Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172757 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuwono
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian:
Southeast Asian Ovalocytosis (SAO) yang lazim ditemukan pada populasi Asia Tenggara, merupakan polimorfisme yang terbentuk akibat delesi 27 pb pada gen AEI/hilangnya 9 asam amino pada protein pita 3. Delesi 9 asam amino ini menyebabkan gangguan gerak protein pita 3 dan protein rangka membran, membran menjadi kaku dan bentuk eritrosit berubah menjadi oval. Perubahan morfologi ini memberi keuntungan karena sel darah merah dengan SAO menjadi resisten terhadap malaria. Mekanisme serta berbagai faktor yang berhubungan dengan resistensi ini, sampai kini masih banyak diperdebatkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan variasi resistensi tersebut dengan etnis dan geografis. Pendekatan yang dilakukan yaitu studi epidemiologi molekul untuk mengetahui frekuensi ovalositosis pada penderita malaria dan pada individu sehat pada dua populasi yang berbeda etnis dan letak geografisnya (Alor dan Bangka), uji invasi in vitro untuk melihat apakah ovalositosis resisten terhadap invasi P. falciparum. Pada penelitian ini juga dilakukan pendeteksian faktor perancu pada ovalositosis dan perbandingan metode deteksi ovalositosis berdasarkan gambaran morfologi sel darah merah dan berdasarkan metode polymerase chain reaction (PCR).
Hasil dan Kesimpulan:
Frekuensi, ovalositosis pada penderita malaria dibandingkan pada individu sehat di Alor adalah 3.1% (2164) : 13.5% (13/96) (p< 0.05) dan di Bangka 0% (01164) : 8.1% (131156) (p< 0.01). Uji chi square menunjukkan bahwa frekuensi ovalositosis pada penderita malaria di kedua pulau berbeda bermakna (p< 0.05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa individu dengan ovalositosis di Bangka memiliki resiko lebih rendah untuk terinfeksi malaria dibanding individu dengan ovalositosis di Alor. Hasil studi pada populasi ini diperkuat dengan hasil studi invasi yang menunjukkan bahwa parasitemia pada sel darah merah ovalositosis 10 kali lebih rendah dibanding pada sel darah merah normal dan terjadi hambatan perkembangan parasit intraovalositosis. Thalasemia β kemungkinan bukan merupakan faktor perancu pada ovalositosis. Diagnosis ovalositosis berdasarkan metode PCR lebih handal (sensitifitas dan spesifitas 100%) dibandingkan diagnosis berdasarkan gambaran morfologi sel darah merah (sensitifitas 73-84%, spesifitas 97-99%)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002
T10345
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Setyaningtyas
"[Southeast Asian Ovalocytosis (SAO), thalassemia α, serta defisiensi enzim G6PD (Glukosa-6-Fosfat Dehidrogenase) merupakan kelainan sel darah merah yang terjadi akibat adanya mutasi. Kelainan sel darah merah tersebut banyak ditemukan pada daerah endemik malaria. Hal tersebut diduga terkait dengan adanya mekanisme proteksi terhadap parasit malaria. Penelitian bertujuan untuk mengetahui frekuensi penderita SAO, thalassemia α, G6PDd/SAO dan G6PDd/thalassemia α. Metode deteksi yang dilakukan yaitu dengan pengamatan morfologi eritrosit, perhitungan sel darah total (CBC), serta biologi molekuler menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR). Berdasarkan hasil PCR, didapatkan frekuensi penderita SAO sebesar 11,4%, thalassemia α sebesar 15,2%, G6PDd/SAO sebesar 0,8% , serta penderita G6PDd/thalassemia α sebesar 0,32%. Manifestasi klinis dapat dilihat dari nilai perhitungan sel darah total (CBC) penderita G6PDd/SAO dan G6PDd/thalassemia α yang cenderung rendah.
;Southeast Asian Ovalocytosis (SAO), α thalassemia, and G6PD (Glucose-6-Phosphate- Dehydrogenase) enzyme deficiency are red blood cell disorders that occur due to mutations in the DNA. These red blood cell disorders are commonly found in malaria endemic areas. That lead to the asumption that may provide protection against malaria parasite. The research done in order to determine the frequency of SAO, α thalassemia, G6PDd/SAO, and also G6PDd/ α thalassemia. Detection method used by erythrocytes morphological observation and also from haematological profile. In addition, for more accurate result used moleculer method detection by Polymerase Chain Reaction (PCR). Based on PCR, result showed frequency for SAO 11,4%, α thalassemia 15,2%, G6PDd/SAO 0,8% , and for G6PDd/ α thalassemia 0,32%. Haematological profile from suffered showed tend to be lower.
;Southeast Asian Ovalocytosis (SAO), α thalassemia, and G6PD (Glucose-6-Phosphate- Dehydrogenase) enzyme deficiency are red blood cell disorders that occur due to mutations in the DNA. These red blood cell disorders are commonly found in malaria endemic areas. That lead to the asumption that may provide protection against malaria parasite. The research done in order to determine the frequency of SAO, α thalassemia, G6PDd/SAO, and also G6PDd/ α thalassemia. Detection method used by erythrocytes morphological observation and also from haematological profile. In addition, for more accurate result used moleculer method detection by Polymerase Chain Reaction (PCR). Based on PCR, result showed frequency for SAO 11,4%, α thalassemia 15,2%, G6PDd/SAO 0,8% , and for G6PDd/ α thalassemia 0,32%. Haematological profile from suffered showed tend to be lower.
, Southeast Asian Ovalocytosis (SAO), α thalassemia, and G6PD (Glucose-6-Phosphate- Dehydrogenase) enzyme deficiency are red blood cell disorders that occur due to mutations in the DNA. These red blood cell disorders are commonly found in malaria endemic areas. That lead to the asumption that may provide protection against malaria parasite. The research done in order to determine the frequency of SAO, α thalassemia, G6PDd/SAO, and also G6PDd/ α thalassemia. Detection method used by erythrocytes morphological observation and also from haematological profile. In addition, for more accurate result used moleculer method detection by Polymerase Chain Reaction (PCR). Based on PCR, result showed frequency for SAO 11,4%, α thalassemia 15,2%, G6PDd/SAO 0,8% , and for G6PDd/ α thalassemia 0,32%. Haematological profile from suffered showed tend to be lower.
]"
Universitas Indonesia, 2015
S60820
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulya Rahma Dhairyani
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1993
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mira Susanti
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
S32015
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Suryasari Darman
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
S31909
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febriana Sari
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
S31264
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erika Sasha Adiwongso
"Rekomendasi pemberian cairan karbohidrat sebelum operasi pada populasi diabetes melitus tipe 2 (DMT2) masih lemah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian CHO terhadap profil gula darah perioperatif dan resistensi insulin pada populasi DMT2. Penelitian ini merupakan uji klinis acak tersamar ganda yang melibatkan 44 pasien dewasa dengan DMT2 yang menjalani operasi elektif kategori minor. Subjek dibagi menjadi kelompok kontrol dan kelompok CHO. Pencatatan terhadap kadar gula darah (GD) pada empat titik waktu pengukuran, yaitu prabedah, intrabedah, pascabedah, dan 1 hari pascabedah, serta kadar insulin sebelum dan sesudah operasi. Komplikasi yang direkam meliputi kejadian mual, muntah, aspirasi, infeksi, serta pemajangan lama rawat. Kelompok CHO memiliki profil gula darah yang lebih stabil dibandingkan kelompok kontrol (p=0,003) terutama 1 hari pascabedah dengan median lebih rendah (137,5 (79–248) vs. 147,0 (88­–228)). Kelompok kontrol memiliki fluktuasi gula darah signifikan. Resistensi insulin kelompok CHO menurun signifikan dari nilai prabedah (p=0,01). Insiden hiperglikemi sebesar 65% pada kelompok CHO dibanding 45% pada kontrol dengan insiden hipoglikemia 10% pada kelompok kontrol. Tidak ada komplikasi dalam penelitian ini. Pasien DMT2 yang mendapat CHO memiliki profil GD lebih stabil dan penurunan resistensi insulin pascabedah.

Preoperative carbohydrate loading (CHO) recommendations in type 2 diabetes (T2DM) patients are still controversial. This study aimed to evaluate the effects of CHO towards perioperative blood glucose (BG) and insulin resistance in T2DM underwent elective surgery. Forty-four patients were allocated randomly to control group and CHO group. Blood glucose was examined at four time points: preloading, intraoperative, end of surgery and 1-day post-surgery. Insulin was examined at preloading and end of surgery. Complications recorded including nausea, vomiting, aspiration, infection and prolong hospital stay. The CHO group had a more stable BG compared to control (p=0,003) notably at 1-day post-surgery with lower BG median in CHO (137,5 (79–248) vs. 147,0 (88­–228) while control group had significant BG fluctuation. Insulin resistance trend between group were not statistically significant (p=0,34), however insulin resistance in CHO group was significantly lower compared to preloading (p=0,01). About 65% subjects in CHO group had hyperglycemia compared to 45% in control group. There were 10% subjects with hypoglycemia in control group. There were no complications observed during this study. T2DM patients receiving CHO had more stable perioperative BG profile and could lower insulin resistance due to surgery."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rizqi Najla Humaira
"Latar Belakang
Diabetes mellitus merupakan penyakit gangguan metabolik dengan jumlah penderita yang tergolong tinggi baik di dunia maupun di Indonesia. Salah satu faktor risiko dari diabetes mellitus adalah obesitas. Obesitas dapat menyebabkan akumulasi lemak yang memicu kondisi diabetes melalui disfungsi sel beta dan resistensi insulin. Indeks yang dapat digunakan untuk mengukur akumulasi lemak adalah indeks lipid accumulation product (LAP). Sejauh ini, indeks LAP ditemukan berkaitan dengan kejadian diabetes mellitus tipe 2 pada berbagai populasi. Meskipun demikian, penelitian yang menelusuri hubungan antara indeks LAP dengan disfungsi sel beta dan resistensi insulin sebagai penyebab diabetes mellitus tipe 2 masih terbatas.
Metode
Studi observasional dengan desain potong lintang ini menggunakan data sekunder dengan merekrut populasi orang dewasa nondiabetes pada tahun 2018 dan 2019. Pada subjek tersebut, pemeriksaan antropometri dan pengambilan darah dilakukan untuk memperoleh kadar glukosa darah puasa, insulin puasa, dan trigliserida. Analisis dilakukan dengan menggunakan uji korelasi dan regresi linier untuk melihat hubungan antara indeks LAP dengan fungsi sel beta pankreas dan resistensi insulin setelah disesuaikan oleh variabel perancu.
Hasil
Penelitian ini melibatkan 81 subjek dewasa nondiabetes dengan usia 51,54 ± 7,29 tahun. Ditemukan korelasi positif yang signifikan (p<0,01) antara lipid accumulation product (LAP) dengan fungsi sel beta pankreas (r = 0,39) dan resistensi insulin (r = 0,44). Setelah dilakukan penyesuaian variabel perancu pada analisis multivariat, indeks LAP tidak menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap fungsi sel beta pankreas dan resistensi insulin.
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara indeks LAP dan fungsi sel beta pankreas dan resistensi insulin pada populasi dewasa nondiabetes. Dibutuhkan studi lebih lanjut untuk menentukan kausalitas pada asosiasi tersebut.

Introduction
Diabetes mellitus is a metabolic disorder with high prevalence worldwide, including Indonesia. One of the risk factors for diabetes mellitus is obesity, which can lead to fat accumulation causing diabetes through beta cell dysfunction and insulin resistance. Lipid accumulation product (LAP) is an index used to measure fat accumulation. LAP has been found to be associated with the occurrence of type 2 diabetes mellitus in various populations. However, studies investigating between LAP index and beta cell dysfunction and insulin resistance as causes of type 2 diabetes mellitus are still limited.
Method
This cross-sectional observational study used secondary data to recruit nondiabetic adults in 2018 and 2019. Anthropometric measurements and blood samples were taken. Statistical analysis was conducted using correlation test and linear regression to examine the relationship between LAP index and pancreatic beta cell function and insulin resistance after adjusting for confounding variables.
Results
This study involved 81 nondiabetic adult subjects with an average age of 51.54 ± 7.29 years old. Significant positive correlation (p<0.01) was found between LAP index and beta cell function (r = 0.39) dan resistensi insulin (r = 0.44). After adjusting for confounding variables in multivariate analysis, the LAP index did not show a significant relationship with beta cell function and insulin resistance.
Conclusion
This study demonstrated a significant association of LAP index with beta cell function and insulin resistance in nondiabetic adult population. Further research is needed to determine causality.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Eunike Hanna Dameria
"Latar Belakang : Meropenem, salah satu antibiotik yang paling efektif terhadap bakteri gram negatif dan bakteri gram positif, dianggap sebagai pengobatan terakhir yang paling dapat diandalkan untuk infeksi bakteri. Penyebaran yang cepat dari resistensi meropenem, terutama diantara bakteri gram negatif, merupakan masalah kesehatan yang sangat penting. Berbagai faktor diketahui berhubungan dengan kejadian resistensi meropenem terhadap bakteri gram negatif, namun penelitian yang dilakukan pada pasien infeksi intra abdomen masih terbatas.
Tujuan : Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan resistensi antibiotik meropenem terhadap bakteri gram negatif pada pasien infeksi intra-abdomen di RSCM tahun 2013-2017.
Metode : Penelitian desain cross sectional dengan mengambil data dari rekam medis pasien infeksi intra abdomen pada rentang waktu tahun 2013-2017 sebanyak keseluruhan populasi terjangkau.
Hasil : Tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik dari faktor-faktor yaitu, usia, jenis kelamin, penyakit yang menyertai, riwayat antibiotik, jumlah leukosit dan jumlah albumin yang berhubungan dengan resistensi meropenem terhadap bakteri gram negatif.
Kesimpulan : Usia, jenis kelamin, penyakit yang menyertai, riwayat antibiotik, jumlah leukosit dan jumlah albumin bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan resistensi meropenem terhadap bakteri gram negatif pada pasien infeksi intra abdomen. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor lain yang berhubungan dengan resistensi meropenem terhadap bakteri gram negatif pada pasien infeksi intra abdomen.

Background : Meropenem, one of the most effective antibiotics against gram-negative bacteria and gram-positive bacteria, is considered to be the most reliable last treatment for bacterial infections. The rapid spread of meropenem resistance, especially among gram negative bacteria, is a very important health problem. Various factors are known to be associated with the incidence of meropenem resistance to gram-negative bacteria, but studies conducted on patients with intra-abdominal infections are still limited.
Objectives : To determine the factors associated with meropenem resistance against gram-negative bacteria in patients with intra-abdominal infections at Cipto Mangunkusumo Hospital in the year of 2013-2017.
Methods : A cross sectional design study by taking data from medical records of intra-abdominal infection patients in the period of 2013-2017 as much as the entire affordable population.
Results : There were no statistically significant differences in factors, namely age, sex, accompanying disease, history of antibiotics, number of leucocyte and amount of albumin associated with meropenem resistance against gram-negative bacteria.
Conclusion : Age, sex, accompanying disease, history of antibiotics, number of leucocytes and amount of albumin are not factors associated with meropenem resistance against gram-negative bacteria in patients with intra-abdominal infections. Further research is needed to determine the effect of other factors related to meropenem resistance against gram-negative bacteria in patients with intra-abdominal infections.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>