Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21027 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andrijono
"Tujuan penelitian ini adalah melakukan usaha untuk menurunkan kejadian keganasan pasca molahidatidosa, hal ini disebabkan adanya risiko keganasan pasca molahidatidosa pada pasien molahidatidosa berkisar 23%: Pasien molahidatidosa umumnya wanita usia muda ( kurang lebih 20 tahun) dan belum mempunyai anak. Usaha menurunkan kejadian keganasan ini akan kami lakukan dengan pemberian retinol palmitat. Sampai saat ini belum ditemukan suatu cara untuk menurunkan kejadian keganasan tersebut, sehingga pasien pasca molahidatidosa tidak mendapatkan pengobatan hanya dilakukan pengamatan saja. Bila dalam pengamatan ditemukan perubahan menjadi keganasan, pasien akan diberikan terapi dengan sitostatika. Pengobatan dengan sitostatika merupakan pengobatan yang mahal dengan kegagalan pengobatan berkisar 20.30%. Kegagalan ini umumnya disebabkan karena penyebaran keganasan keorgan tubuh yang jauh. Penelitian yang akan dilakukan adalah uji klinik, satu kelompok mendapat plasebo sedangkan kelompok lainnya mendapat retinol palmitat. Beberapa faktor yang kemungkinan berpengaruh terhadap kejadian keganasan seperti status imunologi, kadar vitamin A, ploiditas sel dan genetika sel akan diperiksa sebagai faktor pengganggu. Pengamatann terjadinya keganasan dengan menggunakan tumor marker HCG."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Andrijono
"ABSTRAK
Salah satu komplikasi molahidatidosa adalah terjadinya degenerasi keganasan pasca molahidatidosa, kejadian keganasan pasca molahidatidosa berkisar 20 %. Komplikasi keganasan ini membawa dampak negatif terhadap angka kesakitan dan kematian ibu. Oleh karenanya perlu dilakukan usaha pencegahan keganasan pasca molahidatidosa. Berbagai cara dilakukan tetapi sampai saat ini belum ditemukan suatu terapi pencegahan yang baik dengan minimal efek samping. Kami saat ini melakukan suatu penelitian uji klinik tersamar ganda, satu kelompok mendapat plasebo dan satu kelompok mendapat retinol palmitat dengan dosis 200 000 IU perhari sampai pasien dinyatakan regresi lengkap atau menderita penyakit trofoblas ganas. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan manfaat retinol palmitat sebagai terapi pencegahan keganasan pasca molahidatidosa yang mampu dan mudah diterapkan dengan efek samping minimal. Beberapa faktor ikut dinilai sebagai faktor pengganggu antara iainesarnya uterus, derajat differensiasi sel trofoblas, kadar retinol dalam darah, kadar Zn dan kadar tokoferol dalam darah. Pada penelitian yang baru berlangsung 2 bulan telah terkumpul kasus sebanyak 16 kasus. 7 Kasus mengalami degenerasi keganasan, 9 kasus mengalami regresi spontan. Faktor-faktor yang berpengaruh belum dapat dinilai.

ABSTRACT
One complication in hydatidiform mole is the occurrence post mole malignant trophoblastic diseases, which is found in approximately 20% of the cases. This degeneration has adverse effects on the morbidity and mortality rates of the mother. Hence the need for preventive measures. Various methods have tried, but so far there has not been found an acceptable measure, which also affords minimal side effects. We are currently carrying out randomize clinical trial, one group receiving a placebo and another group receiving retinol palmitat with a dosage of 200 000 IU per day until the patient was declared as having complete remission or suffering malignancy trophoblastic diseases. The research is meant to prove the efficacy of the use retinol palmitat as preventive therapy for post hydatidiform mole malignancy, and one that easy to administer, in addition to raising minimal side effects. Various the factors are also considered as contributing factors, some being the size of the uterus, the degree of differentiation of trophoblastic cells and the levels of retinol, Zn and tocoferol in the blood. In this research which is in its second months 16 cases have been assessed. Seven cases suffered malignant degeneration while nine experienced spontaneous regression. Contributing factors cannot as yet be evaluated."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Kalumpiu, Jane Florida
"Infeksi STH (Soil transmitted helminth) masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia dan dapat ditemukan bersamaan dengan Kurang Vitamin A (KVA). Infeksi STH dapat menyebabkan gangguan penyerapan nutrisi termasuk vitamin A. Belum diketahui pengaruh pengobatan cacingan terhadap status vitamin A anak SD. Penelitian pre-eksperimental dilakukan pada anak SD kelas 3-5 di salah satu SDN di Jakarta Utara. Sampel tinja dan darah diambil sebelum dan tiga minggu sesudah pengobatan (albendazol 400mg tiga hari berturut-turut). Pemeriksaan FLOTAC dilakukan untuk infeksi STH dan High Performance Liquid Chromatography untuk retinol. Prevalensi STH didapatkan sebesar 61,9%. Dari 99 anak, prevalensi KVA kategori ringan (<1,05 μmol/l) ditemukan pada 17,2% anak dan sedang (<0,70 μmol/l) pada 2% anak. Status infeksi STH tidak berhubungan signifikan dengan konsentrasi retinol baseline. Anak laki-laki memiliki konsentrasi retinol baseline lebih rendah dibandingkan anak perempuan (p=0,045). Terjadi kenaikan konsentrasi retinol mendekati bermakna (p=0,05) setelah pengobatan, pada anak terinfeksi STH dan tidak terinfeksi. Konsentrasi retinol baseline memiliki hubungan terbalik dengan perubahan konsentrasi retinol (􀀁= -0,340, p=0,002). Dapat disimpulkan bahwa infeksi STH tidak mempengaruhi konsentrasi retinol baseline atau perubahan konsentrasi retinol setelah pengobatan. Jenis kelamin berperan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi konsentrasi retinol baseline. Selisih konsentrasi retinol setelah pengobatan dapat diprediksi oleh konsentrasi retinol baseline.

Soil Transmitted Helminthes (STH) infection is still a health problem in Indonesia and often found together with Vitamin A Deficiency (VAD). STH infection can impair absorption of nutrients including vitamin A. The effect of deworming on the vitamin A status of primary school children is unknown. Pre-experimental study was carried on children of grade 3-5 at one of primary schools in North Jakarta. Stool and blood samples were taken before and three weeks after treatment (albendazole 400 mg for three consecutive days). FLOTAC examination was used to determine STH infections and High Performance Liquid Chromatography for serum retinol. The prevalence of STH was 61.9%. Of 99 children, 2% had moderate deficiency (<0,7 μmol/l) and 17,2% had mild (<1,05 μmol/l) deficiency of vitamin A. STH infection was not significantly associated with serum retinol concentration at baseline. Boys had lower serum retinol concentration compared to girls (p = 0.045). After treatment serum retinol concentrations was increased with marginal significance (p = 0.05), occurring in those infected with STH or not. Serum retinol concentration at baseline had an inverse association with the change in serum retinol concentration after treatment (ß = -0.340, p = 0.002). To conclude, STH infection had no effect on serum retinol concentration before treatment as well as the change in serum retinol concentration after treatment. Gender was one of the factors that influenced the serum retinol concentrations at baseline. Serum retinol concentration at baseline can be used as a predictor for the magnitude of change in serum retinol concentration after treatment."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T58661
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Makalah ini merupakan penulisan ilmiah yang membahas mengenai bagaimana mekanisme Kerja Vitamin E sebagai Suatu Antioksidan. Vitamin E diketahui merupakan vitamin yang mempunyai banyak peranan, namun bagaimana mekanisme kerjanya di jaringan masih banyak dibicarakan dan didalami oleh peneliti-peneliti. Mudah-mudahan penulisan ilmiah ini memberikan keluasan wawasan pengetahuan bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Zuainah Saswati
"Serat asbes yang terinhalasi masuk ke dalam alveolus menyebabkan terjadinya peningkatan produksi reactive oxigen spesies (ROS) yang dapat memicu terjadinya reaksi inflamasi. Interleukin 6 merupakan penanda reaksi inflamasi akibat pajanan serat asbes. Vitamin C dan E merupakan antioksidan yang bekerja sebagai scavenger ROS. Vitamin C juga dapat menghambat aktivitas faktor transkripsi NFқB. Vitamin E selain dapat menghambat aktivitas faktor transkripsi JAK/STAT3 dan NFқB, juga dapat menghambat aktivitas COX2 dan LOX5.
Penelitian potong lintang di sekretariat serikat buruh pabrik asbes X Kabupaten Karawang bulan Oktober 2014 dilakukan untuk menilai korelasi asupan vitamin C, E dengan kadar interleukin 6 pada pekerja pabrik asbes. Lima puluh dua pekerja pabrik asbes berhasil menyelesaikan protokol penelitian. Hasilnya menunjukkan tidak terdapat korelasi bermakna (p >0,05) antara asupan vitamin C dengan kadar IL-6 dan antara asupan vitamin E dengan kadar IL-6. Terdapat korelasi positif antara kadar vitamin C dengan kadar IL-6 (r = 0,31) dengan p <0,05, namun tidak terdapat korelasi antara kadar vitamin E dengan kadar IL-6.

Asbestos fibers that are inhaled into the alveoli cause increased production of reactive oxygen species (ROS) which may trigger inflammation reaction. Interleukin 6 (IL-6) is a marker of inflammation reaction caused by asbestos fibers exposure. Vitamin C and vitamin E are antioxidants acting as ROS scavengers. Vitamin C can also inhibit the activity of transcription factor NFқB. Vitamin E can inhibit the activities of transcription factors JAK/STAT3 and NFқB as well as the activities of COX2 and LOX5.
A cross-sectional sudy at a labor union secretariat in Karawang Regency in October 2014 was conducted to evaluate the correlations between intakes and levels of vitamin C and vitamin E and level of IL-6 in asbestos factory workers. Fifty two asbestos factory workers finished the study. The result showed no significant correlation between vitamin C intake and IL-6 level or between vitamin E intake and IL-6 level. There was a moderate positive correlation between vitamin C level and IL-6 level (r = 0.31, p <0.05), but there was no correlation between vitamin E level and IL-6 level.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Ligina Amalia
"Wasting sebagai bentuk dari malnutrisi akut dapat meningkatkan risiko penyakit dan kematian pada anak. Tujuan umum penelitian ini adalah diketahuinya suplementasi vitamin A sebagai faktor dominan kejadian wasting pada anak usia 6-23 bulan di Jakarta Barat tahun 2017. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan metode multistage random sampling, sehingga diperoleh sampel berjumlah 207 anak usia 6-23 bulan pada posyandu terpilih di Jakarta Barat. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran antropometri, yaitu berat badan dan panjang badan, serta wawancara kuesioner dengan responden ibu/pengasuh dari sampel penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan sebesar 7.2 anak mengalami wasting. Analisis bivariat dengan CI 90 menunjukkan suplementasi vitamin A memiliki hubungan bermakna secara statistik dengan kejadian wasting. Analisis multivariat menunjukkan suplementasi vitamin A sebagai faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian wasting pada anak usia 6-23 bulan di Jakarta Barat tahun 2017 dengan nilai OR CI 90 8.526.
Peneliti menyarankan pemerintah, puskesmas, dan posyandu untuk menyediakan alat pengukuran antropometri secara lengkap di posyandu, dan mengadakan pelatihan pengukuran antropometri secara rutin, mengadakan penyuluhan mengenai praktik pemberian makan pada anak, praktik pemberian ASI pada usia 0-6 bulan, suplementasi vitamin A, dan imunisasi guna meningkatkan status gizi anak.

Wasting or acute malnutrition increase risk of infection and death in children. The first objective of this study was to determine vitamin A supplementation as a dominant factor of wasting among children aged 6 23 months in West Jakarta in 2017. This study was a cross sectional study. Multistage random sampling was used as sampling method. There were 207 samples of children aged 6 23 months from posyandu the integrated service posts in 6 chosen villages in West Jakarta. Data were collected by anthropometric measurement weight and length measurement and questionnaire.
This study found 7.2 of those children are wasting. Analysis with CI 90 in this study showed a significant association between vitamin A supplementation with wasting and vitamin A supplementation as a dominant factor associated with wasting among children aged 6 23 months OR 8.526.
Researcher suggest government, puskesmas public health center, and posyandu to provide a proper and complete equipment of anthropometric measurement in posyandu, periodically conduct anthropometric measurement training, and educate parents of children aged below 5 years old about complementary feeding practices, breastmilk feeding practices of children aged 0 6 months, vitamin A supplementation, and immunization to improve nutritional status of children.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S67043
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriela Sanjaya
"Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak yang terjadi sebagai akibat dari buruknya asupan makan anak, kejadian infeksi yang berulang, dan tidak adekuatnya stimulasi psikosoial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan di Jakarta Barat tahun 2017. Penelitian dilakukan dengan desain cross sectional, menggunakan data primer dengan jumlah sampel sebanyak 210 anak yang diambil dengan teknik multistage random sampling dari 12 Posyandu pada 6 kelurahan dari 3 kecamatan di Jakarta Barat. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan pengukuran panjang badan anak dan melakukan wawancara dengan responden.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sebanyak 16,2 anak usia 6-23 bulan di Jakarta Barat mengalami stunting. Hasil analisis bivariat dengan uji chi-square menemukan bahwa faktor-faktor yang berhubungan secara bermakna dengan kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan di Jakarta Barat adalah suplementasi vitamin A OR=3,62; 90 CI 1,144-8,939 dan tingkat pendidikan ibu OR=2,40; 90 CI 1,167-4,885. Hasil analisis multivariat dengan analisis regresi logistik ganda menemukan bahwa suplementasi vitamin A merupakan faktor dominan dari kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan di Jakarta Barat tahun 2017 setelah dikontrol oleh variabel capaian MAD, praktik pemberian kolostrum, dan tingkat pendidikan ibu OR=4,00; 90 CI 1,402-11,436.
Berdasarkan hasil penelitian, saran untuk pihak Suku Dinas Kota Administrasi Jakarta Barat adalah perlu dilakukan assessment untuk mengetahui mengapa anak yang masih berusia kurang dari 6 bulan sudah diberikan susu formula, cakupan mendapatkan suplementasi vitamin A harus ditingkatkan hingga mencapai 100, perlu dilakukan penyediaan alat antropometri panjang badan yang baku untuk setiap Puskesmas dan Posyandu, dan perlu dilakukan pelatihan mengenai prosedur yang baik dan benar dalam mengukur panjang badan anak; saran untuk pihak Puskesmas dan Posyandu adalah perlu dilakukan pemantauan status gizi berdasarkan indeks PB/U setiap 3 bulan sekali, perlu dilakukan pelatihan prosedur panjang badan kepada kader, perlu dilakukan edukasi kepada masyarakat mengenai praktik pemberian makan yang tepat dan pemanfaatan pelayanan kesehatan bagi anak; saran untuk peneliti lain adalah penelitian perlu dilakukan pada skala yang lebih besar baik dari sisi jumlah sampel maupun wilayah, penggunaan variabel capaian minimum dietary diversity, minimum meal frequency, dan minimum acceptable diet sebaiknya digunakan secara berhati-hati dan pengukurannya dilakukan 2-3 kali pada hari yang berbeda, serta perlu dilakukan 24-hour dietary recall untuk mengetahui keadekuatan asupan makan anak.

Stunting is the impaired growth and development that children experience as the result of poor nutrition, repeated infection, and inadequate psychosocial stimulation. The objective of this research is to determine the dominant factor related with stunting occurrence among children aged 6 23 months in West Jakarta Region in 2017. This research was descriptive study with cross sectional design that using primary data and included 210 children taken with a multistage random sampling technique from 12 Posyandu on 6 administrative villages of 3 sub districts of West Jakarta region. Data collection was done by measuring children's length and conduct interviews with respondents.
The result showed prevalence of stunting was 16,2. The Chi Square analysis showes that vitamin A supplementation OR 3,62 90 CI 1,144 8,939 and mother's education level have a significant association with stunting OR 2,40 90 CI 1,167 4,885. Furthermore, binomial logistic regression shows that vitamin A supplementation as a dominant factor of stunting occurrence among children aged 6 23 months in West Jakarta Region in 2017 after controlled by other variables minimum acceptable diet, colostrum feeding, and mother's education OR 4,00 90 CI 1,402 11,436.
Based on this research, the recommendations for Suku Dinas Kesehatan in West Jakarta region are to conduct an assessment on why children aged less than 6 months already given the formula milk, to increase the scope of vitamin A supplementation up to 100, to provide a golden standard anthropometric measurements for each Puskesmas and Posyandu, and to train Puskesmas workers on how to measure children's length with proper dan right procedure second, the suggestions for Puskesmas and Posyandu in West Jakarta are to monitor children's nutrition status based on indices height for age every 3 months, to train Posyandu workers about how to measure children's length with proper dan right procedure, and to educate the community about appropriate feeding practice and child health care finally, the advice for researchers are research needs to be done on a larger scale both in the number of samples and research location, the use of minimum dietary diversity, minimum meal frequency, and minimum acceptable diet as independent variables should be used in a careful way and the measurement of these variables need to be done 2 3 times on the different days in addition, 24 hour dietary recall method need to be done to assess children's dietary intake adequacy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68266
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Willy Wildan Saputra
"Stunting adalah masalah gizi kurang yang terjadi selama periode 1000 Hari Pertama Kehidupan HPK namun memiliki dampak kepada penurunan kualitas hidup seseorang kedepannya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan di Jakarta Selatan tahun 2017. Penelitian ini menggunakan data primer dengan desain studi cross-sectional yang dilakukan selama bulan April-Juli 2017. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara kuesioner dan didapatkan sampel sebesar 221 anak dari 19 posyandu terpilih yang terdapat pada 6 wilayah puskesmas terpilih di Jakarta Selatan. Hasil penelitian menunjukan prevalensi stunting pada anak usia 6-23 bulan di Jakarta Selatan sebesar 13,1.
Hasil analisis bivariat mendapat terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat penyakit infeksi OR=2,249, suplementasi vitamin A OR=5,304, tingkat pendidikan ibu OR=2,446, tingkat pendapatan keluarga OR=2,298, jumlah anggota keluarga OR=2,649, dan urutan kelahiran anak OR=3,125. Selain itu, hasil analisis regresi menemukan bahwa suplementasi vitamin A pada 6 bulan terakhir OR=5,744 merupakan faktor dominan kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan di Jakarta Selatan tahun 2017 setelah di kontrol variabel minimum meal frequency, riwayat penyakit infeksi, tingkat pendidikan ibu, tingkat pendapatan keluarga, dan urutan kelahiran anak. Peneliti menyarankan pemerintah untuk meningkatkan cakupan imunisasi dan suplementasi vitamin A serta mengedukasi orang tua mengenai praktik pemberian ASI dan MP-ASI yang benar dan lebih mempromosikan mengenai program keluarga berencana.

Stunting is a malnutrition that occurs during the first 1000 days periode but has an impact to the decline in the quality of human life in the future. This research was aimed to analyze the risk factors of Stunting in children aged 6 ndash 23 months in South Jakarta in 2017. This research used primary data with cross sectional study design conducted during April July 2017. Data were analyzed by chi square test and logistic binary regression. Data collection was done through the Questionnaire interview and obtained a sample of 221 children from 19 selected posyandu in 6 regions selected health centers in South Jakarta.
The results showed the prevalence of stunting in children aged 6 23 months in South Jakarta is 13.1. The study found that the risk factors for stunting in children aged 6 ndash 23 months in South Jakarta is infectious disease OR 2,249, vitamin A supplementation OR 5,304, mother rsquo s education OR 2,446, family income OR 2,298, family size OR 2,649, and birth order OR 3,125. In addition, the results of regression analysis found that vitamin A supplementation in the last 6 months OR 5,744 was the dominant factor of the incidence of stunting in children aged 6 23 months in South Jakarta in 2017 after being controlled with minimum meal frequency, infectious disease, mother education, family income, and the order of child birth. Researchers recommend the government to increase coverage of immunization and vitamin A supplementation and to educate parents about breastfeeding practices and proper weaning food and also to promote more about family planning programs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68625
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Puspita Sari
"Sintesis zeolit FAU tipe Y dilakukan dengan teknik seeding, dalam proses hidrotermal dengan direfluks selama 192 jam pada suhu 100°C. Sumber silika berasal dari tetraetilortosilikat (TEOS), aluminium isopropoksida Al[((CH3)2 CHO)]3 sebagai sumber alumunium. Hasil Sintesis dikarakterisasi menggunakan XRD, SEM-EDS, dan FTIR yang menunjukan terbentuknya struktur zeolit tipe Y. Selanjutnya Zeolit ditumbuhkan pada Elektroda Glassy Carbon dengan teknik layer by layer, yaitu dengan pelapisan larutan poli elektrolit, Poly diallyl dimethyl ammonium chloride (PDDA) yang bermuatan positif dan Poly-4-sodium styrene sulfonate (PSS) yang bermuatan negatif selanjutnya dilakukan satu kali pelapisan akhir dengan seed. Elektroda yang termodifikasi dengan zeolit (ZME) dikarakterisasi dengan menggunakan XRD, SEMEDS dan FTIR, terlihat bahwa ukuran zeolit yang terbentuk hampir seragam yaitu kubus dan metilen biru terabsorpsi dalam ZME. ZME digunakan sebagai indikator asam askorbat dengan memasukkan metilen biru ke dalam pori-pori zeolit, sehingga terjadi reaksi reduksi-oksidasi. Dari hasil pengukuran voltametri siklik pada elektroda glassy carbon yang termodifikasi dengan zeolit sintetik belum memberikan respon yang baik terhadap keberadaan senyawa asam askorbat.

Zeolite FAU type Y synthesis was done with seeding technique, in hydrothermal process with reflucted for 192 hours at 100°C temperature. Silica source got from Tetra Ethyl Orto Silica (TEOS), Al[((CH3)2CHO)]3 as Alumunium source. The result of synthesis is characterized with XRD, SEM-EDS and FTIR which show zeolite structure type Y is formed. Next zeolite is grown to glassy carbon electrode with layer by layer technique, there for with the layer of poly electrolite solution, Poly diallyl dimethyl ammonium chloride (PDDA) which has positive charge and Poly-4-sodium styrene sulfonate (PSS) with negative charge futhermore will done one last process of layer with seed. Modified electrode with zeolite ZME is characterized using XRD, SEM-EDS and FTIR, show that an the size of zeolite formed almost same, they are cubic and methylen blue is absorbed in ZME. ZME used as indicator of ascorbic acid with fill in methylen blue inside the zeolite pores, so redox reaction occurs. From the cyclic voltametry measurement through glassy carbon modified electrode with synthetic zeolite, respond to ascorbic acid is negative."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1338
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Radina Aryanti Putri
"Stunting merupakan salah satu kondisi kekurangan gizi kronis yang dapat menyebabkan penurunan kemampuan kognitif dan prestasi belajar pada anak usia sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor yang dominan pada siswa sekolah dasar kelas 1 di Jakarta Utara Tahun 2016. Desain studi dalam penelitian ini adalah cross-sectional dengan metode Multistage Sampling. Sampel yang diteliti sebanyak 156 siswa sekolah dasar kelas 1 di Jakarta Utara Tahun 2016 dengan responden yang memberikan informasi penelitian yaitu ibu dari siswa tersebut. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2016. Data penelitian diperoleh melalui angket, formulir FFQ, dan pengukuran antropometri. Uji yang digunakan untuk analisis bivariat adalah uji Chi-square dan uji T-independent, sedangkan analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 19,2% siswa mengalami stunting dan terdapat perbedaan proporsi bermakna antara stunting menurut ASI eksklusif, riwayat penyakit infeksi, sanitasi dan kebersihan, pemanfaatan pelayanan kesehatan, suplementasi vitamin A, status imunisasi, pola asuh, pengetahuan gizi ibu, pendapatan keluarga dan frekuensi konsumsi makanan sumber zat gizi (protein, vitamin A, zat besi, dan seng). Kemudian, dari hasil analisis regresi logistik didapatkan suplementasi vitamin A sebagai faktor dominan. Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan dapat melakukan perbaikan gizi siswa sekolah dasar baik melalui pemantauan status gizi berkala, muatan gizi di sekolah, perbaikan sanitasi dan lingkungan. Selain itu, sekolah dapat mendukung kinerja pemerintah melalui program sekolah sehat dan edukasi terhadap orang tua siswa.

Stunting is a condition of chronic malnutrition that can lower the cognitive abilities and learning achievement of the primary school children. This study aim to reveal the dominant factor of stunting among the first grade primary school children in North Jakarta 2016.This study uses cross-sectional design with multistage sampling method. The samples are 156 primary school children in North Jakarta 2016 and respondents who provide the research information are mother of that primary school children. The study was conducted in March-June 2016. Data of this research collected by questionnaires, FFQ form, and anthropometric measures. Test used for bivariate analysis was Chi-square test and independent T-test, whereas multivariate analysis with multiple logistic regression.
Results of this research showed that 19,2% students were stunting. There are statistically differences proportion of stunting based on exclusive breastfeeding, history of infectious diseases, sanitation and hygiene, health service utilization, vitamin A supplementation, immunization status, nutrition care pattern, mother knowledge of nutrition, family income. and frequency of frequency of consumption food sources nutrition (protein, vitamin A, iron, and zinc). Then, the logistic regression analysis showed that that vitamin A supplementation as a dominant factor of stunting. Based on the results, Indonesian Department of Health and Indonesian Department of Education should improve the nutrition of primary school children through periodic monitoring of nutritional status, increase children knowledge, and improve the sanitation and environment. In addition, the school can support the government's performance through the healthy schools program and educate parents.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S64718
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>