Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122766 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Kartika Cendrasari
"Seperti umumnya negara-negara berkembang, Indonesia ditandai dengan kelebihan tenaga kerja atau labor surplus economy. Hal ini berarti bahwa jumlah angkatan kerja yang ada lebih banyak dari kesempatan kerja yang tersedia, oleh karena itu maka sebagian angkatan kerja terpaksa tidak dapat memperoleh pekerjaan (penganggur) atau sebagian sudah bekerja tetapi belum berdaya guna secara optimal (setengah penganggur). Namun demikian angka pengangguran di Indonesia relatif kecil apabila dibandingkan dengan negara-negara maju yang memberlakukan sistim tunjangan sosial. Di Indonesia, tidak adanya tunjangan dari pemerintah menyebabkan angkatan kerja yang menganggur apabila tidak mendapat dukungan finansial dari keluarganya atau diri sendirinya, sangat kecil kemungkinan mereka untuk berdiam diri tanpa menghasilkan sesuatu. Akibatnya mereka bersedia bekerja apapun walaupun dengan penghasilan yang sedikit, sehingga angka pengangguran terbuka di Indonesia relatif kecil.
Bagi masyarakat Indonesia, pendidikan merupakan sesuatu yang mahal, hanya keluarga yang relatif kaya yang mampu menyekolahkan anaknya ke tingkat yang lebih tinggi, sehingga umumnya tenaga kerja terdidik datang dari keluarga berada. Apabila suatu keluarga mampu menyekolahkan anaknya ke Perguruan Tinggi, biasanya keluarga tersebut akan mampu membiayai anakanya menganggur dalam proses mecari kerja. Maka tidak mengherankan apabila kelompok tenaga kerja terdidik yang mampu menjadi full timer dalam mencari pekerjaan. Sebaliknya pencari kerja tak terdidik biasanya datang dari keluarga kurang mampu dimana tidak mampu membiayai masa menganggur lebih lama, sehingga mereka terpaksa harus menerima bekerja apa saja. Dalam studi ini dengan menggunakan data Sakerti tahun 1993 diperoleh hasil bahwa dilihat dari jenis kelamin tanpa variabel kontrol ternyata proporsi pengangguran perempuan lebih besar dibandingkan laki-laki. Janis kelamin mempunyai pengaruh yang cukup berarti terhadap menganggurnya seseorang. Perempuan mempunyai resiko menganggur lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Dan bila dikontrol dengan variabel tempat tinggal, proporsi penganggur perempuan lebih banyak di pedesaan dibandingkan di perkotaan, demikian pula dengan laki-laki.
Dilihat dari kelompok umur tanpa menggunakan variabel kontrol, ternyata proporsi penganggur yang berusia 35 tahun keatas lebih besar dibandingkan kelompok umur yang lain. Mereka yang berusia 35 tahun keatas mempunyai resiko menganggur lebih tinggi dibandingkan yang berusia muda. Setelah dikontrol dengan variabel tempat tinggal, ditemukan bahwa baik di perkotaan maupun pedesaan proporsi penganggur yang berusia 35 tahun keatas lebih besar dibandingkan yang berusia lebih muda.
Ditinjau dari segi pendidikan, tanpa menggunakan variabel kontrol, mereka yang berpendidikan SD/Tidak Sekolah mempunyai resiko menganggur lebih besar dibandingkan yang berpendidikan di atasnya. Dengan menggunakan variabel kontrol tempat tinggal, terlihat di perkotaan resiko menganggur bagi yang berpendidikan tinggi (Diploma/universitas) lebih tinggi daripada yang berpendidikan dibawahnya, sedangkan di pedesaan resiko menganggur bagi yang berpendidikan SLTA lebih besar dibandingkan tingkat pendidikan yang lainnya. Bila dilihat dari segi status perkawinan tanpa memperhatikan variabel tempat tinggal, ternyata mereka yang kawin resiko menganggurnya lebih tinggi dibandingkan yang belum kawin. Namun bila dikontrol dengan variabel tempat tinggal diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang berarti antara proporsi penganggur yang berstatus kawin dengan yang berstatus kawin.
Dilihat dari pengalaman kerja tanpa memperhatikan variabel tempat tinggal, terlihat bahwa proporsi penganggur yang belum pernah bekerja lebih tinggi dibandingkan dengan yang pernah kerja. Pengalaman kerja mempunyai pengaruh yang cukup berarti terhadap menganggurnya seseorang. Mereka yang belum pernah kerja sebelumnya mempunyai resiko untuk menganggur dibandingkan dengan yang berpengalaman kerja. Dengan mengontrol variabel tempat tinggal diperoleh hasil bahwa di perkotaan mereka yang berpengalaman kerja mempunyai resiko menganggur lebih kecil dibandingkan dengan yang belum pernah bekerja sebelumnya, pals yang sama ditemui di pedesaan. Dari segi pendapatan keluarga tanpa atau dengan memperhatikan variabel kontrol, ditemukan bahwa pendapatan keluarga tidak mempunyai pengaruh yang cukup berarti terhadap menganggurnya seseorang."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2000
T1196
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triyana Iskandarsyah
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resty Sopiyono
"Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) usia muda di Indonesia tertinggi kedua (19,68 persen) dibandingkan sebelas negara Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) pada tahun 2018. TPT usia 15-24 tahun pada tahun 2018 hampir empat kali TPT total. Pengangguran memberikan dampak yang luas, baik bagi negara, bagi penganggur itu sendiri, dan juga bagi masyarakat. Dibandingkan dengan penganggur usia yang lebih tua, remaja sangat rentan terhadap dampak negatif pengangguran. Pengangguran yang terjadi pada orang tua dapat menyebabkan transmisi antargenerasi kepada anaknya. Pengangguran orang tua dapat mengurangi investasi orang tua pada anak-anak mereka yang mengarah pada penurunan pencapaian pendidikan dan penurunan prospek pekerjaan ketika dewasa. Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh orang tua yang menganggur pada masa kanak-kanak terhadap penggangguran usia muda dengan menggunakan data Indonesian Family Life Survey (IFLS) tahun 2007 dan 2014.
Hasil regresi multinomial logistik menunjukkan bahwa status pengangguran ayah di masa kanak-kanak berpengaruh secara signifikan hanya pada kuintil pendapatan 40 persen terendah. Anak yang ayahnya menganggur ketika mereka berumur 8-17 tahun lebih cenderung menjadi pengangguran di usia muda daripada keluar dari angkatan kerja. Hal ini menunjukkan adanya transmisi pengangguran antargenerasi pada rumah tangga dengan kelompok ekonomi rendah.

The youth unemployment rate in Indonesia is the second highest (19,68 percent) among the Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) countries in 2018. Indonesian youth unemployment rate in 2018 is almost four times the total unemployment rate. Unemployment has broad effects, for the country, for the unemployed themselves, and also for society. Compared to older unemployed, youth are very vulnerable to the negative effects of unemployment. Unemployment that occurs in parents can cause intergenerational transmission to their children. Parental unemployment can reduce parental investment in their children which leads to a decrease in educational attainment and a decrease in employment prospects as adults. This study aims to investigate the effects of unemployed parents in childhood on youth unemployment using the 2007 and 2014 Indonesian Family Life Survey (IFLS) data.
The results of multinomial logistic regression indicate that fathers unemployment status in childhood age of youth, only significantly affects the youth unemployment status in the lowest 40 percent income group. Children whose father was unemployed in their childhood age, are more tend to be unemployed at young age instead of being out of the labor force. This shows the existence of intergenerational unemployment transmission in households with low economic group."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T54944
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pandu Maulana
"Pandemi COVID-19 memiliki dampak yang buruk terhadap ketenagakerjaan di Indonesia. Masalah pengangguran di Indonesia menjadi salah satu perhatian publik dalam dua tahun ini. Pada Agustus 2020, yaitu sebesar 9,8 juta orang dan Agustus 2021, yaitu sebesar 9,1 juta orang. Dengan adanya kondisi tersebut, pemerintah perlu melakukan pembenahan terhadap masalah tingkat pengangguran yang ada saat ini. Melihat kondisi tersebut, pemerintah perlu melakukan perbaikan terkait masalah pengangguran saat ini. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana opini masyarakat mengenai upaya pemerintah dalam mengatasi masalah pengangguran selama pandemi COVID-19 di Indonesia. Analisis sentimen dilakukan terhadap opini masyarakat dengan menggunakan media sosial Twitter sebagai sumber data. Untuk mengukur kinerja model digunakan tiga algoritma yaitu Naïve Bayes, Decision Tree, dan Random Forest. Hasil pada penelitian ini adalah terdapat label positif yang memiliki 1710 sentimen, dan untuk label negatif yang memiliki 1553 sentimen. Untuk algoritma terbaik yang dihasilkan pada penelitian ini adalah Random Forest, yaitu dengan nilai akurasi sebesar 79%. Penelitian ini juga menghasilkan 15 fitur yang berpengaruh terhadap topik penelitian. Untuk fitur berpengaruh dengan bobot positif tertinggi adalah ‘abai’. Sedangkan untuk fitur berpengaruh dengan bobot negatif tertinggi adalah ‘materai’.

The COVID-19 pandemic has had a negative impact on employment in Indonesia. The problem of unemployment in Indonesia has become one of the public's concerns in the past two years. In August 2020, which was 9.8 million people and August 2021, which was 9.1 million people. Given these conditions, the government needs to make improvements to the problem of the current unemployment rate. Seeing these conditions, the government needs to make improvements related to the current unemployment problem. The main purpose of this research is to find out how the public opinion regarding the government's efforts in overcoming the unemployment problem during the COVID-19 pandemic in Indonesia. Sentiment analysis was carried out on public opinion using Twitter as a data source. To measure the performance of the model, three algorithms are used, namely Nave Bayes, Decision Tree, and Random Forest. The results of this study are positive labels that have 1710 sentiments, and negative labels that have 1553 sentiments. The best algorithm produced in this study is Random Forest, with an accuracy value of 79%. This research also produces 15 features that influence the research topic. For the influential feature with the highest positive weight is 'ignore'. Meanwhile, the influential feature with the highest negative weight is 'stamp'."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Raisha Nurul Zahra
"Studi ini membahas faktor-faktor yang mempengaruhi status pengangguran usia muda di perkotaan dan di pedesaan. Selain itu, studi ini juga berusaha mencari tahu apakah terdapat perbedaan pengaruh variabel independen terhadap status pengangguran usia muda antara di perkotaan dan pedesaan. Variabel yang digunakan dalam studi ini terdiri dari karakteristik individu, karakteristik rumah tangga, dan karakteristik wilayah. Data yang digunakan adalah data survei SUSENAS untuk periode tahun 2012 dan juga data PDRB, Jumlah penduduk, dan Upah Minimum. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel independen yang terdiri dari karakteristik individu, rumah tangga, dan wilayah secara bersamaan berpengaruh terhadap status pengangguran usia muda di perkotaan dan pedesaan.

This research studied factors that affect youth unemployment status in urban and rural areas. This study also aims to find out whether the independent variables have different effect on youth unemployment status in urban and rural areas. The variables used in this study consists of individual, household, and region characteristics. The Data used are the SUSENAS survey data for the period 2012 and also data on GDP, population, and the minimum wage. The results obtained indicate that the independent variables which consists of individual, household, and region characteristics simultaneously affecting the unemployment status of youth in urban and rural areas.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S56540
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofia Anggita Hasty
"Provinsi Jawa Barat menghadapi permasalahan Tingkat Pengangguran Terbuka TPT yang tinggi, bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan TPT Nasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perkembangan kesempatan kerja dan pengangguran di Jawa Barat, dan juga bertujuan untuk menganalisis faktor apa saja yang berpengaruh terhadap pengangguran di Jawa Barat.
Hasil penelitian menunjukkan model tidak cukup baik menjelaskan variabel dependen TPT, ditunjukkan oleh nilai R-Square yang rendah. Oleh karena itu, dilakukan uji terhadap variabel independen yang sama, yaitu PDRB, UMK Riil, Dummy PP No.33 Tahun 2013, dan Dummy Kota/Kabupaten terhadap variabel dependen Jumlah Pengangguran.
Hasil estimasi menunjukkan PDRB, UMK Riil, dan Dummy Kota/Kabupaten signifikan berpengaruh terhadap Jumlah Pengangguran.

West Java Province has been facing the unemployment rate problem, the rate is even higher than the national rate. This study aims to describe the trend of employment and unemployment in West Java, and also to analyze what factors affect the unemployment in West Java.
The result shows that the model is not good enough to explain the Unemployment Rate TPT as dependent variable, indicated by the low R Square value. Therefore, the same independent variables, which are GRDP, Minimum Wage, Dummy Government Regulation No 33 2013, and Dummy Districs Variable were tested for the Number of Unemployment variable.
The result shows that GRDP, Minimum Wage, and Dummy Districts Variable significantly affect the Number of Unemployment.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T49401
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isniati Hidayah
"Skripsi ini membahas determinan tingkat pengangguran provinsi di Indonesia dan evaluasi pengaruh tarif PPh Pasal 21 Orang Pribadi terhadap tingkat pengangguran provinsi di Indonesia pada 2003 hingga 2009. Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif melalui estimasi statistik dari variabel dependen tingkat pengangguran terbuka terhadap variabel independen yang diperoleh dari studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tarif pajak marjinal (MTR), upah minimum provinsi (lnUMP), pendidikan (PEND), PDRB sektor pertanian (SEK1), PDRB sektor manufaktur (SEK2), dan angkatan kerja usia 40-44 (usia 4044) signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka.

This final project discuss determinants of unemployment in Indonesia province and income tax 21 policy evaluation influence on unemployment in Indonesia province 2003 until 2009. This research using both qualitative and quantitative analysis through statistics estimation from dependent variable the rate of open unemployed and independent variable that the determination is getting from study literature. The final project result shows that marginal tax rate (MTR), regional minimum wage (lnUMP), education (PEND), PDRB from agricultural sector (SEK1), PDRB from manufacture sector (SEK2), and labor force for the age 4044 (USIA4044) has significant effect on the open unemployed rate."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2011
S394
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sriningsih
"Salah satu masalah ketenagakerjaan di Indonesia adalah tingginya tingkat pengangguran yang dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Meskipun pada tahun 2007 tingkat pengangguran teiah turun menjadi 9,11 persen, secara absolut jumlah pengangguran tetap tinggi, yaitu sekitar 10 juta jiwa. Dimensi penting dari tingkat pengangguran adalah lamanya masa mencari kenja (unemployment duration). Secara rnikro, perbedaan karakteristik antar individu membenikan konsekuensi pada perilaku larnanya mencari kerja, sehingga secara agregat akan mempengaruhi tinglrat pengangguran pada waktu tertentu.
Oleh karena itu tesis ini akan mempelajari tentang perilaku Iama mencari keija pada pencari kerja pemula berdasarkan karakteristik sosial demografis pencari kezja, Tujuannya adalah untuk mernberikan gambaran tentang Iama mencari kenja pencari keija pemula menurut karakteristik sosial demografi serta pengaruh karakteristik sosial demografi tersebut terhadap risiko keluar dari pengangguran- menjadi bekeija, menjadi bekerja di sektor fomial dan menjadi bekeija di sektor informal. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis inferensial dengan manggunakan regresi cox.
Hasil analisis menunjukkan bahwa umur remaja mempunyai durasi mencari kerja paling singkat dibanding umur muda dan dewasa. Semakin tinggi tingkat pendidikan pencari kerja semakin rendah risiko keluar dari pengangguran artinya semakin Iama masa mencari kerjanya. Pencari kerja dengan pengalaman kursus membutuhkan waktu lebih singkat untuk mendapatkan pekerjaan, demikian juga untuk laki-laki, pencari kezja berstatus kawin dan pencari kerja yang merupakan kepala rumahtangga, sedangkan tempat tinggal tidak signifikan secara statistik dalam mempengaruhi lamanya mencari kerja. Ada perbedaan pengaruh dari karakteristik pencari kelja pemula terhadap risiko keluar dari pengangguran untuk masuk sektor formal dan sektor informal.
Pencari kerja pemula yang mempunyai risiko paling cepat masuk ke sektor fonnal adalah remaja, pencari kerja dengan pendidikan SD ke bawah, mereka yang punya pengalaman kursus, mereka yang tinggal di kota, berstatus tidak kawin dan kepala rumahtangga. Sedangkan pencari kexja yang mempunyai risiko paling cepat masuk ke sektor informal adalah remaja, pencari kerja dengan pendidikan SD ke bawah, laki-laki, pencari kerja yang berdomisili di desa, yang berstatus kawin dan kepala rumah tangga, sementara kursus secara statistik tidak berpengaruh rerhadap lamanya waktu yang diperlukan untuk masuk ke sektor informal.

One of problem in Indonesia is high rate unemployment which from year to year show rising. Though in the year 2007 unemployment rate have decreased to become 9,11 percent, absolutely sum up unemployment remain to be high, that is about 10 million. Important dimension from unemployment rate is duration of a period of searching job (unemployment duration). Difference of individual characteristics give consequence at behavior of unemployment duration, so that in the aggregate will influence storey level of unemployment periodically.
Therefore this thesis will learn about unemployment duration at searcher work beginner according to social and demographic characteristic ofsearcher work. The aims is to give description about unemployment duration of searcher work beginner according to social and demographic characteristic and to see what characteristics are associated with exit from unemployment to employment, exit to formal sector and exit to informal sector. The research’s methods are descriptive analysis and Cox regression for inference analysis.
Result of analysis indicate that adolescent age have shorter unemployment duration than the young and the adult. Having higher education decreasing risk exit from unemployment, its means having longer unemployment duration. Searcher work beginner empirically the courses require short in unemployment length, and so do for men, searcher work to have married and the job searcher representing head of household, while residence do not signitikan statistically in influencing duration look for job.
Searcher work beginner having fastest exit to fomtal sector is adolescent, searcher work with education of SD or below, those who have courses experience, those who live in town, have not married and lead of household. While searcher of job having fastest exit to informal sector is adolescent, searcher work with education of SD or below, men, searcher of job which living in countryside, have married and lead of household, whereas courses statistically do not have an effect on risk to exit to informal sector.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T34300
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Harsha Vardhana
"Penelitian ini membahas mengenai fluktuasi tingkat pengangguran di Spanyol dalam rentang waktu 2000-2010. Tingkat pengangguran Spanyol menyentuh angka terendah dan tertinggi dalam kurun waktu tersebut. Dalam kurun 2000-2010 terdapat beberapa peristiwa yang berpengaruh terhadap fluktuasi tingkat pengangguran ; dimulainya program sepuluh tahunan UE (Lisbon Strategy), krisis ekonomi Spanyol, dan reformasi undang-undang ketenagakerjaan. Lisbon Strategy yang telah disusun sedemikian rupa demi menciptakan UE yang dinamis dan kompetitif ternyata belum berkontribusi banyak terhadap masalah tenaga kerja Spanyol. Krisis ekonomi Spanyol pada 2008 menjatuhkan pasar tenaga kerja Spanyol dimana kondisi ini diperparah dengan posisi undang-undang ketenagakerjaan Spanyol yang dinilai belum mampu melindungi para pekerja khususnya mereka yang memiliki jenis kontrak kerja tertentu.

This thesis discusses about the fluctuation of Unemployment rate in Spain between 2000-2010. The unemployment rate reach the lowest as well as the highest rate during that period. Between 2000 and 2010 few things happened which is belived to be the cause of the fluctuation rate ; the initiation of EU’s Lisbon Strategy, Spanish economic crisis, and labour reform. Lisbon Strategy which was made to create a dynamic and competitive EU have failed contribute much to Spanish labour issue. Labour market in Spain faced a great shock caused by the crisis happened in 2008 which was compounded with labour policy that have failed to give protection to the worker, especially those who has a certain type of working contract.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Diningtyas
"ABSTRAK
Provinsi DKI Jakarta menghadapi permasalahan tingkat pengangguran terbuka yang tinggi seperti kota-kota di negara berkembang lainnya. Pengangguran terbuka menjadi masalah bagi perekonomian karena pengangguran menunjukkan
ketidakseimbangan dalam perekonomian, yaitu kelebihan penawaran tenaga kerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur pengangguran di Jakarta
sepuluh tahun terakhir (2001-2012) dengan analisis deskriptif. Selain itu jugamenganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran menggunakan data runtut waktu dari tahun 1985 sampai 2012 dengan analisis
ekonometrika. Hasil analisis menunjukkan bahwa mayoritas pengangguran adalah mereka yangberumur 15-29 tahun, laki-laki dan berpendidikan tinggi. Hasil estimasi ekonometrika menunjukkan tingkat pengangguran elastis dan berkorelasi negatif dengan perubahan PDRB per kapita dan porsi sektor Jasa-jasa terhadap PDRB, sedangkan perubahan dalam porsi investasi hanya berhubungan negatif
dengan tingkat pengangguran. Sebaliknya, perubahan tingkat partisipasi angkatan kerja dan upah minimum menunjukkan pengaruh positif pada tingkat pengangguran. Tingkat pengangguran saat resesi ekonomi dunia tahun 2008-2012 terbukti signifikan lebih tinggi dari periode lainnya

ABSTRACT
Like another cities in developing countries, DKI Jakarta Province is facing high unemployment rate. Unemployment has become a problem for the economy, since
unemployment is an expression of unbalanced economy in term of excess labor
supply.This study analyzed the structure of unemployment in Jakarta for the last
decade (2001-2012) using descriptive analysis. This studyalso examined the determinants of unemployment rate in Jakarta by applying econometric analysis using time series data from 1985 to 2012. The result shows that most
unemployed are those whose 15-29 years old, male and well educated. The econometric results show that unemployment rate is elastic and negatively correlated to the changes of GRDP per capita and the share of Services sector to GRDP. Changes in investment is negatively related to the unemployment rate. Otherwise, changes in labor force participation rate and minimum wage show a positive effect on unemployment rate. When global recession occurs(2008-2012) unemployment rate is higher than previous period."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T44343
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>