Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134187 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Meirince
"Objektif: Pelaksanaan program pemberantasan penyakit TBC, prioritas utama ditujukan terhadap peningkatan mutu pelayanan dengan mempertahankan kualitas pelaksanaan program, untuk itu perlu diketahui kinerja pengelola program TBC Puskesmas di Propinsi Riau dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja tersebut.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain "Cross Sectional" , untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja pengelola program TBC Puskesmas di Propinsi Riau Tahun 2002. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner, dan untuk pengukuran kinerja digunakan pengukuran dirt sendiri (selfassesmeni) yang dikontrol dengan penilaian atasan dan rekan sekerja dengan menggunakan check list. Analisis bivariat dilakukan dengan uji statistik "Chi square" dan analisis akhir menggunakan analisis multivariat.
Hasil: Kajian data menunjukan bahwa kinerja pengelola program TBC puskesmas masih kurang baik, dengan kinerja buruk yaitu 54,8 %. Ada hubungan yang bermakna antara kinerja dengan variabel umur (p=0,014), masa kerja (p= 0,040) ,pelatihan (p=-0,034), pengetahuan (p = 0,010) dan supervisi.
Dari hasil analisis multivariat ada tiga variabel yang masuk menjadi model yaitu umur, motivasi, dan pengetahuan. Dengan menggunakan persamaan regresi logistik dan nilai eksponensial (B) atau Odds Ratio dapat dilihat bahwa variabel yang paling dominan adalah variabel umur sebesar 4,528 (95 % Cl : 1,808 - 11,339) artinya bahwa kinerja pengelola program TBC yang berumur tua (≥36 tahun) berpeluang berkinerja baik 4,528 kali di bandingkan dengan pengelola program TBC yang berumur muda (< 36 tahun) setelah dikontrol variabel motivasi, dan pengetahuan.
Kesimpulan: Faktor yang berhubungan dengan kinerja pegelola program TBC Puskesmas (faktor individu) yaitu umur, masa kerja, pelatihan dan pengetahuan, sedangkan (faktor organisasi) yaitu supervisi. Faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan kinerja adalah variabel umur setelah dikontrol motivasi, dan pengetahuan.
Saran: Untuk meningkatkan kinerja pengelola program TBC Puskesmas di Propinsi Riau, perlu dilakukan pembinaan secara berkesinambungan, peningkatan pengetahuan, supervisi yang baik, dan mutu pelatihan perlu ditingkatkan dalam rangka penunjang pelaksanaan program pemberantasan tuberkulosis.

Objective: Quality of services is one of the important issue of the National TB Control Program workers were occupying an important contribution to increase it quality. Therefore, it is necessary to know the determinant factors of the performance of TB worker in Health Centers in the Province of Riau.
Design: This study used primary data arrayed in take a look at the determinant of TB worker in Health Center in the Province of Riau, year 2002. Self-assessment which was controlled by the superiors' and colleagues' assessment were developed, using the questionnaire for collecting primary data. Chi square statistical examination was apply to bivariate analysis and after wards, the equation of logistic regression for multivariate analysis.
Result: Data analysis showed that the performance of TB worker in Health Center is not good enough, which bad performance take 54.9%. The result of analysis showed that the significant determinant factors related to the performance were age (p=1.014), working period (p-0.040), training (p=0.034), knowledge (p=0,010) and supervision (p=0.024). The multivariate analysis, show that were three variables becoming models as, age, motivation, and knowledge. The equation of logistic regression and exponential value (B) or Odds Ratio, showing that the most dominant variable was age, 4.528 (95%CI:1.808 -11.339), which meant that the performance of TB worker in.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12681
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkarnain
"Penelitian ini dilakukan untutk mempelajari tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja petugas pengelola obat puskesmas di kabupaten Aceh Besar. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah responden 66 orang. Variabel yang diteliti adalah faktor internal petugas pengelola obat yang meliputi jenis kelamin, umur, status perkawinan, pengetahuan, motivasi dan pengalaman/masa kerja. Sementara faktor eksternal petugas pengelola obat mencakup supervisi, kepemimpinan, imbalan, sarana, lingkungan kerja dan beban kerja. Didalam menentukan variabel yang paling dominan berhubungan dengan kinerja dilakukan dengan uji regresi logistik ganda. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian check list serta kuesioner, dan selanjutnya dianalisis secara bertabap dengan menggunakan software komputer yaitu analisis univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 51,5 % pengelola obat puskesmas mempunyai kinerja dengan kategori kurang. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa faktor internal yang berhubungan secara statistik dengan kinerja adalah variabel status perkawinan (p=0,027), pengalaman/masa kerja (p=0,001), pengetahuan (p=0.001). Faktor eksternal yang berhubungan secara statistik dengan kinerja adalah variabel imbalan (p=0,003) dan variabel lingkungan kerja (p=0,027).
Hasil analisis regresi logistik ganda diketahui bahwa variabel yang berhubungan secara statistik dengan kinerja pengelola obat adalah pengalaman/masa kerja, pengetahuan dan imbalan, dan setelah dilakukan uji multivariat tahap akhir didapatkan bahwa variabel yang paling dominan dan merupakan faktor utama yang berhubungan dengan kinerja adalah variabel pengalamanlmasa kerja.
Sesuai dengan kesimpulan dari hasil penelitian ini disarankan agar pimpinan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar memperhatikan dan meminimalkan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kurang dari petugas pengelola obat di puskesmas, meningkatkan kualitas sumber Daya manusia, mengupayakan penghasilan tambahan dan reward, melakukan realokasi tenaga teknis pengelola obat disetiap puskesmas secara proporsional. Perlu adanya penelitian lanjutan oleh peneliti lain dengan rancangan yang berbeda dan variabel yang lebih lengkap serta mengunakan alat ukur kinerja yang lebih sesuai dan tepat, sehingga didapatkan hasil yang lebih akurat.

This research was conducted to know determinant factors of drug personnel's performance in Great Aceh District. The method of the research was cross sectional design, with 66 samples. Variable observed was internal personnel factor which included sex, age, marriage status, knowledge, motivation and experience/work period. On the other hand, there was an external personnel factor that included supervision, leadership, reward. facilities, work environment and work burden. Multiple logistic regression test was conducted to determine the most dominant variable related to the personnel's performance. Data were collected by using check list and questionnaire. The data were analyzed systematically by using computer software, univariat, bivariat, and multivariate analysis.
The result of the research showed that 51.5 % of the drug personnel's performance at public health centers were in unsatisfactory category. The result of bivariat analysis showed that the internal factors that were statistically related to the personnel's performance were marriage status variable (p=0.027), experience/work period (p=0.001), knowledge (p=0.001). External factors that were statistically related to the personnel's performance were reward variable (p=0.003) and work environment variable (p=0.027).
From the result of multiple logistic regression analysis, it was known that variables that had statistically significant relation to the personnel's' performance were experience/work period, knowledge and reward. After doing final multivariate test, it was found that the most significant variable to the personnel's performance was experience/work period variable.
It is suggested to the head of District Health Office of Great Aceh to pay attention and minimilize factors that may cause the unsatisfactory performance of drug personnel's at public health centers, to improve human resources quality, to strive additional income and reward, to reallocate proportionally technical staffs of drug personnel's in every public health center.
A further study with different methods and more complete variables by other researchers with more specific and accurate measurement of the performance in drug managing at public health center is necessary to conduct to get more accurate result.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12650
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukisno
"Puskesmas Pembantu merupakan unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan berfungsi menunjang serta membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan Puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil dan derajat kecanggihan yang lebih rendah. Kinerja pimpinan Pustu, dapat dilihat dari hasil kegiatan yang dilaksanakan oleh pimpinan Pustu terhadap kegiatan pokok Pustu. Menurut Gibson (1996), kinerja dipengaruhi oleh variabel individu, organisasi dan psikologis. Puskesmas Pembantu di Kabupaten Tanggamus mempunyai peranan yang strategis dalam pelayanan kesehatan, mengingat kondisi geografis dan luasnya wilayah kerja, dari 313 desa yang ada, 52% (163) desa adalah wilayah kerja Pustu yang merupakan tanggung jawabnya, kinerja Pustu untuk pencatatan dan pelaporan kurang baik (53%), hasil studi pendahuluan ditemukan dari 12 Pustu ternyata 7 Pustu (58,3%) hanya melaksanakan satu sampai lima program pokok Pustu, untuk itu maka diperlikan penelitian tentang gambaran kinerja pimpinan Pustu dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja pimpinan Pustu di Kabupaten Tanggamus tahun 2002.
Desain penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional, dan menggunakan total populasi berjumlah 72 responden. Variabel yang diteliti adalah variabel independen yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja, pengalaman, tempat tinggal, supervisi, kepemimpinan dan motivasi, sedangkan variabel dependennya adalah kinerja pimpinan Pustu.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis univariat, bivariat dan multivariat. Dengan menggunakan uji statistik Chi-Square, regresi logistik ganda.
Hasil penelitian, menunjukan bahwa kinerja pimpinan Pustu yang baik 73,36% dan yang buruk 26,24%. Variabel umur, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja, pengalaman, tempat tinggal dan kepemimpinan tidak berhubungan dengan kinerja pimpinan Pustu. Variabel supervisi dan motivasi berhubungan secara berrnakna dengan kinerja pimpinan Pustu, dimana pimpinan Pustu yang menilai supervisi pimpinan Puskesmas baik berpeluang mempunyai kinerja baik 18,3 kali dibandingkan pimpinan Pustu yang menilai supervisi pimpinan Puskesmas buruk (p= 0,007, OR=18,313, 95% CI 2,192-152,984). Disamping itu pimpinan Pustu yang mempunyai motivasi baik berpeluang memperoleh kinerja baik 3,1 kali dibandingkan dengan pimpinan Pustu yang motivasinya buruk (p= 0,039, OR=3,059, 95% CI 1,058-8,847), selain itu juga terbukti variabel supervisi dan motivasi tidak berinteraksi. Melihat basil penelitian ini, maka perlu dilakukan supervisi dengan baik dan benar, dilaksanakan secara kontinu oleh Puskesmas dan Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial kabupaten Tanggamus. Untuk meningkatkan motivasi responder perlu dilakukan bimbingan yang intensif, peningkatan jenjang pendidikan, serta diberlakukannya standarisasi pendidikan untuk pimpinan Pustu, serta untuk meningkatkan kemapuan dalam jangka pendek perlunya dilakukan pendidikan dan latihan manajemen pengelolaan Pustu.

Complementary public health center (CPHC) is a simple unit of health service that functions to support and assist the carrying out the public health center's activities in a smaller scope and lower degree of sophistication. CPHC heads' work performance can be seen from the output of their activities in the main field of CPHC works. According to Gibson (1996), work performance is influenced by individual, organizational, and physiological variables. Complementary public health centers in Tenggamus Regency play strategic roles in health services. Due to the geographic condition and the area of field work, of 313 existing villages, 52% (163) villages are the work area of the CPHC, CPHCs' work performance of recording and reporting were Iess good (53%). The result of preliminary study it is found from 12 CPHCs, 7 CPHCs (58,3%) do only one until five main programs of CPHC, there fore, it is necessary to conduct a research on about the work performance of CPHC heads and factors related to the work performance of CPHC heads in Tenggamus Regency in 2002.
The design of the research was cross sectional. The total populations were 72 respondents. The variables observed were independent variables: age, sex, education, length of work, work experience, residence, supervision, leadership and motivation, while the dependent variables was the work performance of CPHC heads. The data analysis used were univariat, bivariat, and multivariate by using statistical test Chi Square, double logistic regression.
The result of the research shows that the good work performances of CPHC heads are 73,36% and the bad one are 26,24%. The variables of age, sex, education, length of work, work experience, residence and leadership are not related to the CPHC heads' work performances. Supervision and motivation variables are significantly related to the head's work performances. The head of CPHC that considers the supervision of Public Health Centers' heads are good have probability to perform good work 18,3 times than the bad one (p=0,007, OR=18,313, 95% Cl 2,192-152,984). Besides, the heads of CPHC with good motivation have probability to the good work performances 3,1 times than the bad one (p=0,039, OR=3,059, 95% Cl 1,058-8,847). Besides, it is proved that the variable of supervision are not interacted with motivation.
From the result of this research, it is necessary to conduct continuously good supervision by the public health center, and Health Authority and Social Welfare of Tanggamus Regency. To increase the respondents' motivation, it is necessary to carry out intensive guidance, level of education development, and to effect the education standardization for CPHC heads. In order to increase the ability, in short term, it is necessary to conduct the management of CPHC organization.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12693
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Waryuzal
"Mutu Institusi pendidikan dapat dilihat dari scjauh mana institusi tersebut mewujudkan visinya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, dunia kerja dan kebutuhan profesional. Salah satu faktor yang menentukan mutu institusi pendidikan adalah kinexja sumber daya dosen dalam melaksanakan persiapan pengajamn, pelaksanaan pengajaran dan evaluasi pengajaran.
Akaderni Keperawatan Pemerintah Pnopinsi Riau merupakan konversi dari SPK pada tahun 2003, dari basil evaluasi bagian wdemik tahun 2005/2006 terdapat bcbcrapa permasalahan yang ditemui antara lain: Dosen Penanggung jawab mata ajaran yang tidak mempunyai silabus 30%, doscn tidak tetap yang tidak memhuat Rencana Pengajaran (RP) 90%, tingkat kehadiran dosen 75%, dan ketidak puasan mahasiswa terhadap nilaj hasil cvaluasi.
Metode penelitian ini menggunakan desain cross sectional dimana sampel penelitian adalah seluruh dosen yang meliputi 34 orang (total sampling). Variabel independen meliputj : umur, jenis kelamin, status kepcgawaian, tingkat pendidikan, alcta mengajar, pelatihan, motivasi, persepsi, kenampilan, fasilitas pendidikan, imbalan, beban mengajar dan supen/isi. Sedangkan variabcl dependen adalah kinelja dosen yang meliputi : pcrcncanaan, pcngajaran, pelakbunaan pengajaran dan evaluasi pengajaran. Untuk melengkapi hasil cross sectional maka dilakukan juga EDOM dan wawancara.
Penelitian ini bertujuan Lmtuk memperoleh gambaran kinerja doscn di Akademi Keperawatan Pemerintah Propinsi Riau serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Instrumen yang digunakan bempa checklist dan pedoman wawancara. Pengolahan data hasil penelitian menggunakan program SPSS dan dianalisa secara univariat, bivaxiat dan multivariat.
Hasil penelitian menunjukkan secara umum kinerja dosen di Akademi Keperawatan Pemerintah Propinsi Riau masih nendah dimana 47,1 % mempunyai k.i.11Clja baik dan 52,9 % mempunyai kinegia kurang. Faktor-faktor yang mempengaruhi secara signiiikan adalah akta menggiar, pelatihan dan imbalan. Sedangkan faktor yang paliug dominan adalah faktor pelatihan.
Disarankan untuk meningkatkan kinexja dosen di Akademi Keperawatan Pemerlntah Propinsi Riau agar mengirim dosen-dosen untuk mengikuti pelatihan dan mengikuti pendidikan akta, disamping itu dilakukan pemberian insentif untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteman dosen.

The quality of an educational institution can be appraised from how succeed that institution to accomplish its visions in order to fulfill the community demand, working world, and professional needs. One of factor that determining the quality of an educational institution is the performance of its human resources, in this case is the teachers, on managing the planning, implementation, and teaching evaluation.
A public nursing college of Riau Province, which is a conversion of health nursing school (SPK) in 2003, based the academic affair evaluation has found some problems, such as: 30% of teacher that responsible to the teaching subject has no have syllabus, 90% of temporary teacher is never create a Teaching Planning (TP), level of presence of the teacher is 75%, and student's un-satisfactory towards the result of evaluation.
The study is using a cross-sectional design where sample are all 34 teachers at the college (total sampling). The independent variables are consist of: age, sex, employment status, level of education, teaching certification, training, motivation, perception, skill, teaching facilities, reward, teaching load, and supervision. Meanwhile, the dependent variable is the teacher's performance which consists of: planning, teaching, teaching implementation, and teaching evaluation. To complete the study, a result of EDOM (Evaluasi Dosen oleh Mahasiswa/Teacher Evaluation by the Student/TES) and interviews are also included.
The study has a purpose to describe the teachers' performance of the public nursing college of Riau Province, as well as its factors related. The instruments are a checklist and interview guidance. Data will analym by using a statistical analysis software to produce a univariate, bivariate, and multivariate analysis.
In general, the result ofthe study showed that the teachers' performance is still low, where 47.1% of teachers have a good performance, and 52.9% has poor performance. Factors that significantly related arc: teaching certification, training, and reward. And the most dominant f8Ot01' is training.
It is suggested that in order to increase the teachers' performance, a training and acquiring teaching certilication is needed, as well as providing an incentive for increasing the teacher's payment and welfare.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34574
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Roossita Anggraini
"Program penanggulangan tuberkulosis paru mempunyai tujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat penyakit tuberkulosis dengan cara memutuskan mata rantai penularan, sehingga tidak merupakan masalah lagi bagi kesehatan masyarakat Indonesia. Untuk mendeteksi dan mengobati tuberkulosis, strategi pengobatan yang dianjurkan oleh WHO adalah dengan penerapan DOTS (Direct Observe Treatment Shartcourse). Dalam DOTS tersebut faktor pencatatan dan pelaporan merupakan strategi yang penting dalam pemantauan dan evaluasi program penanggulangan tuberkulosis. Suskesnya strategi ini sangat bergantung kepada perilaku dan sikap dari petugas kesehatan yang melakukan pencatatan dan pelaporan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja pelaksana program tuberkulosis dalam upaya pencatatan laporan TB-01 di Puskesmas. Penelitian ini menggunakan disain cross-sectional dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan menggunakan jumlah responden seluruh petugas pelaksana tuberkulosis di puskesmas wilayah Jakarta Selatan. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pemeriksaan data sekunder laporan pencatatan TB-01, dan kemudian dilakukan wawancara mendaiam kepada 7 orang petugas TB puskesmas untuk memperkuat hasil penelitian.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kinerja mayoritas petugas pelaksana program tuberkulosis dengan rata-rata usia 44,5 tahun dan tingkat pendidikan rata-rata SLTA/SMK serta lama masa kerja lebih dari 5 tahun, adalah baik, namun kinerja 44,7% petugas tuberkolusis adalah buruk. Faktor-faktor yang diteliti untuk mengetahui hubungan dengan kinerja petugas pelaksana program tuberkulosis adalah umur, pendidikan, lama kerja, motivasi, kepemimpinan, supervisi, imbalan dan sarana. Sedangkan faktor-faktor yang paling berhubungan dalam menentukan kinerja petugas program tuberkulosis dalam pencatatan laporan TB-01 adalah supervisi.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kinerja petugas pelaksana program tuberkulosis berimbang antara petugas yang berkinerja baik dan buruk. Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja petugas adalah pelatihan, motivasi dan supervise. Sedangkan faktor yang paling berhubungan dengan kinerja petugas adalah supervise kemudian motivasi. Dengan melihat kesimpulan penelitian ini, maka disarankan bagi puskesmas untuk meningkatkan kinerja petugas dengan cara membuat dan melaksanakan standar operasionai baku, meningkatkan pembinaan, kerjasama tim dan memberikan penghargaan atas prestai kerja kepada petugas, selain juga memperbaiki kualitas pencatatan laporan dengan siklus PDCA.
Adapun untuk Suku Dinas Kesehatan Masyarakat disarankan untuk memfasilitasi pertemuan berkala guna meningkatkan kualitas pencatatan, meneruskan pelatihan petugas secara berkelanjutan dan selalu melaksanakan program studi banding untuk meningkatkan kualitas. Sedangkan untuk Dinas Kesehatan, disarankan agar sosialisasi kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan strategi DOTS tetap dinformasikan keseluruh UPK dan guna meningkatkan kualitas informasi suatu Sistem Informasi Kesehatan yang dapat diakses oleh seluruh UPK agar secepatnya dapat diselesaikan.

The aim of the lung tuberculosis prevention program was to reduce the mortality or sickness number caused by tuberculosis by way of cutting off the chain infection, in order to reduce the people healthcare problem in Indonesia. To detect and cure the tuberculosis, the cure strategy recommended by the WHO is implementing the DOTS (Direct Observe Treatment Short course). The reporting and report writing in DOTS was the important strategy in observing and evaluating tuberculosis prevention program. The success of this strategy relies on the behavior and attitude of the health officers who report and do the writing of the report.
The purpose of this research is to obtain understanding on factors related with the performance of tuberculosis program's officers in the Puskesmas TB-01 report writing. This research was using a cross-sectional design with qualitative and quantitative approach with respondent were the entire tuberculosis officers at the South Jakarta's Puskesmas. Data collections were carried out by examining the secondary data on TB-01 report writing, and followed by in-depth interview to 7 officers to verify the examination results.
The research shown that majority performance of tuberculosis program officer which average age were 44.5 years old and high school level of education and with length of service of 5 years was excellent, however the performance of 44.7% of the tuberculosis program officer were unsatisfactory. Factors examined from measuring the tuberculosis program officer's performance were age, education, length of service, motivation, leadership, supervision, rewards-recognitions and facilities. However, factor which related most with tuberculosis program officer's performance in TB-O1 report writing was supervision.
Research results summarized that the tuberculosis program officer's performance were balanced between excellent and unsatisfactory performers. Factors related to officer's performance were training, motivation and supervision, but the dominant factors in officer's performance were supervision followed by motivation. Looking into the results summaries, it is therefore suggested that the Puskesmas should improved officer's performance by way of developing and implementing the standard operational procedures, increased activities in supervision and team works, giving rewards and recognition to officers' performance, as well as to improve the quality of report writing using a PDCA cycle.
As to the District Public Health, it was suggested to facilitated regular meeting to improve the officers' report writing quality, continue the sustainable training for officers and carrying out the comparative study exercise for performance improvement. For the Province Health Office, it was suggested that it continues the policy related to the DOTS' implementation be informed to every Health Services Units and to improve the information quality, a Health Information System which can be access by every Health Services Units be developed quickly.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T13106
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Indrati
"Penanggulangan TB di Propinsi Lampung dan juga Kabupaten Tanggamus mencakup upaya pengobatan dengan target angka kesembuhan minimal 85% dari kasus baru TB BTA positif setiap tahunnya, serta cakupan penemuan penderita secara bertahap setiap tahunnya diupayakan agar mencapai 70% pada tahun 2005, yang dilakukan melalui unit pelayanan Puskesmas yang ada dan unit pelayanan kesehatan lainnya.
Di Propinsi Lampung penanggulangan TB sampai saat ini belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Hal itu terlihat dari cakupan penemuan penderita TB BTA positif pada tahun 2002 baru mencapai 26%, dengan angka kesembuhan 68%. Demikian juga di Kabupaten Tanggamus. walaupun penanggulangan TB sudah menggunakan strategi DOTS dengan panduan obat jangka pendek yang diberikan secara cuma-cuma, tetapi penemuan penderita TB BTA Positif hanya mencapai 22% dengan angka kesembuhan sebesar 66%.
Tenaga perawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas) dalam menangani penderita tuberkulosis menggunakan pendekatan proses keperawatan dengan tahapan mulai dari pengkajian terhadap penderita untuk mengumpulkan data, menganalisa dan mengindetifikasi masalah yang berhubungan dengan penderita, kemudian melaksanakan penanganan dan bertindak sebagai PMO serta melakukan penilaian untuk memantau perkembangan penderita.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran kinerja petugas perawat kesehatan masyarakat, mengetahui hubungan karakteristik responden dan karakteristik penelitian dengan kinerja petugas perawat kesehatan dan mengetahui variabel yang paling berhubungan terhadap kinerja petugas perawat kesehatan masyarakat dalam penanganan penderita TB di Kabupaten Tanggamus.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional/potong lintang, dimana pengukuran variabel bebas yaitu variable individu, variabel organisasi, dan variabel psikologis, dan variabel terikat yaitu kinerja petugas perawatan masyarakat dilakukan secara bersamaan. Pengukuran variabel bebas dan terikat menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi responden yang mempunyai kinerja baik dan kinerja tidak baik sama besar, yaitu masing-masing 50%, terdapat hubungan yang bermakna antara karakteristik responden (umur, jenis kelamin) dengan tingkat kinerja petugas perawat kesehatan, terdapat hubungan yang bermakna antara karakteristik penelitian (lama kerja, pengalaman, imbalan, kepemimpinan, motivasi) dengan tingkat kinerja petugas perawat kesehatan dan varibel yang paling berpengaruh terhadap tingkat kinerja petugas perawat kesehatan adalah lama kerja dan motivasi.

To overcome tuberculosis (TB) in the Province of Lampung and the District of Tanggamus has been conducted the therapeutic efforts by achieving minimal cure rate target that is 85% out of new cases of TB with BTA positive in every year and also the coverage of patient found gradually reaches 70% in 2005 which is conducted at available Puskesmas and another community health centers.
At the present, the handling of TB has not been showing a satisfactory result. It was shown from the coverage of TB patients with BTA positive in 2002 just reached 26% with cure rate 68%. Although the handling of TB in the District of Tanggamus has used DOTS Strategy in which using integrated short-term medicines for free but the patients of TB with BTA positive revealed 22% with cure rate 66%.
Public health nursing staffs (Perkemas) in handling TB patients used nursing process approach initiated from patient review to collect data, to analyze, and to identify the problems related to the patient, to conduct the treatment and acted as PMO and also to evaluate in monitoring the patient progress.
The study was aimed to assess the performance of public health nurse, to assess relationship between the characteristics of respondent and research and the performance of public health nurse on handling TB patients in the District of Tanggamus.
The study used cross sectional design in which the measurement of independent variables including individual, organization, and psychological variables were assessed at the same time with dependent variables of the performance of public health nurse. The measurement used questionnaire.
The study resulted that proportion of respondent who had good performance and inadequate performance was equal, 50% in each There was significant relation between the characteristics of respondent (age and sex) and the performance level of public health nurse. Also there was significant relation between the characteristic of research (work span, experience, incentive, leadership, motivation) and the performance level of public health nurse. The most dominant variables towards the performance level of public health nurse were work span and motivation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T13080
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rumisis
"Berdasarkan SDKI 1997 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi yaitu 334 per 100.000 kelahiran hidup (DepKes RI, 2001). Untuk menurunkan Angka Kematian Thu (AKI) dan memperluas cakupan pelayanan kesehatan ibu dan anak berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah diantaranya mendekatkan pelayanan kesehatan kepada sasaran dengan menempatkan bidan di desa sejak tahun 1991, namun sampai saat ini kegiatan ini belum menunjukkkan hasil yang bermakna.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang kinerja bidan di desa dalam pelayanan ibu hamil dan ibu bersalin dan faktor-faktor yang berhubungan dengannya Kinerja baik bila cakupan K4 > 80% dan pertolongan persalinan > 69%, kinerja kurang jika cakupan K4 < 80% dan pertolongan persalinan < 69% atau salah satunya kurang.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Indragiri Hilir dengan menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional. Sampel penelitian adalah seluruh populasi bidan di desa yang sudah bertugas di Kabupaten Indragiri Hilir minimal satu tahun berjumlah 78 orang. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat. Analisa univariat dilakukan dengan analisa deskriktif untuk melihat gambaran kinerja dan karekteristik individu, analisa bivariat dengan uji Chi-Square untuk melihat hubungan variabel babas dengan variabel terikat, serta analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik untuk melihat faktor yang paling dominan.
Hasil penelitian menunjukkan 74,4% kinerja bidan di desa di Kabupaten Indragiri Hilir kurang dan 25,6% kinerja baik yang berarti kinerja bidan di desa di Kabupaten Indragiri Hilir kurang. Faktor-faktor yang mempunyai hubungan yang bemakna dengan kinerja bidan di desa di Kabupaten Indragiri Hilir antara lain, kemampuan, pengalaman , imbalan, supervisi dan desain kerja Sedangkan faktor saranalprasarana, pelatihan dan motivasi tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan kinerja bidan di desa di Kabupaten Indragiri Hilir. Faktor paling dominan yang berhubungan dengan kinerja bidan di desa adalah faktor imbalan, diikuti oleh desain kerja dan kemampuan.
Disarankan agar memberikan reward bagi bidan di desa, bidan di desa tidak merangkap sebagai Kepala Pustu dan peningkatan kemampuan dengan meningkatkan kualitas supervisi dan memperbaiki sistem pelatihan.

Factors Which Are Related To The Performance Villages Midwives In Indragiri Hilir Districk In 2002According to Indonesian Demographic Survey of Health (SDKI) 1997, Maternal Mortality Rate (MMR) in Indonesia is still high with 334 deaths 1 100.000 live births, (Indonesian Department of Health, 2001). To decrease the Maternal Mortality Rate and to improve mother and child care coverage, the government recruited midwives and posted them in the villages. Although this program was started in 1991, the result showed unsatisfactory performance.
The purpose of this study was conducted to know how the performance of village midwives in antenatal care and delivery assistance and factors related to it. The performance parameter are said satisfactory if K4 > 80% and delivery assistance69%.
This study was conducted in the District of Indragiri Hilir by using Cross Sectional design. The sample of the study were 78 midwives in the villages that had worked in the district minimally one year.
The data were proceeded and analyzed by using univariate, bivariate and multivariate analysis. Univariate analysis was done by descriptive analysis to know the performance and individual characteristic, bivariate analysis by using Chi-Square test was to know the relationship of independent variables and dependent variables. In the other part, multivariate analysis by using logistic regression test was to know the most dominant factor.
The result of the study showed that 74,4% of midwives' performance in Indragiri Hilir District were unsatisfactory, while 25,6% were satisfactory. This meant that the midwife's performance in the district was unsatisfactory.
Factors related to village midwives' performance in the District of Indragiri Hilir were, such as, ability, experience, reward, supervision, and work design. On the other hand, factors, such as facilities, training and motivation were not related to the midwives' performance. The significant factors related to midwives' performance were reward, that were followed by work design and ability factors, It is suggested to provide reward tovillage midwivesand to develop their competence by improving supervision quality and training system and to those midwives, is not to serve as head of complementary health center at the same time of being a midwife.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12672
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marbun, John Sihar Tony
"Pelayanan gawat darurat merupakan upaya penaggulangan terhadap keadaan yang gawat dan darurat di bidang kesehatan, yang dilaksanakan kepada individu atau kelompok masyarakat yang berada dalam keadaaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam jiwanya. Upaya penanggulangan ini dilaksanakan secara cepat dan tepat, sehingga dapat menolong jiwa si penderita sehingga terhindar dari kematian dan kecacatan.
Dalam pelaksanaan pelayanan gawat darurat Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta berperan sebagai regulator, yang mengatur mekanisme, arah kebijakan dan pedoman-pedoman pelayanan, suku dinas di tingkat kotamadya berperan sebagai auditor yang melaksanakan fungsi pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan pelayanan dan puskesmas berperan sebagai operator yang melaksanakan kegiatan-kegiatan pelayanan di puskesmas dan di luar gedung puskesmas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja petugas pelayanan gawat darurat dan factor-faktor yang berhubungan dengan kinerja petugas pelayanan gawat darurat, dengan menggunakan desain Cross Sectional. Yang dilaksanakan di Puskesmas di Wilayah Kota Madya Jakarta Barat tahun 2003. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi.
Hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar petugas dengan kinerja buruk dan ada faktor-faktor yang berhubungan yaitu: pendidikan, pelatihan, imbalan dan pembinaan. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa pendidikan, pelatihan, imbalan dan pembinaan berhubungan dengan kinerja petugas pelayanan gawat darurat.
Dan 96 responden diperoleh gambaran kinerja 18 responden kinerjanya baik (18,8%) dan 78 responden kinerjanya buruk (81,2%). Yang memiiikli pendidikan perguruan tinggi (PT) sebanyak 57 responden (59,4%) danSLTA 39 responden (40,6%), 58 responden (60,4%) sudah pernah dilatih dan 38 responden (39,6%) belum pernah mendapat pelatihan. Dari 96 responden 38 responden memperoleh imbalan yang baik (72,9%), dan 58 responden (27,1%) memperoleh imbalan yang buruk, yang memperoleh pembinaan baik sebanyak 33 responden (34,4%) dan yang memperoleh pembinaan yang buruk sebanyak 63 responden atau (65,6%).
Dan berdasarkan ini pula disarankan agar upaya-upaya perbaikan kinerja lebih mengutamakan 4 faktor di atas. Faktor pendidikan lebih berorientasi kepada kesempatan untuk mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi, melalui proses izin belajar atau tugas belajar dengan perencanaan anggaran yang matang. Faktor pelatihan dilaksanakan secara intensif melibatkan semua petugas pelaksana pelayanan gawat darurat. Imbalan diberikan berupa materi dan penghargaan mengingat kualifikasi dan sifat tugas yang dilaksanakan. Seharusnya pembinaan dari atasan langsung dalam bentuk pertemuan-pertemuan teknis dilaksanakan secara rutin dan berkesinambungan.

Emergency services represent the handling efforts toward the critical and emergent condition in health area, performed to the individual or community group which are in critical condition or about to become critical and their lives are threatened. This handling effort carrier out fast and accurately, so it can help the lives of the patients so they can be prevented from the death and disability.
In performing the emergency service the Health Agency of Greater Jakarta province plays a role as regulator, regulating the mechanisms, the direction of the policies and the service guidelines, the sub agencies in municipal level play a role as auditor conducting the functions of development, supervision, and controlling toward the service implementation and the public health center plays a role as an operator undertaking the service activities mot; public health center and outside the public health enter.
This research is aiming to know the emergency service officers' performance and factors related to the emergency service officer's performance, by using Cross Sectional design. Performed at public health in West Jakarta Municipality area in 2003. The data collection was performed by interview and observation.
The research found that majority of the officers with the bad performance and there were factors related factors namely education, training, reward, and development. From this research results it is concluded that education, training, reward and development relate to the emergency service officers' performance.
From 96 respondents is obtained the performance picture of 18 respondents with good performance (18.8%) and 78 respondents with bad performance (81.2%). Those with college education is 57 respondents (59.4%) and < Senior High School education 39 respondents (40.6%), 58 respondents (60.4%) have been trained and 38 respondents (39.6%) have never been trained. From 96 respondents, 38 respondents obtain good compensation (72.9%) and 58 respondents (27.1%) obtain bad compensation, as for those having good education are 33 respondents (34.4%) and those having bad education are 63 respondents or 65.6%.
And based on these also it is suggested in order that the performance improvement efforts are more to prioritize the above factors. The educational factor is more oriented to the opportunity to attend the higher education, thorough learning permit process or learning assignment by mature budget planning. The training factor held intensively involving all the emergency service officers. The reward was given in form of material and appreciation considering the qualification and the nature of the duties they carry out. It should be the development from the superiors directly in form of the technical meeting held routinely and sustainable.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T 12798
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyadi
"Dalam rangka meningkatkan mutu lulusan pendidikan tenaga kesehatan salah satu faktor yang berperan adalah tenaga pengajar. Kualitas tenaga pengajar di institusi pendidikan tenaga kesehatan masih rendah, hal ini dapat dilihat sebanyak 43% tenaga pengajar berpendidikan DM. Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kinerja tenaga pengajar dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja tenaga pengajar. Yang dimaksud dengan kinerja adalah kemampuan dosen dalam melaksanakan pekerjaan yang terkait dengan proses belajar mengajar.
Disain penelitian ini adalah survei dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan pada 4 Akademi Keperawatan di Jakarta Utara. Sebagai subyek penelitian adalah semua dosen tetap yang mengajar di institusi pendidikan tersebut. Jumlah seluruhnya 33 orang. Pengumpulan data primer dilakukan dengan memberikan kuesioner pada responden untuk diisi. Penilaian kinerja dosen dilakukan oleh Mahasiswa dari Akademi Keperawatan yang bersangkutan dengan menggunakan instrumen penilaian kinerja. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa kinerja rata-rata dosen sebesar 69,45 dengan standar deviasi 14,69, nilai kinerja terendah sebesar 44 dan nilai kinerja tertinggi sebesar 92. Dari hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dosen, pendidikan Akta mengajar, pelatihan, pengalaman mengajar, fasilitas pendidikan, pembinaan dengan kinerja dosen (p<0,05). Sedangkan jenis kelamin, usia, status perkawinan, pendapatan tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan kinerja dosen (p>0,05).
Untuk meningkatkan kinerja dosen, perlu peningkatan pendidikan bagi para dosen, memberi kesempatan untuk mengikuti pendidikan Akta mengajar dan pelatihan-pelatihan serta pembinaan kepada dosen-dosen.

Factors Related with Work Performance of Nursing Academy Lecturers in North Jakarta in 2001In enhancing quality of health personal graduate, one of factors plays significant role in the lecturers, Quality of lecturers / instructors in educational institution of health personal is still low, it can be seen as 43 % of instructors were only graduated of Diploma III/Academy certificate. It is urgent to known their work performance and factors connected with the performance. The work performance itself is defined as lecturer's competency in teaching-learning process.
The design of this research was survey with cross sectional approach. The research took place at 4 nursing academies in North Jakarta. The subject of this research was all of 33 permanent lecturers who teach at the institutions. The primer data collecting was conducted by distributing questionnaire to the respondents. Students of nursing academies carried as respondents out grading work performance of their lecturers using work evaluation instrument.
The univariat analysis indicated that in average, their performance were 69,45 out of 100 scales, with deviation standard 14,69, the lowest work was 44 and the highest one was 92. The bivariat analysis implied that there was a significant relation between lecturers' educational level, education of teaching diploma, training, teaching experience, educational facility, and guiding with work performance of lecturers (p<0,05). Meanwhile type of sex, age, marital status, and income level did not have significant connection with lecturers' work (p>0,05).
To improve lecturers' work performance, it is urgent to increase lectures' education and to grant them an opportunity to attend education of teaching diploma and training as well as to guide them.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T4747
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sadeli Suganda
"Sejalan dengan gencarnya upaya penurunan Angka Kematian Ibu ( AKI ) dan Angka Kematian Bayi ( AKB ) sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia , maka pelaksanaan program Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA) perlu terus dipantau dan dievaluasi secara kontinu dari berbagai aspek. Salah satu aspek yang cukup penting dan banyak berkontribusi dalam menopang keberhasilan program KIA adalah aspek tenaga pelaksana KIA, terutama tenaga bidan. Meskipun tenaga bidan telah ditempatkan oleh pemerintah RI ke seluruh pelosok tanah air sampai ke tingkat desa lewat program penempatan Bidan di desa, namun hasilnya masih belum sesuai dengan harapan, termasuk di Kabupaten DT II Tasikmalaya. Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini mencoba untuk mengetahui faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan kinerja Bidan Desa di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Dt II Tasikmalaya.
Penelitian ini menggunakan rancangan Cross sectional dengan sampel penelitian seluruh Bidan Desa di wilayah Kabupaten Tasikmalaya yang telah melaksanakan masa tugas minimal I tahun terhitung sampai 31 Maret 1997 yang jumlahnya adalah 270 orang. Bertindak selaku responden adalah Bidan Desa yang terpilih sebagai sampel. Jumlah total responden yang terjaring / diteliti sebanyak 235 orang (87,04%) setelah dilakukan pembersihan data dan dikurangi dengan Bidan yang sakit, cuti, atau tidak memenuhi panggilan.
Variabel-variabel yang diteliti meliputi variabel Independen yang terdiri dan status perkawinan, status kepegawaian, daerah asal Bidan , pelatihan LSS, pendapatan, domisili, fasilitas pemondokan, dukungan masyarakat kepada Bidan, sikap terhadap pofesi Bidan, dan supervisi dan Puskesmas. Sedangkan variabel dependen yaitu kinerja Bidan Desa selama 1 tahun yang diukur dari pencapaian K4 dan Bulin Nakes (Ibu bersalin dengan ditolong oleh tenaga kesehatan). Dengan uji statistik Chi square, diketahui ada dua taktor yang secara statistik berhubungan bermakna dengan kinerja Bidan Desa, yakni Status Perkawinan (X2 = 4,34 p < 0,O1) dan Status Kepegawaian (X2 = 7,95 p < 0,0 1). Bidan Desa yang telah kawin dan Bidan Desa yang bersatus PNS lebih baik kinerjanya dibandingkan dengan Bidan Desa yang belum kawin dan Bidan Desa yang berstatus PTT.
Disarankan, agar pembinaan Bidan Desa lebih ditingkatkan lagi khususnya dalam meningkatkan kematangan individu dan kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat disamping ketrampilan teknis medis KIA Kepada para Bidan Desa PTT agar perlu dibina dan didorong motivasi kerjanya secara terus menerus serta diciptakan hubungan yang erat antara Bidan PNS dengan Bidan PTT dan antara Bidan yunior dengan Bidan senior. Untuk mendapatkan gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja Bidan Desa secara lebih komprehensif, perlu dilakukan penelitian terhadap faktor-faktor lain dengan rancangan yang berbeda dan kelompok sampel yang banyak / lebih luas.

Within the serious efforts to decrease Maternal Mortality Rate (MMR) and Infant Mortality Rate (IMR) with respect to increase the quality of human resource development, the implementation of Mother and Child Health Program (MCH) should be monitored and evaluated continuously in every aspect. One of the important aspects and has been contributing a lot in the achievement of Mother and Child Health Program is the aspect of those who carry out the program, particularly the potential midwives. Although midwives have been assigned by Indonesian Government throughout the country to the level of rural area through Midwives Placement Program in rural area, the results are still beyond the expectation, including in Tasikmalaya Regency. Due to the fact, this study is an effort to identify the factors assumed to be related with the performances of village midwives within the operating area of health office of Tasikmalaya Regency.
The study applying Cross Sectional Plan and the samples of study are midwives from all the villages throughout Tasikmalaya Regency who posses at least one year work experience dated from March 31 1997 totaling to 270 midwives. The respondents are midwives who are selected as samples. The number of total respondents in the study are 235 people (87,04%) after data sceening and subtracted by the sick midwives, the one having vacation and midwives disobeying the calls.
The variables studied covering Independent Variables such as : marital status, employment status, place of origin/where the midwives are from, LSS training, income, domicile, accommodation, public support toward midwives, peoples' attitude toward midwives' skilllproflesion and supervision of Public Health Center (Puskesmas), while Dependent Variables is the petonnances of village midwives within one year period measured from the achievements of the fourth attendance ANC (K4) and delivery by midwives (Bulin Nakes). By applying the Statistic Test of Chi-Square, the two factors are identified that has relationship with the petonnances of village midwives, namely Marital Status (X 2 = 4.34 p < 0.01) and Employement Status (X2 = 7.95 p < 0,01).
The married midwives and the midwives having government employee status (PNS) are having better performance compared with those unmarried and having temporary workers (PTT) status. It is suggested that improvement of village midwives should be upgraded particularly in the aspect of individual maturity and communication skills with the public, as well as technical skills in medical technique of MCH. To those midwives having temporary workers (PTT) status, they need to be encouraged and improved and continuously motivated in their works, and among the midwives having PNS and PTT status as well as the juniors and seniors are created close ties of relationships. In order to have a comprehensive descriptions of the factors relating to the performances of village midwives, the study has to be carried out on other factors with different scheme 1 plan and various 1 extended group of samples.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>