Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 184433 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Liem, Isabella Kurnia
"Perkiraan panjang utuh tulang dari panjang fragmen-fragmennya perlu dilakukan sebagai langkah pertama dalam memperkirakan tinggi badan pada kasus identifikasi atas mayat tak dikenal yang ditemukan dalam keadaan tidak lengkap (kasus mutilasi, berupa bagian-bagian kerangka atau fragmen-fragmen tulang). Penelitian perkiraan panjang utuh tulang dari panjang fragmen-fragmennya pada populasi Indonesia belum pernah dilaporkan, sehingga di lapangan digunakan rumusan yang dibuat berdasarkan penelitian-penelitian pada populasi lain dengan hasil yang kemungkinan kurang tepat. Oleh karena itu, maka dilakukan penelitian analitik-non eksperimental yang bertujuan memperkirakan panjang utuh tulang femur, tibia dan humerus dari panjang fragmen-fragmennya pada populasi Melayu (Deuteromalayid) Indonesia.
Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan terhadap 454 tulang yang berasal dari 158 tulang femur (114 pria dan 44 wanita), 125 tulang tibia (90 pria dan 35 wanita), dan 169 tulang humerus (128 pria dan 41 wanita). Pada setiap tulang dilakukan pengukuran terhadap panjang utuh tulang dan panjang fragmen-fragmennya berdasarkan definisi Steel. Kemudian dilakukan analisis mengenai perbedaan panjang utuh tulang dan panjang fragmen-fragmennya serta rasio panjang fragmen-fragmen tulang terhadap panjang utuh tulangnya antara pria dan wanita, dan antara posisi lateral kanan dan kiri dengan uji ANOVA dua jalur, yang dilanjutkan dengan analisis regresi dan faktor multiplikasi untuk mencari hubungan di antara kedua parameter tersebut.
Dan hasil analisis tersebut ditemukan bahwa: 1) panjang utuh dan panjang fragmen tulang femur, tibia dan humerus pria lebih panjang daripada wanita, kecuali fragmen T5 dan H3, 2) rasio panjang fragmen-fragmen tulang tibia (T2, T4 dan T5) dan humerus (HI dan H3) pria berbeda dengan wanita, tetapi pada tulang femur rasio tersebut antara pria dan wanita sama; 3) panjang utuh dan panjang fragmen-fragmen tulang femur, tibia dan humerus serta rasio panjang fragmen-fragmen tulang femur, tibia dan humerus kanan sama dengan kiri; 4) persamaan regresi dengan menggunakan prediktor panjang fragmen-fragmen tulang femur, tibia dan humerus layak digunakan untuk memperkirakan panjang utuh tulangnya, kecuali fragmen T1 dan T5 pria dan wanita, dan H3 wanita; 5) faktor multiplikasi fragmen-fragmen tulang femur, tibia dan humerus layak digunakan memperkirakan panjang utuh tulangnya; 6) persamaan regresi lebih tepat dalam memperkirakan panjang utuh tulang femur, tibia dan humerus dan fragmen-fragmennya dibanding faktor multiplikasi, namun secara statistik tidak ditemukan adanya perbedaan yang bermakna.

Estimating Bone Length Of Femur, Tibia And Humerus From The Fragment Length In Indonesian Malay (Deuteromalayid) PopulationEstimating length from its fragment length is required as the first step in estimating stature for identification of incomplete unknown bodies (for example, in mutilation cases and in cases in which only parts of human skeletons or fragmented bone are found). The method for estimating bone length from its fragment length in Indonesian population has not been reported yet. Therefore, in the real case, the estimation of bone length is calculated based on the other population data that usually result on relatively inaccurate result. Based on that reason, an analitic-non-experimental research was executed to get better method for estimating bone length of femur, tibia and humerus from the fragment length in Indonesian Malay (Deuteromalayid) population.
The examination was performed on 454 bones that consisted of 158 femur (114 males and 44 females), 125 tibia (90 males and 35 females), and 169 humerus (128 males and 41 females). The measurements of the complete bone lengths and their fragment lengths were based on Steel definition. The analysis of the differences between bone lengths, the fragment lengths and the ratio of the fragmented bone versus the bone length were done between males and females, and between right and left side with two way ANOVA analysis. The analysis was continued with the regression and multiplication factor analysis to find the relationship between these two parameters.
The results showed: 1) the male's bone length of femur, tibia and humerus and the fragment length were longer than the female's, except T5 and 1-13 fragments, 2) the male's ratio of the fragmented bones of tibia (T2, T4, and T5) and humerus (HI and H3) to their total length were different from the female's, but for femur, the male's ratio was the same as the female's; 3) the bone length, fragments length and the ratio of the fragmented bone of femur, tibia and humerus on the right side were equal with the left side; 4) regression equations fragment of femur, tibia and humerus can be used for estimating the, bone length, except the male's dan female's T1 and T5 fragments, and the female's H3 fragmen; 5) multiplication factor of fragmented bone of femur, tibia and humerus can be used for estimating the bone length; 6) regression equation is more precise than multiplication factor in estimating the bone length from the fragment length, although, statisticaly, there are no significant differences."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T 11302
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Melda Silvia Sari
"Kandungan fitoestrogen dalam buah kacang panjang (Vigna unguiculata (L.) Walp.) dapat mencegah kehilangan massa tulang akibat defisiensi estrogen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antiosteoporosis dari ekstrak etanol 70% buah kacang panjang berdasarkan jumlah sel osteoklas pada growth plate tulang trabekular tikus yang telah diovariektomi. Dalam penelitian ini dilakukan ovariektomi pada 30 ekor tikus putih betina dan pembedahan tanpa ovariektomi pada 6 ekor tikus betina lainnya. Tikus-tikus ini kemudian dibagi menjadi 6 kelompok. Kelompok I sebagai kontrol negatif yang mendapat CMC 0,5%, kelompok II sebagai kontrol positif yang mendapat larutan natrium alendronat dengan dosis 0,18 mg/200 g BB tikus, kelompok III, IV, dan V merupakan kelompok dosis yang diberikan ekstrak buah kacang panjang dengan dosis berturut-turut, 100; 200; dan 400 mg/200 g BB tikus yang disuspensikan dalam CMC 0,5%, dan kelompok VI sebagai kelompok sham diberikan CMC 0,5%. Pemberian perlakuan dimulai pada hari ke-21 pascaovariektomi dan diberikan perlakuan selama 28 hari. Pada hari ke-29 pasca pemberian ekstrak, tikus dikorbankan dan diukur berat uterusnya serta diambil tulang trabekularnya untuk dibuat menjadi suatu preparat histologi. Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak buah kacang panjang dapat digunakan sebagai agen antiosteoporosis dengan dosis optimum adalah dosis 100 mg/200 g BB tikus.

The content of phytoestrogens in long bean (Vigna unguiculata (L.) Walp.) can prevent loss of bone mass caused by estrogen deficiency. This study aimed to determined the effect antiosteoporosis of 70% ethanolic extract of long bean based on the number of osteoclasts in trabecular bone growth plate that had been ovariectomized rats. Ovariectomy in this study conducted on 30 female white rats and surgery without ovariectomy in female rats 6 others. These rats were divided into 6 groups. Group I as a negative control group which received 0.5% CMC, group II as a positive control group who received a dose of sodium alendronate solution of 0.18 mg/200 g BW rats, group III, IV, and V is the dose given long bean extracts length with successive doses, 100; 200; and 400 mg/200 g BW rats suspended in 0.5% CMC, and the group VI as a sham group given 0.5% CMC. Provision of treatment started at day-21 pascaovariektomi and given treatment for 28 days. On day 29 after received the extract, the rats were sacrificed and uterus weight were measured and taken his trabecular to be made into a histological preparations. This study showed that administration of long bean extract can be used as an antiosteoporosis agent, the optimum dose is the dose of 100 mg/200 g BW rats."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43445
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ichramsjah Azim Rachman
"Di kawasan 4 musim dengan terbatasnya sinar matahari, yang berarti terbatasnya paparan sinar ultraviolet Beta (UV R), dapat mengakibatkan gangguan atau tidak terjadi sintesis vitamin D3 kulit pada bulan-bulan tertentu. Di Boston (USA) misalnya, dari bulan November sampai Februari, 4 bulan lamanya; lebih ke utara lagi di Edmonton (Kanada), periodenya lebih panjang lagi yaitu sampai 6 bulan lamanya, Dalam keadaan seperti ini penduduk yang tinggal di kota-kota tersebut akan mengalami defisiensi vitamin D3 yang mengakibatkan turunnya produksi hormon kalsitriol. Kejadian ini selanjutnya akan mengganggu proses mineralisasi tulang, yaitu sebagai akibat formasi tulang yang tidak lengkap, yang kemudian berlanjut dengan terjadinya perubahan keseimbangan remodeling tulang kearah resorpsi tulang. Remodeling tulang sendiri adalah proses keseimbangan antara formasi tulang dan resorpsi tulang. Perubahan remodeling tulang dapat dinilai dari bone turn over, dengan melihat aktivitas osteoblast (OBL) dan osteoclast (OKL) melalui pemeriksaan serial osteokalsin dan dioksipiridinolin (DPD).
Hormon estrogen sangat penting dalam kehidupan wanita, karena berperan pada pengaturan siklus haid dan keseimbangan remodeling tulang. Penurunan hormon estrogen secara fisiologis dimulai pada usia 40 tahun, dan dapat menimbulkan keluhan sindroma defisiensi hormon estrogen. Pada usia pascamenopause, sekitar usia 50 tahun ke atas, defisiensi estrogen dapat mengakibatkan perubahan keseimbangan remodeling tulang, yaitu berupa penurunan formasi tulang dan peningkatan resorpsi tulang.
Dengan demikian para wanita yang tinggal di kedua kola tersebut di atas, mereka telah mengalami kekurangan paparan sinar UV pada usia reproduksi mengakibatkan rendahnya kadar harmon kalsitriol pada tubuh mereka. Dapat dimaklumi pada saat mereka memasuki usia pramenopause, mereka sesungguhnya telah mengalami penurunan remodeling tulang, dan apabila ditambah dengan telah adanya penurunan harmon estrogen secara fisiologis pada usia pramenopause tersebut, maka keadaannya dapat menjadi parah lagi yaitu osteoporosis lanjut sampai ke parah tulang. Dengan demikian, tuiang sebagai kerangka yang merupakan suatu organ vital dan berupa jaringan ikat dinamik serta mampu menyeimbangi fungsi integritas mekanik persendian dan fungsi jaringan lunak, akan terganggu pada usia relatif muda. Kejadian ini jelas akan menurunkan kualitas hidup wanita tadi. Untuk mengatasi masalah keterbatasan paparan sinar matahari, wanita di kedua kota tersebut di atas mendapat suplementasi kalsitriol dalam bentuk tablet.
Baik hormon estrogen maupun hormon kalsitriol mempunyai reseptor di OBL yang merangsang aktivitas OBL untuk membentuk kolagen tipe 1 dan mineralisasi tulang, sehingga terjadi aktivitas formasi tulang dan tercapainya keseimbangan remodeling tulang selama masa reproduksi. Estrogen terutama diipasok oleh kelenjar endokrin ovarium; diproduksi secara siklik selama masa reproduksi, menurun secara frsiotogis pada masa pramenopause, menopause dan tidak diproduksi lagi pada pascamenopause. Sumber vitamin D3 berasal dari kulit melalui perubahan 7 dehidrokolesterol (7 DHK) oleh paparan sinar UV r3 matahari. Vitamin D3 kemudian dihidroklisasi di hail dan ginjal. Kalsitriol selain dibentuk dari vitamin D3 kulit, juga dan vitamin D2 (dalam jumlah sedikit) yang berasal dari makanan."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
D289
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Mudjiati
"Osteoporosis adalah penyakit tulang yang ditandai oleh penurunan densisitas massa tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah, disebabkan oleh kurangnya asupan kalsium pada usia muda. Secara tidak langsung, pengetahuan, sikap dan perilaku seorang individu berperan terhadap kebiasaan dalam mengkonsumsi kalsium.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku tentang asupan kalsium serta faktor-faktor yang berhubungan. Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dengan desain Cross-sectional. Sebanyak 108 subyek telah di pilih secara random. Pada awal penelitian, subyek diminta mengisi identitas umum berupa nama, usia, asal pulau, pendidikan & pekerjaan orangtua, dan dilakukan pengukuran TB, BB, dan lingkar badan, kemudian subyek harus mengisi kuisioner pengetahuan, sikap dan perilaku tentang asupan kalsium.
Di akhir penelitian, peneliti menganalisis seluruh data yang didapatkan dan mencari hubungan diantaranya. Sebanyak 76,9% responden memiliki pengetahuan baik, 84,3 % memiliki sikap positif dan 82,4% memiliki perilaku kurang. Tidak terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan dengan sikap tentang asupan kalsium (p > 0,05; fisher2 sided), dan antara pengetahuan dengan perilaku tentang asupan kalsium (p > 0,05; fisher2 sided). Namun untuk pengujian kategori sikap terhadap perilaku tentang asupan kalsium didapatkan hubungan bermakna (p < 0,05; fisher2 sided). Tidak terdapat hubungan antara usia, jenis kelamin, dan asal daerah dengan pengetahuan tentang asupan kalsium (p>0,05; Chi Square), dan antara tingkat pendidikan orangtua dengan pengetahuan subyek tentang asupan kalsium (p>0,05; kolmogorov-Smirnov). Pengetahuan tentang asupan kalsium tidak memiliki hubungan bermakna dengan sikap dan perilaku terhadap asupan kalsium, sedangkan sikap tentang asupan kalsium memiliki hubungan bermakna dengan perilaku tentang asupan kalsium.

Osteoporosis is a bone disease which is characterized by the bone mass densisity that decreases and makes bones become brittle and easily broken. The reason behind this problem is because of the inadequate calcium intake during adolescence. Indirectly, knowledge, attitudes and behavior of an individual can contribute to the habit of calcium consumption. In this research, the researcher wanted to know the relationship between knowledge, attitudes and behaviors about calcium intake and related factors.
This research design is cross-sectional and has 108 subjects who were chosen randomly. Subjects asked to fill their identity form that consists of name, age, gender, island of origin, parental education & occupation, their weight and height measured, then filled the questionnaires of knowledge, attitudes and behaviors about calcium intake.
At the end, researcher analyzed subject data’s and was looking for the relationship between them.The number of students that has good knowledge are 83 people (76,9%), positive attitude are 91 people (84,3%), poor behavior are 89 people (82,4%). There was no significant relationship between knowledge with attitudes about calcium intake (p>0.05,Fishertest), and knowledge with behavior about calcium intake (p>0.05,Fishertest). But, there was significant relationship between attitudes with behavior about calcium intake (p <0.05, Fishertest). There was no relationship between age, gender, and island of origin with the knowledge about calcium intake (p>0.05,ChiSquare), and between parent’s education level with knowledge about calcium intake (p>0.05,Kolmogorov-Smirnov). Knowledge about calsium intake had no significant relationship with attitudes and behaviors of calcium intake, while attides about calsium intake have a meaningful relationship with the behavior of calcium intake.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Rofina F K
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elin Hertiana
"Densitas tulang adalah jumlah kandungan mineral per cm2 tulang, dibedakan menjadi 3 yaitu normal, osteopenia, dan osteoporosis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui risiko kegoyangan gigi melalui analisis densitas tulang. Diasumsikan bahwa densitas tulang rendah yang berhubungan dengan osteopenia/osteoporosis dapat berpengaruh secara langsung pada mikroarsitektur tulang alveolar, dan menyebabkan kegoyangan gigi. Subjek terdiri dari 22 pria dan 56 wanita berusia ≥ 50 tahun. Pengukuran densitas tulang mandibula dilakukan dengan radiograf panoramik dan periapikal DDIR (direct digital intraoral radiograph). Pengukuran densitas tulang skeletal dilakukan dengan QUS (Quantitative Ultrasound). Hasilnya menunjukkan adanya hubungan antara kebersihan mulut dan densitas tulang skeletal dengan kegoyangan gigi (p= 0,000, p=0,035, berturut-turut) serta diperoleh indeks perkiraan kegoyangan ≥50% dari seluruh gigi di mandibula.

Bone mineral density is the amount of bone mineral content in cm2. It can be classified into normal, osteopenia, and osteoporosis. This study was conducted to determine the risk assessment of tooth mobility through bone density analysis. Low bone density, which is associated with osteopenia / osteoporosis can affect directly the alveolar bone microarchitecture, and cause tooth mobility. The subjects consisting of 22 men and 56 women aged ≥ 50 years. Mandibular bone density measurements done by panoramic radiographs and periapical DDIR (direct digital intraoral radiograph). Bone mineral density measurement was performed with QUS (Quantitative Ultrasound). The result showed that there is a relationship between oral hygiene and bone mineral density with tooth mobility (p = 0.000, p = 0.035, respectively) and an index was formulated to estimate mobility of ≥ 50% out of teeth in mandible.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paramita Pandansari
"[ABSTRAK
Latar Belakang: Penggunaan biomaterial berupa bahan tandur tulang dan membran untuk prosedur Guided Bone Regeneration (GBR) sangat diperlukan di bidang bedah maksilofasial dan, untuk mengatasi defek tulang yang dapat terjadi oleh berbagai sebab. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemakaian bahan tandur tulang DFDBX dengan membran perikardium (MPK) bovine pada defek tulang kalvaria tikus.
Bahan dan Metode: Studi eksperimental ini menggunakan 45 ekor tikus Sprague Dawley sebagai hewan coba dibagi dalam 3 kelompok secara acak. Ciritical size defect sebesar diameter 5 mm dibuat pada tulang kalvaria seluruh hewan coba. Kelompok I merupakan kelompok kontrol, tidak diberikan perlakuan dan defek dibiarkan sembuh dengan sendirinya, kelompok II yang diberi DFDBX, dan pada kelompok III defek diisi dengan DFDBX dan ditutup dengan MPK (DFDBX+MPK). Setelah 1,4 dan 8 minggu dilakukan dilakukan pengorbanan pada kelompok hewan coba, dilanjutkan dengan evaluasi secara radiologik, histopatologik untuk reaksi radang, pertumbuhan tulang dan pemeriksaan imunohistokimia dengan osteokalsin. Data dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji ANOVA.
Hasil: Penilaian radiografik diperoleh perbedaan bermakna pada rerata densitas area defek minggu ke 8 antara kelompok kontrol dengan DFDBX+MPK (p<0,001) dan antara kelompok DFDBX dengan DFDBX+MPK (p=0,03).
Pertumbuhan tulang baru pada minggu ke 8 tertinggi adalah pada kelompok DFDBX+MPK dengan perbedaan bermakna dengan kelompok kontrol (p=0,016) dan dengan kelompok DFDBX nilai p=0,048. Ekspresi osteokalsin minggu ke-8 menunjukkan perbedaan bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok DFDBX (p<0,001) maupun dengan kelompok DFDBX+MPK (p=0,0013), namun tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok DFDBX dengan kelompok MPK (p=1,000).
Kesimpulan: Penggunaan DFDBX dengan kombinasi MPK terbukti secara radiologik, histopatologik dan imunohistokimia dapat meningkatkan regenerasi tulang pada defek tulang kalvaria.

ABSTRACT
Background: Reconstruction of cranial and maxillofacial defects is a challenging task. The standard method has included bone grafting and using membrane in guided bone regeneration procedure. Using biomaterial such as bone grafting and membrane for Guided Bone Regeneration (GBR) procedures is an essential issue in maxillofacial and dental reconstruction surgery to overcome bone defects caused by various etiologies. Our study was aimed to identify the effect of using Demineralized Freeze-Dried Bone Xenograft (DFDBX) with (or without) bovine pericardium membrane (PCM) on the treatment of rats calvarial bone defects.
Materials and Method: The experimental study used 45 Sprague-Dawley rats as the experimental animals, which were categorized randomly into three groups, i.e. the control group, DFDBX group, and DFDBX+PCM group. The 5-mm-critical-sized calvarial defects were created in all experimental animals. The first group was a control group, which did not receive any treatment with self-limiting defects; while subjects in the second group received DFDBX (DFDBX group) and in the third group, the defects were filled with DFDBX and PCM (DFDBX + PCM group). Animals were sacrified at the 1st, 4th, and 8th weeks following the surgery. Subsequently, an evaluation was carried out using radiological analysis, histopathological assay to observe inflammatory reaction and bone growth, as well as immunohistochemical analysis of osteocalcin. Data were analyzed statistically using ANOVA test. The specimens were embedded ini paraffin, serially cut, and stained with hematoxylin and eosin for analysis under light microscope. The inflammation reaction, new bone formation, and the rest of DFDBX and PCM were histomorphometrically evaluated. Immunohistochemical analysis of osteocalcin expression was performed.
Results: Radiological analysis demonstrated a significant difference of mean bone density in the defect area at the 8th week between subjects in the control group and those in DFDBX+PCM group (p < 0.001), as well as between subjects in the DFDBX group and those in DFDBX+PCM group (p = 0.03). The highest rate of bone healing at the 8th week was found in DFDBX+PCM group, which showed significant difference compared to the control group (p=0.016) and to DFDBX group (p=0.048). There was a significant difference of osteocalcin expression between the control group and DFDBX group (p < 0.001), as well as between the control group and DFDBX + PCM group (p=0,0013). However, there was no significant difference between the DFDBX group and the DFDBX+PCM group (p = 1.000).
Conclusion: Our radiological, histopahtological and immunohistochemical evaluation has demonstrated that DFDBX combined with PCM increases bone regeneration in the treatment of bone calvarial defect. ;Background :Reconstruction of cranial and maxillofacial defects is a challenging task.
The standard method has been bone grafting and using membrane in guided bone
regeneration procedure.
The aim of this study was to analyze the effect of Demineralized Freeze Dried Bone
Xenograft (DFDBX) with (or without)bovine pericardium membrane (PCM) on bone
regeneration, in surgically created critical-size defects in rat calvaria, radiographically,
histopathologically and immunohistochemically.
Material and Methods :Surgical critical-size bone defects were created in 45 animals
that randomly divided into three groups : control group, DFDBX group, and
DFDBX+PCM group. Animals were sacrified at 1, 4 and 8 weeks post surgery.
Radiological analysis was done. The specimens were embedded ini paraffin, serially cut,
and stained with hematoxylin and eosin for analysis under light microscope. The
inflammation reaction, new bone formation, and the rest of DFDBX and PCM were
histomorphometrically evaluated. Immunohistochemical analysis of osteocalcin
expression was performed.
Result : DFDBX and DFDBX+PCM groups demonstrated superior bone healing
compared with control group. Group DFDBX+PCM showmore advanced healing at 8
weeks post surgery and show the highest density radiographically as compared with the
other group DFDBX and control.Immunohistochemistry revealed the presence of
osteocalcin in osteoblast and matrix extracellular and show significant differences were
noted between DFDBX and DFDBX+PCM to control groups.
Conclusion : Application of DFDBX combined with bovine PCM gave the best result in bone regeneration of critical size defects in rat calvaria. , Background :Reconstruction of cranial and maxillofacial defects is a challenging task.
The standard method has been bone grafting and using membrane in guided bone
regeneration procedure.
The aim of this study was to analyze the effect of Demineralized Freeze Dried Bone
Xenograft (DFDBX) with (or without)bovine pericardium membrane (PCM) on bone
regeneration, in surgically created critical-size defects in rat calvaria, radiographically,
histopathologically and immunohistochemically.
Material and Methods :Surgical critical-size bone defects were created in 45 animals
that randomly divided into three groups : control group, DFDBX group, and
DFDBX+PCM group. Animals were sacrified at 1, 4 and 8 weeks post surgery.
Radiological analysis was done. The specimens were embedded ini paraffin, serially cut,
and stained with hematoxylin and eosin for analysis under light microscope. The
inflammation reaction, new bone formation, and the rest of DFDBX and PCM were
histomorphometrically evaluated. Immunohistochemical analysis of osteocalcin
expression was performed.
Result : DFDBX and DFDBX+PCM groups demonstrated superior bone healing
compared with control group. Group DFDBX+PCM showmore advanced healing at 8
weeks post surgery and show the highest density radiographically as compared with the
other group DFDBX and control.Immunohistochemistry revealed the presence of
osteocalcin in osteoblast and matrix extracellular and show significant differences were
noted between DFDBX and DFDBX+PCM to control groups.
Conclusion : Application of DFDBX combined with bovine PCM gave the best result in bone regeneration of critical size defects in rat calvaria. ]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Raymond Utomo Salim
"Latar Belakang: Eliminasi Porphyromonas gingivalis (Pg) dan Treponema denticola (Td), dengan skeling dan penghalusan akar (SPA) meningkatkan densitas tulang alveolar. Tujuan: Analisis densitas tulang alveolar serta jumlah bakteri Pg dan Td sebelum dan sesudah SPA pada kasus periodontitis kronis.
Metode: Empat puluh subjek menyetujui informed consent, dilakukan pemeriksaan klinis, radiografis densitas tulang alveolar, penghitungan jumlah Pg dan Td dengan RT-PCR.
Hasil: Perbedaan bermakna jumlah bakteri Pg, Td, serta densitas tulang antara sebelum dan sesudah SPA (p<0,05); Hubungan bermakna antara jumlah bakteri Pg dan Td dengan densitas radiografis (p<0,05).
Kesimpulan: SPA menurunkan jumlah bakteri Pg, Td, dan meningkatkan
densitas radiografis tulang alveolar.

Background: Elimination of Porphyromonas gingivalis (Pg) and Treponema denticola (Td) with scaling and root planing (SRP) can increase the radiographic alveolar bone density.
Objective: To analyze radiographic bone density, amount of Pg and Td before and after SRP.
Methods: Fourty subjects fill the informed consent, clinical examination, radiographic examination for bone density, count of Pg and Td using RT-PCR.
Result: Significant differences between radiographic bone density, amount of Pg and Td before and after SRP. Significant association between amount of Pg and Td and bone radiographic density.
Conclusion: Scaling and root planing decrease the amount of Pg and Td and increase radiographic bone density.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Saukani Gumay
Jakarta: UI-Press, 2008
PGB 0288
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Yantoko
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T58980
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>