Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117551 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ira Ariane
"Segmen anak menempati posisi nomor dua setelah ibu-ibu. Tetapi sayangnya kualitas tayangan anak sangatlah tidak memadai. Sebagian besar tayangan anak bahkan sebenarnya tidak cocok ditonton oleh anak-anak. Ini merupakan masalah besar dalam industri televisi. Sebenarnya pihak pengelola televisi memiliki peranan besar dalam hal ini, khususnya kebijakan penayangan. Hal ini terkait bagaimana pengelola televisi melihat segmen anak. Kini, sebagian besar pengelola televisi melihat anak sebagai peluang mendapatkan keuntungan. Padahal, anak merupakan segmen yang khusus karena mereka memiliki kebutuhan yang khusus.
Penelitian ini menggambarkan bahwa pengelola televisi masih kurang kepeduliannya terhadap hak anak untuk mendapatkan tayangan yang berkualitas. Anak harus mendapatkan tayangan yang berkualitas yang ditayangkan pada waktu yang tepat tanpa diselingi iklan-iklan yang membuat mereka konsumtif. Unsur-unsur tersebut seharusnya tercantum pada kebijakan tayang di setiap stasiun televisi.
Dalam kebijakannya, pengelola televisi tidak memikirkan bahwa kualitas tayangan adalah diatas segalanya dalam hal pemilihan suatu program. Mereka lebih menggunakan rating sebagai penentu kualitas suatu tayangan. Padahal seharusnya untuk tayangan anak, rating tidak dapat digunakan sebagai satu-satunya alat ukur kualitas suatu program. Hal ini karena anak merupakan pemirsa yang khusus.
Kondisi tayangan anak seperti sejalan dengan apa yang diungkapkan Oliver Boyd-Barret yang menyatakan bahwa media komersial harus memenuhi kebutuhan pengiklannya serta sebagai audience-maximizing product (seperti seks dan kekerasan). Fairclough juga mengatakan bahwa media komersial merupakan profit making organization, dimana mereka menjual pemirsanya kepada pengiklan. Pengelola televisi cenderung menayangkan tayangan yang menguntungkan. Mereka memilih tayangan dengan rating tinggi walaupun secara kualitas isi buruk. Rating bagaikan dewa dalam dunia pertelevisian.
Kebijakan televisi swasta tidak mencerminkan kepedulian mereka terhadap anak. Dalam prakteknya pun banyak tayangan yang secara isi tidak sesuai untuk anak serta ditayangkan pada waktu yang tidak tepat untuk anak menonton. Banyaknya iklan yang menyisipi setiap tayangan juga merupakan hal yang memprihatinkan.

The segment of children is placed in the second after the women. But, unfortunately, the quality of the television programs for children is bad. Most of the television programs for children actually are not suitable for them. This is a big problem in television industry. Broadcasters' policy have big role. It is depend on, how they take the segment of children. Now, all broadcasters think that children are money. Actually, broadcaster should think that children are different from other segments. They have special need.
This research tells us that broadcasters do not care about children right. Children have right to get good quality of program in the right time and without any commercials that make them consumptive. That is a must. Broadcasters should provide children good quality of program.
In their policy, broadcasters do not think that the quality of the program is the most important than anything. They always use ratings as a tool to decide the quality of the program. It should not like that, because children are different.
The children's television program condition likes what Oliver Boyd-Barret in Media, Power and Knowledge said that commercial media organizations must cater to the needs of advertisers and produce audience-maximizing product (hence the heavy doses of sex and violence content). Fairclough said that the commercial broadcasting are pre-eminently profit making' organization, they make their profits by selling audiences to advertisers. Broadcasters make only profitable program. They choose only high ratings program, although the quality is bad. Rating is a god in television industry.
Broadcasters' policies tell us that they do not care that the quality is bad or the program is in a wrong time. Broadcaster should think that the programs have to be displayed in the right time and the commercials too.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T11460
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Catur Budiarti
"Daya tarik tayangan program Impresario 008 di RCTI dan peranannya dalam membangun citra produk SLI 008 diangkat menjadi fokus masalah penelitian. Pemilihan fokus masalah didasarkan atas pertimbangan bahwa, meski televisi diakui keunggulannya dalam menyajikan pesan secara serempak dan demonstratif serta penayangan program Impresario 008 yang atraktif diduga mampu menarik perhatian khalayak, seberapa besar peran tayangan tersebut dalam pembentukan citra produk SLI 008 belum teridentifikasi secara faktual. Permasalahan ini dituangkan ke dalam hipotesis, semakin tinggi daya tarik tayangan program Impresario 008 semakin besar peranannya dalam pembentukan citra SLI 008, maupun citra dalam aspek kognitif, afektif, dan konatif.
Sampel penelitian terdiri atas 40 orang, yang berasal dari kelompok umur, pekerjaan utama, dan jenis kelamin yang berbeda. Namun kesemuanya pernah menyaksikan tayangan Impresario 008 dan sebagian pernah menggunakan produk dan layanan SLI 008 untuk berbagai kepentingan. Data dijaring melalui angket dan wawancara. Data dianalisis menggunakan rumus korelasi Spearman, karena data yang terkumpul memenuhi asumsi yang mendasari penggunaan rumus ini, yakni data sekurang-kurangnya berskala ordinal.
Selain mampu menarik minat khalayak, tayangan Impresario 008 juga teridentifikasi menjadi variabel yang turut terlibat dalam pembentukan citra khalayak tentang produk SLI 008, sebagaimana terlihat dari koefisien determinasi daya tarik dan citra kognitif (47,75%), daya tarik dan citra afektif (36,97%), citra konatif (29,59%), maupun antara daya tarik dan citra secara keseluruhan (50,69%).
Rendahnya koefisien determinasi citra konatif dibanding aspek lainnya mengimplikasikan bahwa keputusan khalayak tentang pilihan produk SLI 008 ketika akan melakukan kontak ke luar negeri membutuhkan variabel lain yang dapat memperkuat pemahaman dan meneguhkan keyakinan yang sudah terbentuk sebagai dampak aktivitasnya menyaksikan tayangan Impresario 008. Sedangkan pembentukan citra produk SLI 008 yang tidak sepenuhnya bergantung kepada tayangan program Impresario 008 mengindikasilcan pentingnya mensinergikan tayangan tersebut dengan aktivitas Public Relations lainnya, sehingga memperkuat efektivitas pembentukan citra produk."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T1160
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jorine Utari Soetjahjo
"Industri televisi mengalami perkembangan sejak dikeluarkannya ijin pendirian stasiun televisi oleh swasta pada tahun 1988, dengan dipelopori oleh PT Rajawali Citra Indonesia (RCTI), yang selanjutnya diikuti stasiun-stasiun lainnya, seperti Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Surya Citra Televisi (SCTV), Andalas Televisi (ANTV) dan Indosiar. Perkembangan televisi ini dimungkinkan karena kelonggaran-kelonggaran perijinan yang diberikan pemerintah, kecepatan antisipasi pihak swasta dan perkembangan teknologi pertelevisian itu sendiri.
Situasi dan kondisi eksternal yang cepat berubah menjadikan suatu tantangan tersendiri bagi manajemen RCTI untuk mampu bersaing di Industri televisi nasional. Kejelian manajemen RCTI dalam melakukan positioning pasar dan perencanaan keputusan yang tepat akan sangat menentukan dalam mengantisipasi peluang yang ada. Tujuannya adalah untuk peningkatan kepuasan pelanggan dan citra terbaik perusahaan di masa yang akan datang.
Hasil analisis SWOT dari posisi bersaing RCTI di industri televisi telah menunjukkan strategi agresif dapat dilakukan. Hasil analisis menunjukkan keunggulan relatif RCTI dalam hal kualitas siaran, inovasi program, inovasi teknologi, dan citra. Kelemahan relatif RCTI terletak pada faktor pelayanan dan ketersediaan faktor iklan.
Keberhasilan RCTI di masa yang akan datang sangat tergantung dari upaya penyempurnaan kinerja dan sikap profesionalisme manajemen yang tinggi dalam meningkatkan mutu siaran dan pelayanan pelanggan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Pujiastuti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan program acara televisi anak yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen dengan menggunakan metode Conjoint Analysis. Metode ini memiliki kelebihan yaitu dapat memberikan informasi tentang bagaimana cara konsumen membangun preferensi terhadap produk atau jasa yang terdiri atas sekumpulan atribut. Pada penelitian ini akan didapatkan informasi mengenai faktor-faktor yang menjadi perhatian utama konsumen dalam memilih program acara televisi anak beserta usulan program acara televisi anak yang paling diminati. Sebagai salah satu pertimbangan bagi stasiun televisi untuk mengambil keputusan maka dilakukan perhitungan biaya dan analisis investasi terhadap usulan program acara yang paling diminati tersebut. Melalui penelitian ini diharapkan proses pembuatan sebuah program acara televisi anak dapat memfasilitasi seluruh kebutuhan konsumen, produsen serta pihak-pihak yang berkaitan didalamnya.

The focus of this study is to develop a new children television programme which accommodates the needs and wants of the consumers, using a conjoint analysis method. The advantage of this method is in the information given on how consumers build preferences for products or services which are considered as a bundle of attributes. This study results in information of factors that are the consumers' main attention when choosing a children television programme, and information of the most favored idea of a new television programme as well. As one of the inputs of decision making for the television station, production cost and investment analysis for the most favorite idea are calculated. Results obtained from this study are expected to assist the process of producing a children television programme which can facilitate all the needs and wants of consumers, producers, and other related parties."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49982
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Palupi, Dian Setia
"Runtuhnya kekuasaan Orde Baru pada tahun 1998, memiliki dampak tersendiri bagi perkembangan industri media massa di Indonesia, baik industri media cetak, maupun industri media elektronik. Dengan dihapuskannya ketentuan memiliki Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP), maka setiap orang di Indonesia, memiliki hak yang sama untuk mengeluarkan pendapatnya, termasuk dapat mengurus ijin untuk mendirikan media sendiri, seperti koran, radio, dan televisi. Peranan TVRI yang sudah mulai berkurang sejak adanya televisi swasta di Indonesia, lebih tidak terlihat lagi, sejak munculnya televisi-televisi baru yang kian menjamur, baik yang dapat beroperasi secara nasional, seperti Metro TV, Trans TV, Lativi, TV 7, dan Global TV, maupun yang beroperasi di daerah tertentu saja, seperti Jtv di Surabaya, Menado TV, Bali TV, dan kabarkan akan segera muncul Batam TV.
Persaingan yang kian ketat antar televisi, baik persaingan dalam merebut pemirsa, maupun persaingan dalam merebut pasar ikian, mengharuskan sebuah stasiun televisi memiliki kekhasan tersendiri dalam setiap tayangannya, yang berbeda dengan stasiun televisi lainnya. Saat ini hanya ada dua stasiun televisi yang memang benar-benar menghadirkan sesuatu yang berbeda, yaitu Metro TV, yang menggebrak dengan menjadi stasiun televisi berita pertama di Indonesia, dan Global Tv, yang hanya menayangkan program musik, yang diambil dari MTV Asia.
Program benta di sebuah stasiun televisi, sebenarnya merupakan salahsatu program yang dijadikan andalan bagi semua stasiun televisi, karena dapat mendatangkan keuntungan yang tidak sedikit bagi perusahaan. Kendati bukanlah dijadikan sebagai acara utama, dan dipasang pada jam jam tayangan utama (prime time), namun beberapa stasiun televisi, menayangkan berita, justru pada jam tayang utama.
Seluruh program berita kriminal ini, rata-rata memiiiki rating yang tinggi untuk kategori program berita, terutama program kriminal Patroli dan Buser. Dengan tingginya rating yang dimiliki, tentunya membuat program ini semakin menghasilkan pendapatan bagi stasiun televisi. Tidak dapat dipungkiri, bahwa dengan banyaknya program kriminal yang ada, maka akan membuat persaingan antara satu televisi dengan stasiun televisi lainnya. Masing-masing program kriminal ini tentunya dituntut oleh pemilik perusahaan, dan para share holder, untuk mempertahankan rating yang telah dicapainya, agar pendapatan yang didapat dari iklan akan terus bertambah, karena tingginya rating yang didapat oleh sebuah program acara, tentunya menentukan harga iklan (rate card) di sebuah stasiun televisi. Banyaknya program serupa inilah yang akhirnya menimbulkan persaingan atau kompetisi antar stasiun televisi, dalam memperebutkan pasar audience (audience share) dan perebutan slot iklan.
Berbagai strategi dilakukan oleh stasiun televisi ini untuk meperoleh rating dan pendapatan yang baik. Strategi yang dibuat mulai dari penempatan jam tayang yang tepat, hingga penempatan acara yang diperkirakan memperoleh rating tinggi, dijadikan sebagai alat agar acara yang dibuat dapat bersaing. Untuk Buser SCTV misalnya, sebelum tayangan Buser, pihak programming menyiarkan acara infotainment yang memang sangat digemari dan mendapatkan rating yang tinggi.
Untuk menentukan harga rate card iklan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya jam tayang program, jenis program, rating yang didapat oleh program, dan juga harga rate card program sejenis di stsiun televisi lain. Khusus untuk tayangan berita memang sedikit berbeda dengan tayangan yang bersifat hiburan. Hal ini lebih dikarenakan tayangan berita lebih mencerminkan image stasiun televisi dibandingkan tayangan hiburan. Seburuk apapun rating yang diperoleh tayangan berita, tetap saja tayangan berita dipertahankan oleh stasiun televisi yang bersangkutan. Selain itu pendapatan yang diperoleh sebuah tayangan berita, termasuk tayangan berita kriminal, tidak terpengaruh dari besarnya rating. Dengan rating yang tidak tinggi, pemsukan yang didapat dari sebuah tayangan berita tidak akan berbeda jauh.
Kerjasama yang sangat baik haruslah dibina antar departemen yang bersangkutan, selain tentunya kerjasama di dalam departemen yang sama juga harus ditingkatkan. Rapat koordinasi dengan departemen-departemen terkait khususnya programming dan departemen sales dan marketing harus dilakukan secara kontinue dan berkesinambungan, agar mutu acara dan pendapatan perusahaan dari program yang bersangkutan dapat terkontrol dengan baik."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14256
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofia Averilliana
"ABSTRAK
Tulisan ini membahas tiga permasalahan. Pertama mengenai pengaturan
penyelenggaraan penyiaran televisi yang berkaitan dengan siaran yang bermuatan
unsur cabul. Kedua mengenai kondisi penyelenggaraan penyiaran yang ditinjau
dari perspektif perlindungan anak. Ketiga mengenai kendala-kendala dalam upaya
perlindungan anak terhadap adanya siaran yang bermuatan unsur cabul.
Penggunaan metode penelitian kepustakaan yang dipadu dengan penelitian
lapangan ditujukan untuk memberikan paparan mengenai hukum yang berlaku
dan penerapannya di bidang penyiaran televisi dalam rangka perlindungan anak.
Hukum yang berlaku terdiri atas berbagai peraturan yang memberikan larangan
terhadap adanya siaran yang bermuatan unsur cabul yang dibuat oleh Pemerintah
dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Selain itu juga disertakan analisis
terhadap peraturan yang dibuat oleh internal lembaga penyiaran dan juga
peraturan negara lain sebagai pembanding. Selanjutnya peraturan-peraturan
tersebut dianalisis berdasarkan prinsip perlindungan anak. Sedangkan penerapan
hukum yang dimaksud ditinjau dari data KPI yang menggambarkan kepatuhan
lembaga penyiaran terhadap hukum yang berlaku. Dari paparan tersebut kemudian
dapat ditemukan hambatan-hambatan dalam upaya perlindungan anak beserta
solusi dalam menghadapi permasalahan tersebut.

ABSTRACT
This writing mainly discusses about three problems. The first is a matter regarding
to regulation towards television programs containing obscene materials. Secondly,
implementation of television broadcasting considered from child protection?s
perspective. The third is obstacles to protect children from television programs
containing obscene materials. By using literature research method combined with
field research method, this writing aims to explain applied law and its
implementation toward television broadcasting sector in the child protection
perspective. The applied law includes regulations that provide prohibition to any
obscene materials in television broadcasting and made by government and
Indonesian Broadcasting Committee (KPI). Moreover, related internal rules of
television station and regulations from other countries are provided as an
assessment. Then, the regulations are analyzed by the principles of child
protection. On the other hand, the implementation is by KPI?s data showing has
the television station complied with the regulations or not. Then, from the
explanation, the obstacles to protect children from television program containing
obscene materials and its solution can be found."
2016
S63976
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Junaedi
"Kehadiran televisi baru di tanah air semakin menambah keberadaan stasiun televisi, baik swasta maupun TVRI yang sudah terlebih dahulu ada Kebangkitan jurnalisme di televisi, yang dimulai dengan kemunculan Seputar Indonesia di RCTI dan Liputan 6 SCTV kini diikuti dengan kehadiran program berita sejenis di berbagai televisi.
Tidak sedikit gaya manajemen pemberitaan di media cetak diterapkan begitu saja di dunia televisi karena ketiadaan pengalaman para wartawan televisi, yang sebelumnya memang bergiat di media cetak. Terus terang saja, dunia jurnalistik televisi swasta tergolong lahan baru bagi jurnalis Indonesia untuk berkarya.
Demikian pula halnya dengan pendirian televisi swasta tidak terlepas dari alokasi sumber-sumber ekonomi di seputaran lingkaran rezim Soeharto. Gaya-gaya patronisasi dan nepotisme kerap melekat dalam pengelolaan televisi di Indonesia. Latar belakang pemilik dan pendiri stasiun televisi swasta pun juga beragam. Sebagian besar malah berasal dari pengusaha.
Dengan latar belakang sebagai pengusaha, maka ukuran untung rugi selalu menjadi dasar utama bagi penyiaran program-program di televisi. Terkadang karena alasan penghematan dan efisiensi, sebuah program direposisi atau dipindahkan tanpa ada parameter yang baku atau periodisasi tertentu. Jika sebuah program direposisi tanpa ada parameter yang jelas maka hal tersebut sangat berpengaruh terhadap minat pemasang iklan dan pemirsa untuk menonton. Pemasang iklan akan dirugikan karena strategi segmentasi dan sasaran khalayak akan mengalami perubahan jika sebuah program tayangan direposisi tanpa ada periodisasi. Pemirsa akan kebingungan dengan program acara yang mulai digemarinya, karena perubahan jam tayang yang mendadak.
Penelitian ini lebih memfokuskan kepada metode penelitian analisis deskriptif dengan menitikberatkan kepada pengamatan di lapangan serta wawancara secara mendalam dengan narasumber yang berkompeten.
Dan pendekatan ekonomi media, gaya pengelolaan manajemen televisi di Lativi ditelaah dengan kajian ilmu komunikasi maupun dari aspek-aspek ekonomi. Seharusnya, gaya pengelolaan manajemen televisi bersifat fleksibel dengan menerapkan azas-azas organisasi yang modern. Penguasaan manajemen secara terpusat atau komando jelas sangat tidak cocok diterapkan di stasiun televisi swasta. Gaya otoriter yang tidak mau mendengarkan saran saran dari pekerja profesional jelas suatu kemunduran dalam pengelolaan manajemen media televisi.
Oleh karena itu dengan memahami pengelolaan manajemen media diharapkan carut marut pengelolaan televisi di Indonesia bisa berkembang ke arah penyempurnaan. Diharapkan pula, hasil penelitian ini menjadi masukan yang berharga bagi pengembangan dan pengelolaan program berita di televisi swasta."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13863
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andriana Devi
"Televisi telah ada sejak abad 18 akan tetapi mulai berkembang pada abad 19 dimulai dari televisi hitam putih hingga berwama. Televisi Amerika memiliki acara televisi yang beragam ada yang bersifat positif dan negatif menurut Milton Chen seorang Direktur KOED Center for Education and Lifelong Learning (CELL). Acara televisi yang negatif mengandung unsur kekerasan dan seks sedangkan positif yang mendidik anak-anak untuk mengembangkan kemampuan kreatifitasnya dan daya nalar mereka. Untuk memenuhi sasaran penilitian saya menggunakan metode penelitian kepustakaan dengan mengumpulkan data-data dan metode penelitian kualitatif.
Hasil penelitian membuktikan bahwa dampak televisi dan kejahatan anak-anak yang dilakukan pada usia 8 hingga 15 tahun dari tahun 1970 sampai dengan 1997 perubahan yang signifikan di Amerika Serikat terhadap tayangan-tayangan yang bersifat negatif yang menimbulkan mereka untuk meniru dan melakukan hal yang mereka lihat di televisi tanpa bimbingan orang tua untuk mencema apa yang mereka lihat sehingga teman yang menghibur disaat orang tua tidak ada ialah televisi. Kejahatan yang dilakukan mereka membuktikan bahwa televisi secara tidak langsung mempengaruhi mereka dalam kehidupan nyata."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T18369
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nella Juwita Marzuki
"Dengan pesatnya kemajuan industri media massa di Indonesia, tingginya pertumbuhan stasiun televisi pun mengakibatkan ketatnya persaingan di antara stasiun televisi baru maupun lama. Hal ini tampak kepada makin diperebutkannya khalayak yang merupakan sumber pemasukan yang sangat berarti bagi media massa. Sebuah stasiun televisi haruslah secara jeli menentukan target audiensnya dan yang terpenting adalah menentukan program yang berkualitas dan unik untuk menjaring dan memenuhi kebutuhan penontonnya. Program yang baik jika tidak dikomunikasikan dengan baik maka program tersebut tidak akan dapat menjangkau audiensnya. Oleh sebab itu masing-masing stasiun televisi harus dengan hati-hati mempersiapkan sebuah strategi komunikasi promosi.
Tesis ini akan membahas bagaimana memadukan berbagai elemen bauran komunikasi pemasakan (marketing communication mix) ataupun bauran promosi (promotion mix), untuk merancang isi pesan secara konsisten dan saling terpaut serta ada keterkaitan antara beberapa media komunikasi promosi yang digunakan. Tujuannya adalah untuk mengetahul bagaimanakah stategi komunikasi promosi acara 'Touch The Car" di MetroTV.
Analisa yang akan digunakan adalah analisa dengan model komunikasi pemasaran terpadu (integrated marketing communications strategy model) dari George E. Belch & Michael A. Belch dan model promotional mix yang merupakan bagian dari marketing mix yang dikembangkan Jerome McCarthy dalam bukunya Marketing Communications.
Temuan dan hasil analisa menunjukkan bahwa perencanaan program promosi model dari Belch sudah diterapkan meskipun belum secara menyeluruh. Sistematika perencanaan kampanye promosi program acara 'Touch The Car' bertolak dari analisa program promosi, tujuan strategi promosi, budget dan kampanye promosi program acara "Touch The Car" dengan menggunakan bauran promosi yang terpadu dan konsisten, yaitu: advertising, publicity, exhibition, corporate identity, packaging acara dan merchandising.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa walaupun MetroTV sudah menerapkan perencanaan program promosi dan bauran promosi, tetapi masih harus diadakan perbaikan dengan melebarkan media coverage untuk meningkatkan jumlah audiensnya. MetroTV juga harus melakukan perencanaan yang lebih terpadu sebelum penyelenggaraan ?Touch The Car? berikutnya. Juga disarankan agar memperhatikan jumlah jeda iklan dan pembawa acara yang mampu mengangkat acara secara keseluruhan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T13325
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Sulistyaningsih
"ABSTRAK
Studi ini memberikan gambaran mengenai bagaimana elemen budaya
Indonesia digambarkan dalam serial animasi ?Keluarga Somat?. Penelitian ini
juga menggembarkan bagaimana peran serial animasi tersebut sebagai media
edukasi anak mengenai budaya Indonesia. Penelitian ini dikaji dengan
menggunakan metode analisis konten dengan metode framing Gamson dan
Modigliani dan wawancara mendalam dengan produser dan penyiar tayangan.
Peneliti melakukan pengamatan terhadap dua puluh judul episode ?Keluarga
Somat? yang dapat ditemukan di internet, kemudian peneliti melakukan
transkrip dan intepretasi terhadap 5 episode yang paling mewakili elemen
budaya Samovar. Peneliti menemukan 5 bingkai utama yang mewakili elemen
budaya Samovar, antara lain:agama sebagai dasar sikap dan tindakan
masyarakat, perjuangan kemerdekaan sebagai pengetahuan sejarah yang
penting, universalism sebagai nilai budaya Indonesia, keluarga sebagai
organisasi sosial yang utama, dan penggunaan Bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional. Peneliti juga menemukan jika cerita dan format tayangan
sesuai dengan asumsi pembelajaran tematik 2013 sehingga dapat menjadi
media edukasi alternatif anak mengenai budaya Indonesia.

ABSTRACT
This study provides an overview of how the elements of Indonesian culture
depicted in the animated series "Keluarga Somat". The study also describes
how the role of the animated series as media of child education on
Indonesian culture. This study assessed using content analysis method with
framing method by Gamson and Modigliani and in-depth interviews with
producers and broadcasters. Researcher did observation to twenty episodes of
?Keluarga Somat? which can found in internet, then do transcript and
interpret to five episodes whose content most represent Samovar?s culture
element. Researcher found 5 basic frames which represent those five
Samovar?s culture element, which are: religion as society?s basic idea,
national struggle history is relevant knowledge, universalism as Indonesia
culture value, family as main social organization and the need to use Bahasa
Indonesia as national language. Researchers found that framing of the
importance of intact families and Indonesian pluralism as the main theme
raised in the series. Researchers also found that the story and display form in
accordance with the assumption of thematic learning in 2013 so that it can be
an alternative media of child education on Indonesian culture"
2016
S64908
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>