Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 64299 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cuk Yuana
"Latar Belakang
Suatu karya sastra pada dasarnya tidak terlepas dari unsur mikro dan unsur makro dari pengarangnya. Yang dimaksud unsur mikro di sire adalah pribadi, imajinasi dari pengarang tersebut, sedangkan yang dimaksud unsur makro adalah pengaruh dari latar belakang pengarang, latar budaya, latar sosial atau lingkungan pada saat (zaman) pengarang tersebut hidup. Bahkan pada kasus tertentu salah satu di antaranya dapat mempengaruhi terciptanya karya sastra secara dominan.
Shimazaki Toson dikategorikan kedalam pengarang yang mempunyai aliran 'slrizenshugi' (naturalisme), yaitu suatu aliran yang melukiskan sesuatu (karya sastranya) berdasarkan gejala (fenomena) yang muncul dalam masyarakat Jepang dengan apa adanya, tanpa ada hal yang disembunyikan pada zaman ia hidup. Aliran ini cenderung mengemukakan kejelekan-kejelekan atau persoalanpersoalan yang bersifat negatif dan apa adanya dari masyarakat Jepang saat la memulai karirnya sebagai penyair yang telah banyak menulis puisi lirik yang menggambarkan perasaan jiwa muda yang masih polos dan masih rawan, serta mempopulerkan kesusasteraan beraliran 'romanshugi' (romantisme), yaitu aliran yang lebih menjunjung tinggi perasaan dari pada rasio, dan menuntut kebebasan individu, yang di Jepang lebih terwujud dalam bentuk pelanggaran dan penolakan terhadap nilai-nilai moral dan sistem feodal (Tosio Hiraoka, 1972 : 115), tetapi akhirnya ia berubah menjadi pengarang novel yang beraliran naturalisme. (Asoo, 1983 : 173).
Shimazaki Toson sering disebut sebagai Jidentekisakka' yang artinya pengarang yang mengangkat kehidupan pribadinya sendiri dalam karya sastranya. Toson sendiri (dalam Kitako Roken, 1974 : 3) mengemukakan : Meskipun saya sering dikatakan seperti pengarang yang mengangkat tema mengenai diri sendiri, tetapi hal ini bukan hanya merupakan karya yang hendak saya ciptakan sebagai bagian dari biografi saya. Saya menulis ini pada saat saya hendak membangkitkan semangat untuk meningkatkan dasar nasib saya sendiri.
Hirano (1954 : 348) dalam Shiinazaki Toson to Bungaku' (Shimazaki Toson dan Kesusasteraan) mengemukakan bahwa, novel "IE" karya Shimazaki Toson dapat diklasifikasikan kedalam kindai shosetsu (novel modem), berdasarkan alur utama menurut kehidupan pribadi Toson sendiri?"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Sudijono Abdurachman
"Skripsi ini membicarakan novel penting dalam sejarah Jepang, gaya penulisannya adalah gaya naturalisme. Aliran ini timbul sebagai akibat pengaruh Kesusastraan Barat. Shimazaki Toson adalh punjangga pertama yang mengungkapkan adat, tradisi dan kebiasaan hidup masyarakat jepang, dengan tema kaum Burakumin Sekelompok orang Jepang yang tergolong dalam kelas masyarakat terendah pada zaman itu yang disebut kaum Burakumin."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1979
S13452
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Rio Saputra
"Skripsi ini membahas tentang reaksi masyarakat Jepang terhadap Perang Rusia-Jepang tahun 1904-1905 yang terpecah menjadi dua, yaitu pihak yang mendukung dan yang menolak perang. Fokus utama pada penelitian ini adalah menjabarkan bagaimana cara masing-masing pihak baik pihak pro maupun kontra menunjukkan pandanganya terhadap perang serta penyebab tingginya opini pro-perang dalam masyarakat. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa pihak pro maupun kontra membentuk organisasi sebagai wadah dalam pergerakannya dan sikap pemerintah yang tertutup serta membatasi aliran informasi ditambah faktor eksternal sikap Rusia yang provokatif membuat jumlah masyarakat yang pro-perang meningkat.
This study discussed about the Japanese rsquo s reaction that divided into two opinion on Russo Japanese War in 1904 1905. On another side, people support the war but on the other hand some people oppose it. The main focus on this study are to explain how the Japanese express their mind about the war and why pro war opinion is so high on the Japanese. This study result reveals that the Japanese expressed their mind about the war through various organizations and movements. Then, the reason behind why pro war opinion got many support are government secrecy policy, strict control to war related information, and Russian provocative action.
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S66033
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seidensticker, Edward
California: Stanford University Press, 1965
895.634 SEI k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Tokyo : Kokusai Bunka Shinkokai , 1970
895.6 SYN II (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlaela
"Menurut beberapa ahli bahwa ohaka adalah cerminan kebudayaan masyarakat tertentu, dari hal inilah dapat dikatakan bahwa ohaka Jepang merupakan salah satu cerminan kebudayaan Jepang. Kebudayaan Jepang yang dirnaksud dalam skripsi ini adalah kebudayaan yang paling khas dalam masyarakat Jepang, yang dapat terlihat dari keluarga Jepang yang bersifal patrilinealMelihat kaitan ohaka dengan sistem kekerabatan Jepang adalah keduanya memiliki kemiripan. Contohnya, pada sistem kekerabatan Jepang yang berdasarkan garis keturunan laki-laki, semua hak pewarisan akan jatuh kepada ahli waris anak laki-laki pertama (chonan), dan setelah chonan menjadi kepala keluarga (kacho) semua hak pengaturan rumah tangga berada ditangannya.Berkaitan dengan pengertian simbol oleh salah seorang antropolog. Victor Turner, yang memusatkan penelitian mengenai simbol pada suku Ndembu di benua Afrika, bahwa simbol adalah sesuatu yang dipandang sebagai suatu persetujuan umum atau perwakilan atau kenangan alas sesuatu yang memiliki kualitas, penulis menjelaskan bagaimana ohaka dapat dikatakan sebagai simbol keluarga Jepang.Dalam hal ini pcnulis berpegang pada pengertian simbol oleh Turner di atas, bahwa sesungguhnya sistem ohaka memiliki kemiripan dengan sistem kekerabatan masyarakat Jepang. Selanjutnya untuk landasan berikutnya, Turner menyatakan bahwa sebelum dapat menafsirkan sebuah simbol, peneliti harus dapat mengumpulkan data yang diperoleh dari; Pertama, bentuk eksternal dan karakteristik-_karakteristik yang nampak. Kedua, tafsiran-tafsiran yang diberikan oleh para ahlimaupun awam dan terakhir, konteks-konteks yang penting yang sebagian besar dilakukan oleh ahli antropologi. Landasan terakhir adalah sifat simbol yang dikaitkan dengan ohaka.Ohaka memenuhi semua kriteria yang telah diuraikan diatas. Maka dapat dikatakan bahwa ohaka memang dapat dikatakan sebagai simbol keluarga Jepang sekaligus membuktikan bahwa sistem ie yang dinyatakan telah digantikan oleh sistem keluarga yang baru yaitu kakukazoku masih tetap ada secara sadar atau tidak sadar dalam pencerminan ohaka."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S13464
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ailah Dahlia
"Dikukuhkannya sistem keluarga tradisional Ie sebagai standar keluarga nasional dalam Meiji Minpo di zaman Meiji telah membuat keadaan perempuan Jepang lebih buruk lagi dari sebelumnya Akan tetapi di tengah tengah bangsa yang sangat patriarkat tersebut komunitas geisha justru muncul dengan sistem matriarkat yang dijalankan dengan ketatnya Skripsi ini membahas mengenai keunikan sistem matriarkat dalam komunitas geisha Kyoto serta ldquo penolakan rdquo nya terhadap dominasi kaum lelaki di zaman Meiji Penelitian ini merupakan kajian pustaka dengan metode deskriptif analisis Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dijalankannya sistem matriarkat dalam komunitas geisha tersebut telah membebaskan mereka dari berbagai subordinasi seperti yang telah diterima perempuan pada umumnya.

During the Meiji period, the condition of women in Japan deteriorated as a result of Ie, the Japanese traditional family system, which was further legitimized by Meiji Civil Code. The geisha community, however, created a stringently matriarchy system in the midst of a patriarchy nation. This study focuses on the uniqueness of the matriarchy system established by the geisha community of Kyoto, and its “rejection” of Meiji Period male dominance. The research conducted was primarily a literature study, using techniques of descriptive analysis, and the result show that the matriarchy system of Kyoto geisha community was able to sustain itself by means of several sub-ordinations received by women in general."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S47064
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Adriana Estetika
"Penelitian mengenai penerapan prinsip Ie pada masyarakat kota di Jepang pada masa setelah perang dunia ke-2, telah dilakukan sejak bulan Januari 1990. Tujuannya ialah untuk membuktikan masih hidupnya pemikiran yang dilandaskan kepada konsep Ie dalam masyarakat kota. Pengumpulan data, untuk mencapai tujuan penulisan, dilakukan melalui metode kepustakaan dengan jalan menelusuri referensi-referensi yang terkait dengan tema permasalahan. Sedangkan teori yang dipakai sebagai kerangka pemikiran adalah teori yang dikemukakan oleh bebrapa ahli, seperti: Fukushima Masao, Nakane Chie, dan Herumi Befu. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa meskipun secara yuridis, sistem, Ie telah dihapuskan tetapi dalam melakukan beberapa hal yang mendasar seperti: menjaga dan melanjutkan nama Ie, pembagian warisan dan inetraksi sosial dengan lingkungannya, masyarakat kota tetap berpedoman pada konsep Ie. Keadaan ini menunjukkan bahwa konsep Ie tetap hidup dan terpelihara dalam pemikirian orang Jepang pada umumnya dan masyarakat kota pada khsususnya. Faktor yang membuat konsep Ie tetap hidup dan terpelihara adalah Ie sebagai budaya telah melekat dan mendarah daging dalam pemikiran orang Jepang yang terrefleksikan dalam kehidpan mereka sehari-hari."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S13813
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mayda Nurbaeti
"Skripsi ini membahas tindak tutur penolakan terhadap proposisi dalam bahasa Jepang. Sebelumnya, telah dilakukan penelitian tentang realisasi penolakan dalam bahasa Jepang terhadap permohonan, penawaran, undangan, dan saran. Hasil penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa mayoritas orang Jepang mengguankan strategi secara tidak langsung atau dengan kesantunan negatif. Sementara itu, hasil analisis dalam tulisan ini, di mana penolakan dikaitkan dengan strategi kesantunan Brown dan Levinson, menunjukkan bahwa dalam bahasa Jepang dapat juga diungkapkan realisasi penolakan secara langsung meskipun hal tersebut dilakukan terhadap orang yang lebih tinggi statusnya (misalnya terhadap guru) atau orang yang lebih tua (misalnya terhadap kakak senior).

The focus of this study is the Japanese speech act of refusals of the proposition. Previously, there are many researches of refusals realization in Japanese about requests, offers, invitations, and suggestions. Those researches result is the majority of Japanese people choose to use indirect strategy or negative politeness strategy. While this research?s result, in which using Brown and Levinson?s politeness strategy, is that refusals realization in Japanese also can be done in direct strategy (bald on record), although that refusals are done toward the high status (teacher, for example) and toward the older person (such as the senior)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S13614
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fadjari Iriani Sophiaan
Jakarta: Pusat Studi Jepang UI, 2006
320 FAJ d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>