Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150214 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadapdap, Huala
"Emisi gas buang kendaraan bermotor khususnya yang berbahan bakar bensin berpotensi meningkatkan kandungan CO di perparkiran bawah tanah dua kali lebih besar dalam empat bulan. Korelasi konsentrasi CO, HC dan Opasitas dari emisi gas buang dengan perparkiran sangat erat dengan nilai r untuk rata-rata kandungan CO mencapai 0.9845. Kandungan CO dan HC dapat terakumulasi di perparkiran tertutup dengan terbatasnya ventilasi, sirkulasi udara dan exhaust. Perancangan sistem perparkiran yang memadai dan memenuhi kaidah Kesehatan dan Keselamatan Kerja menentukan seberapa besar akumulasi CO.
Kandungan CO dalam darah dan Phenol dalam air kemih merupakan indikasi paparan CO emisi gas buang kendaraan dengan udara ruang parlor P2 BEJ. Kandungan CO berdampak negatif langsung terhadap kesehatan manusia. CO dengan cepat dapat menggeser 02 dari dalam darah karena CO dengan Hb membentuk COHb dengan cepat 200 - 300 kali lebih kuat dari oksigen dalam mengikat Hb darah. Dampak CO terhadap pekerja parkir tergantung lamanya pemajanan dan konsentrasi CO nya. Perokok lebih berisiko terhadap pajanan CO di P2. Kondisi pekerja yang terpajan CO di P2 sudah relatif terganggu, potensi hipoksia sudah megganggu sistem kardiovaskuler terlihat dari keluhan-keluhan pekerja seperti nyeri kepala, pusing, mual dan vertigo.
Pengendalian dampak emisi gas buang dapat dilakukan oleh pekerja secara proaktif. Tindakan preventif dengan menekan emisi gas buang melalui penyuluhan pemeliharaan mesin secara teratur, pemiiihan jenis dan tahun produksi kendaraan. Pengelola gedung sebaiknya melakukan tindakan perbaikan yang terpadu mencakup perencanaan system perparkiran, ventilasi, sirkulasi udara dan sistem pengaturan kerja.

Within four month periods the gas emissions from burning gasoline vehicles has the potential to doubling increase of the carbon monoxide (CO) concentration in the underground parking area. The correlation of HC, CO and Opacity of gas emission is very close to the parking indoor air quality, it shows by the r-value of CO about 0.9845. CO and HC content can be accumulated in the indoor parking area due to the poor ventilation, air circulation, number and capacity of exhaust fans. The adequate parking system designs that meet with Health and Safety requirement will effect the CO content accumulation.
The CO content in the blood and phenol in the urine are indicating the employee exposure to CO vehicles gas emission and P2 BET parking indoor air quality. The CO concentration at P2 has direct impact to the parking employee health. Carbon monoxide quickly reduce the oxygen intake from blood stream and by binding carbon monoxide with hemoglobin (Hb) to become a carboxyhemoglobin (COHb) compounds that toxic to human. CO bound Hb rapidly 200 - 300 times stronger than oxygen in the blood. The effect of carbon monoxide to the employee depends on the duration of exposure and CO concentration. Moreover smokers have a higher risk to the CO exposure in the P2. The condition of employee who expose to the CO at P2 has relatively been affected of the gas emission and will suffering from hypoxia with aggravated cardiovascular problem such as head pain, headache, fatigue and vertigo.
The employee can proactively participate in controlling of vehicles gas emission. Preventive action by minimizes the gas emission through awareness program, regular engine maintenance, choosing type of vehicles and year of product are parts of better control_ The building management should concern a continuous improvement through corrective action such as redesign the parking system, ticketing system, ventilation system, and shift work system of the employee.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12742
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irvan Nurtanio
"Gasifikasi adalah suatu proses termokimia yang mengubah bahan bakar padat menjadi gas mampu bakar yang dikenal dengan istilah teknik Producer Gas atau Syntetic Gas (Syngas) dengan proses pembakaran menggunakan oksigen terbatas.Updraft Gasifier merupakan jenis gasifier yang dapat menghasilkan daya yang lebih besar dibandingkan downdraft gasifier tetapi menghasilkan tar yang lebih banyak. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kandungan tar pada updraft gasifier dengan pengeluaran gas produk melalui daerah reduksi. Dengan penggunaan metode seperti ini diharapkan kandungan tar dapat berkurang dikarenakan gas produk bergerak kembali ke daerah temperatur tinggi dan tar yang terkandung di dalamnya mengalami cracking baik karena termal atau bereaksi dengan uap, H2O atau CO2 yang terkandung dalam gas produk sebelum meninggalkan gasifier. Pengujian dilakukan menggunakan bahan bakar kayu karet dengan primary air blower sebesar 108 lpm dan penarikan tar sebesar 2 lpm.

Gasification is a thermochemical process that converts solid fuel into a combustible gas known as "Producer Gas or Synthetic Gas (Syngas)"using a limited supply of air for combustion. Updraft gasifier is a type of gasifier that can generate more power than the downdraft gasifier but produces more tar. The purpose of this study was to determine the tar content in the updraft gasifier with syngas outlet through the reduction zone. With the use of such methods is expected to decrease due to the tar content of product gas to move back into areas of high temperature and tar contained in it have either cracking due to thermal or react with steam, H2O or CO2 contained in the product gas before leaving the gasifier. Tests carried out using rubber wood fuel with the primary air blower at 108 lpm and tar extracted at 2 lpm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42264
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Simpson, Matthew J.
"The first study uses tunable vacuum-ultraviolet radiation from a synchrotron to identify negative ions from twenty four photoexcited polyatomic molecules in the gas phase. From these experiments, Matthew collects a vast amount of data and summarises and reviews ion-pair formation from polyatomic molecules. The second study is on selected ion flow tube mass spectrometry. Matthew investigates the reactions of cations and anions with ethene, monofluoroethene, 1,1-difluoroethene and tetrafluoroethene. In this study Matthew tries to explain why certain products are formed preferentially over other products at a microscopic level of understanding. "
Heidelberg : Springer, 2012
e20406097
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Sugiarto
"Jakarta yang merupakan ibu kota Republik Indonesia, mempunyai kondisi udara yang buruk akibat polusi dari kendaraan bermotor. Untuk memperbaiki keadaan tersebut diadakan Program Langit Biru dan KLH yang salah satu sub-programnya adalah melakukan uji petik (chek spot) terhadap emisi gas buang pada kendaraan bermotor. Dari hasil uji petik ini akan diusulkan sebuah KEPMEN yang akan mengatur nilai ambang batas emisi gas buang untuk kendaraan bermotor lama.
Dalam program ini ditentukan 5 (lima) titik pengujian, dimanaper titiknya diambil di tiap daerah tingkat II (walikota). Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui kadar polusi yang keluar dari kendaraan bermotor (mobil pribadi dan penumpang). Sebagai standar digunakan baku mutu dari Pemda DKlJakarta yaitu keputusan Gubernur Nomor 1041/2000 dan dari Ketetapan Menteri Lingkungan Hidup No.35 tahun 1993. Emisi yang diuji adalah CO dan HC untuk kendaraan berbahan bakar bensin dan opasitas (ketebalan asap) untuk kendaraan berbahan bakar solar.
Dari hasil uji petik ini terlihat bahwa tingkat kelulusan yang rendah (40%) untuk semua kategori mesin bensin dengan carburator dan 70% mesin bensin dengan sistem injeksi serta 60% untuk mesin berbahan bakar solar sehingga diperlukan peraturan setingkat Kep-men yang lebih ketat berikut tata laksana untuk implementasinya.

Jakarta is a capital of republic of Indonesia, has a poor condition due to air pollution from vehicle emission, for this reason ministry of environment conducting via " blue sky program " doing emission check spot for motor vehicle. In this program 5 spot checkpoints in local government put in 988 data from various vehicle (Private and public car with different year and fueling system). As a standard we use Government decree No. 1041/2000 and Ministry of Environment Decree No. 3 5/199 3 for comparison.
The results shows that the level of pass is low (40%) for any category of gasoline with carburetor fueling system and 70% passed for injection system and 60% passed for smoke in Diesel engine and it's need a new decree and more tight for emission level from Ministry of environment.
"
2004
JUTE-XVIII-4-Des2004-256
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Oki Sugama
"Keunggulan proses pemisahan gas CO2 dengan membran dibandingkan dengan proses pemisahan lalnnya seperti distilasi kriogenik dan proses adsorpsi adalah penggunaan energi yang lebih rendah, tidak menimbulkan pencemaran lingkungan dan biaya operasinya yang relatif lebih rendah. Mekanisme terjadinya pemisahan dalam membran adalah berdasarkan perbedaan permeabilitas dari setiap komponen gas dalam campurannya. Gas CO2 memiliki sifat-sifat fisik yang memungkinkannya mmtuk berpermeasi lebih mudah menembus membran, seperti diameter kinetik molekulnya yang kecil, solubilitasnya yang relatif besar, dan kemampuannya untuk berinteraksi dengan molekul-molekul penyusun membran polimer.
Pada penelitian ini digunakan Polyester Film yang digunakan sebagai membran unmk pemisahan campuran C02 dan Udam P gujian dilakukan dalam dnla iahap yaitu pada kondisi Ideal menggunakan gas murni CO2 , O2 dan N2 dan pada kondisi Aktual menggunakan campuran gas dmgan komposisi 20.045 % CO2, 16.91 % O2 dan 63.045 % N2.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa Permeabilitas Ideal O2 dan N2 oenderung konstan dengan kenaikan tekanan. Sedangkan Permeabilitas Ideal CO2 meningkat tajam dengan kenaikan tekanan. Hal ini disebabkan molekul-molekul gas co2. berinteraksi mempengaruhi struktur rantai membran sehingga membuatnya semakin fleksibel, semakin mudah untuk dilewati molekul gas CO2.
Dari perhitungan, pada permodelan maupun Aktual, diperoleh peningkatan fraksi gas CO; yang tertolak terhadap kenaikan fraksi gas yang permeat (stage cut). Sebaliknya terdapat peningkatan & aksi udara yang permeat terhadap kenaikan stage cut. Ini disebabkan meningkatnya permeabilitas membran akibat interaksi struktur membran dengan molekul-molekul gas C02, sehingga membran jadi kurang selektif terhadap gs C02. Sebaliknya gas-gas di dalam campuran yang seharusnya sulit lmtuk permeat, sebagian ikut terpermeasi.
Selektivitas Ideal C02/N2 tertinggi didapat sebesar 26.769 dan Selektivitas Ideal C01/O2 tertinggi didapat sebesar 11.618 pada tekanan 900 kPa. Koudisi optimum untuk pemisahan gas dengan membran Polyester Film berada pada tekanan 900 kPa dan stage cut 0,21 dengan kemurnian udara yang diperoleh sebesar 85% dari udara umpan sebesar 79,9 %. Kemurnian udara ini dapat ditingkatkan sampai dengan 94% dengan stage cut sebesar 161."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S49211
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The aim of this study is to recognize the process of flue gas treatment from the coal burning in a steam power plant system. The coal burning will produce flue gas that containts SOx and NOx that can cause acid rain which is not safe for envieronment..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Septi Nugraheni
"Pencemaran udara akibat gas rumah kaca (GRK) yang meningkat tiap tahun menyebabkan diperlukannya suatu inventarisasi emisi untuk mengetahui besarnya emisi GRK. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa sumber emisi GRK beserta karakteristiknya di Kecamatan Beji dan Cimanggis, mengestimasi jumlah emisi GRK, serta memetakan emisi GRK. Penelitian dilakukan dengan metode inventarisasi emisi sesuai dengan IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories tahun 2006 untuk sumber area dan sumber titik, sedangkan emisi GRK dipetakan menggunakan Sistem Informasi Geografis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kelurahan Tugu di Kecamatan Cimanggis mengemisikan GRK terbesar sumber area dari permukiman dengan nilai emisi CO2, CH4, dan N2O masing-masing sebesar 49.822.433,7 kg; 171,07 kg; dan 17,49 kg. Sedangkan untuk sumber titik dari kegiatan industri, Kecamatan Cimanggis menyumbang emisi GRK terbesar dengan nilai emisi CO2, CH4, dan N2O masing-masing sebesar 7.877.852.787,01 kg; 124.787,18 kg; dan 12.542,18 kg.

Air pollution caused by greenhouse gas (GHG) that increases each year makes an emission inventory is needed to know how much GHG emission. This study aims to analyze the source of GHG emission and its characteristic in Beji and Cimanggis District, estimates GHG emitted, and maps GHG emission. This study uses an emission inventory method from IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories 2006 for area source and point source, and GHG emission is mapped with Geographic Information System.
The result shows that Tugu Village in Cimanggis District emits the biggest GHGs for area source from residential with emission values for each CO2, CH4, dan N2O are 49.822.433,7 kg; 171,07 kg; dan 17,49 kg. For point source from industrial activity, Cimanggis District emits the biggest GHGs with emission values for each CO2, CH4, dan N2O are 7.877.852.787,01 kg; 124.787,18 kg; dan 12.542,18 kg.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54973
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reid, Robert C.
Jakarta: Gramedia, 1977
660.042 REI pt
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Putri Adriani
"Berdasarkan penelitian terdahulu, sektor air memegang peranan yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca (GRK) dengan 58% dari total emisi GRK sektor air berasal dari penggunaan akhir air. Penelitian mengenai emisi GRK dari sektor air yang telah dilakukan di negara berkembang terbatas pada area yang airnya disediakan oleh instalasi pengolahan air.
Pada penelitian ini dilakukan perhitungan terhadap emisi GRK yang diasosiasikan dengan penggunaan akhir air dari area yang menggunakan air tanah sebagai sumber air. Data dikumpulkan dari 100 rumah tangga yang terletak di kecamatan Cinere, Kota Depok, Jawa Barat menggunakan metode sampel acak. Survei kuesioner dan wawancara dilakukan untuk mendapatkan data untuk setiap penggunaan akhir air dan konsumsi energi dari pemakaian peralatan air. Emisi GRK eksisting dihitung berdasarkan data yang terkumpul dan dilakukan perbandingan antara skenario intervensi.
Didapatkan hasil yakni rata-rata konsumsi penggunaan akhir sebesar 228,2 liter per orang per hari dengan aktivitas mandi merupakan konsumsi air terbesar. Emisi GRK dari penggunaan akhir air yang dihasilkan sebesar 0,379 kg CO2/orang/hari dengan pemanasan air sebagai sumber utama. Dua skenario intervensi dilakukan untuk menurunkan emisi GRK, skenario pertama dapat mengurangi emisi GRK hingga 1% dan skenario kedua dapat menurunkan emisi GRK hingga sebesar 66%.

Previous studies showed that the water sector plays a significant role in Greenhouse Gases (GHG) emissions with household water end-uses contributes 58% of total GHG emissions. Studies on GHG emissions from the water sector in developing countries were limited to areas where the water is supplied by a water treatment plant.
We attempted to calculate GHG emissions associated with household water end-uses from the area that use groundwater as the main water source. Data were collected from 100 households in Cinere District, Depok City, West Java using random sampling technique. Questionnaire surveys and interviews were conducted to obtain the data for each water end-use consumption and energy consumption from water appliances usage. Existing GHG emissions were calculated based on the data collected and comparisons were made between existing GHG emissions and intervention scenarios.
The results showed that the average household water end-uses consumption for the study area was found to be 228,2 litres per capita per day with bathing activity consumed the largest amount of water. GHG emissions associated with household water end-uses was found to be 0,379 kg CO2 capita/day and mainly resulted from water heating. Two intervention scenarios to minimize GHG emissions were evaluated, the first scenario could reduce GHG emissions by 1% and scenario two could reduce GHG emissions up to 66%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widiatmini Sih Winanti
"Sebagai salah satu gas rumah kaca, gas CO2 dan CH4 akan dikonversikan menjadi gas yang berguna dalam reaktor plasma non-termal dengan konfigurasi umpan 3- lewatan, yang beroperasi pada suhu ruangan. Reaktor mempunyai keunggulan dapat sekaligus mendinginkan elektroda tegangan tinggi pada proses reaksinya dan memanaskan awal umpan sebelum masuk zona plasma. Laju alir gas CO2 yang digunakan adalah 500-1.500 mL/menit dengan Time on Stream (TOS) 2,1-8,4 menit, sedangkan pada reformasi gas CO2 digunakan campuran gas CO2/CH4 (1/1) dengan laju alir 9,19; 19,45 dan 85,43 mL/menit dengan TOS 140 menit, dan tegangan reaktor 12,27 kV.
Dekomposisi gas CO2 menghasilkan gas CO dan O2 dengan konversi rendah dan menurun kembali setelah TOS 2,1 menit, karena adanya reaksi berbalik. Dari reformasi gas CO2 dihasilkan gas sintesis, H2 dan CO, C2H6 serta komponen C3. Konversi CO2 dan CH4 tertinggi dicapai pada laju alir 9,19 mL/menit yaitu 36,73% dan 35,52%. Energi spesifik terbaik pada dekomposisi CO2 adalah 270 kJ/mol, sedangkan pada reformasi CO2 adalah 2.333,5 kJ/mol.
Analisis PSSH dapat memprediksi suhu lokal pada beberapa titik didalam reaktor, sebesar ratarata 1425 K. Penelitian ini perlu dikembangkan sampai skala komersial dengan konversi dan efisiensi tinggi, untuk digunakan juga pada gas alam dengan kandungan CO2 tinggi, menghasilkan gas sintesis dan juga hidrokarbon rantai panjang sebagai bahan bakar cair melalui proses Fischer Tropsch.

As one of the Greenhouse gas, CO2 and CH4 will be converted into valuable gas in the three-pass flow configuration of non-thermal plasma reactor that operated in the room temperature. Reactor has advantage can simultaneously cool the high voltage electrode during reaction process and preheat the feed before entering the plasma zone. The used of CO2 feed flow rates was 500-1,500 mL/minute with Time on Stream (TOS) between 2.1-8.4 minutes, and CO2 reforming used the mixture of CO2/CH4 (1/1) with the feed flow rates of 9.19, 19.45 and 85.43 mL/minute until TOS 140 minutes. The electrical voltage was 12.27 kV.
The CO2 decomposition produced CO and O2 with low conversion and dropped off after TOS 2.1 minutes, due to the occurrence of reverse reaction. The CO2 reforming process produced synthesis gas, C2H6 and C3 components. The highest CO2 and CH4 conversion reached 36.73% and 35.52%, respectively at the feed flow rate of 9.19 mL/minute. The best specific energy in the CO2 decomposition was 270 kJ/mol, while the CO2 reforming was 2,333.5 kJ/mol.
Analysis of PSSH identified the local spots temperature inside the reactor, by an average of 1425 K. This research need to be developed into a high performance and efficient commercial scale reactor, to be used also for high CO2 content natural gas, producing synthesis gas and also high chained of liquid fuel hydrocarbon through Fischer Tropsch processes.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
D1905
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>