Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 78747 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lies Mariani
"Penelitian ini berjudul "Penggambaran Adegan Relief Cerita Bertemakan Lukat Pada Bangunan Suci Masa Singhasari - Majapahit (abad 13-15 Masehi): Suatu Ritus-Upacara Peralihan".
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan lukat, dari beberapa bangunan suci Candi dengan latar belakang agama Hindu dan Buddha, diperkirakan pula agama dari kaum rsi. Melihat dari data artefaktual (relief), antara lain relief Garudeya yang terdapat pada Candi Kidal, Rimbi, Kedaton. Relief Ku jarakarwa yang terdapat pada Candi Jago, relief Sri Tanjung yang terdapat pada Pendopo Teras 11 Candi Panataran, Candi Jabung, Surawana, Kari Agung Gapura Bajangratu, Relief Sudamala yang terdapat pada Candi Tegowangi dan Sukuh. Relief Nawaruci yang terdapat pada Candi Sukuh dan Punden Berundak Candi Kendalisada. Selanjutnya akan disetarakan dengan data tekstual (naskah susastra) antara lain, naskah Garudeya, Kui jarakarna, Sri Tanjung, Sudamala dan Nawaruci. Mengingat relief merupakan bagian dari karya arsitektur selain memiliki nilai estetika, juga memiliki nilai simboilis religius.
Lebih lanjut akan dikaitkan dengan teori `ritus-upacara' peralihan dari Van Gennep (1975), kemudian dihubungkan dengan sistem religi yang terdiri dari lima komponen religi antara lain, yaitu; (1) emosi keagamaan; (2) sistem keyakinan;(3) sistem ritus dan upacara; (4) peralatan ritus dan upacara; (5) umat agama. Lebih lanjut komponen sistem keyakinan dalam suatu sistem religi yang berwujud pikiran dan gagasan manusia, menyangkut sistem nilai, sistem norma keagamaan, menyangkut ajaran kesusilaan, dan ajaran doktrin religi yang mengatur tingkah laku manusia (Koentjaraningrat, 1980). Karena di dalam naskah-naskah yang telah dibahas ini khususnya lukat, hubungannya dengan sistem religi diperkirakan diuraikan dengan sangat tersamar.
Hasil analisa dari pembahasan kajian mengenai lukat ini, akan dicoba untuk melihat fungsi lukat dan perkembangan selanjutnya yang kemungkinan diperkirakan sebagai ruwat, merupakan suatu `ritus' atau `upacara'.
Lukat dan ruwat ini apakah suatu upacara yang berkaitan dengan suatu tujuan dari magi (ilmu gaib), seperti dijelaskan oleh Raymond Firth (1953: 124-125). Demikian pula dapat disesuaikan dengan pendapat K.T.Preusz (1869-1938), bahwa lukat diperkirakan merupakan suatu `ritus' atau `upacara'yang terdiri dari upacara magis dan upacara religi, yaitu adanya dua aspek dari satu tindakan yang bersifat magis seringkali nampak dalam upacara religi, atau disebut sebagai magisch religios (religio magis) (dalam Koentjaraningrat, 1980: 69; Santiko 1995:2)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11840
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Arif Primanda Aji
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai penggambaran relief yang dikaji dari latar
belakang penggambarannya dan kemudian dikaitkan dengan struktur candi secara
vertikal pada Candi Plaosan Lor, Plaosan Kidul, Sewu, Sojiwan dan Lumbung.
Secara umum candi terbagi dalam tiga bagian yaitu, kaki, tubuh dan atap candi.
Masing-masing bagian tersebut mewakili pembagian tiga dunia secara
makrokosmos, yaitu kamadhatu, rupadhatu dan arupadhatu dalam ajaran
Buddha. Berdasarkan latar belakang penggambaran, relief dibedakan menjadi
relief hiasan biasa, konsepsi keagamaan dan naratif. Oleh karena itu, skripsi ini
berusaha mengkaji candi sebagai representasi makrokosmos dikaitkan dengan
latar belakang belakang relief yang ada di setiap candi tersebut.

ABSTRACT
This thesis discusses about the depiction of relief is examined from its background
and then associated with a temple structure vertically on Candi Plaosan Lor,
Plaosan Kidul, Sewu and Lumbung. Generally, the temple divided into three parts
namely, the foot, body and roof of the temple. Each of this sections represent three
zone of world in macrocosm, that is kamadhatu, rupadhatu, and arupadhatu in
Buddhism. Relief itself can be divided according its background drawing,
decoration relief, religious relief, and narrative relief. Therefore, this thesis
attempt to examine the temple as a representation of macrocosm associated with
relief background portrayal in each temple."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S53980
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tsanaa Khenresta
"Penelitian ini berfokus kepada penggambaran adegan berderma yang ada pada kaki Candi Borobudur, relief Karmawibhangga. Derma merupakan dasar tingkatan dalam tahapan tindakan bermanfaat, punnakiriyavatthu. Derma merupakan arti kata dana yang berasal dari bahasa Pali. Derma merupakan kegiatan mendasar positif yang bisa dilakukan oleh siapa dan dimana saja. Derma merupakan salah satu adegan yang digambarkan pada relief candi. Penggambaran adegan derma paling banyak ditemui pada relief Karmawibhangga, sebanyak 40 adegan derma dipahatkan. Sebaran relief derma pada relief Karmawibhangga paling banyak dijumpai pada sisi barat-utara.

This research focus in depiction the act of charity that appear on Candi Borobudurs feets, called as relief of one of the step of useful actions, punnakiriyavatthu. Charity originated from Palis language, dana. Charity is one of basic positive activity that can be done by everyone, everywhere. This charity acts drawn at candis relief. The depiction of this charity acts shown major at the Karmawibhanggas relief, at least 40 acts of this charity been carved. The distribution of this relief rely on relief of Karmawibhangga, most widely shown at west-north side."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhanisa Restya Agung
"Dhanurveda adalah kitab ilmu kemiliteran tertua dari zaman Hindu yang dianggap sebagai pedoman dari segala kegiatan yang melibatkan busur panah. Manuskrip Dhanurveda yang tersisa sekarang ini hanya merupakan fragmen atau versi ringkas dari yang asli namun cukup untuk menunjukkan bahwa ilmu kemiliteran khususnya tentang seni memanah merupakan bagian penting dari ajaran nenek moyang di masa lampau. Berbagai relief dari candi-candi besar masa Klasik Tua (abad ke-8-10 M), yaitu candi Prambanan dan candi Borobudur merekam semua bukti-bukti kedigjayaan yang melibatkan busur panah. Sthana (postur tubuh ketika memanah) dan mudra (konfigurasi atau bentuk kepalan jemari tangan) yang menjadi faktor pendukung terbesar keberhasilan seorang pemanah dalam melesatkan anak panah dengan baik. Maka dari itu ingin diketahui apakah teknik sthana dan mudra adegan memanah yang tergambar di relief candi mencerminkan tata aturan dari kitab Dhanurveda; apakah fungsi panahan pada masyarakat Jawa Kuna sebagai masyarakat pendukung zaman itu dan bagaimana keberlanjutan penggunaan sthana dan mudra Dhanurveda setelah masa Klasik berakhir. Kajian ini menggunakan cara-cara kualitatif dengan menggunakan tahapan penelitian yang dimulai dari pengumpulan relief-relief beradegan memanah dari candi Prambanan dan candi Borobudur sebagai data primer, pengolahan data, analisis dan interpretasi. Tahapan interpretasi dibantu dengan data sekunder berupa manuskrip karya sastra Jawa Kuna yaitu Kakawin Ramayana dan berbagai cerita Buddhacarita. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 20 panil relief yang di dalamnya terdapat 25 adegan memanah, didapat bukti bahwa terdapat 22 sthana dan 14 mudra yang memiliki kesesuaian dengan teknik memanah dari Dhanurveda. Pengaruh Dhanurveda dalam seni memanah masih melekat kuat di Jawa dan seiring berjalannya waktu, panahan menjadi sebuah bagian dari seni dan hiburan serta cabang olahraga hingga ke masa modern.

Dhanurveda is the oldest military manuscript from the Hindu era which is considered as guidance to all activities involving bows and arrows. The Dhanurveda manuscripts that still available today are only fragments or abridged versions from the original book, but they are sufficient to show that military science, especially the art of archery, was an important part of the teachings of our ancestors in the past. Various reliefs from large temples of Old Classical period (8th-10th century AD), namely Prambanan and Borobudur temples, record all evidence of the art of archery greatness. Sthana and mudra are important supporting factors for archer's success in shooting arrow. Therefore, the critical questions are whether sthana and mudra techniques of the archery scenes depicted on the temple reliefs reflect the rules of Dhanurveda; What was the function of archery in Old Javanese society in that era and how was the continuation of the use of Dhanurvedic sthanas and mudras after the Classical period ended? This study uses qualitative methods by utilizing research stages from collecting reliefs of archery scenes from Prambanan and Borobudur temples as primary data, data processing, analysis and interpretation. The interpretation stage is assisted by secondary data, that is manuscripts of Old Javanese literary works, Kakawin Ramayana and various Buddhacarita stories. Based on research conducted on 20 relief panels, in which there are 25 archery scenes, evidence was obtained that there are 22 sthanas and 14 mudras which are in accordance with the archery techniques from Dhanurveda. The influence of Dhanurveda in the art of archery is still persisting in Java and over time, archery has become a part of art and entertainment as well as a sport until modern times."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hery Luthfi
"ABSTRAK
Di Indonesia khususnya di Pulau Jawa banyak peninggalan arkeologi baik berupa candi, arca, maupun peninggalan lain yang berasal dari periode Hindu-Buddha. Di Jawa peninggalan-peninggalan tersebut diduga berasal dari abad VIII-XV Masehi (Soekmono 1979: 457).
Salah satu bentuk peninggalan arkeologi yang banyak menarik perhatian para ahli adalah arca. Dalam makalahnya yang dituangkan dalam Pertemuan Ilmiah Arkeologi I, Edi Sedyawati menyatakan, arca adalah suatu benda yang dibuat oleh manusia dengan sengaja dan karena itu pembuatannya adalah untuk memenuhi tujuan tertentu, atau sesuai dengan tujuan tertentu. Oleh karena itu, ia terkait oleh makna-makna oleh fungsi-fungsi (Sedyawati 1977: 213).
Arca-arca dari periode Hindu-Buddha pada umumnya berbentuk arca dewa, arca binatang, dan arca setengah manusia setengah binatang. Selain dari segi bentuk, arca juga mempunyai berbagai macam ukuran atau seperangkat lambang-lambang yang merupakan alat ibadah (Sedyawati 1980: 47).
Sejalan dengan banyaknya penelitian tentang seni arca, Edi Sedyawati menyatakan, dalam studi_-studi mengenai arca kuna baik di India, Asia Tenggara, maupun Indonesia umumnya dianggap ada dua nilai yang terkait pada artefak ini, yaitu: a. Nilai ikonografis, yang menyangkut sistem tanda-tanda yang mempunyai fungsi sebagai identitas arca. b. Nilai seni, yang menyangkut unsur-unsur gaya yang penggarapannya menentukan indah buruknya arca sebagai ekspresi dorongan keindahan pada manusia (I980: 47-50)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S11807
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vera Elizabeth Siwy
"Penelitian tentang relief senjata telah dilakukan khususnya pada candi-candi masa Majapahit abad XIV-XV M. Adapun tujuan penelitian ini, secara umum membuat uraian secara lengkap mengenai senjata dari masa Majapahit abad XIV-XV M. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah mengetahui jenis dan tipe-tipe senjata yang digambarkan pada pada masa Majapahit abad XIV-XV M, mengetahui penggunaan senjata berdasarkan perbedaan bentuk-bentuk yang dipahatkan di relief dan dari sumber-sumber tertulis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, diawali dengan mengumpulkan semua data yang berhubungan dengan obyek penelitian. Tahap berikutnya adalah mengidentifikasi bentuk-bentuk senjata. Selanjutnya bentuk-bentuk senjata yang diperoleh akan diklasifikasikan untuk memperoleh tipe senjata. Tahap berikutnya diuraikan kemungkinan-kemungkinan penggunaan senjata. Hasilnya menunjukkan bahwa ada berbagai jenis senjata; 1) Senjata tusuk seperti pedang, tombak, pisau belati, trisula dan dwisula; 2) Jenis senjata tebas yaitu pedang, kapak, arit dan kudi; 3) Jenis senjata pukul seperti gada dan tongkat; 4) Jenis senjata lontar adalah senjata panah yang terdiri dari busur dan anak panah; serta 5) Perisai yang termasuk jenis senjata pelindung."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S12041
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ellen Rosawati Tunggono
"ABSTRAK. Cerita Ramayana merupakan salah satu cerita yang dipahatkan dalam bentuk relief pada dua bangunan candi yang berasal dari lokasi dan masa yang berbeda. Kedua candi tersebut adalah candi Ciwa Prambanan di Jawa Tengah serta candi Panataran di Jawa Timur. Ditinjau dari gaya penyajiannya di relief, cerita Rama_yana ditampilkan di candi Ciwa Prambanan dalam langgam ga_ya Jawa Tengah, sedangkan di candi Panataran, cerita terse-but ditampilkan dalam 1anggam gaya Jawa Timur (1anggam wayang). Padahal dalam sejarah perkembangan gaya seni, langgam Jawa Timur tersebut merupakan perkembangan dari langgam Jawa Tengah. Penelitian terhadap relief Ramayana di kedua candi tersebut, antara lain pernah dil akukan oleh W. F Stutter dan J.Kats. Dari penelitian mereka diperoleh deskripsi tentang jenis-jenis gaya yang dimiliki masing-masing relief. Dalam penelitian ini, penulis mengadakan perbandingan dengan bentuk penyajian beberapa adegan cerita Ramayana yang ditampilkan di kedua candi tersebut dari sudut seni rupa (artistik), untuk mengetahui sejauh mana perkembangan yang terjadi. pada gaya penyajian cerita tersebut pada relief kedua candi tersebut. Hasil penelitian memberikan kesimpulan bahwa ada beberapa unsur seni yang mengalami perubahan dan ada yang tidak. Perkembangan dan perubahan gaya panyajian tersebut jelas nampak pada konsep pemilihan tokoh, cara menampilkan tokoh, bentuk dan gaya penyajian itu sendiri, serta pengisian bidang kosong. Adanya persamaan dan perbedaan dalam cara penyajian tersebut, kemungkinan di pengaruhi oleh perbedaan tingkat pemahaman. keahlian serta latar belakang yang dimiliki oleh masing-masing seniman pembuatnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S11813
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Fatimah Adzir Maulana
"Penggambaran kecantikan seorang putri direfleksikan pada karya sastra dan relief. Adapun kisah-kisah yang didalamnya terdapat figur seorang putri dan dipahatkan pada relief yaitu kisah Sri Tanjung, Panji, dan Sudhamala. Kisah tersebut di antaranya dipahatkan pada Batur Pendopo II Candi Panataran, Candi Surawana, Candi Tegowangi, Candi Jabung, Candi Mirigambar, dan Candi Sukuh. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggambaran ideal seorang putri berdasarkan relief dan karya sastra sezaman. Tahapan metode yang digunakan yakni tahapan pengumpulan data, analisis data, interpretasi data, dan narasi. Hasil perbandingan antara penggambaran seorang putri pada relief dan naskah Sri Tanjung, Panji, dan Sudhamala memperlihatkan suatu penggambaran yang hampir sama, meskipun keduanya diciptakan pada media yang berbeda. Hal ini dapat menjadi ciri dan konsep untuk mengetahui penggambaran kecantikan ideal seorang putri yang diciptakan masyarakat pada masa itu. 

The depiction of a princess's beauty is reflected in both literary works and reliefs. Notably, stories featuring a princess character, such as the tales of Sri Tanjung, Sudhamala, and Panji, are carved into the reliefs at Batur Pendopo II in Candi Panataran, Candi Surawana, Candi Tegowangi, Candi Jabung, Candi Mirigambar, and Candi Sukuh. This study aims to analyze the ideal portrayal of a princess based on these reliefs and contemporary literary works. The methodology includes stages of data collection, data analysis, data interpretation, and narration. The comparison between the depiction of a princess in the reliefs and the manuscripts shows a nearly identical portrayal, despite being created in different mediums. This similarity can serve as a characteristic and concept to understand the ideal representation of a princess's beauty as conceived by the society of that time."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widma Primordian Meissner
"Skripsi ini membahas mengenai bagaimana bentuk, aturan-aturan yang berlaku, serta perkembangan dari busana dan perhiasan yang digambarkan dalam relief cerita Sudamala dan Sri Tanjung pada candi-candi Majapahit di Jawa Timur.
Hasil dari penelitian ini adalah dapat terlihat perbedaan serta persamaan bentuk busana dan perhiasan yang dikenakan oleh para tokoh dalam relief berdasarkan kategorisasi yang telah dibuat.
The focus of this study is discussing about the form, rules that applies, and also the development of clothing and jewelry that are depicted on the narative reliefs of Sudamala and Sri Tanjung found in Majapahit temples in East Java.
The goal of this study is to determine the differences and also the similarity of form in clothing and jewelry which are wore by the characters on the reliefs, based on the categorization made.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S496
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fabiola Febrinastri
"
ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang hiasan latar belakang relief cerita Arjunawiwaha di candi Jago, Kedaton dan Surawana. Deretan relief cerita pada bangunan suci yang disebut sebagai ragam hias naratif selain menampilkan tokoh-tokoh utama juga bentuk-bentuk lain yang berupa flora, fauna atau bentuk-bentuk dan elemen-elemen lain. Para seniman pahat sangat mungkin menyertakan hiasan latar belakang ini karena mempunyai fungsi atau menyiratkan simbol tertentu.
Data utama dalam penelitian ini adalah relief cerita Arjunawiwaha yang lengkap penceritaanya, yaitu di candi Jago, Kedaton, Surawana. Selain itu disertakan pula terjemahan kakawin Arjunawiwaha versi I. Kuntara Wiryamartana.
Selanjutnya agar penelitian ini memperlihatkan adanya berbagai variasi dan variasi penggambaran hiasan latar belakang di ketiga bangunan tersebut. Perbedaan-perbedaan ini terjadi walaupun dalam adegan-adegan yang sama. Hal ini berarti kreativitas seniman ikut berperan. Setiap bentuk hiasan latar belakang mempunyai fungsi masing-masing dalam memperjelas adegan yang tengah berlangsung. Hal ini terutama dapat dilihat lewat komponen pelengkap adegan yang variatif. Ada beberapa bentuk komponen pelengkap adegan yang hanya ditampilkan dalam adegan-adegan tertentu. Demikian pula dengan bentuk-bentuk elemen lainnya yang disebut ragam hias adegan. Bentuk ini mempunyai fungsi yaitu sebagai simbol adanya kekuatan gaib dan keberadaan roh nenek moyang.
"
1998
S11826
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>