Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182125 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wulansari
"The Names dan White Noise adalah novel karya Don Delillo yang banyak berhubungan dengan masalah dunia dengan beragam orang dengan profesinya, nama-nama tempat dan budayanya. The Names adalah novel terbaik ke-tujuh yang pernah ditulis oleh Delillo yang tidak hanya menawarkan sebuah paparan melalui percakapan di dalamnya tetapi juga mampu membuka wawasan pembaca akan adanya wacana konsumerisme yang dilakukan oleh tokoh-tokohnya melalui beragam peran,dan profesinya. White Noise adalah novel terbaik ke-delapan karya Delillo, setelah The Names. Penghargaan National Book Award diberikan untuk karya Delillo, White Noise, sebagai bukti dari wujud kecerdasan dan kesetiaannya dalam sejarah kesusasteraan Amerika. Di dalam White Noise, Delillo mencoba menggali keberadaan budaya popular yang mempertajam dunia konsumerisme melalui kehidupan akademik dan intelektual.
Keragaman dari tokoh dengan kecerdasan berpikirnya, latar tempat dengan detil dan pernik-pemiknya yang jelas, dan budaya-budayanya mewakili perbedaan berfikir, berasal, dan alasan mereka dalam melibatkan mereka dalam memunculkan budaya konsumerisme. Kecenderungan tokoh-tokoh dalam bersaing dan memperlihatkan peran dan kemampuan mereka dalam menilai keterbaikan mereka dan keterburukan orang lain adalah keunikan mereka untuk semakin mengukuhkan keceradsan budaya konsumerisme. Konflik yang terjadi di dalam keluarga, perpecahan dalam rumahtangga, dan perkembangan mental anak yang tidak jelas adalah resiko yang tidak dapat dihindari dari proses pemahaman kemajuan dari media masa, elektronik, dan telekomunikasi yang tidak terkontrol. Kemajuan teknologi, dan cara berpikir yang intelek tidak mutlak mengubah budaya tradisional dan cara berpikir beberapa orang. lronisnya, The Names dan White Noise menunjukkan kegagalan dari kaum intelektual yang konsumtif dan teknologi dalam menciptakan struktur yang mapan seperti yang diharapkan masyarakat.
Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan pendekatan sosiokultual yang mendukung konsep dan aspek-aspek yang mengukuhkan budaya konsumerisme yang akan dianalisa melalui tokoh-tokoh, latar tempat, dan medianya dalam cerita. Teoriteori yang memperlihatkan peran media masa, elektronik, dan telekomunikasi dalam mendukung tokoh, sebagai agen, penghasil, dan target pasar konsumerisme diambil untuk memperjelas hubungan yang jelas dan panting diantara keduanya. Hasil penelitian diharapkan dapat memperlihatkan adanya keragaman pekerjaan, dan profesi tokoh-tokoh intelektual, latar-latar tempat tertentu, dan peran media dalam :aengukuhkan budaya konsumerisme. Tokoh dengan beragam pekerjaan, asal-usul, latar tempat, dan media bertindak dan melakukan praktek budaya konsumerisme demi kepentingan mereka dalam mengaktualisasi din mereka dan juga untuk mempergunakan orang lain untuk dikonsumsi. Kegagalan dari budaya konsumerisme yang diperlihatkan dalam penelitian ini adalah dehumanisasi yang telah dihasilkan dari telmologi dan cars berpikir yang konsumtif.
The Names and White Noise are Don Delillo's novels, which cover and deal much with the world that is full of plural people, places, and cultures. The Names is the seventh greatest novel of Delilo's work that does not offer a shared narration through conversation, but it also brings us to the implied consumerism done by the characters through their various roles, function, and profession. White Noise is the eight best literary works that Delillo has ever written. The convincing National Book Award addressed to his White. Noise was the evidence of his brilliant mind and loyalty in participating much his life in America's literary history. In White Noise, Delillo explores the existence of pop culture in sharpening the consumerism world through the world of the academic life and intellectual life.
The plurality of characters with different intellectual mind, many settings with their explicit details and accessories, and cultures represent the different ways of thinking, origins, and reasons in getting involved in emerging the consumerism culture. The characters' tendencies to compete and show off their roles and competences in judging their best and the others' worst are their idiosyncrasies in constructing the existed consumerism culture. The conflicts happen in family, the friction in marriage, and the unpredictable mental growth of children are just only the unavoidable risks of the process in understanding the advance of the uncontrollable sophisticated mass, electronics, and telecommunication media. The advance of technology, and the intellectual mind cannot easily change the traditional culture and mind of some people. Ironically, The Names and White Noise show the failure of the consumed intellectuals and technology in establishing the settled structure of expected society.
Applying the socio-cultural approach in which the supporting concepts and elements in constructing the consumerism culture are analyzed through the characters, settings, and media in both novels does the study. The theories on how mass media, electronic media, and telecommunication media back up much the characters as the agent, the producer and the marketer of consumerism culture and also the settings usually used in the transaction of consumerism are taken to clarify their significant correlation. The result of the discussion presents the answer that the existed various jobs, professions of the intellectual characters, the specific settings, and the roles of media participate much in either constructing and criticizing the existed consumerism culture. The characters with different jobs, origins, and from different places and different media act, and practice the consumerism culture for the sake of their own needs in actualizing themselves and exploiting others to be consumed as well. The failure of consumerism in this study is proven by the dehumanization done by the consumed technology and mind.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T11244
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfitrahmat Saputro
"Hari raya Idul Fitri merupakan hari raya keagamaan yang dirayakan umat Muslim sedunia setelah satu bulan berpuasa di bulan Ramadhan. Hari yang dimaknai sebagai hari pensucian diri ini ditandai dengan saling meminta maaf dan merupakan ajang silaturahmi dengan sanak-saudara dan kerabat untuk mempererat hubungan persaudaraan. Dalam menyambut Idul Fitri, umumnya, masyarakat Muslim di Indonesia berbelanja produk pakaian, kendaraan, mebel, dan perhiasan emas sehingga penjualan produk-produk tersebut pada periode ini selalu mengalami peningkatan signifikan. Salah satu faktor penunjang adalah diberikannya Tunjangan Hari Raya (THR) yang diberikan oleh pemberi kerja.
Fenomena tersebut dibahas di dalam makalah ini dengan menggunakan teori motivasi. Meningkatnya kegiatan konsumsi dalam kategori-kategori produk tertentu ini didorong oleh motif-motif yang timbul dalam diri masing-masing individu. Analisis menunjukkan bahwa salah satu motif yang paling kuat mendorong terjadinya perilaku konsumsi spesifik ini adalah ekspresi diri. Momen Idul Fitri tidak hanya dipahami sebagai ajang untuk bertemu kerabat dan bersilaturahmi, tapi juga merupakan kesempatan untuk menunjukkan pencapaian sebagai bentuk ekspresi diri.

The Eid Fitr is a religious holiday celebrated by Moslems around the world after one month of fasting during Ramadan. The Eid, considered as a moment to rejuvenate the religion, is a point to ask forgiveness from one another that unites and strengthens the bond among one Moslem to another. Approaching the day, Indonesian Moslems usually shop various products, including clothes, vehicles, furniture, and jewelries, thus create significant increase on the sales of these product categories. One of the triggering factors is the holiday allowance given by employers.
This paper discusses the above phenomenon by using motivation theories. The increase in consumption activities among these product categories is particularly driven by individuals’ inner motives. Analysis shows that one of the strongest motives to explain the specific consumption behavior is self-expression. The Eid Fitr is not only interpreted by Indonesian Moslems as a moment of gathering and silaturahim, but also an opportunity to display one’s achievement as a form of self-expression.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Adelina Ayu Lestari
"Seorang konsumen membeli suatu objek untuk menghabiskan nilai gunanya.Namun, masyarakat konsumerisme merlukan barang bukan untuk mengonsumsi nilai guna, melainkan untuk nilai simbolik.Bagi masyarakat konsumeris, nilai simbolik pada suatu objek lebih penting daripada nilai guna karena nilai simbolik dapat memberikan mereka status dan kehormatan.Peran media dan teknologi sangat berpengaruh. Hal tersebut tidak berlaku pada karakter Nenek dalam komik Saga no Gabai Bachan Nenek Hebat dari Saga .Nenek memang miskin. Membeli barang yang memang ia butuhkan saja sulit, tapi anehnya Nenek menjalani hidupnya dengan bahagia dan selalu merasa cukup. Cara yang ia lakukan untuk dapat bertahan hidup di tengah masyarakat konsumeris adalah mengamali ajaran bersyukur dari agama Buddha. Sang Buddha mengajarkan umatnya untuk melihat segala sesuatu apa adanya. Berkat ajaran tersebut, Nenek berhasil membuktikan jikaia bisa hidup ditengah masyarakat konsumeris, meskipun tanpa memiliki banyak harta.

A consumer buys an object by the purpose of using its functional value. On the contrary, the purpose of consuming objects on consumerist society is not to pursue the use value, but to find the symbolic value of the objects. For them, symbolic value of an object is more important than functional value because it could give them status and prestige. The role of media and technology is very influential on this matter. However, this statement is not happening to The Grandmother character from Saga no Gabai Bachan Great Old Lady from Saga comic. The Grandmother is poor and it rsquo;s hard for her to buy things she really needs. Yet, she lives her life happily and fulfilled. The way she does to survive in the middle of consumerist society is by implementing Buddhist teaching of being grateful. Buddha taught his follower to see everything as it is. By implementing Buddhist teaching of gratefulness, The Grandmother proves that she can survive in the middle of consumerist society without having a need to be rich.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky Pratama Kristiawan
"Artikel ini bertujuan merunut ulang gagasan gaya hidup kontemporer terkait konsumerisme dan minimalisme, karena dengan mengikuti navigasi dari kedua gaya hidup tersebut berakibat pada hilangnya kebahagiaan dalam batin manusia. Tulisan ini merupakan deskripsi analitis terhadap relevansi filsafat dalam membaca gaya hidup konsumsi, khususnya dalam pemikiran John Lachs mengenai Pragmatisme Stoik, serta mendemonstrasikan urgensinya dalam membaca fenomena konsumerisme dan minimalisme dengan konteksnya yaitu hasrat dan kebahagiaan. Tulisan berargumen bahwa di tengah gaya hidup yang bersifat absolut, diperlukan suatu gaya hidup yang lebih fluktuatif dan praktis, Pragmatisme Stoik dipakai sebagai lensa dalam mengarahkan manusia pada ketenangan melalui penanganan internalnya. Untuk sampai pada tujuan itu, tulisan ini akan menggunakan metode analisis kritis dan distingsi konseptual. Tulisan akan menyaring konsep inti serta masalah yang ditimbulkan dari konsumerisme dan minimalisme dalam konteks hasrat dan kebahagiaan. Kemudian mendeskripsikan gagasan Pragmatisme Stoik dan relevansinya, barulah analisis kritis dilakukan dengan membaca kedua gaya hidup tersebut menggunakan lensa Pragmatisme Stoik. Hasilnya, ditemukan gaya hidup baru yang melampaui keduanya yakni eksperientalisme, tetapi ini tidak sepenuhnya benar sehingga diperlukan Pragmatisme Stoik sebagai pelurus agar setiap orang tetap hidup dalam hasratnya, namun kali ini yang ditekankan ialah hasrat yang lurus dan selaras.

This article aims to recount the contemporary lifestyle ideas related to consumerism and minimalism, because following the navigation of the two lifestyles results in a loss of happiness in human soul. This paper is an analytical description of the relevance of philosophy in reading the lifestyle of consumption, especially in John Lachs' thoughts on Stoic Pragmatism, and demonstrates the urgency of reading the phenomenon of consumerism and minimalism in the context of desire and happiness. The paper argues that in the midst of an absolute lifestyle, a more fluctuating and practical lifestyle is needed, Stoic Pragmatism is used as a lens in directing humans to tranquility through its internal handling. In order to achieve this goal, this paper will use critical analysis methods and conceptual distinctions. Writing will distill core concepts and problems arising from consumerism and minimalism in the context of desire and happiness. Then, to describe the idea of ​​Stoic Pragmatism and its relevance, then a critical analysis is carried out by reading the two lifestyles using the lens of Stoic Pragmatism. As a result, a new lifestyle was found that goes beyond two, namely experimentalism, but this was not entirely true so that Stoic Pragmatism was needed as a straightener so that everyone could continue to live in their desires, but this time what was emphasized was straight and harmonious desires."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tinambunan, David
"Makalah ini membahas pemaknaan konsumerisme perempuan dalam iklan kartu kredit pada mahasiswi reguler FISIP UI. Permasalahan penelitian diteliti dengan studi resepsi. Secara garis besar, studi resepsi ini membahas tentang tiga pola pemaknaan audiens terhadap media, yakni dominant-hegemonic reading, negotiated reading, dan oppositional reading dalam hubungannya dengan perilaku konsumtif dalam kehidupan sehari-hari. Adapun media dalam penelitian ini adalah iklan yang memuat paparan konsumerisme.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam sebagai teknik pengumpulan datanya. Pemilihan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Data yang diperoleh kemudian dikodekan secara open coding, axial coding, dan selective coding. Asumsi teoritis dalam penelitian menunjukkan bagaimana informan perempuan secara aktif memaknai konsumerisme dalam media massa dan kehidupan sosial.
Kesimpulannya, informan memaknai iklan kartu kredit secara oppositional reading sehingga informan tidak mengkonfirmasi stereotipe perempuan sebagai ?penghabis uang keluarga?, dan memaknai fungsi kartu kredit berdasarkan nilai gunanya.

This paper discusses the meaning of women consumerism in credit card commercial ads toward FISIP UI regular student. Research problems are researched by the reception study. Broadly speaking, the reception study discusses three patterns of audience interpreting media, such as dominant-hegemonic reading, negotiated reading, and oppositional reading in relation to consumer's behavior in their daily life. Media in this study is ads that include exposure to consumerism.
This paper uses the qualitative approach with in-depth interview as collection data technique. Selection of informants uses purposive sampling technique. The obtained data are then encoded with open coding, axial coding, and selective coding. Theoretical assumptions in the paper show how informant actively interprets consumerism in mass media and social life.
In conclusion, informant interprets the credit card commercial ads with oppositional reading, so that informant does not confirm the stereotype of women as a spender of family money, and interprets the functions of credit card based on its use value.
"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Wanda Monika Apriyanti
"Skripsi ini membahas mengenai pengaruh imaji kawaii pada produk Miniso Store Indonesia terhadap konsumerisme mahasiswi Universitas Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui imaji kawaii yang direpresentasikan melalui produk Miniso dan menganalisis imaji kawaii memegaruhi konsumerisme mahasiswi Universitas Indonesia. Analisis penelitian ini menggunakan teori kawaii yang dikemukakan oleh Sharon Kinsella, serta teori mengenai konsumerisme yang digagas oleh Stearns. Penelitian ini bersifat mix-methods, dengan tahap deskriptif dan interpretatif phenomenologi analysis (IPA) dalam mengamati persepsi. Responden yang terlibat sebanyak 137 orang, yaitu mahasiswi Universitas Indonesia. Hasil penelitian ini ditemukan pengaruh imaji kawaii pada konsumerisme.

This study discusses about the influence of kawaii image of Miniso Store Indonesia products on the consumerism behavior among female students in the University of Indonesia. The aims of this study are to determine the kawaii image represented through Miniso products and to analyze the influence of kawaii image on the consumerism behavior among female students in the University of Indonesia. This study uses Sharon Kinsellas theory of kawaii and Searss theory of consumerism to analyze. This is a mix-methods study, using descriptive and interpretive phenomenological analysis (IPA) to observe perceptions. The respondents of this study are 137 female students in the University of Indonesia. The result of this study finds the influences of kawaii image on consumerism behavior as follows: self fulfillment, excessive consumption, and conspicuous consumption."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Artikel ini bertujuan mengalanalisis less cash society sebagai model baru dalam menganalisis konsumsi kelas menengah Indonesia. Model tersebut menggunakan teknologi kartu uang elektronik dalam mengubah pola konsumsi kelas menengah Indonesia. Uang yang semula berwujud tunai kini menjadi nontunai pada saat transaksi pembayaran. Hal ini bertujuan untuk mengefisiensikan transaksi konsumsi dan pemenuhan kebutuhan hidup simbolis."
JSIO 14:2 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanes Krisnawan
"Penelitian ini berangkat dari keprihatinan gagalnya pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini, terutama pada masa Orde Baru dan pasta Orde Baru, yang belum juga mampu menciptakan kemakmuran dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebaliknya pembangunan nasional yang berorientasi pada pasar-bebas justru memperbesar jurang perbedaan antara kelompok masyarakat yang kaya dan kelompok masyarakat yang miskin.
Melalui paradigma kritis dalam kerangka Teori Kritis Sekolah Frankfurt, khususnya Teori Kritis Herbert Marcuse tentang Masyarakat Satu Dimensi, penelitian ini berupaya memahami dan menjelaskan mengapa penderitaan rakyat kecil masih juga berlangsung. Sementara rakyat keci,l menderita, mengapa sebagian masyarakat lainnya sibuk memuaskan dirinya dengan kelimpahan materi, dan fasilitas layanan yang memanjakan tubuhnya. Sementara media massa, tampaknya larut dalam arus utama konsumerisme yang melanda masyarakat kita. Reformasi dalam arti berkembangnya demokrasi liberal dan kebebasan pers ternyata tidak mampu menciptakan perubahan sosial yang berpihak kepada kaum miskin.
Paradigma kritis bertujuan mengungkapkan "mire conditions" dibalik suatu realitas semu atau kesadaran palsu, yang dinampakkan oleh dunia materi, yang dalam hal ini fenomena merebaknya konsumerisme. Melalui metode refleksi-kritis, Teori Kritis bertujuan membantu membentuk suatu kesadaran sosial, berusaha menjelaskan kondisi-kondisi irasional atau yang tidak sewajarnya terjadi di masyarakat, dan menjelaskan langkah-langkah praktis bagi para pelaku sosial agar dapat berperan dalam proses perubahan sosial.
Untuk bisa memahami dan membongkar realitas semu tersebut, peneliti menempatkan masyarakat dan media massa sebagai bagian dari perubahan sosial yang bersifat histories; Tidak terlepas dari koriteks sosial, budaya, ekonomi, dan politik yang berlangsung di masyarakat. Penelitian ini bersifat reflektif-kritis dan berupaya menjelaskan bagaimana dampak negatif dari penerapan kebijakan pembangunan yang didasarkan atas prinsip-prinsip neoliberalisme, yang mengagungkan pasar babas sebagai jalan untuk memperoleh kemakmuran. Sayangnya, kebijakan-kebijakan tersebut justru semakin meminggirkan tanggungjawab Negara untuk melindungi dan menyejahterakan rakyatnya. Kebijakan deregulasi, liberalisasi, dan privatisasi, hanya semakin memperbesar kekuasaan korporasi-korporasi multinasional untuk melakukan ekspansi pasarnya di Indonesia, dan mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dari berbagai potensi ekonomi yang ada, dan menciptakan suatu masyarakat konsumen.
Melalui industri periklanan dan media massa, korporasi-korporasi multinasional tersebut menciptakan, menanamkan, dan menyebarluaskan kebutuhan-kebutuhan semu dalam masyarakat. Masyarakat menjadi pasar yang dibanjiri berbagai produk dan jasa yang sesungguhnya tidak benar-benar mereka butuhkan. Melalui Teori Kritis Marcuse realitas semu dalam masyarakat satu dimensi atau masyarakat kapitalis modern hendak dibongkar. Menurut Marcuse, masyarakat kapitalis modern adalah masyarakat yang sakit. Segala kehidupannya diarahkan hanya pada satu tujuan saja, yakni keberlangsungan dan peningkatan sistem yang telah ada, yang tidak lain adalah sistem kapitalisme. Masyarakat tersebut pun bersifat represiFdan totaliter, karena pengarahan pada sate tujuan itu berarti menyingkirkan dan menindas dimensi-dimensi Iain yang tidak menyetujui atau tidak sesuai dengan sistem tersebut. Manusia-manusia yang tinggal dalam masyarakat tersebut dibuat pasif dan reseptif, tidak ada lagi yang menghendaki perubahan. Dalam masyarakat satu dimensi itu terjadi produksi materi yang melimpah. Maka untuk tetap mempertahankan keuntungan diciptakanlah jaringan ekonomi dengan manajemen yang rapi melalui manipulasi kebutuhan dan ekspansi ekonomis ke negara-negara yang sedang berkembang sehingga merebaklah kebutuhan-kebutuhan semu yang bersifat artifisial.
Penelitian yang bersifat reflektif-kritis ini memperoleh beberapa pemahaman sebagai berikuti: Pertama, kebijakan pembangunan nasional yang berorientasi pada pasar babas, sebagaimana yang diterapkan selama ini, belum mampu menyejahterakan seluruh rakyat Indonesia. Kedua, konsumerisme sebagai dampak pembangunan nasional yang mengundang kehadiran korporasi-korporasi multinasional semakin menyebarluas dalam masyarakat, dan menciptakan budaya konsumen. Ketiga, pengaruh budaya konsumen dan pertumbuhan belanja iklan terhadap industri penerbitan pars mendorong terjadinya komersialisasi terhadap rubrik-rubriknya, yang berupaya memenuhi kepentingan pasar, yaitu pembaca dan pemasang iklan. Keempat, dari pengamatan rubrik-rubrik di beberapa koran nasional dan beberapa artikelnya, tampak bahwa media massa benar-benar memanipulasi kebutuhan-kebutuhan semu dan cenderung ikut memelihara sistem kapitalisme. Media massa dalam hal ini menjadi apparatus ideologis kepentingan kapitalisme global, sekaligus tampak tidak berdaya mempertahankan cita-cita idealismenya di hadapan kepentingan modal. Penelitian ini juga memberikan kritik terhadap kelemahan teori kritis Marcuse, dan kelemahan penelitian."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22120
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Fahnasya
"Pada era kapitalisme lanjut, masyarakat terus menerus dirayu untuk menjadikan konsumsi sebagai gaya hidup melalui berbagai cara yang mengakibatkan gaya hidup menjadi sentral dalam kehidupan masyarakat. Tulisan ini ingin membahas konsumerisme yang terus menerus direproduksi melalui gaya hidup konsumsi. Pendekatan rasionalitas low-information dan rasionalitas instrumental menjadi dua pendekatan dalam banyak studi-studi sebelumnya dalam mengkaji masyarakat konsumer. Penelitian ini menggunakan pendekatan rasionalitas ekologis karena menggarisbawahi pentingnya jaringan interaksi dalam suatu lingkungan spesifik. Untuk mengkaji mengenai pekerja imaterial, pendekatan ini dirasa lebih sesuai karena penelitian ini berargumen bahwa pekerja imaterial terus menerus mereproduksi konsumerisme dipengaruhi oleh lingkungan pekerjaannya secara partikular. Metode yang dilakukan dalam tulisan ini adalah wawancara mendalam dengan pekerja pada bidang firma hukum di Jakarta sebagai informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan pekerjaan, gaya hidup konsumsi, serta identitas sosial seorang pekerja firma hukum sebagai pekerja imaterial yang terbentuk dari aspek-aspek seperti kegiatan pekerjaan, hiburan pada waktu luang, dan pembelian barang-barang bermerk menjadikan konsumerisme terus tereproduksi dan jerat kapitalisme terus menguat.

In the late capitalism era, society was continuously seduced to make consumption as a lifestyle through every way possible which made lifestyle became the central of peoples lives. This writing discusses about reproduced consumerism through consumption lifestyle. Low information rationality and instrumental rationality became the most frequent approach to be used on previous studies to explain the consumer society, while this writing tries to use the ecological rationality approach to underline and emphasizes the importance of interaction network in a specific environment. This paper argues that law firm workers as immaterial labor kept on reproducing consumerism which was affected particularly by its working environment. In depth interview with law firm workers in Jakarta as the informants was used as the methods of this writing. This research resulted that working environment which contain of peer pressure, office rules SOP, tasks position, working activities, social identity, and relation with clients build up a consumption lifestyle in law firm workers which shown in their physical appearance, also includes after midnight leisure and brand image consumption. This consumption lifestyle creates an endless chain of consumerism reproduction inside the working environment of law firm workers as immaterial labor."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rian Cendra Setiyadi
"ABSTRAK
Tesis ini membahas bagaimana pengaruh kredibilitas endorser terhadap sikap terhadap iklan dan sikap terhadap merek pada studi kasus l-men. Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan maka perlu diperoleh data yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian. Data mengenai endorser, sikap terhadap iklan dan sikap terhadap merek dikumpulkan dari 165 responden dengan menggunakan kuesioner. Data yang terkumpul tersebut selanjutnya dianalisis dengan menggunakan teknik analisis SPSS V 20. Hasil analisis menunjukkan bahwa kredibiltas endorser dapat membangun sikap yang positif terhadap iklan dan sikap terhadap merek.

ABSTRACT
This thesis discusses how the influence credibility endorser towards ad attitude and brand attitude (case study l-men). To answer the question, data is collected from 165 respondent who were asked to fill the questionnaire about the research variables, i.e: credibility endorser, ad attitude, and brand attitude. SPSS V 20 is used to test the data. The results of the analysis shows that credibility endorser can build positive effect to ad attitide, and brand attitude."
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>