Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105203 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Endah Zuraidah
"LATAR BELAKANG: Salah satu penyebab kematian bagi penderita kanker pada wanita adalah kanker serviks. Secara histopatologik kanker leher rahim yang banyak ditemukan adalah jenis karsinoma sel skuamosa. Pada penelitian diteliti beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan karsinoma sel skuamosa.
METODE: Desain studi ialah kasus-kontrol dengan subyek penderita kanker leher rahim jenis karsinoma sel skuamosa berdasarkan pemeriksaan histopatologik yang datang ke RSUPNCM Jakarta dan belum mendapatkan pengobatan.
HASIL: Dari 302 wanita penderita kanker leher rahim jenis karsinoma sel skuamosa yang diteliti terdapat 34,4% pada golongan umur 52 tahun sampai 62 tahun yang memiliki risiko tinggi, dengan rasio odd suaian (OR) 24,05 dan 95% interval kepercayaan 6,34 ; 91,24. Umumnya wanita berpendidikan tingkat SD dan wanita tidak sekolah memiliki risiko tinggi dibandingkan dengan wanita yang berpendidikan SMP ke atas, dengan rasio odd suaian berturut-turut 17,97 dan 12,91 dan 95% interval kepercayaan berturut-turut 2,82 ; 114,66 dan 1,96 ; 84,92. Jenis kontrasepsi yang digunakan yang dapat meningkatkan risiko adalah kontrasepsi hormonal jika dibandingkan dengan yang tidak memakai kontrasepsi, dengan rsio odd suaian 2,83 dan 95% interval kepercayaan 1,34 ; 6,00.
KESIMPULAN: Pada penelitian ini terlihat bahwa faktor-faktor risiko dominan yang berhubungan dengan terjadinya kanker leher rahim jenis karsinoma sel skuamosa adalah umur yang lebih tua, tingkat pendidikan rendah dan penggunaan kontrasepsi hormonal.

Risk Factors of Cervical Squamous Cell Carcinoma in Dr. Cipto Mangunkusumo National Central Hospital Jakarta 1997-1998BACKGROUND: Mortality of cervical cancer is highest among cancer in women. The histological type of cervical cancer is mostly squamous cell carcinoma. The purpose of this study is to show the risk factors of cervical squamous cell carcinoma.
METHOD: The design is a case control study carried out in patients from Dr. Cipto Mangunkusumo National Central Hospital Jakarta during 1997-1998 confirmed histologically with cervical squamous cell carcinoma, who has not started any treatment.
RESULT: From 302 women with squamous cell carcinoma of cervix examined, the high risk groups were found to be as follows : 1) 52-62 year age group (34,4%) with adjusted odds ratio (OR) 24,05 and 95% confidence interval (95% CI) 6,34 ; 91,24 2) low education level, elementary 1 no education compare with women with higher education level showed adjusted odds ratio (OR) 17,97 and 12,91, and 95% confidence interval (95% CI) 2,82 ; 114,66 and 1,96 ; 84,92 3) hormonal contraception compared with those who didn't use any contraception showed adjusted odds ratio (OR) 2,83 and 95% confidence interval (95% CI) 1,34 ; 6,00.
CONCLUSION: This study showed that older age group, low education and hormonal contraception were dominant risk factors of cervical squamous cell-carcinoma."
2001
T10520
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudha Sulistiana
"Latar Belakang: Kanker serviks merupakan keganasan yang sering ditemukan diberbagai negara pada wanita setelah kanker payudara. Kanker serviks berhubungan dengan angka kematian yang tinggi. FIGO merekomendasikan penggunaan MRI sebagai alat diagnosis dan prognosis. Tingkat proliferasi tumor berhubungan dengan respon terapi yang dapat diketahui dengan nilai signal intensitas sekuens T2WI. Saat ini belum ada penelitian yang menilai perbedaan nilai SI sekuens T2WI dengan respon terapi radiasi pada kanker serviks tipe karsinoma sel skuamosa.
Tujuan: Memperoleh perbedaan nilai rasio sekuens T2WI pada pasien kanker serviks karsinoma sel skuamosa yang mengalami respon dan tidak respon terapi.
Metode: Sebanyak 39 subjek penelitian dilakukan pemeriksaan MRI pelvis sebelum dan setelah terapi radiasi. Data penelitian diambil menggunakan sekuens T2WI dan data histologi berasal dari EHR RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Dilakukan analisis data menggunakan uji normalitas Saphiro-Wilk dan uji T berpasangan.
Hasil: Pada kelompok umur, status pernikahan, status obstetri dan klasifikasi FIGO, didapatkan hasil tidak signifikan (p = 0,19, p = 0,348, p = 0,153, dan p = 0,995; p > 0,05). Begitupun pada kelompok respon dan tidak respon dengan RECIST 1.1, didapat hasil signifkan dengan p = 0,000; p < 0,05) sedangkan pada kelompok perbedaan nilai rasio sekuens T2WI, didapatkan hasil yang tidak signifikan (p = 0,436, p > 0,05).
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan nilai rasio sekuens T2WI pada kelompok respon dan tidak respon terapi berdasarkan kriteria RECIST 1.1 pada kanker serviks tipe karsinoma sel skuamosa.

Background: Cervical cancer is a malignancy that is often found in various countries in women after breast cancer. Cervical cancer is associated with a high mortality rate. FIGO recommends the use of MRI as a diagnostic and prognostic tool. The rate of tumor proliferation is related to the therapeutic response which can be determined by the value of the T2WI sequence intensity signal. Currently, there are no studies that assess the differences in SI values of T2WI sequences and the response to radiation therapy in squamous cell carcinoma type cervical cancer.
Objective: Obtain differences in the value of the T2WI sequence ratio in patients with cervical cancer squamous cell carcinoma who experienced and did not respond to therapy.
Methods: A total of 39 study subjects were subjected to pelvic MRI examinations before and after radiation therapy. The research data were taken using T2WI sequences and histological data came from EHR RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Data were analyzed using the Saphiro-Wilk normality test and paired T test.
Results: In the age group, marital status, obstetric status and FIGO classification, the results were not significant (p = 0.19, p = 0.348, p = 0.153, and p = 0.995; p> 0.05). Likewise in the response dan unresponse group with RECIST 1.1, the results were significant with p = 0.000; p <0.05), while the difference in the value of the T2WI sequence ratio, the results were not significant (p = 0.436, p> 0.05).
Conclusion: There is no difference in the value of the T2WI sequence ratio in the response group and no response to therapy based on RECIST 1.1 criteria in squamous cell carcinoma type cervical cancer.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Feni Elda Fitri
"Penyintas kanker leher rahim masih mengalami ketakutan sepanjang hidupnya. Salah satu sumber ketakutan adalah kemungkinan mengalami kekambuhan walaupun sudah dinyatakan sembuh. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi kisah penyintas kanker leher rahim yang mengalami kekambuhan dengan menggunakan pendekatan kualitatif "life history". Pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam pada dua penyintas kanker, analisa dengan menceritakan kembali kisah penyintas dalam bentuk tema.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa penyintas kanker leher rahim saat mengalami kekambuhan menerima kondisi kekambuhannya dengan berbagai proses kehidupan yang dialami yaitu terpenuhinya rasa aman setelah terapi dinyatakan selesai, kembalinya tanda gejala awal dan lanjutan, menjalani terapi kembali, penolakan terhadap kondisi kekambuhan, menghindari kontak sosial saat mengalami kekambuhan, memperoleh dukungan saat mengalami kekambuhan, sampai menerima kondisi kekambuhan. Oleh karena itu pentingnya pemahaman tenaga kesehatan khususnya perawat untuk mengetahui kisah hidup penyintas kanker leher rahim dengan kekambuhan sehingga dapat memberikan tindakan dan dukungan yang tepat pada setiap periode kekambuhan yang dilalui dalam meningkatkan kualitas hidupnya.

Cervical cancer survivors are still experiencing fear throughout her life. One source of fear is likely to experience a recurrence despite being declared cured. This study aims to explore the story of cervical cancer survivors who experienced recurrence by using a qualitative approach life history. Data were collected by indepth interviews in two cancer survivors, analysied by retelling the story of the survivors in the form of theme.
The results of this study found that cervical cancer survivors experienced a recurrence while receiving recurrence with various process conditions of life experienced, that sense of fulfillment after the treatment was complete, marks the return of the symptoms of early and advanced, come back to therapy, the rejection of recurrence conditions, avoid social contact when experiencing a recurrence, obtaining support when experiencing a recurrence, to accept the conditions of recurrence. Hence the importance of understanding health professionals, especially nurses to know the life story of cervical cancer survivors with recurrence so as to provide appropriate action and support on any recurrence period which passed in improving the quality of life.
"
2015
T43446
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Candra Adi Nugroho
"Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil Treg (ditunjukkan oleh Foxp3), CD4, dan CD8 pada kanker serviks stadium lanjut lokal dan dampaknya terhadap progresivitas tumor dan respons radiasi. Metode. Setelah disetujui oleh komite penelitian, kami mengumpulkan data pasien kanker serviks stadium lanjut lokal yang menjalani radioterapi, di RSCM, Jakarta, pada Januari 2018 – Desember 2020. Subjek penelitian harus memiliki pencitraan pra dan paska radiasi dan spesimen blok parafin untuk memenuhi syarat dalam penelitian ini. Profil Foxp, CD4, dan CD8, akan dianalisis dengan imunohistokimia dengan penghitungan jumlah sel. Respons radiasi akan dianalisa dengan kriteria RECIST 1.1. Semua informasi klinis pasien yang diperlukan akan dikumpulkan dari rekam medis elektronik. Hasil. Kami menemukan bahwa sebagian besar pasien memiliki karsinoma sel skuamosa (93%), stadium IIIC (48%), dan menjalani radiasi saja (72%). Evaluasi RECIST menunjukkan 62% pasien memiliki respons lengkap, 28% respons parsial, dan 10% respons buruk (penyakit stabil dan progresif). Kami dapatkan median jumlah sel CD4 =29 (7 – 154), CD8 = 30 (6 – 227), dan Foxp3 = 36 (2 – 156). Tidak ada hubungan bermakna antara jumlah sel limfosit CD4, CD8, dan Foxp3 dengan volume tumor, dengan p = 0.858; p = 0.975, dan p = 0.723 masing masing. Tidak ada hubungan bermakna dengan dimensi terbesar tumor dengan p = 0.481, p = 0.480, dan p = 0.792 masing masing. Tidak ada pula hubungan bermakna antara jumlah sel limfosit CD4, CD8, dan Foxp3 dengan respons radiasi dengan p = 0.964, p = 0.296, dan p = 0.787 masing masing. Namun kami mendapatkan korelasi positif yang kuat dan bermakna pada jumlah sel tumor pada stroma, CD 4 - CD8 (r = 0.580, p=0.001); CD4 - Foxp3 (r = 0.699, p < 0.001), dan CD8 - Foxp3 (r = 0.652, p < 0.001). Kesimpulan. Sebagian besar pasien kanker stadium lanjut lokal yang menjalani radiasi memiliki respons lengkap. Tidak didapatkan hubungan bermakna antara jumlah sel limfosit CD4, CD8, dan Foxp3 dengan volume tumor, dimensi terbesar tumor, dan respons radiasi. Terdapat korelasi yang kuat dan signifikan antar sel imun (CD4-CD8, CD4-Foxp3, dan CD8-Foxp3) pada lingkungan stroma.

Aims: This study aims to determine profile of Treg (shown by Foxp3), CD4, and CD8 in locally advanced cervical cancer and the impact to tumor progressivity and radiation response. Method. After been approved by the institution research committee, we collect data of locally advanced of cervical cancer patients who underwent radiotherapy, at RSCM, Jakarta, in January 2018 – December 2020. Studies subjects must have pre and post irradiation imaging and paraffin block specimen to be eligible in this study. Profile of Foxp, CD4, and CD8, will be analyzed by immunohistochemistry, by counting the number of cells, and radiation response will be analyzed by RECIST 1.1 criteria. All necessary patient’s clinical information will be collected from electronic medical record. Result. We found that most of the patients had squamous cell carcinoma (93%), stage IIIC (48%), and underwent radiation alone (72%). RECIST evaluation showed 62% of patients had a complete response, 28% a partial response, and 10% had a poor response (stable and progressive disease). We found median CD4 cell counts = 29 (7 – 154), CD8 = 30 (6 – 227), and Foxp3 = 36 (2 – 156). There was no significant relationship between the number of CD4, CD8, and Foxp3 lymphocytes with tumor volume, with p = 0.858; p = 0.975, and p = 0.723 respectively. There was no significant relationship with the dimensions of the largest tumor with p = 0.481, p = 0.480, and p = 0.792, respectively. There was no significant relationship between the number of CD4, CD8, and Foxp3 lymphocytes with radiation response with p = 0.964, p = 0.296, and p = 0.787, respectively. However, we found a strong and significant positive correlation in the number of tumor cells in the stroma, CD4 - CD8 (r = 0.580, p = 0.001); CD4 - Foxp3 (r = 0.699, p < 0.001), and CD8 - Foxp3 (r = 0.652, p < 0.001). Conclusion. Most locally advanced cancer patients who undergo radiation have a complete response. There are no significant relationships between the number of CD4, CD8, and Foxp3 lymphocytes with tumor volume, largest tumor dimensions, and radiation response. There is a strong and significant correlation between immune cells (CD4-CD8, CD4-Foxp3, and CD8-Foxp3) in the stromal environment."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Trihatmowijoyo Bundjali
"Latar Belakang: Kanker serviks sebagai penyakit kanker tersering yang mendapatkan terapi pengganti ginjal berupa hemodialisis (HD). Gangguan ginjal yang terjadi pada kanker serviks dapat terkait kanker nya, nefropati obstruktif yang dapat menjadi sekuele kronik berupa penyakit ginjal kronik (PGK) maupun AKI (acute kidney injury) yang membutuhkan inisiasi HD.

Tujuan: Mengetahui kesintasan tiga bulan pasien kanker serviks yang membutuhkan inisiasi HD. Mengetahui hubungan antara usia, stadium kanker, faktor komorbid, hemodinamik pasca HD, akses vaskuler, rerata kenaikan berat badan antar HD, baseline kreatinin, baseline ureum dan baseline albumin dengan kesintasan tiga bulan pasien kanker serviks yang membutuhkan inisiasi HD.

Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif dari rekam medis pasien kanker serviks yang membutuhkan inisiasi hemodialisis. Penelitian dilaksanakan di RS Kanker Dharmais. Pengambilan data dilakukan pada 1 Juli 2023 sampai dengan 30 Agustus 2023. Kriteria inklusi yaitu Pasien berusia lebih dari 18 tahun dan Pasien kanker serviks yang membutuhkan inisiasi HD dengan indikasi akut di RS Kanker Dharmais. Kriteria eksklusi yaitu pasien dengan data yang tidak lengkap. Pengambilan data dari pencarian data dimulai dari login ke SIMRS RS kanker. Data akan dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat. Analisis univariat digunakan untuk mengetahui probabilitas menggunakan life table. Analisis bivariat menggunakan metode Kapplan Meier atau Regresi Cox Bivariat. Analisis multivariat dilakukan untuk mengukur pengaruh secara bersama faktor yang mempengaruhi kesintasan dan untuk melihat variabel yang paling dominan pengaruhnya.

Hasil: Didapatkan 252 pasien yang telah memenuhi kriteria dan dapat dianalisis. Hasil akhir multivariat menunjukkan variabel hemodinamik pasca HD sistolik < 110 mmHg dan rerata kenaikan berat badan antar HD ≥ 5%; HR 3,354 (95% CI: 2,346 - 4,795; p = < 0,001) dan 1,685 (95% CI: 1,125 – 2,521; p < 0,011) bermakna mempengaruhi kesintasan tiga bulan pasien kanker serviks yang membutuhkan inisiasi HD dengan kumlatif kesintasan adalah 49%.

Simpulan: Kumulatif kesintasan tiga bulan pasien kanker serviks yang membutuhkan inisiasi HD adalah 49%. Analisis bivariat maupun multivariat menunjukkan terdapat hubungan antara hemodinamik pasca HD sistolik < 110 mmHg dan rerata kenaikan berat badan antar HD ≥ 5%.


Cervical cancer is the most common cancer that receives kidney replacement therapy in the form of hemodialysis (HD). Kidney disorders that occur in cervical cancer can be related to the cancer, obstructive nephropathy which can become a chronic sequela in the form of chronic kidney disease (CKD) or AKI (acute kidney injury) which requires HD initiation.

Objective: To determine the three-month survival of cervical cancer patients requiring HD initiation. To determine the relationship between age, cancer stage, comorbid factors, post-HD hemodynamics, vascular access, Weight gain, baseline creatinine, baseline urea and baseline albumin with three-month survival of cervical cancer patients who require HD initiation.

Methods: This research is a retrospective cohort study of medical records of cervical cancer patients who required initiation of hemodialysis. The research was carried out at Dharmais Cancer Hospital. Data collection was carried out from 1 July 2023 to 30 August 2023. Inclusion criteria were patients aged more than 18 years and cervical cancer patients who required initiation of HD with acute indications at Dharmais Cancer Hospital. Exclusion criteria are patients with incomplete data. Retrieval of data from data searches starts from logging into the SIMRS cancer hospital. Data will be analyzed univariate, bivariate and multivariate. Univariate analysis is used to determine the probability using a life table. Bivariate analysis uses the Kaplan Meier method or Bivariate Cox Regression. Multivariate analysis was carried out to measure the joint influence of factors that influence survival and to see which variables had the most dominant influence.

Results: There were 252 patients who met the criteria and could be analyzed. Multivariate final results showed post-HD systolic hemodynamic variables < 110 mmHg and Weight gain ≥ 5%; HR 3.354 (95% CI: 2.346 - 4.795; p = < 0.001) and 1.685 (95% CI: 1.125 - 2.521; p < 0.011) significantly influenced the survival of cervical cancer patients who required HD initiation.

Conclusion: The cumulative survival rate of cervical cancer patients requiring HD initiation is 49% at three months. Bivariate and multivariate analysis showed that there was a relationship between hemodynamics after systolic HD < 110 mmHg and Weight gain ≥ 5%."

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erfina
"Kanker serviks merupakan salah satu keganasan pada sistem reproduksi perempuan. Tujuan penelitian ini adalah mengungkap makna pengalaman hidup perempuan setelah menjalani terapi kanker serviks. Penelitian kualitatif ini dilakukan dengan menggunakan metode fenomenologi. Delapan orang partisipan yang direkrut secara purposive sampling di poliklinik RSUPN dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta. Data yang diperoleh di analisis menurut Colaizzi.
Penelitian ini mengidentifikasi lima tema yang menggambarkan makna pengalaman perempuan setelah menjalani terapi kanker serviks yaitu berbagai dampak setelah menjalani terapi, adaptasi terhadap perubahan fisik setelah terapi, harapan terhadap kehidupan setelah menjalani terapi, dukungan sosial, persepsi terhadap pelayanan kesehatan yang diperoleh.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan perawat meningkatkan perbaikan pada pelayanan keperawatan bagi perempuan bukan saja selama sakit dan menjalani terapi, tetapi juga setelah menjalani terapi kanker serviks.

Cervical cancer is one of the malignancies in the female reproductive system. The aim of this research is to reveal the meaning of the experiences of women after cervical cancer therapy. This qualitative research was conducted using phenomenological methods. Eight participants were recruited by purposive sampling in the clinic at dr. Cipto Mangunkusumo hospital Jakarta. The collected data were analyzed according to Colaizzi.
This study identified five themes namely the adverse effects after therapy, adaptation to physical changes after therapy, life expectation after therapy, social support, perception health care.
This research's findings suggest that nurses must provide improve nursing services toward women not only on during illness and therapy, but also after therapies.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T29359
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sira Sappa Palambang
""ABSTRAK
"
Latar Belakang : Gambaran foramen neuralis servikal pada potongan aksial memiliki keterbatasan dan tidak memperlihatkan foramen secara en face. Pemeriksaan MRI servikal dengan menggunakan potongan sagital oblik memberikan visualisasi dan diagnosis stenosis foraminal yang lebih optimal karena pengambilan potongan tegak lurus terhadap foramen neuralis. Saat ini prosedur operasional standar pemeriksaan MRI servikal di RSCM belum menggunakan potongan sagital oblik, sehingga masih belum dapat memberikan visualisasi langsung yang jelas dari foramen neuralis servikal dikarenakan anatomi dari foramen neuralis servikal tersebut.Metode : Pada penelitian ini, dievaluasi 23 subjek penelitian 5 orang laki-laki, 18 orang perempuan, dengan rerata usia 57 tahun yang menjalani pemeriksaan MRI servikal di RSCM. Sebanyak total 138 foramen dianalisis dari C4-5 sampai C6-7 untuk mengetahui perbedaan diagnosis derajat stenosis foraminal servikal pada potongan aksial dengan potongan sagital oblik MRI servikal. Uji hipotesis dilakukan dengan uji nonparametrik Mc Nemar dan hubungan diagnostik antara kedua potongan dinilai dengan analisis Cohen rsquo;s Kappa.Hasil : Terdapat perbedaan bermakna antara diagnosis kategori stenosis berdasarkan potongan sagital oblik dengan aksial MRI servikal dengan nilai p=0,001. Pada analisis Cohen rsquo;s Kappa didapatkan nilai r = 0,248 dengan nilai p=0,000.Kesimpulan : Terdapat perbedaan diagnosis stenosis yang siginifikan pada potongan sagital oblik dengan aksial MRI servikal dengan tidak adanya kesesuaian diagnostik antara kedua potongan tersebut.
"
"
"ABSTRACT
"Background Axial images in cervical MRI examination has limitations in evaluating neural foramen and do not directly visualized it. Oblique sagittal images cervical MRI, that perpendicular to the neural foramen in axial images, provides optimal visualization and better diagnosis of foraminal stenosis grading. Currently, the standard operating procedures of the cervical MRI examination in RSCM are not yet using oblique sagittal images, so it still can not provide direct visualization of the cervical neural foramen due to the anatomy of the cervical foraminal.Method In this study, we evaluated 23 people 5 males and 18 females, mean age 57 years who visited RSCM and underwent cervical MRI. A total of 138 foramina were analysed from C4 5 to C6 7 both sides, based on axial images and oblique sagittal images to determine the diagnostic differences in cervical foraminal stenosis. Hypothesis testing was done with Mc Nemar nonparametric test and diagnostic association between the two images was assessed by Cohen rsquo s Kappa analysis.Result There is significant diagnostic differences p 0,001 of stenosis grading using axial images and oblique sagittal images cervical MRI. In the analysis of Cohen rsquo s Kappa, obtained r 0,248 with p 0,000Conclusions There is significant differences in the diagnosis of cervical foraminal stenosis between the oblique sagittal images and axial images and also there is no diagnsotic association between oblique sagittal and axial images. "
2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Prastasari
"ABSTRAK
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesintasan hidup pasien kanker serviks dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif dengan analisis kesintasan. Pasien kanker serviks yang didiagnosis di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada 1 Januari 2005 sampai 31 Desember 2006 dimasukkan dalam penelitian ini. Dilakukan pendataan tanggal dan umur saat diagnosis, tingkat pendidikan, stadium, jenis histopatologi, diferensiasi tumor, invasi limfovaskuler, jenis terapi, dan lengkapnya terapi. Jika pasien menjalani operasi, dinilai pula adanya tumor pada kelenjar getah bening(KGB) atau batas sayatan. Selanjutnya pasien diamati sampai minimal 5 tahun apakah pasien masih hidup. Kemudian dilakukan analisis kesintasan dengan metode Kaplan Meier. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesintasan dinilai dengan analisis Cox regression.
Hasil: Diperoleh 447 pasien kanker serviks dalam kajian ini. Didapatkan median survival keseluruhan pasien kanker serviks 1916 hari (63 bulan) dengan kesintasan hidup 5 tahun 52%. Faktor umur, pendidikan, jenis pembiayaan, ukuran tumor, dan adanya invasi limfovaskuler tidak menunjukkan adanya perbedaan kesintasan. Stadium III dan IV memiliki kesintasan hidup yang lebih rendah dengan Hazard Ratio 3.27 dan 6.44. Diferensiasi buruk dan terapi tidak lengkap memiliki kesintasan yang lebih rendah dengan HR 2.26 dan 2.22. Jenis histopatologi lain-lain memiliki kesintasan yang lebih rendah dengan HR 2.85, namun tidak menunjukkan perbedaan bermakna pada uji multivariat. Pada pasien yang menjalani operasi disertai adanya tumor pada KGB menunjukkan kesintasan yang lebih rendah dengan HR 12.01, sedangkan adanya tumor pada batas sayatan tidak menunjukkan perbedaan kesintasan yang bermakna. Jenis terapi pada stadium awal ataupun sradium lanjut tidak menunjukkan perbedaan pada uji multivariat.
Kesimpulan: Median survival pasien kanker serviks adalah 63 bulan. Faktor-faktor yang berpengaruh secara independen terhadap kesintasan pasien kanker serviks adalah stadium, diferensiasi tumor, kelengkapan terapi, dan adanya tumor pada kelenjar getah bening.

ABSTRACT
Objective: To find out of the probability of 5 years survival rate on cervical cancer patients and to identify the influencing factors.
Methods: This is a retrospective cohort study. Cervical cancer patients treated at Cipto Mangunkusumo Hospital in 2005-2006 were selected. Demographic and clinical data were collected. Demographic data collected were diagnosis time, age, and education level. Clinical data collected were stage, histopathology, differentiation, lymphovascular invasion, and therapy. The appearance of the tumor on the specimen margin and lymphnodes was also noted in the patient underwent surgery. All the patients were followed up for minimal 5 years to know whether the patient was alive. Kaplan Meier methods was used to determine the survival rate probability and Cox regression analysis was used to assessed the factors influencing the cervical cancer survival
Result: A total of 447 cervical cancer patients was enrolled to this study. Median survival of these patients was 63 months and the overall 5-years survival probability was 52%. Age, education level, funding source, tumor size, and lymph-vascular invasion showed no significant differences on cervical cancer survival. Stage III and IV had lower survival probability (Hazard Ratio 3.27 and 6.44). Poor differentiated tumor and uncompleted therapy also had lower survival probability (HR 2.26 and 2.22). Histopathology of others had lower survival probability(HR 2.85), but wasn't significant on multivariate analysis. The presence of tumor on the cervical cancer specimen during operation showed worse survival probability (HR 12.01), otherwise the presence of tumor on specimen margin didn't show difference survival. Therapy types didn't showed any differences, either on early and advanced stage.
Conclusion: Cervical cancer median survival was 63 months. Independent influencing factors in this study were cancer’s stage, tumor differentiation, therapy completeness, and the presence of the tumor on the pelvic lymph nodes specimen during operation."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T33184
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prajnadiyan Catrawardhana
"

Latar Belakang: Ekstrak mangga telah terbukti memiliki efek antikanker terhadap kanker serviks, namun kemang (Mangifera kemanga) sebagai kerabat mangga yang belum banyak diteliti diduga memiliki efek yang sama. Tujuan: Mengetahui kandungan golongan senyawa yang terdapat pada ekstrak etanol, etil asetat, dan nheksan buah kemang serta menguji efek sitotoksiknya terhadap sel kanker serviks HeLa. Metode: Daging buah kemang diekstraksi menggunakan pelarut etanol, etil asetat, dan n-heksana. Uji fitokimia dan kromatografi lapis tipis menggunakan ketiga ekstrak digunakan untuk mengetahui kandungan fitokimia yang ada. Uji MTT dilakukan pada ketiga ekstrak yang diuji terhadap sel HeLa untuk mengetahui efek sitotoksik sampel dalam nilai IC50. Hasil: Uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak buah kemang mengandung senyawa flavonoid, tanin, triterpenoid, dan alkaloid. Uji kromatografi lapis tipis dengan eluen non polar menunjukkan satu titik dengan Rf 0,82 pada ekstrak etanol; enam titik dengan Rf 0,16, 0,36, 0,49, 0,76, 0,82, dan 0,94 pada ekstrak etil asetat; dan enam titik dengan Rf 0,36, 0,48, 0,63, 0,75, 0,83, dan 0,93 pada ekstrak n- heksan. Uji MTT mendapatkan nilai IC50 terhadap sel HeLa, berturut-turut untuk ekstrak etanol, etil asetat, dan n-heksan, adalah 44,34, 16,41, dan 43,23 ppm. Kesimpulan: Ekstrak buah kemang memiliki potensi sebagai agen antikanker terhadap kanker serviks.


Background: Mango extract has been proven in its anticancer effect against cervical cancer, however kemang (Mangifera kemanga), despite being a relative of mango, has not been thoroughly researched although expected to give the same effect. Objective: To identify the contents contained in the ethanol, ethyl acetate, and n-hexane extract of kemang flesh and examine its cytotoxic effect on HeLa cervical cancer cells. Methods: Kemang flesh was extracted using ethanol, ethyl acetate, and n-hexane. Phytochemical tests and thin-layer chromatography on the extracts were conducted to identify the phytochemical contents. MTT assay was carried out using the extracts against HeLa cells to find out the cytotoxic effect of the samples in IC50 values. Results: Phytochemical tests revealed that kemang flesh extract contains flavonoid, tannin, triterpenoid, and alkaloid. Thin-layer chromatography test with nonpolar eluent showed one spot with Rf of 0.82 in ethanol extract; six spots with Rf of 0.16, 0.36, 0.49, 0.76, 0.82, and 0.94 in ethyl acetate extract; and six spots with Rf of 0.36, 0.48, 0.63, 0.75, 0.83, and 0.93 in n-hexane extract. MTT assay obtained IC50 values for HeLa cells, respectively for ethanol, ethyl acetate, and n-hexane extracts, were 44.34, 16.41, and 43.23 ppm. Conclusion: Kemang fruit extract has potential as an anticancer agent against cervical cancer.

 

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfiyyah Mutsla
"Adanya transisi epidemiologi menjadikan penyakit tidak menular menjadi masalah baru di dunia kesehatan. Kanker leher rahim merupakan salah satunya. Penelitian Globocan tahun 2008 mengungkapkan bahwa kanker leher rahim merupakan kanker kedua penyebab lebih dari 80% kematian pada perempuan yang hidup di negara-negara berkembang. Di Indonesia dilaporkan terdapat 15.000 kasus baru kanker leher rahim pada tiap tahunnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kanker leher rahim di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 2012. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data sekunder di bagian rekam medis RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dengan desain studi kasus kontrol dan sampel sebanyak 100 orang masing-masing pada kelompok kasus dan kelompok kontrol.
Faktor-faktor yang diidentifikasi dapat meningkatkan risiko kanker leher rahim adalah umur, tingkat pendidikan, status pekerjaan, usia pertama kali berhubungan seksual, jumlah pasangan seksual, dan paritas. Diketahui bahwa faktor yang paling dominan mempengaruhi kejadian kanker leher rahim di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 2012 adalah paritas ≥3 anak (OR = 51,8; 95% CI: 14,53 - 184,67) dan berhubungan seksual pertama kali pada usia <16 tahun (OR = 40,91; 95% CI: 8,96 - 186,81).
Untuk mengurangi kejadian kanker leher rahim diharapkan bagi instansi terkait dapat lebih mengutamakan upaya pelayanan promotif dan preventif dengan meningkatkan cakupan pelayanan deteksi dini kanker leher rahim dan penyuluhan kesehatan mengenai kanker leher rahim yang lebih massal sehingga dapat mencapai semua lapisan masyarakat.

Transition of epidemiology has made a non-communicable diseases becoming the new health problems in the world. Cervical cancer is one of the problems. Globocan study in 2008 have shown that cervical cancer is the second most common cancer that leading causes more than 80% of deaths in women living in developing countries. In Indonesia there are 15.000 new cases of cervical cancer reported each year.
The purpose of this study is to know the prevalence of cervical cancer itself and risk factors that associated with cervical cancer in RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, 2012. The research was conducted by taking secondary data on the medical record of RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta with case-control study and the sample size is 100 subjects in the case group and control group, respectively.
Factors that have been identified to increase the risk of cervical cancer are age, education level, employment status, age at first sexual intercourse, number of sexual partners, and parity. It is known that the most dominant factors that affecting the incidence of cervical cancer in RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta in 2012 are high parity (≥3) (OR = 51,8; 95% CI: 14,53 – 184,67) and first sexual intercourse at age <16 years (OR = 40,91; 95% CI: 8,96 - 186,81).
To reduce the incidence of cervical cancer the related agencies are expected to be more emphasis on promotive and preventive programs to improve the coverage of early detection of cervical cancer and health education about cervical cancer to be more mass so it can reach to all levels of society.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47447
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>