Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 52243 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Endang Asijati Widijaningsih Ichsan
"Percobaan untuk menurunkan konsentrasi logam dalam larutan dilakukan terhadap ion-ion logam Cu(II), Cd(II) dan Ni(II) yang telah dikomplekskan dengan tanin dan diflotasikan (diambangkan) dengan bantuan surfaktan. Perbandingan stoikiometri kompleks logam-tanin ditentukan dengan cara perbandingan mol. Pengaruh pH, konsentrasi dan jenis surfaktan terhadap hasil flotasi diamati dengan mengukur konsentrasi logam sebelum dan sesudah flotasi dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom (AAS).
Kondisi terbaik untuk flotasi ion Cu(II) adalah pada pH 4 dengan kedua jenis surfaktan, dan untuk ketiga logam lainnya pada pH 8 dengan surfaktan dodesilamina dan pH 7 dengan surfaktan oktadesil amina. Hasil flotasi dengan surfaktan dodesilamina lebih baik dibandingkan dengan oktadesilamina.
Flotasi dengan menggunakan surfaktan dodesilamina dapat dimanfaatkan untuk menurunkan konsentrasi keempat logam tersebut dalam larutan dan memisahkan sebagian besar logam Cu(II) dari ketiga logam lainnya."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sulaksana Permana
"Proses konsentrasi berdasarkan konsetrasi secara flotasi dapat digunakan untuk meningkatkan kadar nikel laterit yang memiliki kandungan nikel rendah (dibawah 1,2 %). Diharapkan dengan penelitian yang menggunakan bijih nikel laterit dari Sulawesi Tenggara ini dapat meningkatkan kandungan nikelnya.
Pada penelitian ini kondisi flotasi yang tetap adalah : ukuran sampel - 200 mesh, kecepatan putar impeller 1250 rpm, frother minyak pinus dengan konsentrasi 85 g/ton, waktu conditioning 3 menit dan waktu flotasi 15 menit. Sedangkan kondisi flotasi yang dibuat bervariasi adalah : pemakaian kolektor asam oleik dari 664, 1328, 1992, 2656 dan 3320 g/ton, pH dari 10, 10,5 dan 11 % padatan dan jumlah pemakaian depressan sodium silikat dari 1000, 1500 dan 2000 g/ton. Karakterisasi awal dilakukan setelah klasifikasi ukuran +10,-10+20,- 20+40,-40+60,-60+100,-100+140,-140+200,-200+325 dan -325 dengan pengujian XRF dan Mineragrafy.
Hasil flotasi baik konsentrat ataupun tailing dilakukan karakterisasi menggunakan X-Ray Flourosence (XRF) dan X-Ray Diffraction (XRD) dengan maksud untuk memperoleh kadar unsur dan senyawa yang ada.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa flotasi yang terjadi adalah reverse flotation karena konsentrat terkumpul pada mineral tenggelam. Semakin bertambah nilai pH maka kadar nikel konsentrat semakin meningkat. Semakin besar konsentrasi kolektor maka kadar nikel konsentrat semakin kecil. Perolehan nikel pada konsentrasi depressan 1000 gram/Ton relatif lebih tinggi dibanding perolehan nikel pada konsentrasi 1500 gram/Ton. Konsentrasi depressan 2000 gram/Ton menunjukkan nilai perolehan nikel yang tidak teratur.
Hasil perolehan terbaik didapat pada pH 11, konsentrasi depressan 1000 gr/ton dan konsentrasi kolektor 664 gr/Ton dengan nilai 98,68 %.

The concentration process based on the flotation can be used to increase the contents of nickel laterite that has a low nickel contents (below 1.2%). It is expected that research using lateritic nickel ore from South East Sulawesi, this can increase the contents of nickel.
In this study, flotation conditions which were fixed are: sample size - 200 mesh, 1250 rpm impeller speed, pine oil frother concentration of 85 grams/ton and flotation time of 15 minutes. While the flotation conditions which were varied are: the use of collectors oleic acid of 664, 1328, 1992, 2656 and 3320 grams/ton, pH of 8, 9 and 10 % solids and the amount of sodium silicate depressants usage from 1000, 1500 and 2000 grams/ton. Initial characterization performed after classification size +10, -10 +20, -20 +40, -40 +60, -60 +100, -100 +140, -140 +200, -200 +325 and -325 with X-Ray Flouresence (XRF) and mineragraphy.
The results showed that flotation products, concentrate or tailings were characterized using X-Ray Flourosence (XRF) and X-Ray Diffraction (XRD) with the intention to obtain contents of elements and compounds involved.
The results showed that the flotation is happening is a reverse flotation for mineral concentrates collected in the sink. Increasing the pH value of the levels of nickel concentrates is increasing. The greater the concentration of the collector is getting smaller levels of nickel concentrate. Obtaining nickel at concentrations depressants 1000 grams/ton is relatively higher than the acquisition of nickel at a concentration of 1500 grams/ ton. Depressant concentrations 2000 grams/ton demonstrate the value of the acquisition of nickel irregular.
Obtaining the best results obtained at pH 11, the concentration of depressant
1000 grams/ton and collector concentration of 664 grams/ton with a value of
98.68%."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T29626
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pradityo Nur Oktoviarto
"Sirkuit flotasi rougher biasa digunakan pada pabik pengolahan mineral yang bertujuan untuk mendapatkan perolehan maksimal pada mineral berharga dengan standard minimal kadar yang telah ditentukan oleh perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui pengaruh profil kecepatan buih 9.67 cm/s ndash; 13.76 cm/s ndash; 19.55 cm/s ndash; 22.58 cm/s dan profil 11.40 cm/s ndash; 19.36 cm/s ndash; 13.87 cm/s ndash; 6.17 cm/s terhadap perolehan dan kadar Tembaga dan Emas yang nantinya sampel umpan, konsentrat, dan tail akan diuji AAS serta XRD untuk mengetahui kadar dan kandungan mineral yang terdapat pada sampel sehingga kita bisa menghitung serta menganalisa performa untuk setiap profil kecepatan buih. Hasil penelitian yang didapat adalah kedua profile memiliki hasil yang sama pada perolehan Tembaga tetapi profil pertama memiliki kadar yang lebih tinggi dan pada perolehan Emas, profil kedua memiliki hasil perolehan yang lebih tinggi namun memiliki kadar yang lebih rendah dibanding profil pertama.

Rougher Flotation circuit commonly used in mineral processing industry to aiming to get maximum recovery, within minimum standar of valuable mineral grade which has been determined by the company. The purpose of this research is to know the effect of the froth velocity profile 9.67 cm s ndash 13.76 cm s ndash 19.55 cm s ndash 22.58 cm s and profile 11.40 cm s ndash 19.36 cm s ndash 13.87 cm s ndash 6.17 cm s against the recovery and grade of Copper and Gold which later the sample of feed, concentrates, and tail to be tested with AAS and XRD to find out the grade and mineral content in the sample, so we can calculate and analyze the performance for every froth velocity profile. The result of this research is both profile has the same Copper recovery result but the first profile has higher Copper grades. On the Gold recovery, second profile has higher perolehan result but has lower Gold grades than the first profile."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67905
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Eko Ari Wibowo
"Konsumsi kertas semakin meningkat seiring dengan perkembangan
pengetahuan, informasi, pengemasan dan sosial budaya manusia. Salah satu
usaha untuk memenuhi kebutuhan akan bahan baku kertas adalah dengan cara
pendaur-ulangan kertas tabloid bekas menjadi serat sekunder dengan terlebih
dahulu menghilangkan warnanya dengan metode fiotasi. Penelitian ini bertujuan
untuk membandingkan derajat putih yang dihasilkan oleh surfaktan Na-Oleat dan
Sodium Dodesii Sulfat (SDS).
Kertas taboid bekas dikelompokkan berdasarkan wamanya; hitam, merah,
hijau dan campuran. Sebelum fiotasi, dilakukan proses repulping dengan
penambahan NaOH, H2O2 , NaaSiOs dan EDTA. Surfaktan yang digunakgn untuk
fiotasi adalah Natriun Oleat yang konsentrasinya divariasikan 0,5; 0,75; 1 %. Hasil flotasi diamati melalui pengukuran parameter penunjang yaitu opasitas, gramatur,
indeks tarik, indeks sobek dan noda untuk menentukan kondisi optimum. Pada
kondisi optimum dibandingkan derajat putih yang dihasiikan oieb surfaktan Na-
Oieat.
Kondisi optimum diperoleh pada penambahan surfaktan Na-Oleat 0,5 %.
Pada kondisi optimum, derajat putih untuk warna hitam 56,49 % dan campuran
55,03 % telah mampu meiewati spesifikasi 3NI yaitu sebesar 55 %. Derajat putih
warna merah 52,26 % dan hijau 52,75 % beium mampu meiewati spesifikasi ijNi.
bengan surfaktan SOS, derajat putih untuk warna hitam 56,47 % dan warna
f
campuran 54,38 % mengaiami penurunan sedangkan warna merah 53,46 % dan
hijau 52,9 % mengaiami kenaikkan tetapi masih beium mampu meiewati
spesifikasi SNi."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aminah
"Pengolahan bijih sulfida diperlukan untuk menghasllkan mineral-mineral sutfida yang akan digunakan sebagal bahan baku proses lanjutan untuk menghasilkan logam-logam timbal, tembaga, dan seng. Teknik pengolahan yang digunakan adalah dengan cara flotasi, yang telah luas digunakan di dalam Industri pengolahan mineral.
Flotasi dilakukan terhadap mineral tembaga dan seng sutfida dari bijihnya. Anailisis mineralogi dilakukan untuk mengetahui jenis mineral utama yang terdapat di dalam bijih sulfida. Analisis ayak dilakukan untuk mengetahui distribusi ukuran butiran yang ada di dalam bijih, setelah direduksi ukurannya. Dart hasil anailsis ayak dan analisis kimia secara kuantitatif didapatkan kadar kumulatif unsur logam tembaga dan seng , mewakili mineral tembaga dan seng sulfida yang terdapat dl dalam bijih. Analisis derajat liberasi juga dilakukan untuk mengetahul persen liberasi mineral tembaga dan seng sulfida, pada beberapa selang ukuran butiran bijih sulfida.
Pengaruh pH, jenis dan konsentrasi kolektor terhadap perolehan mineral tembaga clan seng sutfida pada proses flotasi diamati dengan mengukur distribusi tiap mineral 109am sutfida yang ada dl dalam konsentrat dan tailing dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom.
Perolehan terbaik didapatkan pada saat pH campuran 9 dengan menggunakan konsentrasi kolektor Aero 3477 (dilsobutil dltlofosfat) 0,0550 g/kg bijih, menghasilkan perolehan tembaga sulfida sebesar 75,76% dan seng sutfida sebesar 82,68%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Pranata Al Kautsar
"Penelitian mengenai Pengaruh Pine Oil Terhadap Dinamika Bubble Pada Froth Flotation bertujuan untuk mempelajari efek yang ditimbulkan oleh pine oil terhadap dinamika bubble dalam froth flotasi. Penelitian ini memvariasikan nozzle udara dan konsentrasi pine oil dalam kolom pengamatan. Test section berupa udara yang berasal dari air pump, kemudian dialirkan kedalam kolom melalui nozzle. Data berbentuk video diolah menggunakan software Image J. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pine oil yang dilarutkan kedalam medium, memiliki pengaruh terhadap dinamika bubble yang dihasilkan, seperti ukuran bubble, kecepatan maksimum, dan terminal velocity.

Research on Effect of pine oil To Bubble Dynamics in Froth Flotation aims to study the effects of pine oil on bubble dynamics in the froth flotation system. The research varying the air nozzle and the concentration of pine oil in the field of observation. Air coming from the water pump, then flowed into the column through a nozzle. Video datas processed using software Image J. This research conclude that pine oil dissolved into the medium, has an influence on the resulting bubble dynamics, such as bubble size, maximum speed, and terminal velocity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42669
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Ariyani
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan performa mesin flotasi self aerating vs induced air dengan efek penambahan variasi dosis SiBX terhadap recovery Cu dan Au, sehingga dapat dilakukan optimalisasi proses recovery Cu dan Au di PT. X Papua.Penelitian dilakukan dalam skala plant concentrator C1, digunakan tiga jenis variasi dosis SiBX, yaitu 5 g/t, 10 g/t, dan 15 g/t yang diterapkan pada kedua jenis mesin flotasi. Selanjutnya dilakukan pengujian assay mineral dan XRD. Hasil recovery Cu dan Au secara keseluruhan menunjukkan mesin flotasi self aerating mampu mengangkat Cu dan Au lebih efektif daripada mesin flotasi induced air pada semua fraksi ukuran mineral coarse, medium, dan fine. Recovery Cu dan Au dipengaruhi sifat hydrodynamic dari kedua jenis mesin. Efek penambahan variasi dosis SiBX kurang signifikan terhadap recovery Cu dan Au sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

This research had been done to know the performance of self aerating vs induced air flotation machine with variation of SiBX dosage to Cu and Au recovery, so the recovery of Cu and Au at PT. X Papua can be optimized. Three variations of SiBX dosage 5 g T, 10 g T, and 15 g T are used for both flotation machines at flotation circuits.XRD and minerals assay were conducted and show self aerating flotation machine has a higher Cu and Au recovery than induced air flotation machine at all fraction size, coarse, medium, and fine. Hydrodynamic characterization influenced the result of Cu and Au recovery. It was evaluated that the effect of SiBX dosage addition could not be seen clearly, so it is necessary to do next level of research, in order to see the effect of SiBX addition to Cu and Au recovery.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68079
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jusber Natal A.
"Kertas telah menjadi kebutuhan pokok masyarakat yang konsumsinya
semakin meningkat dari waktu ke waktu. Oleh sebab itu, perlu diupayakan
sumber bahan baku alternatif. Salah satu usaha untuk memenuhi akan bahan
baku tersebut adalah pendauran ulang kertas tabloid bekas menjadi serat
sekunder dengan cara flotasi warna. Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan kadar optimum penambahan ko'lektor Natrium oleat pada
penghilangan warna dari tabloid bekas yang ditunjukkan oleh derajat putih
dan noda sedikit. Metode yang digunakan adalah penghilangan warna
(deinking) secara flotasi yang dilanjutkan dengan pembuatan lembaran kertas
dan diuji derajat putih, noda, dan parameter pendukung lainhya, seperti
opasitas, gramatur, indeks tarik, dan indeks sobek. Tabloid bekas dikelorripokkan menjadi warna campuran, warna hitam, warna merah, dan
warna hijau. Sebelum dilakukan, flotasi dilakukan repulping dengan
penambahan bahan kimia, yaitu NaOH 2,5%, Natrium Sillkat 2,5%, H2O2 1%,
EDTA 2,5% dan kolektor Natrium oleat terhadap berat tabloid bekas kering.
Konsentrasi kolektor divariasikan antara 0 s.d. 1%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kondisi optimum diperoleti pada penambahan kolektor
0,5%. Hal ini ditandai dengan derajat putih tinggi, tetapi noda sedikit yang
didukung juga dengan kadar karbon paling sedikit. Kondisi optimum ini diuji
kembali dengan penambahan frother DI-370 sebanyak 0,1%. Ternyata hasil
yang diperoleh adalah derajat putih yang semakin tinggi dan noda sedikit"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Fatwa Triardianto
"Flotasi telah lama digunakan sebagai proses separasi logam-logam berat dari air limbah.biasanya pada proses ini digunakan oksigen sebagai difusernya. Akan tetapi, pada penelitian ini digunakan campuran udara-ozon sebagai ifusernnya. Dengan ditambahkan ozon yang memiliki beberapa kelebihan dibandingkan oksigen, proses kinerja proses flotasi diharapkan akan meningkat. Pada proses flotasi diperlukan beberapa bahan kimia tambahan, diantaranya surfaktan dan koagulan. Oleh karena itu perlu diketahui berapa dosis yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang optimum.
Pada proses flotasi ini digunakan tiga jenis limbah, yaitu limbah besi, limbah tembaga, dan limbah nikel. Pertama-tama air limbah yang dibuat dari garamnya dicampur dengan zeolit yang berfungsi sebagai bahan pengikat, Sodium Lauril Sulfat (SLS) sebagai surfaktan, NaOH sebagai pengatur pH, dan Polyaluminum chloride (PAC) sebagai koagulan. Kemudian limbah yang telah dicampur dimasukkan ke dalam tangki flotasi. Campuran udara-ozon sebagai difuser dialirkan sehingga dapat mengangkat limbah logam ke permukaan sehingga dapat dipisahkan dari air. Sebelum proses flotasi dilakukan, persiapan-persiapan yang dilakukan adalah preparasi zeolit dengan pemanasan dan karakterisasinya dengan uji analisis BET, serta uji produktivitas ozonator dengan metode iodometri. Sampel yang diambil dianalisis kandungan logamnya, pH, DO, dan CODnya.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa penambahan dosis PAC dan SLS dapat meningkatkan persentase pemisahan logam dari air limbah hingga mencapai diatas 95%. Akan tetapi kenaikan tersebut memiliki kondisi optimum. Dosis PAC optimum untuk tembaga dan besi adalah 0,133 g/L sedangkan untuk nikel adalah 0,067 g/L. Dosis optimum SLS untuk ketiga logam tersebut adalah 0,4 g/L. Dengan dosis PAC dan SLS optimum didapat persentase pemisahan logam besi sebesar 99,67%, sedangkan persentase pemisahan logam tembaga sebesar 89.39%, dan persentase pemisahan logam nikel sebesar 99,15%.

Flotation has been use for separation heavy metals from wastewater for many years. In convencional flotation, oxygen is used as diffuser. But in this research, ozon-air mixed is used as diffuser. By adding ozon which has advantage over oxygen, the efectivness of the process may increase. Flotation process need some chemical agent, such as coagulant and surfactant. Because of that, important to know how much its needed to get the optimum result.
On this research is used three kind of metal as a wastewater, that is: iron, copper, an nickle. The first step of this experiment is mix the wastewater with zeolit as a bonding agent, Sodium Lauryl Sulfate (SLS) as a surfactant, NaOH as a pH adjuster, and Polyaluminum chloride (PAC) as a coagulant. After that, the mixed wastewater is put on the flotation tank. Ozone-air diffuser is flowed from the bottom of the tank to make the bubble which pushed the flok up so it can be remove from the water. Before the flotation process, the thing that should do is preparation and caracterisation of bonding agent, sng ozonator productivity test. The analysis for the sampel is metal contens, pH, DO, and COD.
The result is by using PAC and SLS, the efficiency of the process is increase up to 95 %. But ther is an optimum point. For iron and copper, the optimum dosage of PAC is 0.133 g/L, and for nickel is 0.067 g/L. The optimum dosage of SLS for each of three metal is 0.4 g/L. With this optimum dosage, iron removal persentage is 99.67%,, copper removal persentage is 89.39%, an nickle removal persentage is 99.15%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49497
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Destrianti Syamzida
"Teknologi gelembung mikro memiliki tingkat efisiensi yang tinggi pada proses flotasi dan aerasi untuk Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang telah digunakan di banyak negara maju. Di Indonesia sendiri penerapannya baru pada sektor perikanan dan lab industri skala kecil. Beberapa institusi seperti Indonesia Water Institute (IWI) telah mencoba meneliti gelembung mikro yang diperuntukkan untuk IPA. Namun, sistem reaktor yang ada saat ini belum mencapai kriteria gelembung mikro, terlebih lagi investigasi alat tersebut terhadap kemampuannya dalam proses flotasi dan areasi belum dilakukan. Oleh karena itu, pengembangan sistem reaktor serta investigasi pengaruh dari kemampuan flotasi (kecepatan naik gelembung) dengan variasi ukuran gelembung serta kemampuan aerasi (waktu kontak perpindahan oksigen) dengan variasi koefisien transfer massa (KLa) dari berbagai sparger lokal dilakukan. Tindakan untuk pengembangan sistem reaktor adalah dengan meningkatkan kapasitas pompa dan kompresor, serta melakukan variasi debit air dan debit udara untuk diobservasi gelembung mikro terkecilnya. Metode untuk menganalisis kemampuan sparger adalah dengan menggunakan 3 sparger lokal, dimana  gelembung diukur secara optik (dan dianalisis gambar dengan software ImageJ) dan pengukuran konsentrasi DO setiap menitnya untuk menghasilkan ukuran gelembung dan KLa. Dari ketiga sparger, ukuran gelembung terkecil dihasilkan oleh sparger vortex yaitu 89 m. Hal ini berdampak pada hasil kecepatan naik terbaik nilai 17,67 m/h. Sparger vortex juga menghasilkan serta KLa tertinggi dengan nilai 0,297/min yang berdampak pada waktu kontak tercepat yaitu 3,64 menit dalam absorpsi gas ke dalam larutan. Berdasarkan hasil tersebut, sparger lokal ini memiliki kemampuan yang masuk ke dalam kriteria desain unit flotasi dan aerasi. Oleh karena itu, teknologi gelembung mikro dengan eksperimen skala lab untuk ketiga sparger dapat menjadi acuan dalam perkembangan teknologi mikro pada IPA di Indonesia.

Microbubble technology has a high level of efficiency in the process of flotation and aeration for Water Treatment Plants (WTP) and has been used in many developed countries. In Indonesia, this technology is not optimally utilized yet, only to fisheries and small-scale industrial laboratories. Although several institutions such as the Indonesian Water Intitute (IWI) have tried to evaluate microbubble technology for WTP but the current reactor system has not yet reached the microbubble criteria. In addition, there remains a significant gap in knowledge and research on microbubble local sparger manufacturers and their capabilities for WTP. Therefore, the development of the reactor system and the investigation of flotation ability (rising velocity) with variations in bubble size and aeration ability (oxygen transfer contact time) with variation in transfer coefficient (KLa) of various local spargers were carried out. To develop the reactor system, the capacity of pumps and compressor were increased, and variation in water & air discharge were carried out until the ideal microbubbles size were obtained. The method for analyzing sparger ability is to use 3 local spargers, where bubbles are measured optically (and analyzed with ImageJ) and measurement of DO concentration every minute produce bubble and KLa sizes. Of the three spargers, the smallest bubble size was produced by sparger vortex, which was 89 μm. This has an impact on the results of the best rising velocity 17,37 m/h. Sparger vortex also produced the highest KLa with a value of 0,297/min which had the fastest contact time of 3,64 minutes in gas absorption into the solution. Based on these results, these local spargers have capabilities that fall into the flotation and aeration unit design criteria. Therefore, these three spargers of microbubble technology lab-scale experiments can be a reference in the development of microbubble technology for WTP in Indonesia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>