Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 206720 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tb. Ronny Rahman Nitibaskara
"Disertasi ini merupakan upaya untuk memahami khususnya reaksi sosial terhadap perbuatan manusia yang tidak secara tegas dikategorikan sebagai kejahatan, tetapi sering kali mengundang reaksi masyarakat untuk memperlakukan pelakunya yaitu dukun teluh (sihir-tenung) sebagai penjahat. Timbul pertanyaan dikalangan orang awam, mengapa masyarakat memperlakukan mereka sebagai penjahat, sedangkan keberadaan mereka pada mulanya dibiarkan. Hal tersebut tentunya sangat erat kaitannya dengan nilai budaya dan pandangan hidup yang terdapat dalam kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Sebagaimana diketahui kebudayaan itu merupakan suatu sistem yang berfungsi sebagai pedoman pendukungnya dalam menata gejala demi ketertiban dalam hidup mereka. Karena itu hendak dikaji pandangan atau faham masyarakat tentang kejahatan, apa saja yang dikategorikan dalam kejahatan. Pengkajian ini bukan untuk menguji apakah sihir dan tenung itu ada dan sungguh-sungguh terjadi melainkan untuk memahami alam fikiran penduduk yang merupakan perwujudan kepercayaan yang hidup dalam masyarakat. Daerah Banten dipilih sebagai lokasi penelitian karena anggapan umum menyatakan bahwa di Jawa Barat, khususnya Banten merupakan pusat kegiatan dan kediaman para dukun ilmu hitam yang disebut dukun teluh (tukang teluh). Kecamatan Sajira dan Bojonegara dipilih sebagai salah satu pusat lokasi tempat bermukimnya para dukun teluh tersebut. Sebelum diuraikan kasus-kasus dukun teluh di Banten sebagai latar belakang ditampilkan berbagai macam bentuk reaksi sosial seperti pengeroyokan,penganiayaan dan pembunuhan terhadap dukun sihir-tenung di Indonesia, merupakan analisa isi kualitatif terhadap surat kabar dan majalah yang terbit di ibukota maupun daerah. Kesemuanya dapat dibaca dalam lampiran' disertasi ini. Digunakan pendekatan interdisipliner dalam mengkaji dukun teluh, yang memanfaatkan antropologi dan kriminologi. Pendekatan antropologi dimaksud untuk menggambarkan etnografi Banten sebagai latar belakang, konsep-konsep ilmu gaib maupun teori-teori naengenai sihir dan tenung pada umumnya. Teluh dicoba dikaji sebagai perwujudan mekanisme pengendalian sosial. Sementara kriminologi mengkaji dampak sosial dari kehadiran dukun teluh. Sebagaimana diketahui kriminologi tidak saja mempunyai sasaran kajian perbuatan yang secara formal atau hukum dinyatakan terlarang, tetapi juga perbuatan yang oleh masyarakat dianggap sebagai perbuatan tercela, sekalipun perbuatan itu belum diatur oleh hukum Pidana. Dari sejumlah teori dalam kriminologi telah dipilih paradigma Interaksionis yang terkenal dengan teori labelingnya. Teori labeling memiliki asumsi pokok bahwa kejahatan atau perilaku menyimpang adalah kualitas reaksi atau tanggapan terhadap tingkah laku dan bukan merupakan kualitas dari sesuatu tingkah laku. Berdasarkan teori labeling dicoba digambarkan, bahwa dukun teluh adalah pelaku penyimpangan.

Case Studies in Villages S and A, Sajira and Bojonegara DistrictsThe objective of this dissertation's is primarily to understand social reaction towards certain social behavior which do not explicitly categorized as a crime, and yet often invites social reaction to treat the doers, in this case: witches and sorcerers, like criminals. Such happenings have wondered people, especially layman, as to why those witches and sorcerers are eventually punished like criminals by the community, whereas in the beginning their existence is somewhat accepted. These certainly depend upon the cultural-values of the society themselves. As already known, among the functions of culture is its ability to support or guide social phenomena to maintain an orderly-like in the society. Therefore the social perception about crime as well as what are generally categorized as crime in the society, is also studied. The study is not intended to verify whether witchcraft and sorcery are really exist or not, but rather to understand the perception of the community toward such practices, as a manifestation of that which are believed by them. The research is conducted in the Banten region, West Java, as the "center" of black-magic practices where many witches and sorcerers live - according to what is popularly believed by Indonesian (Javanese) people. While both Sajira and Bojonegara district were chosen as central location of research, as the residence of the above mentioned wiches. As a background, a variety of social reactions towards sorcery such as: overwhelming, attacts, tortures, and even killings over witches and sorcerers will be described: as a result of content analysis of many newspapers and magazines in Indonesia - both which are published in the enclosures of this dissertation. An inter-diciplinary approach using anthropology and criminology in studying witches and sorcerers is applied. The anthropological approach is intended to describe Banten's ethnography as background, concepts of magic as well as theories on witchcraft and sorcery in general. Sorcery is also studied as a kind of social control mechanism. On the other hand, the criminological approach will study the social impacts of the existence of witches and sorecerer. As we know, the object of criminology not only studying social behaviors that are formally or legally considered as a crime, but also those which are generally disliked by the society, although they have not been as yet regulated by crminal law. According to several criminological theories, an interactionism paradigm is chosen, which is known for its labelling theory - where a crime or deviant behavior is considered as a quality of social reaction or response towards certain behavior: not that of the behavior itself. Base on labelling theory, dukun teluh are considered as deviant.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
D242
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Basir Said
"Dukun sebagai bagian struktur sosial dalam kehidupan sosial sekarang ini, tetap fungsional sebagai pengobat dan penyembuh penyakit. pada orang Bugle Makassar di Kota Madya Ujung Pandang. Walaupun secara fungsional, dukun bukanlah satu-satunya sistem media yang ada di kota tersebut, yakni ada sistem media modern (kedokteran).
Dalam kenyataan sosial sistem media Modern (kedokteran) lebih formal dan lebih ilmiah, lebih lengkap sarana dan prasarananya, serta keberadaannya ditunjang oleh dukungan penentu kebijakan. Bahkan tujuan dari keberadaan sistem media modern (kedokteran) adalah diharapkan agar dapat menggeser dan menggantikan kedudukan sistem media Kedukunan.
Secara teoritis, kanyataan seperti di atas dapat dikatakan akan menggeser dan mendesak kedudukan dan fungsi sistem media kedukunan, namun kenyataannya tidaklah demikian, karena keberadaan dukun secara fungsional sebagai pengobat dan panyembuh penyakit masih tetap dibutuhkan: Dalam kehidupan sosial di kota Madya Ujung Pandang, fungsi sistem media kedukunan masih tetap dibutuhkan, walaupun sistem media modern (kedokteran) di kota tersebut audah semakin maju dan lengkap.
Kenyataan seperti tersebut di atas itulah yang mendasari penelitian tesis ini, dengan mengarahkan objek penelitian pada latar balakang yang mendasari para pelaku sistem media kedukunan Bugle Makassar, sehingga tetap bertahan menjalankan fungsinya dan faktor-faktor sosial budaya yang mempengaruhi keberadaan sistem tersebut."
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Ramadhani
"Penelitian ini membahas tentang dinamika kaum Guci dalam novel Tamu karya Wisran Hadi yang digambarkan terpecah menjadi dua kelompok dengan sistem perilaku berbeda, yaitu masyarakat adat & masyarakat agamis. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggambaran dikotomis sistem perilaku kaum Guci dan proses asimilasi sebagai bentuk penyelesaian konflik keduanya lewat fenomena dukun. Metode yang dipakai adalah metode penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan sosiologi sastra. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik studi pustaka. Analisis dilakukan dengan cara menelaah penggambaran antar tokoh di novel. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyebab terjadinya konflik adat pada kaum Guci adalah perbedaan sistem perilaku antara masyarakat adat dan masyarakat agamis yang tergambar pada kasus perzinaan, motivasi hidup, perselingkuhan, dan praktik mistis. Selanjutnya, asimilasi terjadi melalui penggambaran tokoh agamis yang dapat menerima kepercayaan masyarakat adat terkhusus praktik mistisisme.

This study discusses the dynamics of the Guci community in the novel Tamu by Wisran Hadi which is described as splitting into two groups with a behavioral system, namely indigenous peoples and religious communities. This study aims to describe the dichotomous representation of the behavior system of the Guci people and the process of assimilation as a form of reconciliation between the two through the phenomenon of the dukun. The method used is analytic descriptive research method with a sociology of literature approach. Data collection was carried out using literature study techniques. The analysis was carried out by examining the depiction of the characters in the novel. The results of the research show that the cause of social conflict among the Guci people is the difference in behavior systems between indigenous peoples and religious communities. Furthermore, assimilation occurs through the depiction of religious figures who can accept belief in mystical things held by indigenous peoples."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hwang, Ru-si, 1951-
Seoul: Desachulpan Pubbit, 2000
KOR 201.445 19 HWA h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kuang, R.F.
"Semua orang terkejut ketika Rin berhasil masuk Sinegard, akademi militer elite di Kekaisaran Nikan. Tetapi, kejutan tidaklah selalu menyenangkan. Karena dianggap anak kampung miskin, Rin jadi bulan-bulanan. Apalagi karena ia perempuan. Dalam keadaan putus asa, Rin mendapati dirinya ternyata memiliki kekuatan supernatural yang mematikan—syamanisme. Di bawah bimbingan guru yang dianggap gila, Rin jadi tahu bahwa dewa-dewa yang selama ini dikira mati, ternyata masih hidup."
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2019
813.6 KUA p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kuang, R.F.
"Semua orang terkejut ketika Rin berhasil masuk Sinegard, akademi militer elite di Kekaisaran Nikan. Tetapi, kejutan tidaklah selalu menyenangkan. Karena dianggap anak kampung miskin, Rin jadi bulan-bulanan. Apalagi karena ia perempuan. Dalam keadaan putus asa, Rin mendapati dirinya ternyata memiliki kekuatan supernatural yang mematikan—syamanisme. Di bawah bimbingan guru yang dianggap gila, Rin jadi tahu bahwa dewa-dewa yang selama ini dikira mati, ternyata masih hidup."
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2022
813.6 KUA p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
S5747
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bella Tifa Ardani
"ABSTRAK
Kabupaten Lebak mempunyai produksi bambu sebesar 2.480.904 batang. Oleh sebab itu Kabupaten Lebak mempunyai potensi memasok bambu untuk produksi kerajinan bambu. Potensi tersebut dimanfaatkan oleh produsen kerajinan bambu di Kecamatan Rangkasbitung, Sajira dan Cibadak untuk membuat kerajinan bambu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan produk, harga dan promosi di setiap simpul dan mengetahui pola rantai nilai pada industri kerajinan bambu dengan menggunakan konsep bauran pemasaran dan rantai nilai. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisa deskriptif dan spasial. Hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh industri di Kecamatan Rangkasbitung, Sajira dan Cibadak pada simpul produsen mengalami perubahan produk. Perbedaan produk dipengaruhi oleh jumlah modal, tenaga kerja dan promosi yang membuat produk bervariasi sehingga pemasarannya lebih luas. Untuk harga mengalami peningkatan pada setiap simpulnya. Perbedaan harga dipengaruhi oleh biaya produksi dan biaya distribusi. Semakin tinggi biaya produksi dan semakin jauh jarak distribusi maka harga jual produk akan semakin tinggi. Untuk promosi hanya dilakukan oleh industri di Kecamatan Rangkasbitung pada simpul produsen, distributor dan industri di Kecamatan Cibadak pada simpul konsumen. Adanya promosi dapat meningkatkan permintaan konsumen terhadap produk. Pada masing-masing industri di setiap kecamatan memiliki pola rantai nilai yang berbeda berdasarkan pelakunya. Aktivitas yang membuat nilai menjadi tinggi ialah aktivitas operasi pada simpul produsen dan aktivitas logistik pada simpul produsen dan mediasi.

ABSTRACT
Lebak Regency has produced 2,480,904 bamboo stem. Therefore, Lebak Regency has potential to supply bamboo for bamboo handicrafts production. The potential is utilized by bamboo handicrafts producers in Rangkasbitung District, Sajira District and Cibadak District to make bamboo handicrafts industries. This research aims to analyze the difference of product, price and promotion in each node of bamboo handicraft industry and to know the value chain pattern in bamboo handicraft industry by using the concept of marketing mix and value chain. The method used in this research is qualitative method with descriptive and spatial analysis. The results showed that all bamboo industries in Rangkasbitung District, Sajira District and Cibadak District at producer 39s nodes is experiencing product changes. Product differences is influenced by the amount of capital, labor and promotion that make the product vary so that its marketing is wider. Price has increased on every bamboo industry 39s node. Price differences are influenced by production costs and distribution costs. The higher the production cost and the more distant distribution distance of bamboo industries are, the higher selling price of the products will be. On Rangkasbitung District, bamboo handicrafts 39 promotion only done in producer 39 s node and distributor 39 s node. Meanwhile at Cibadak District, bamboo handicrafts 39 promotion only done in consumer 39s node. Promotion can increase consumer demand for bamboo handicrafts. In each industry at all districts, bamboo 39 s value chain is different. Operating activities at producers node and mediation 39s node makes bamboos value chain becomes high. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S6936
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>