk memperoleh penghasilan tambahan dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga (kuren). Hasil penelitian ini sekaligus mengungkapkan suatu pola perubahan kebudayaan melalui akulturasi. Prilaku orientasi pasar dari warga masyarakat desa Beraban pada bidang jasa kepariwisataan di obyek wisata Pura Tanah Lot menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. Perkembangan inipun dipengaruhi oleh semakin bertambahnya kunjungan para wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara ke Pura Tanah Lot. Pendapatan yang diperoleh oleh warga masyarakat desa Beraban diutamakan untuk dapat memenuhi kebutuhan ekonominya. Sedang pendapatan yang diperoleh oleh Pesa Adat Beraban sebagai pengelola obyek wisata melalui pemasukan dana dari kunjungan para wisatawan diutamakan untuk pelaksanaan upacara ritual atau piodalan di Pura Tanah Lot dan pura-pura lainnya yang ada di desa Beraban. Juga, pendapatan itu dapat digunakan untuk pembangunan Pura Tanah Lot maupun pura-pura yang ada di desa Beraban. Hal ini dapat mengurangi pemungutan iuran-iuran untuk kepentingan upacara ritual maupun pembangunan pura atau kebutuhan desa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T1173
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wospakrik, Martina
"Pembangunan sektor pariwisata dihadapkan pada situasi yang cukup dilematis. Disatu sisi pembangunan sektor ini telah menjadi suatu keharusan karena merupakan sektor yang cukup unggul dalam menghasilkan devisa negara dan mendistribusikan pendapatan kepada masyarakat. Akan tetapi di sisi lain sektor pariwisata dikhawatirkan akan membawa dampak negatif terhadap kehidupan masyarakat Irian Jaya pada umumnya dan masyarakat Manokwari pada khususnya.
Konsekuensi pengembangan pariwisata di Kabupaten Manokwari adalah kesiapan pemerintah dan lapisan masyarakat untuk dapat mempersiapkan mental, perilaku dan masyarakat sadar wisata sedini mungkin agar dalam menghadapi datangnya wisatawan mancanegara masyarakat siap menerima segala kemungkinan yang terjadi dengan baik dan selektif. Pariwisata sebagai salah satu sektor yang mendatangkan penghasilan, maka perlu suatu penanganan yang sungguh-sungguh yaitu mempersiapkan sarana dan prasarana yang memadai.
Pengembangan pariwisata menaruh perhatian besar terhadap beberapa obyek wisata yang potensial antara lain Pulau Mansinam dan Pasir Putih serta potensi-potensi yang lain yang dianggap memiliki daya tarik untuk dikembangkan sehingga dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat sebagai pengganti sektor pendapatan lain yang telah dilakukan selama ini."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T10184
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setyo Suprijadi
"ABSTRAK
Danau Toba adalah salah satu objek pariwisata yang sangat potensial bagi pemasukan devisa negara. Melalui serangkaian program peningkatan eksploitasi dan pengembangan sektor industri jasa pariwisata di kawasan ini, dicanangkan tidak kurang data. 500.000 wisatawan pertahun diharapkan datang ke Danau Toba pada Repelita VI. Dengan demikian diharapkan juga dapat mendorong ke arah pengembangan jasa-jasa di sektor lain, balk sebagai pendukung peningkatan program kepariwisataan tersebut ataupun sebagai produk-produk ikutan lainnya.
Usaha-usaha gencar yang telah dilakukan Pemda Sumatera Utara pada akhirnya menghasilkan pengembangan fisik kawasan dari segi akomodasi, yang untuk selanjutnya disusul pula oleh pengembangan kegiatan lain-lainnya untuk memperluas pangsa pasar yang mampu membangkitkan demand di samping atraksi objek-objek pariwisata alamiah yang dimiliki Danau Toba yang memang sangat unik. Sayang sekali dalam perjalanannya, pengembangan kawasan ini tidak atau kurang diikuti kebijaksanaan penataan wilayah yang baik, sehingga pada akhirnya menghasilkan akumulasi pertumbuhan yang sangat terpusat dan bertumpuk-tumpuk di sepanjang tepian danau yang membenikan dampak negatif terhadap fisik lingkungan danau serta pada keasrian pemandangan yang ada.
Seperti dimaklumi, di samping faktor atraktif dari suatu objek daerah tujuan wisata, ada faktor esensial lainnya yang perlu diperhatikan, yaitu masalah pengolahan sistem lingkungan khususnya masalah sanitasi lingkungan di kawasan tersebut.. Kelengahan perhatian pada masalah ini pada akhirnya melahirkan juga faktor penghambat wisatawan berkunjung, di samping faktor kerusakan alam lingkungan sebagai akibat bahan-bahan buangan cair dan padat yang berasal dari aktivitas domestik, restoran, hotel, pasar, bengkel dan sebagainya.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk melakukan introduksi langkah-langkah penanggulangan secara komprihensif sesuai dengan kondisi yang ada saat ini di Danau Toba sehingga dapat menjaga kawasan ini agar tetap asri dan tetap potensial bagi pemasukan devisa negara. Secara khusus penelitian ini adalah untuk memperoleh data-data tentang kualitas air Danau Toba dan melihat bagaimana kecenderungan deviasi yang terjadi pada kondisi fisik badan air Danau Toba dengan membandingkannya pada nilai-nilai baku yang ada saat ini.
Hasil yang diperoleh menunjukkan kualitas air Danau Toba ditinjau.dari segi fisis sudah menunjukkan adanya pencemaran yang cukup besar dengan diperolehnya kandungan minyak dan lemak berkisar antara 7.535 mg l. Hal ini akan memberikan gangguan bagi pemanfaatan air Danau Toba bagi rekreasi air disamping penurunan nilai estetika dari badan air.
Secara biologis air Danau Toba juga sudah menunjukkan adanya pencemaran dengan terukurnya kehadiran bakteri patogen sebagai faecal coliforni dan total coliform masing-masing sudah melebihi 1000 mpn 100 ml dan 20000 mpn 100 ml.
Hasil pengukuran secara kimiawi secara umum menunjukkan kondisi air Danau Toba masih dibawah ambang batas yang diijinkan.
Hasil penelitian juga mendapati bahwa pengelolaan lingkungan kawasan pariwisata Danau Toba masih bersifat sektoral. Untuk itu perlu dibentuk suatu badan pengelola kawasan Danau Toba dimana badan pengelola tersebut bertindak sebagai institusi koordinator pengelola seluruh lingkungan kawasan Danau Toba, yang akan mempunyai ruang lingkup internal, yaitu yang berhubungan dengan unit pelaksana operasional lapangan, serta eksternal yaitu unit penugasan yang berhubungan berkoordinasi dengan instansi-instansi lain.
Untuk itu disini diperlukan adanya peraturan pengelolaan lingkungan sebagai landasan hukum yang akan mencakup kewenangan organisasi pengelola, aturan mengenai manajemen organisasi serta aturan main yang menyatakan tanggung jawab, tujuan dan sasaran yang hendak dicapai, termasuk masalah pendanaan didalamnya
Penelitian ini juga memandang perlunya dilakukan perencanaan pengembangan kawasan alternatif sebagai kawasan pengalih yang bertujuan untuk mencegah aglomerasi kegiatan yang ada saat ini di kota Parapat, yang untuk itu terpilih disini daerah Ajibata yang letaknya bersebelahan dengan kota Parapat.
Strategi pengembangan yang ditempuh adalah :
1. Pengembangan pusat-pusat atraksi baru dan budaya setempat, atau disebut dengan amenity core.
2. Pengembangan pelayanan transport yang memenuhi demand dari beberapa segmen wisatawan.
3. Pengembangan sarana akomodasi yang baik.
4. Pengendalian gugus bangunan untuk menjaga keseimbangan antara lingkungan buatan dan alam.
Dengan demikian akan menjawab sekaligus permasalahan pokok perencanaan tapak yang dihadapi kota Parapat saat ini yang berupa :
a. Garis sempadan tepian pantai Danau Toba.
b. Garis sempadan bangunan.
c. Kepadatan bangunan.
d. Segi-segi arsitektural budaya bangunan-bangunan setempat.
Sebagai kesimpulan dari hasil penelitian ini ialah bahwa Danau Toba sudah mulai tercemar. Pengembangan industri pariwisata di Danau Toba memang perlu dilanjutkan, dikembangkan dan ditingkatkan, tetapi pelestarian lingkungan Danau Toba dan upaya untuk menjaga keseimbangan ekologinya juga perlu dilakukan demi keberlanjutan sumberdaya alamnya dan pembangunan pariwisata itu sendiri.

ABSTRACT
Toba Lake is one of tourism objects highly potential for receipt of foreign exchange. Through a series of programs intended to develop the tourism industry in this area, it is expected that no less than 500,000 tourists every year will visit Toba Lake during the National Development VI (Repelita VI). It will in turn encourage the development of services in other sectors both as a support to enhancement of the existing tourism programs and other resulting products.
Intense efforts having been made by North Sumatera Regional Administration will eventually develop the area physically in terms of accommodation. It is then followed by other activities for expansion of the market share able to stimulate demand, in addition to unique natural tourist attractions peculiar to Toba Lake.
Unfortunately, the development is lacking appropriate policies on the arrangement of the area. This situation results in a rapid growth of buildings centered on and crowded along the lake causing an adverse impact on the physical environment of the lake and the splendor of the landscape.
As we all know, in addition to the factors of attraction peculiar to a tourist destination, greater attention should be paid to some other essential factors. One is the issue of preparation of an environmental system, especially that of environmental sanitation. Negligence will in the end result in some other factors like tourists being distracted from visiting the lake, not to mention the factor of damage to the environment as a result of waste liquid and solid generated by activities of houses, restaurants, hotels, (super)markets, workshops and the like.
Thus, it is essential to apply control in order to keep -the area conserved and potential for receipt of foreign exchange.
General objectives of this study is to introduce preventive steps in comprehensive manner based on the present situation in Toba Lake and thereby allowing it to keep the beautiful and potential object as a. source of foreign exchange.
In particular, this study is intended to gather data of the lakes water quality on to observe a deviation tendency occurs in the physical condition of the lake water compare with the present standard values.
The results shows that the quality of the lake water, viewed from the physical aspect, has been relatively high polluted by finding oil and fatty contents range 7.535 mg l. It will result in threats of the using the lake water for water recreation in addition to reduction of water body aesthetic values. Biologically, the water of Toba Lake, however, shows pollution by the presence of pathogen bacteria such as Faecal Coliform and Total Coliform of 1000 mpn/100 ml and 20,000 mpn ml respectively. By means of chemical .measurement, it shows that the general condition of the lake water remains below the allowed threshold.
Furtheremore, result the study also show that the environmental management of Toba Lake tourism area remains sectoral. Therefore, there must be a separate board for managing its area, that serves a Coordinating Institution for the entire Toba Lake Area Management, internally and externally, concerning field operation managing unit and assigning unit related to a coordination with other public authorities.
Accordingly, there should be an Environmental Management Regulation as an order for managing organizational authority, organizational management rules and rules of responsibility, objectives and target including funds.
This study considers an importance of Alternative Area Development planning as an alternative area for pre-venting the present agglomerated activities at Parapat town where we select Ajibata near it.
Development strategies are belows :
a. New attraction centers and local cultures development as so-called amenity core.
b. Transportation services development to satisfy demands of tourism segments.
c. Appropiate accomodation facilities development.
d. Building integrated control to keep man-made environment and nature in balance.
And therefore, it will solve at once the following main problems of site planning facing Parapat town todate :
a. Line of demarcation by Toba Lake.
b. Line of building demarcation.
c. Building density.
d. Cultural-architectural aspect of local buildings.
As a conclusion of this study is that the Toba lake is polluted. Tourism industry by it needs carrying on, developing and improving in addition to its environmental conservation and ecological equilibrium for persistent natural recourses and tourism development.
E. Total of References : 20 (1983-1992)
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Budhiman
"Mewujudkan sukses pembangunan dalam hal ini pembangunan kepariwisataan, bukanlah suatu hal yang mudah. Harapan besar yang diletakkan di atas pundak sektor pariwisata untuk menjadi andalan utama penghasil devisa non-migas, tentunya haaus dijawab dengan kerja keras dan keterpaduan seluruh lini yang terkait dengan sektor ini. Dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang ada, maka menjadi suatu tantangan bagi seluruh pelaku dunia pariwisata, untuk mendukung berbagai kebijaksanaan yang mengarah pada pencapaian keberhasilan tersebut.
Penulisan tesis ini mencoba untuk menelaah kondisi kebijaksanaan pembangunan kepariwisataan di DKI Jakarta. Penelitian difokuskan kepada implementasi kebijaksanaan Sapta Pesona, yang dinilai berdasarkan persepsi para wisatawan yang berkunjung ke Jakarta. Data primer diperoleh dari kuisoner yang dibagikan kepada responden. Di sisi lain, dikemukakan pula kinerja kepariwisataan DKI Jakarta melalui penelitian data sekunder.
Sapta Pesona merupakan kebijaksanaan yang bertujuan mewujudkan daya tarik suatu Daerah Tujuan Wisata. Komponen-komponen yang membentuk daya tarik tersebut, adalah: Keamanan, Ketertiban, Kebersihan, Keindahan, Kesejukan, Keramah-tamahan, dan Kenangan. Memperhatikan hasil-hasil penelitian yang dilakukan, terdapat kekhawatiran Sapta Pesona hanya terkesan sebagai slogan, dan bukan sebagai suatu kebijaksanaan publik yang harus didukung oleh semua pihak.
Terdapat tiga komponen yang menjadi kelemahan utama, yaitu kesejukan, kebersihan, dan ketertiban. Disamping itu, komponen yang dikategorikan sebagai tiga unggulan utama, adalah keramahtamahan, keindahan, dan keamanan. Berdasarkan kondisi tersebut, Jakarta harus bekerja ekstra keras, apabila ingin berdiri sejajar dengan daerah tujuan wisata "kelas dunia" lainnya.
Bertitik tolak dari temuan tersebut, direkomendasikan prioritas kebijaksanaan pembangunan kepariwisataan menggunakan pendekatan daya tarik kota, melengkapi pendekatan ekonomi sebagaimana yang selama ini dilakukan. Implementasi model kebijaksanaan tersebut, diharapkan dapat menjadi perspektif baru dan memberikan dukungan yang kondusif bagi pencapaian keberhasilan pembangunan kepariwisataan di DKI Jakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Novia Indrianti
"Pesatnya pertumbuhan pariwisata diiringi dengan munculnya pertanyaan mengenai alasan orang-orang melakukan kegiatan wisata. Alasan yang menyebabkan seseorang melakukan perjalanan wisata disebut sebagai motivasi wisata. Yogyakarta menjadi daerah tujuan para wisatawan asing yang jumlahnya selalu meningkat setiap tahun. Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman menjadi dua daerah tujuan wisata favorit dibanding tiga kabupaten lainnya di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Penelitian ini mengkaji alasan yang mendorong para wisatawan asing melakukan perjalanan ke Yogyakarta sehingga dapat dikaitkan dengan tingginya jumlah wisatawan asing yang datang ke Yogyakarta. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan spasial dan analisa deskriptif. Dari hasil penelitian, didapatkan kesimpulan bahwa motivasi wisatawan asing di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman tidak dipengaruhi oleh jenis wisata yang ada di daerah tujuan.

The rapid growth of tourism followed by the emergence of questions about the reasons people do tourist activities. Reasons that cause a person to travel referred to as tourist motivation. Yogyakarta became the destination of foreign tourists whose number is increasing every year. Yogyakarta city and Sleman district into two favorite tourist destination compared to three other districts in the province of Yogyakarta.
This study examines the reasons that encourage foreign tourists to travel to Yogyakarta so it can be attributed to the high number of foreign tourists come to Yogyakarta. The method of analysis used in this study is the approach of spatial and descriptive analysis. From the research, it was concluded that the motivation of foreign tourists in the city of Yogyakarta and Sleman District was not influenced by the type of tourism in the destination.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S53294
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>