Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 185410 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amarina Ashar Ariyanto
"Bagi mahasiswa motivasi merupakan salah satu aspek mental yang berperan besar bagi keberhasilan proses belajarnya. Motivasinya yang tinggi, iklim motivasi yang positif dan dukungan sosial yang mendorong seseorang antuk berprestasi baik merupakan kondisi yang sangat kondusif bagi keberhasilan mahasiswa.
Namun, apakah iklim motivasi yang ada diantara mahasiswa maupun yang dipersepsi sebagai ada oleh mahasiswa. Benar-benar merupakan iklim motivasi yang positif, belum banyak distudi. Motivational Gravity merupakan konsep yang memfokuskan perhatian pada sejauh mana lingkungan (atasan, rekan, bawahan) seseorang mendorong atau mendukung keberhasilan prestasi.
Studi ini menggali tentang bagaimana gambaran motivational gravity pada situasi kerja dan pada situasi kemahasiswaan. Apakah atasan, baik pria maupun wanita, akan kerja pria maupun wanita akan mendorong atau akan menghambat rekan kerjanya yang menunjukkan prestasi menonjol.Dan pada situasi kemahasiswaan, apakah mahasiswa senior pria maupun wanita dan rekan mahasiswa lainnya akan mendorong atau menghambat rekan mahasiswa tertentu yang berprestasi baik.
Ada 4 kemungkinan kombinasi Motivational Gravity yang bisa terjadi, yang pertama adalah Motivational Gravity positif, yaitu keadaan dimana baik atasan/senior maupun sesama rekan kerja/mahasiswa sama-sama mendukung keberhasilan rekan yunior lain yang cukup menonjol.
Yang kedua adalah Motivational Gravity negatif, dimana baik atasan/senior maupun sesama rekan kerja/mahasiswa sama-sama menghambat/menekan karyawan/mahasiswa yang prestasinya menonjol tersebut.
Selain itu bisa juga terjadi MG + - ataupun MG - +, di mana antara atasan/senior dan selama rekan kerja/mahasiswa ada yang mendorong dan ada pula yang menghambat.
Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa F. Psikologi dan F. Teknik - Arsitektur UI. Jumlah responden adalah 148 dari Psikologi dan 80 Bari FT. Arsitektur.
Hasil penelitian adalah sebagai berikut:
1. Terdapat iklim Motivational Gravity positif pada mahasiswa Psikologi maupun FT. Arsitektur, dalam situasi hubungan antar mahasiswa.
2. Dalam situasi hubungan antar rekan kerja, mahasiswa FT. Arsitektur memiliki iklim Motivational Gravity positif. Namun pada mahasiswa Psikologi tidak demikian. Baik atasan pria maupun wanita dipersepsi sebagai cenderung menghambat rekan kerja wanita yunior yang berprestasi dengan menekan/menghambatnya melalui beberapa cara (MG -+). Selain itu, juga dipersepsi adanya hambatan dari sesama rekan wanita terhadap rekan kerja wanita lain yang berprestasi.
3. Secara keseluruhan, mahasiswa UI menunjukkan iklim Motivational Gravity yang positif terutama dalam hubungan antar mahasiswa. Namun dalam situasi kerja, mahasiswa mempersepsi adanya upaya menghambat rekan wanita yunior yang berprestasi oleh atasannya(pria maupun wanita), dan selain juga ada hambatan (sabotase) dari sesama rekan kerja wanita terhadapnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Billy Gunawan
"Latar belakang: Masalah gigi dan mulut pada masyarakat Indonesia meningkat tiap tahun. Hal tersebut meliputi masalah lesi-lesi jaringan lunak pada rongga mulut yang dikaji lebih dalam pada Ilmu Penyakit Mulut (IPM). Motivasi belajar mengenai IPM diperlukan oleh dokter gigi untuk dapat menangani kasus tersebut. Tujuan: penelitian ini ingin mengetahui tingkat motivasi belajar IPM pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (FKGUI). Metode: Penelitian deskriptif analitik menggunakan desain studi potong lintang dengan pengambilan data langsung pada responden keseluruhan mahasiswa FKGUI yang masih aktif. Responden dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan paparan IPM yang telah dilalui. Pengambilan data menggunakan kuesioner Science Motivation Questionnaire II (SMQ-II) dan menilai lima komponen motivasi, meliputi motivasi intrinsik, self – efficacy, self – determination, motivasi nilai dan motivasi karir. Hasil: Response rate sebesar 96,6% (743 responden). Nilai Intraclass Correlation Coeficient (ICC) pada total nilai sebesar 0,941, menunjukkan konsistensi internal yang baik. Pada uji validitas diskriminan, komponen motivasi nilai dan motivasi karir kelompok responden pra-klinik tidak terdapat perbedaan signifikan (p > 0,05). Pada tiga kelompok responden, klinik memiliki nilai rerata tertinggi pada validitas diskriminan untuk bagian motivasi tinggi sebesar 67,27, diikuti kelompok praklinik sudah IPM sebesar 65,89, diakhiri dengan kelompok pra-klinik belum IPM sebesar 62,54. Nilai rerata total komponen motivasi tertinggi (65,31) ditunjukkan oleh kelompok klinik. Kesimpulan: Mahasiswa klinik memiliki motivasi belajar IPM tertinggi, diikuti dengan mahasiswa pra-klinik sudah IPM dan diakhiri dengan mahasiswa pra-klinik belum IPM.

Background: Oral and dental problems in Indonesian is increasing annually. These issues include lesions in oral soft tissues, which is further studied in Oral Medicine. Learning Motivation in Oral Medicine was needed for dentists in order to treat these kinds of issues. Objectives: This study aims to acknowledge the level of learning motivation in Oral Medicine among dental students in Universitas Indonesia. Methods: This research used an analytic-descriptive study with cross-sectional design by gathering data directly from total population of active Dental Student, Facuty of Dentistry, Universitas Indonesia. Respondent were divided into three groups based on whether they had taken Oral Medicine. Data gathering was using Science Motivation Questionnaire II (SMQ-II), which include five motivation components, consist of intrinsic motivation, self – efficacy, self – determination, grade motivation and career motivation. Results: The response rate of this study was 96.6% (743 respondent). The Intraclass Correlation Coeficient (ICC) of 0.941 for the total score indicated a good intenal consistency. In discriminant validity test, grade motivation and career motivation of pre-clinical groups showed no significant difference (p > 0.05). Among three respondent groups, clinical years acquired the highest mean score for high learning motivated groups of discriminant validity test, (mean: 67.27), followed by pre-clinical taken OM (mean: 65.89), ended by pre-clinical hadn’t had OM (mean: 62.54). The highest mean score for total motivation components of this study, acquired by clinical years (mean: 65.31). Conclusion: Clinical years has the highest motivation level to learn in Oral Medicine, followed by pre-clinical taken OM and ended by the pre-clinical which hadn’t had OM."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Allia Hani
"Pada masa remaja teman sebaya memegang peran penting, dimana pada masa ini ketergantungan anak pada keluarga menjadi berkurang dan kebutuhan akan rasa aman diperoleh melalui teman-teman kelompok sebaya (Tumer & Helms, 1995). Remaja umumnya tidak ingin dianggap beda dengan orang lain, akibatnya mereka cenderung melakukan konformitas dengan kelompok sebaya Konformitas itu sendiri adai ah suatu perubahan tingkah laku atau keyakinan sebagai hasil nyata dari tekanan yang diberikan kelompok Dengan keinginan untuk diterima secara sosial, remaja sangat memperhatikan karakteristikkarakteristik yang ditampilkan anggota kelompoknya seperti cara berpakaian, gaya rambut, selera musik, cara berbicara dan aktivitas waktu luang (Clasen & Brown, 1987 dalam Santrock, 2001). Konforaiitas terhadap kelompok sebaya kemudian dikaitkan juga dengan orientais tujuan akademik siswa.
Orientasi tujuan menurut Meece, Blumenfeld & Hoyle (1988). Orientasi tujuan siswa digambarkan sebagai suatu set perilaku yang bertujuan untuk menentukan bagaimana pendekatan dan keterlibatan siswa dalam belajar. Teori ini di bagi ke dalam 2 bagian besar yaitu : orientasi mastery dan orientasi performance (Henderson & Dweck, 1990; Dweck & Legget, 1988 dalam Santrock, 2001). Orientasi mastery mengacu kepada pencapaian kompetensi dengan jalan menambali atau meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan ketrampilan individu. Penekanan pada proses belajar. Sedangkan orientasi performance mengacu kepada acuan yang dicapai orang lain dalam mencapai kesuksesan selain untuk menghindari pandangan sosial yang rendah terhadap kompetensi yang dimilikinya Penekanan kepada hasil yang dicapai.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara tingkah laku konforaiitas, orientasi mastery, orientasi performance, dengan prestasi akademik remaja Penelitian ini dilakukan di SMA 43, diperoleh hasil penelitian: tingkah laku konformitas dan orientasi mastery berkorelasi negatif signifikan (r = -0,230 p<0,05), orientasi mastery dan prestasi akademik berkorelasi positif signifikan (r= 0,167 p<0,05), dan orientasi mastery memberikan sumbangan sebesar 4,4 % pada prestasi akademik.
Dari hasil perhitungan statistik maka dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkah laku konformitas yang ditampilkan maka semakin rendah orientasi siswa ke arah mastery. Begitu pula jika orientasi mastery siswa rendah maka prestasi akademik yang dicapainya puri akan rendah. Hubungan yang semula dihipotesiskan dan ditolak adalah: adanya hubungan positif signifikan antara tingkah laku konformitas dengan orientasi performancey hubungan yang signifikan antara orientasi perfonnance dengan prestasi akademik dan hubungan yang signifikan antara konformitas dengan prestasi akademik. Penyebab ditolaknya hipotesis mungkin disebabkan sampel yang homogen (berasal dari satu sekolah saja), adanya variabel lain yang lebih dominan (intelligensi merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh pada prestasi akademik).
Saran-saran yang diberikan diantaranya melakukan pengambilan data pada berbagai sekolah, mempergunakan kecerdasan sebagai variabel yang dikontrol dalam mengukur prestasi akademik."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S2925
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Ratna Indriani
"ABSTRAK
Ketika pilihan seorang pemelajar cenderung pada sesuatu yang mendukung tercapainya tujuan akademis daripada sesuatu yang hanya mendatangkan kesenangan sesaat, maka ia dikatakan melakukan penundaan gratifikasi akademis (PGA) (Bembenutty & Karabenick, 1998). Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel antisipasi pilihan masa depan (APM) dan interpretasi aksi (lA) terhadap PGA. Selain itu, diuji pula interaksi antara kedua variabel tersebut dalam mempengaruhi PGA. Eksperimen pada penelitian ini menggunakan desain faktorial2 (APM vs Tanpa APM) x 2 (Komitmen vs Kemajuan) dengan melibatkan 82 orang mahasiswa tingkat awal sebagai subjek penelitian.Variabel APM dimanipulasi dengan memberikan bentuk pilihan sekuensial pada satu kelompok (kondisi APM) dan pilihan tertutup pada kelompok lain (kondisi tanpa APM). Variabel lA dimanipulasi dengan melakukan pembingkaian interpretasi komitmen dan interpretasi kemajuan n1elalui pernyataan pembingkai dalam
sebuah kuesioner. Hasilnya, tidak ditemukan pengaruh yang signifikan dari variabel APM dan lA terhadap perilaku PGA. Tidak ditemukan pula interaksi antara variabel APM dan lA dalam mempengaruhi perilaku PGA. Kelemahan pada desain penelitian ditengarai menjadi salah satu faktor yang berkontribusi terhadap tidak signifikannya hasil penelitian. Selain itu, kemungkinan adanya pengaruh variabel sensitivitas terhadap penundaan, perbedaan strategi belajar, dan kekuatan pengaturan diri didiskusikan pula pada pembahasan hasil penelitian.

ABSTRACT
Academic delay of gratification refers to students' postponement of immediately available opportunities to satisfy impulses in favor of pursuing chosen important academic rewards or goals that are temporally remote but ostensibly more valuable (Bembenutty & Karabenick, 1998). An experiment was designed to test the effects of anticipation of similar future choices and framing of goal pursuit on students' decision to delay academic gratification and their interaction. A 2 x 2 factorial design based upon two levels of the participant's anticipation condition (with anticipation vs without anticipation) and two levels of framing condition (commitment vs progress) was employed. The anticipation of similar future choices was manipulated by presenting choices in a sequence to participants in 'with anticipation' condition and isolated choices to participants in 'without anticipation' condition. The framing of goal pursuit was manipulated by different framing statements in a questioner. Eighty two participants involved in this study. The study found no significant effects of anticipation of similar future choices and framing of goal pursuit on participants' decision to delay academic gratification. Some weaknesses in experimental design were discussed. Moreover, effects of other variables such as sensitivity to delay, learning strategies, and self-regulatory strength were also involved in the discussion."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T38349
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adilla Sari
"[ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara optimisme dan motivasi berprestasi pada mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi di Universitas Indonesia. Menurut Scheier dan Carver (1985) optimisme adalah keyakinan secara umum bahwa akan terjadi sesuatu yang baik. Menurut Atkinson (dalam Passer, 2007) motivasi berprestasi adalah keinginan yang positif untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam suasana persaingan untuk memperoleh sukses dengan standar yang tinggi. Secara keseluruhan, 247 mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi berpartisipasi dengan cara mengisi kuesioner optimisme dan motivasi berprestasi. Pengukuran optimisme menggunakan alat ukur Life Orientation Test-Revised (LOT-R) yang dikembangkan oleh Scheier, Carver dan Bridges (1994), sedangkan motivasi berprestasi diukur menggunakan alat ukur Achievement Motives Scale-Revised (AMS-R) oleh Lang dan Fries (2006). Hasil penelitian menunjukkan bahwa optimisme dan motivasi berprestasi memiliki korelasi positif yang signifikan (r=0,15, p=0,018) Hasil korelasi antara optimisme dan dimensi-dimensi motivasi berprestasi menunjukkan korelasi positif yang signifikan antara optimisme dan motivasi berprestasi dimensi hope of success (r=0,216, p=0,001) dan tidak tidak terdapat korelasi antara optimisme dan motivasi berprestasi dimensi fear of failure (r=0,025, p=0,701).

ABSTRACT
This research was conducted to investigate the correlation between optimism and achievement motivation among college student with Bidikmisi scholarship at Universitas Indonesia. According to Scheier and Carver (1985) optimism is general expectation the good thing will happen. According to Atkinson (in Passer, 2007) achievement motivation is a positive desire to accomplice task and complete successfully with standars of excellence. Overall, 247 Bidikmisi student was participated in this research by filling out the questionnaire optimism and achievement motivation. Optimism was measured by Life Orientation Test-Revised (LOT-R) constructed by Scheier, Carver and Bridges (1994), while achievement motivation was measured by Achievement Motives Scale-Revised (AMS-R) constructed by Lang and Fries (2006). The result show that there is a significant positive relationship between optimism and achievement motivation (r=0,15, p=0,018) hope of success aspect (r=0,216, p=0,001) and there is no relationship between optimism and achievement motivation fear of failure aspect (r=0,025, p=0,701).;This research was conducted to investigate the correlation between optimism and achievement motivation among college student with Bidikmisi scholarship at Universitas Indonesia. According to Scheier and Carver (1985) optimism is general expectation the good thing will happen. According to Atkinson (in Passer, 2007) achievement motivation is a positive desire to accomplice task and complete successfully with standars of excellence. Overall, 247 Bidikmisi student was participated in this research by filling out the questionnaire optimism and achievement motivation. Optimism was measured by Life Orientation Test-Revised (LOT-R) constructed by Scheier, Carver and Bridges (1994), while achievement motivation was measured by Achievement Motives Scale-Revised (AMS-R) constructed by Lang and Fries (2006). The result show that there is a significant positive relationship between optimism and achievement motivation (r=0,15, p=0,018) hope of success aspect (r=0,216, p=0,001) and there is no relationship between optimism and achievement motivation fear of failure aspect (r=0,025, p=0,701)., This research was conducted to investigate the correlation between optimism and achievement motivation among college student with Bidikmisi scholarship at Universitas Indonesia. According to Scheier and Carver (1985) optimism is general expectation the good thing will happen. According to Atkinson (in Passer, 2007) achievement motivation is a positive desire to accomplice task and complete successfully with standars of excellence. Overall, 247 Bidikmisi student was participated in this research by filling out the questionnaire optimism and achievement motivation. Optimism was measured by Life Orientation Test-Revised (LOT-R) constructed by Scheier, Carver and Bridges (1994), while achievement motivation was measured by Achievement Motives Scale-Revised (AMS-R) constructed by Lang and Fries (2006). The result show that there is a significant positive relationship between optimism and achievement motivation (r=0,15, p=0,018) hope of success aspect (r=0,216, p=0,001) and there is no relationship between optimism and achievement motivation fear of failure aspect (r=0,025, p=0,701).]"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60015
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mursyid Fadilah
"Delapan puluh persen dari kesuksesan yang diraih seseorang ditentukan oleh kecerdasan emosional (Goleman, 1995). Kecerdasan emosional adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mengelola emosi dan menjaga keselarasan emosi beserta pengungkapannya melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan social (Goleman, 1997). Mahasiswa psikologi Universitas Indonesia memiliki peran sekaligus tuntutan sebagai mahasiswa yang dapat menunjukkan kompetensi yang dimiliki dan koheren dengan aspek keilmuan yang dipelajari. Kemampuan kognitif tidak terpisahkan dari kecerdasan emosional (Goleman, 1998). Tujuan penelitian ini adalah memberikan gambaran kecerdasan emosional mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan metode pengambilan sampel accidental sampling. Peneliti menggunakan alat ukur Inventori Kecerdasan Emosional (Emotional Intelligence Inventory) yang merupakan hasil adaptasi alat ukur Sri Lanawati (1999). Penelitian ini melibatkan 171 mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia sebagai partisipan. Hasil penelitian menunjukan kecerdasan emosional mahasiswa psikologi Universitas Indonesia berada pada kategori sedang dengan persentase 48%. Selain itu, dimensi kesadaran diri partisipan berada pada kategori tinggi (67,3%), dimensi pengendalian diri berada pada kategori sedang (45,6%). Begitu juga dimensi empati (39,2%), dimensi motivasi diri(42,1%) dan dimensi keterampilan social (48%) pada kategori sedang.

Eighty percent of the someone’s success is determined by emotional intelligence (Goleman, 1995). Emotional intelligence is the ability to manage emotions along with the disclosure of maintaining harmony through self-awareness, self-control, self-motivation, empathy and social skills (Goleman, 1997). Psychology students of University of Indonesia have a role and also demands to be students who can represent coherent competency with the scientific aspects of the study. Cognitive ability is inseparable from emotional intelligence (Goleman, 1998). The purpose of this study is to provide an overview of emotional intelligence Psychology students of University of Indonesia.
This research is a descriptive study using accidental sampling as sampling method. Researchers used Emotional Intelligence Inventory as a measure which was adapted from Sri Lanawati (1999). The study involved 171 Psychology students of University of Indonesia as the participant. The results showed emotional intelligence psychology students at the University of Indonesia is in the middle category (48%). In addition, the dimensions of self-awareness of participants were in the high category (67.3%) and dimensions of self-control in middle category (45.6%). Meanwhile, the dimensions of empathy (39.2%), the dimensions of self-motivation (42.1%) and the dimensions of social skills (48%) are in the medium category.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S52523
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Maulati Rahayu
"ABSTRAK
Perilaku menyontek sampai saat ini masih banyak terjadi di lingkungan
pendidikan. Perilaku menyontek ini merupakan suatu hal yang harus dianggap serius
dan harus segera ditangani karena dampak negatifnya.
Berdasarkan penelitian dari Bowers & Haines (dalam Newstead, dkk, l996)
terlihat bahwa semakin tinggi motivasi berprestasi seseorang maka akan semakin
jarang orang tersebut menyontek. Tetapi Newstead, dkk (1996) mengatakan terdapat
bukti-bukti bahwa orang yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi akan lebih
mungkin untuk menyontek daripada orang yang rendah motivasi berprestasinya
Newstead, dkk (1996) juga mengatakan bahwa orang dengan orientasi mastery goal
lebih kurang kemungkinannya untuk melakukan perilaku menyontek dari pada orang
dengan orientasi performance goal, dan perbedaan antara performance dan mastery
goals sangat penting dalam menjelaskan mengenai perilaku menyontek ini. Oleh
karena itu penulis tertarik untuk melihat bagaimana sebenarnya hubungan antara
motivasi berprestasi dan orientasi achievement goals dengan perilaku menyontek
Penelitian ini dilakukan pada 123 siswa SMU, karena adanya hasil penelitian
yang mengatakan bahwa masalah menyontek yang paling serius ada di tingkat SMU.
Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik non probability sampling
dengan bentuk accidental sampling.
Dalam penelitian ini digunakan tiga buah kuesioner, yaitu kuesioner motivasi
berprestasi, kuesioner achievement goals, dan kuesioner perilaku menyontek. Data
dalam penelitian ini dianalisa dengan menggunakan tehnik coefficient alpha dari
Cronbach dan tehnik korelasi dari Pearson Product Moment yang ada pada pada
program SPSS for Ms Windows release 6.0.
Dari hasil yang diperoleh dalam penelitian ini terlihat bahwa ada hubungan
yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan perilaku menyontek, dimana
semakin tinggi motivasi berprestasi, semakin jarang siswa tersebut melakukan
perilaku menyontek. Dan ternyata tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis
achievement goals yang dimiliki subyek dengan perilaku menyontek yang mereka
lakukan."
1999
S2754
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martha Jaya
"ABSTRAK
Dalam era globalisasi sekarang ini, selain ada hasil nyata kemajuan jaman,
ada pula dampak-dampak lain. Salah satu dampak yang cukup penting untuk diteliti
secara khusus adalah mengenai peran dan status wanita.
Dalam masa globalisasi ini seluruh umat manusia dituntut umtuk dapat
memperlengkapi dirinya untuk menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.
Bangsa Indonesia juga dituntut menjadi sumber daya manusia yang baik. Apalagi
dalam negara Indonesia yang sedang menuju era tinggal landas, perempuan dan laki-
laki merupakan aset pembangunan yang perlu mengembangkan potensi yang dimiliki
secala optimal. Namun tantangan globalisasi nampaknya lebih berat dirasakan oleh
wanita daripada oleh pria. Hal ini disebabkan karena wanita masih serba ketinggalan
dalam bidang pendidikan dan teknologi. Tantangan globalisasi dirasakan berat bagi
wanita karena wanita tidak dipersiapkan untuk berpartisipasi dalam berbagai
kegiatan. Wanita tidak terbiasa untuk bertindak dan berpikir mandiri.
Salah satu upaya yang ditempuh untuk meningkatkan sumber daya wanita
adalah dengan pendidikan. Pendidikan memberikan kesempatan buat wanita untuk
mengecap pendidikan lebih tinggi dan kemudian bekerja. Namun justeru nampaknya
wanita dengan pendidikan tinggi lebih banyak memiliki konflik daripada wanita lain.
Konflik yang ada adalah antara keinginan untuk mengembangkan diri melalui
ketrampilan dan pendidikan yang diperoleh di perguruan tinggi dengan keinginan
untuk mengabdikan diri dalam keluarga. Konflik yang dirasakan membuat wanita
harus pandai membagi aspirasinya.
Isi aspirasi perempuan muda yang masih menyelesaikan kuliah di perguruan
tinggi bermacam-macam. Namun jika dilihat dari bidang kehidupan yang dekat
dengan kehidupan perempuan muda, maka isi aspirasi perempuan muda dapat dilihat
dalam lima bidang. Kelima bidang itu adalah aspirasi karir, pendidikan, keluarga
sosial, pribadi. Peneliti ingin melihat aspirasi dalam bidang apa yang paling banyak
ingin dicapai oleh perempuan muda, dalam hal ini mahasiswi Fakultas Psikologi UI.
Berdasarkan semua hal yang telah diuraikan diatas, maka masalah umum
yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah aspirasi apa yang paling ingin dicapai
oleh mahasiswi fakultas Psikologi Universitas lndonesia?. Manfaat dari penelitian ini
adalah untuk memberikan masukan informasi dalam memahami masalah-masalah
perempuan muda sehingga dapat digunakan untuk keperluan konseling. Khususnya bagi fakultas Psikologi hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi
pemimpin akademik dalam memberikan pengarahan kepada mahasiswa yang
dibimbingnya. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan-
masukan baru tentang aspirasi.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tentang aspirasi,
tentang dewasa muda, tentang mahasiswa dan tentang pembentukan aspirasi pada
wanita. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswi fakultas
Psikologi UI , berusia 18-25 tahun. Jumlah subyek yang digunakan dalam penelitian
ini adalah 100 orang. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah
metode purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang
disusuan sendiri oleh peneliti dalam bentuk force choice. Pengolahan data dilakukan
dengan menggunakan perhitungan frekuensi, persentase, ranking, rimus chi-square
dan teknik Cronbach Alpha untuk menghitung reliabilitas dan validitas alat.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan aspirasi pendidikan merupakan
aspirasi yang paling banyak ingin dicapai oleh mahasiswi fakultas Psikologi UI. Di
samping itu ditemukan hasil lain yang memperlihatkan perbedaan yang signifikan
dalam aspirasi keiuarga dan aspirasi pribadi berdasarkan kelompok suku bangsa,
dalam aspirasi pribadi berdasarkan urutan kelahiran dalam keluarga, dalam aspirasi
sosial dan aspirasi pribadi berdasarkan latar belakang pendidikan ibu. Selain itu
ditemukan dalam bidang karir aspirasi yang paling banyak ingin dicapai adalah
aspirasi untuk bekerja, mencapai jenjang karir yang tinggi dan aspirasi untuk
mendapat promosi jabatan. Dalam aspirasi pendidikan aspirasi yang paling banyak
ingin dicapai adalah aspirasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi dan mendapat kesempatan belajar ke luar negeri. Dalam aspirasi keluarga
aspirasi yang paling banyak ingin dicapai adalah aspirasi untuk segera menikah dan
membentuk keluarga dan aspirasi untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Dalam aspirasi sosial aspirasi yang palin banyak ingin dicapai adalah aspirasi untuk
aktif dalam organisasi masyarakat dan aspirasi untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat kecil. Dalam aspirasi pribadi aspirasi yang paling banyak ingin dicapai
adalah aspirasi untuk memiliki usaha pribadi dan aspirasi untuk mengembangkan
hobby sampai mencapai prestasi tertentu.
Saran yang hendak diberikan peneliti bagi penelitian selanjutnya adalah agar
menggunakan sampel yang lebih representatif yaitu dengan menggunakan sampel
dari seluruh fakultas dan jurusan, disarankan juga menggunakan alat lain yang dapat
mengukur dimensi lain dari aspirasi seperti dimensi tingkat aspirasi dan dimensi
intensitas aspirasi. Selain itu disarankan juga untuk melakukan penelitian yang dapat
memperlihatkan pengaruh faktor-faktor internal dan eksternal terhadap aspirasi,
penelitian yang dapat memperlihatkan konflik yang ada antara kelima bidang
aspirasi, dan penelitian tentang hambatan-hambatan yang dihadapi dalam mencapai
aspirasi."
1997
S2538
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johan Qomarasandhi
"Burnout merupakan salah satu gangguan psikologis yang terjadi karena tingginya tuntutan pekerjaan. Burnout biasanya terjadi pada seseorang yang bekerja pada bidang pelayanan, seperti seorang dokter. Belum banyak yang melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang dapat mencetuskan burnout. Oleh karena itu studi ini dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan antara tipe motivasi yang dimiliki oleh seorang mahasiswa terhadap tingkat kejadian burnout pada seorang mahasiswa klinik. Studi dilaksanakan dengan menggunakan kuesioner Skala Motivasi Akademik dan Maslach Burnout Inventory yang disebar kepada 100 mahasiswa tahap klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Dari 92 responden, ditemukan bahwa tipe motivasi terbanyak yang dimiliki mahasiswa adalah Termotivasi Minat dan Status diikuti dengan Termotivasi Minat, Motivasi Rendah, dan Termotivasi Status secara berurutan. Selain itu, ditemukan juga bahwa 32 dari 92 responden terindikasi terkena burnout. Kemudian analisis dilakukan antara tipe motivasi mahasiswa dengant tingkat kejadian burnout menggunakan uji chi-square yang menghasilkan.

Burnout is a psychological disease that is caused by work related stress. Burnout usually affects people who work in human services including doctors. As of now, not a lot of research has studied the factors behind burnout. Thus, this study is made to know if there is a correlation between type of motivation that students have on inducing burnout. This study is done by spreading 100 Academic Motivation Scale and Maslach Burnout Inventory scale between clinical phase medical students of Universitas Indonesia. Out of 92 respondents, it is known that the motivation type that is most common among students is Interest and Status Motivated, followed by Interest Motivated, Low Motivation, and Status Motivated accordingly. It has been found also that among 92 respondents, 32 of them are indicated with burnout. Analysis was done by using the chi square test that yield P 0.05 which means there is indeed a correlation between type of motivation and burnout incidence in clinical phase students. Further analysis using logistic regression was done, yielding significancy of Status Motivated 0.022, meaning that students with that kind of motivation are the most vurnerable to be affected by burnout.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ambadar, Zara
DepokR : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993,
R 378.598 Fak
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>