Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 129373 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahmad Ya`la
"Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana perubahan sosial komunitas Betawi di Kelurahan Kembangan Selatan, terutama setelah Kelurahan Kembangan akan dijadikan sentra primer baru-barat. Perubahan sosial yang dimaksud adalah menyangkut diferensiasi sosial, perubahan nilai-nilai, dan independensi sosial. Perubahan tersebut menyangkut kepemilikan tanah, pola pemukiman atau perumahan, pekerjaan dan penghasilan, pendidikan, perkawinan, praktek keagamaan, pandangan hidup dan orientasi politik, dan hubungan sosial. Seberapa jauh hal tersebut terjadi pada komunitas Betawi di Kembangan Selatan?
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi pola-pola perubahan sosial yang terjadi pada komunitas Betawi. Mengetahui pola-pola perubahan yang terjadi pada komunitas betawi. Memperoleh gambaran identifikasi pola-pola perubahan, dimana Kembangan Selatan diproyeksikan sebagai sentra primer baru di wilayah Jakarta Barat.
Penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus yang bermaksud mengungkap gambaran-gambaran perubahan-perubahan spesifik yang terjadi dalam suatu kelompok masyarakat, terutama yang menyangkut diferensiasi sosial, perubahan nilai-nilai, independensi sosial, dan kohesi sosial.
Temuan dalam penelitian ini adalah, perubahan sosial komunitas Betawi di Kembangan Selatan yang menjadi motor penggeraknya adalah perubahan kepemilikan tanah. Setelah tanah terjual terjadi diikuti arus urbanisasi sehingga diferensiasi okupasional dan diferensiasi fungsional. Kemudian terjadi ketegangan-ketegangan dalam perubahan nilai, dari nilai-nilai tradisional ke nilai-nilai modern, yang terlihat dari kelompok masyarakat yang tradisional dan modern dalam hal agama dan pendidikan. Makin meningkatnya kegiatan komersial di Kembangan Selatan seperti pekerjaan-pekerjaan di sektor informal.
Kesuksesan orang Betawi lebih ditentukan keturunan atau oscuber status. Mereka adaptif terhadap budaya luar selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama yang dianut yaitu agama Islam. Ajaran agama merupakan tuntunan hidup. Mereka bukan tergolong penduduk yang lintas daerah, lintas propinsi, mereka tergolong penduduk yang betah di wilayah. Komunitas Betawi di Kembangan Selatan makin kabur batas-batasnya baik dari segi jumlah penduduk, keturunan, dan wilayahnya. Mereka juga mengalami kekagetan budaya, karena perkembangan kota Jakarta yang terlalu cepat.
Kesimpulannya adalah pada komunitas Betawi di Kembangan Selatan terjadi diferensiasi sosial yang terdiri dari diferensiasi fungsional, dan okupasional, dalam hal kepemilikan tanah, pekerjaan, dan pola pemukiman. Terjadi perubahan nilai dalam hal agama, perkawinan, pendidikan. Kemudian juga terjadi independensi sosial dalam hal biaya perkawinan, pendidikan, dan hubungan sosial.
Pada akhirnya masyarakat komunitas Betawi di Kelurahan Kembangan Selatan dalam hal pekerjaan, pergaulan/interaksi sosial tidak lagi terbatas pada lingkup komunitas asli mereka. Sementara pendatang bukan lagi masalah bagi mereka, justru membuka cakrawala mereka akan adanya "orang lain", "budaya lain", di samping mereka. Dan yang lebih penting lagi pendatang menguntungkan bagi kelangsungan hidup dan pergaulan. Pada gilirannya semua ini menggambarkan suatu kohesi sosial yang kuat baik bagi penduduk komunitas Betawi itu sendiri maupun dengan warga-warga lain."
2000
T10245
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aris Djazuli
"Kota-kota di negara-negara sedang berkembang atau lebih dikenal dengan Dunia Ketiga berkembang dengan sangat pesat. Setiap tahun berjuta-juta orang pindah dari desa ke kota, sekalipun banyak kota besar dalam kenyataannya sudah tidak mampu menyediakan pelayanan pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, transportasi, perumahan, dan sebagainya lebih dari minimal kepada penduduknya yang sangat padat itu.
Sekalipun kota-kota besar yang ada sekarang ini sudah tergolong sangat besar, namun diperkirakan akan berkembang meniadi kota-kota yang lebih besar lagi dalam tahun-tahun mendatang. Pada tahun 1950 diperkirakan 38 persen penduduk kota tinggal di negara-negara sedang berkembang. Namum dalam tahun 1975 sekitar 51 persen atau 750 juta penduduk negara-negara sedang berkembang berada di kota, jumlah yang sama dengan jumlah penduduk kota di negara-negara lain. Pada tahun 2000 nanti, diperkirakan jumlah penduduk kota di negara-negara sedang berkembang akan meningkat lebih dari dua setengah kali, sedang penduduk kota di negara-negara industri hanya akan bertambah kurang dari 50 persen.
Proses urbanisasi yang terjadi di negara-negara sedang berkembang tersebut menimbulkan dampak yang sangat luas. Salah satu masalah yang timbul sebagai akibat dari perkembangan urbanisasi yang cepat itu adalah berupa kenyataan bahwa kota-kota di negara-negara sedang berkembang pada tingkat sekarang ini belum mampu untuk menyediakan lapangan kerja, menyediakan prasarana dan sarana umum kota yang dibutuhkan, menyediakan sistem transportasi, perumahan, sampah, dan sebagainya. Dalam keadaan demikian kota-kota akhirnya akan tampil sebagai kumpulan sistem yang keberatan beban, termasuk di dalamnya juga sistem-sistem nilai yang akhirnya berkembang dalam tata kehidupan kota.
Salah satu akibat lebih lanjut dari kenyataan ini adalah masalah-masalah yang ditimbulkan akibat merosotnya kualitas lingkungan hidup dalam anti luas, institusi-institusi sosial menjadi goyah, keseimbangan ekosistem terganggu dan siklus materi tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Seperti diketahui pada tingkat pertama alam dikenal mempunyai daya penyerap secara alami pengaruh-pengaruh yang diakibatkan oleh kegiatan manusia. Kemampuan tersebut akan terganggu karena adanya berbagai sistem keberatan beban seperti diuraikan di atas. Akibatnya kualitas lingkungan hidup dari hari ke hari semakin memburuk. Kenyataan ini dapat dilihat sehari haridalam kehidupan kota-kota besar seperti Jakarta ini betapa sampah yang bertebaran, sanitasi yang buruk dan saluran air yang mampat, air sungai dalam kota yang hitam dan penuh sampah, septic udara yang kotor oleh emisi kendaraan bermotor maupun industri, kebisingan, sistem lalu lintas yang macet, penyerobotan tanah secara liar, kandisi perumahan penduduk yang padat dan buruk, dan lain sebagainya. Secara sosial akibat dari adanya sistem keberatan beban ini dapat dilihat berupa melebarnya perbedaan antara golongan penduduk yang kaya. dan yang miskin, tingkat penganggaran yang tinggi, munculnya gelandangan, tingkat pendidikan yang rendah, kenakalan anak dan remaja yang makin meningkat, angka kejahatan yang tinggi, dan sebagainya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christina Nurhayani
"Para ibu pedagang maknnan di kantin sekolah merupakan kelompok pedagang yang mempunyai kebudayaan tersendiri. Keunikan pedagang ini adalah jenis makanan yang dijual, waktu menjual, latar belakang menjadi pedagang dan tempal penjualannya sesuai dengan kondisi sekoiah dan aluran-aturan yang telah ditetapkan. Waktu menjual mengikuli irama kegiatan seko|ah. Oleh karena itu perputaran waktu yang dijalani menjadi baku karena proses pengadaan, pengolahan dan penyelesaiannya. Pergeseran waktu yang meskipun hanya beberapa saat akan merubah seluruh kegiatan hari itu.
Latar belakang menjadi pedagang berhubungan dengan krisis moneter, PIIK, dan keterbalasan iatar belakang pendidikan formal. Unluk memperoleh keuntungan lebih dari biasanya pedagang makanan di kantin sekolah harus menambah jumlah dan jenis makanan yang akan dijual. Itu berarti waktu yang dibutuhkan untuk pengadaan, pengolahan dan penyelesaian semakin banyak meskipun hasil yang diperoleh tetap lidak sesuai dengan tenaga, dana dan pemikiran yang dikeluarkan. Waktu unlink istirahatpun baik fisik maupun psikis relalif sedikil. Di sisi lain, peran dan status pedagang sebagai istri dan ibu letap harus menjadi perhatiannya. Hal ini menjadi iantangan bagi para ibu pedagang makanan di kantin sekolah.
Tantangan itu dapat menimbulkan stres yang bisa diatasi dengan dukungan yang diberikan oleh lingkungan sosial. Dukungan itu diperoleh dari keluarga, yayasan, gereju, teman sesama pedagang, sekolah, dan distribuor bahan baku. Bentuk dukungan ilu dapat berupa emosional, penghargaan, instrumental dan infonnatif Masalahnya apakah dukungan sosial tersebut mudah diperoleh? Penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban masalah tersebut.
Metode yang digunakan adalah wawancara mendalam, pengamatan terlibat dan studi dokumentasi. Teknik analisis penelitian dilakukan dengan cara tringulasi sumber informasi, iringulasi metode dan teori.
Hasil penelitian menunjukan bahwa lingkungan sosial mempunyai peranan bagi para pedagang di kantin sekolah dalam menghadapi tantangan pekerjaan. Dukungan dari Iingkungan sosial menuntut adanya pemenuhan kewajiban yang harus dipenuhi. Para pedagang diwajibkan unluk mematuhi aturan masyarakat, gereja, yayasan, sekolah dan keluarga, Para pedagang di kantin sekolah diharapkan juga unluk berperan sesuai dengan statusnya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T5051
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rd. Hasan Basri S.
"Masyarakat Suku Anak Dalam merupakan bagian dari kelompok masyarakat terasing yang berada di wilayah Propinsi Jambi dengan populasi seluruhnya 2.951 kepala keluarga atau 12.909 jiwa yang tersebar di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Batang Hari, Kabupaten Bungo Tebo dan Kabupaten Sarolangun Bangko. Mereka ini hidupnya terpencil, terisolasi, tertinggal di bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial, politik dan agama. Untuk memenuhi kebutuhan hidup kesehariannya dilakukan dengan cara mengumpulkan hasil hutan dan berburu binatang.
Dalam menangani masyarakat terasing ini, pemerintah [Departemen Sosial] telah mengeluarkan suatu kebijakan yang secara yuridis formal tertuang dalam Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 5/HUK/1994 tanggal 25 Januari 1994 tentang Program Pembinaan Kesejahteraan Sosial Masyarakat Terasing [PKSMT]. Pertimbangan dikeluarkannya kebijakan tersebut adalah bahwa masyarakat terasing bagian dari masyarakat Indonesia, memiliki berbagai masalah sosial yang perlu memperoleh pembinaan secara sistematik untuk meningkatkan taraf hidup mereka.
Program PKSMT ini mempunyai tujuan terentasnya masyarakat terasing dari ketertinggalan dan terbelakangan di berbagai bidang dan dapat beradaptasi dengan lingkungan sosial serta hidup sejajar dengan masyarakat lain yang lebih maju dan pada akhirnya menjadi masyarakat mandiri. Secara teknis program ini dilaksanakan melalui pola pendekatan Sistem Pemukiman Sosial [SPS] dengan empat tipe pemukiman yaitu: (1) tipe pemukiman di tempat asal atau insitu development (2) tipe pemukiman di tempat baru atau exsitu development (3) tipe stimulus pengembangan masyarakat, dan (4) tipe kesepakatan dan rujukan.
Dalam konteks ini maka pada tahun 1993/1994, Pemerintah Daerah Propinsi Jambi, Kanwil Departemen Sosial Propinsi Jambi dan instansi terkait telah melakukan pembinaan/bimbingan sosial kepada masyarakat Suku Anak Dalam khususnya yang berada di Desa Jebak Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batang Hari. Pembinaan ini telah berhasil menetapkan masyarakat Suku Anak Dalam pada lokasi pemukiman menetap sebanyak 85 kepala keluarga atau 358 jiwa.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, tipe permukiman di tempat asal [insitu development/ cukup berpengaruh terhadap penataan wilayah di tempat asal masyarakat Suku Anak Dalam. Adanya sarana umum/sarana sosial yang tersedia di lokasi pemukiman disertai pula dengan bantuan stimulus berupa kebutuhan hidup sehari-hari selama 24 bulan serta bantuan peralatan kerja merupakan bagian yang terpenting dalam merubah dan membentuk perilaku sosial masyarakat Suku Anak Dalam sebagaimana yang dikehendaki.
Mereka telah mengenal pola bertani secara menetap, berkebun karet, memakan hasil pertanian dan memasarkannya pada masyarakat desa, dan pasar-pasar tradisional [green market] dan telah dapat mengembangkan rumah menjadi rumah permanen. Di bidang pendidikan mereka telah dapat membaca, menulis, berhitung dan menyekolahkan anak-anak pada sekolah dasar, dibidang agama mereka telah memeluk salah satu agama [lslam] dan menjalankan perintah agama, di bidang kesehatan mcreka telah memanfaatkan sarana kesehatan [Puskesmas].
Walaupun di satu sisi program PKSMT telah menunjukkan hasil ke arah pencapaian sasaran yang dikehendaki, pada sisi lain akan dapat terjadi kecenderungan dampak negatif [social attitude negative] dalam kehidupan masyarakat Suku Anak Dalam yaitu hilangnya sebagian budaya seperti ritus acara perkawinan yang sebenarnya dapat dipertahankan sebagai momentum pengembangan wisata budaya yang dikombinasikan dengan wisata alam setempat. Potensi produk wisata ini akan dapat menjadi nilai tambah tersendiri untuk menarik minat peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke lokasi setempat. Semua perubahan-perubahan sosial (fisik dan non fisik) pada masyarakat Suku Anak Dalam di lokasi penelitian, kami sajikan secara keseluruhan dalam tesis ini."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T919
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mashudi
"Penelitian ini mengkaji tentang perubahan sosial akibat pembangunan perkebunan sawit di Desa Sembuluh, Kecamatan Danau Sembuluh, Kabupaten Seruyan, Provinsi Kalimantan Tengah. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan proses perubahan yang terjadi di tingkat masyarakat, yaitu bagaimana perubahan yang terjadi, dan bagaimana masyarakat merespon perubahan tersebut.
Kerangka konsep yang digunakan adalah pembangunan dan perubahan sosial. Pembangunan bukanlah istilah yang netral. Antara para perencana pembangunan dan masyarakat lokal mempunyai persepsi yang berbeda. Pada proses pembangunan perkebunan sawit, terdapat sebagian masyarakat yang mendukung, dan sebagian lainnya menolak program tersebut. Konsep perubahan sosial dalam penelitian ini mengacu pada konsep perubahan sosial menurut Soemardjan (1981) dan Cohen (1983). Perubahan sosial adalah perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai-nilai sosia!, pola tingkah laku antara kelompok dalam masyarakat, dan organisasi sosial masyarakat. Penyebab terjadinya perubahan sosial adalah adanya kontak antara masyarakat lokal dengan pihak luar yang memperkenalkan sesuatu yang baru, yang mana terdapat proses dinamis dari perubahan tersebut.
Indikator yang digunakan untuk melihat perubahan sosial dalam penelitian ini adalah: pertama, mata pencaharian hidup masyarakat, yaitu perubahan sistem mata pencaharian hidup masyarakat dari pekerjaan-pekerjaan yang mengandalkan ketersediaan surnberdaya alam, menjadi buruh di perusahaan perkebunan sawit. Kedua, pengusaan lahan, yaitu perubahan dari pola penguasaan lahan komunal merijadi individual dan komersial. Ketiga, kepemimpinan lokal dan organisasi sosial, yaitu perubahan dari dari kepemimpinan kepala desa yang mewakili pemerintahan pusat menjadi kepemimpinan yang berperan ganda, yaitu mewakili pemerintahan pusat, dan mewakili masyarakat ketika berhubungan dengan perusahan perkebunan sawit."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T 21478
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizal Pahlefi
"Harus kita akui bahwa paradigma pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan melalui peningkatan ekonomi telah memberikan berbagai kemajuan, namun dibalik keberhasilan itu pembangunan tersebut telah membawa berbagai dampak yang negatif. Momentum pembangunan dicapai dengan pengorbanan (at the expense of) deteriosasi ekologis, penyusutan sumber daya alam, timbulnya kesenjangan sosial dan dependensi.
Nampak dengan jelas bahwa pembangunan yang hanya berorientasi pada upaya mengejar pertumbuhan yang sering disebut dengan pembangunan konvensional dilakukan semata-mata untuk kepentingan manusia, yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia tanpa memperhatikan masalah lingkungan. Dengan demikian pembangunan yang berwawasan lingkungan atau pembangunan berkelanjutan yang didalamnya memuat keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan antara manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan faktor penting dalam menunjang lajunya pembangunan, diarahkan untuk mengatasi dampak negatif dari pola pembangunan dengan pendekatan pertumbuhan (pola konvensional).
Demikian halnya dengan pembangunan waduk PLTA Koto Panjang di Kabupaten Lima Puluh Kota, Propinsi Sumatera Barat yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemenuhan sumber energi listrik, tanpa disadari telah menimbulkan dampak terhadap kehidupan masyarakat yang berada di sekitar waduk. Oleh karena itu masalah yang diteliti dalarn penulisan tesis ini adalah apa dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan waduk PLTA Koto Panjang terhadap kehidupan masyarakat di sekitar waduk khususnya dilihat dari perubahan mata pencaharian.
Penelitian ini didasarkan pada beberapa kasus yang terjadi di beberapa daerah, seperti di Kedung Ombo. Dimana di daerah tersebut telah dibangun waduk/bendungan yang akhirnya telah menimbulkan dampak terhadap masyarakat yang berada di sekitar waduk. Dampak yang ditimbulkan antara lain hilangnya mata pencaharian, hilangnya tempat tinggal, hilangnya fasilitas kesehatan dan pendidikan, terganggunya pola kekerabatan, perubahan sistem nilai dan perubahan budaya. Pembangunan waduk PLTA Koto Panjang diyakini juga telah menimbulkan dampak terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat di sekitar waduk khususnya dilihat dari perubahan mata pencaharian.
Oleh karena itu penelitian ini ditujukan untuk mengetahui dampak pembangunan waduk PLTA Kota Panjang terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat khususnya dilihat dari perubahan mata pencaharian masyarakat di sekitar waduk dan juga mengkaji jenis-jenis mata pencaharian yang muncul setelah pembangunan waduk PLTA Koto Panjang serta mendeskripsikan/menggambarkan perubahan-perubahan yang terjadi akibat perubahan mata pencaharian sebagai dampak dari pembangunan waduk PLTA Kota Panjang.
Hasil penelitian menunjukkan pertama, telah terjadi perubahan jenis-jenis mata pencaharian masyarakat setelah pembangunan waduk PLTA Kota Panjang. Yang dulunya sebelum pembangunan waduk mata pencaharian masyarakat sebagian besar adalah petani karet, setelah pembangunan waduk mata pencaharian mereka terjadi perubahan, diantaranya adalah peternak ikan, tukang ojek, pedagang, tukang bangunan dan penjahit pakaian. Kedua, telah terjadi beberapa perubahan akibat perubahan mata pencaharian masyarakat, diantaranya adalah perubahan keterampilan, perubahan wawasan bisnis dan keterlibatan wanita, perubahan penghasilan dan pola konsumsi serta perubahan kebiasaan hidup.
Dengan demikian pembangunan waduk PLTA Koto Panjang telah menimbulkan dampak terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat, hal ini ditunjukkan dari perubahan jenis-jenis mata pencaharian dan perubahan-perubahan akibat perubahan mata pencaharian, diantaranya perubahan keterampilan, perubahan wawasan bisnis dan keterlibatan wanita, perubahan penghasilan dan pola konsumsi serta perubahan kebiasaan hidup.
Oleh karena itu diperlukan program dari pemerintah daerah untuk membantu masyarakat yang terkena dampak pembangunan waduk PLTA Koto Panjang. Program-program tersebut dapat berupa pemberian penyuluhan di bidang perikanan untuk menambah pengetahuan dan keterampilan masyarakat, pemberian bantuan modal bagi pedagang yang kekurangan modal usaha, pemberian sembako bagi yang berpenghasilan rendah."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T5546
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tesy Haryati
"Kota Depok dengan penduduk berjumlah 1335.734 jiwa, dan akan bertambah di kemudian hari, menuntut Pemerintah Kota Depok untuk meningkatkan sarana dan prasarana, khususnya perhubungan karena Kota Depok terdiri dari tiga pusat kegiatan yaitu sepanjang Jalan Raya Bogor, Jalan Raya Margonda dan Jalan Raya Cinere. Qleh karena itu Pemda Kota Depok mempunyai program untuk dapat melaksanakan proyek pembangunan jalan yang dapat menghubungkan tiga tempat pusat pertumbuhan utama ini.
Proyek pelaksanaan pembangunan Jalan Tahap I yaitu Pembangunan Jalan Ruas Cimanggis (Jl. Raya Bogor) -- Jl. Margonda Raya. Pembangunan ini menghabiskan dana Rp. 84.735.273.093,- yang bersumber dari APBN Rp. 44.886.568.181,- dan Pemerintah Daerah Rp. 39.848.704.912,-. Studi Amdal Pembangunan Jalan Margonda Raya - Cimanggis dan Bangunan Bawah Jembatan Kota Depok. Hal pokok yang adalah bahwa adanya Perubahan sosial terhadap penduduk di sekitar jalan tersebut.
Penelitian bertujuan untuk (1) Menjelaskan Perubahan Sosial yang terjadi pada masyarakat Rw. 03 Kelurahan Kemirimuka yang berada di sekitar jalan (2) Menghasilkan suatu konsep Pembangunan Sosial untuk masyarakat di sekitar jalan yang mengalami perubahan.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: (1) Faktor yang menyebabkan Perubahan Sosial adalah Perubahan Lingkungan Fisik, Perubahan Penduduk, Kontak langsung, Struktur Sosial, Sikap dan Nilai-nilai dan kebutuhan yang dianggap perlu (2) Faktor Lingkungan Fisik yaitu Pembangunan Jalan dan Kontak langsung dengan Penduduk Pendatang berpengaruh dalam Perubahan Sosial Masyarakat.
Penelitian ini dilaksanakan di Rw. 03 Kelurahan Kemirimuka Kecamatan Beji. Jumlah Sampel ditentukan sebanyak 30 orang dari total populasi 205 KK (KK yang tinggal di Rw. 03) Teknik Penarikan sampel dilakukan dengan metode Acak sistematik. Pendekatan penelitian yang digunakan peneliti adalah pendekatan kuantitatif yang juga digabungkan dengan penjelsan kualitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dan deskriptif analisis.
Variabel yang diukur pada penelitian ini adalah: (1) Lingkungan Fisik (2) Perubahan penduduk (3) Kontak Langsung (4) Struktur Sosial (4) Sikap dan nilai-nilai (5) Kebutuhan yang dianggap perlu.
Hasil penelitian ini menunjukkan Adanya Jalan Ir. Juanda, menyebabkan masyarakat mengalami perubahan, Hasil Penelitian Probabilitas 0,00. Berarti ada berpengaruh terhadap dibangunnya jalan akses menuju Jalan Ir. Juanda karena untuk mempermudah akses menuju pusat kegiatan yang berada di Jalan Margonda Raya (perdagangan, pendidikan dan jasa) dan Jalan Raya Bogor (industri dan perdagangan). Adanya penduduk pendatang serta terjadi kontak langsung. Hasil Penelitian Probabilitas 0,000 - 0,001. berarti adanya pengaruh Kontak langsung terhadap perubahan, terutama dalam hubungan dengan masyarakat pendatang, cepatnya adaptasi yang berlangsung, hal ini didukung dengan berbaurnya tempat tinggal masyarakat pendatang dengan masyarakat setempat dialek bahasa, kegiatan sukarela.
Untuk itu dilakukan upaya berikut: Peningkatan Pengembangan Lokal, Meningkatkan pendidikan publik yang layak dan berkualitas mampu menciptakan rasa kebersamaan dan kemandirian, Konservasi sumber daya dengan Penggunaan lahan campuran, Perencanaan strategi dibuat dengan partisipasi masyarakat, Menyusun Rencana Umum Pembangunan Sosial Budaya, Konsep Kota yang berkelanjutan, meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kebutuhan dan hak mereka berpartisipasi, Peningkatan pemberdayaan berbasis budaya lokal dan kemandirian masyarakat, Peningkatan Modal Sosial, Pemerintah Daerah harus mempunyai kajian yang mendalam tentang semua kegiatan yang akan dilaksanakan, menekankan makna pentingnya dimensi keagamaan dalam praktek perubahan sosial."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T13966
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yahya Buwaiti
"Pembangunan sektor pariwisata dihadapkan pada situasi yang cukup dilematis. Di satu sisi pembangunan sektor ini telah menjadi suatu keharusan karena ia merupakan sektor yang cukup unggul dalam menghasilkan devisa negara dan mendistribusikan pendapatan kepada masyarakat. Akan tetapi di sisi lain ia membawa dampak negatif yang cukup besar akibatnya bagi kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk hidup lainnya.
Salah satu bidang usaha yang dikembangkan dalam sektor pariwisata adalah industri jasa hiburan umum. Sebagai bidang usaha yang termasuk dalam sektor pariwisata, industri jasa hiburan umum adalah salah satu bidang usaha yang dikembangkan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat yang tergolong berpenghasilan menengah ke atas. Sektor ini mempunyai keterkaitan cukup luas sehingga cukup banyak menyerap tenaga kerja dan mendukung upaya meningkatkan pendapatan daerah, serta berfungsi sebagai daya tarik wisata.
Senada dengan hal tersebut, di Kotamadya Jambi juga berkembang objek-objek wisata hiburan umum yang ternyata memang lebih cepat kemajuannya. Objek wisata hiburan umum yang banyak terdapat di Kecamatan Pasar Kotamadya Jambi itu, adalah: Permainan Ketangkasan, Diskotik, Pub, Night Club, dan Karaoke.
Perkembangan industri jasa hiburan umum di Kecamatan Pasar Kotamadya Jambi ternyata memberikan warna tersendiri terhadap kehidupan sosial masyarakat di kota ini, bahkan mengakibatkan terjadinya perubahan sosial budaya . Beberapa hal yang diduga menjadi pangkal sebab terjadinya perubahan-perubahan dimaksud adalah karena dalam hiburan umum itu tumbuh dan berkembang kegiatan perjudian gelap, konsumsi obat-obat terlarang, dan prostitusi terselubung.
Dari kenyataan tersebut, maka melalui ketajaman ilmiah dengan landasan sosiologi, penulis melihat adanya beberapa perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat setempat. Berkaitan dengan hal itu, terdapat beberapa pertanyaan mendasar yang memotivasi penulis untuk melakukan penelitian mendalam, yakni :
(1) Bagaimana proses perubahan sosial budaya itu terjadi ?
(2) Sejauh mana perubahan sosial budaya dimaksud terjadi ?; dan
(3) Bagaimana wujud perubahan dimaksud adanya ?.
Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis dengan landasan Leon perubahan sosial. Karena penelitian ini mencakup sosial dan budaya, maka untuk memilah antara pengertian sosial dan budaya, penulis mengacu kepada penelitian yang diajukan oleh Wirutomo. Penelitian ini menggunakan metode observasi dan wawancara, yang dianalisis secara deskriptif.
Dari penelitian yang penulis lakukan, maka rangkaian perubahan meliputi interaksi para individu dalam suatu kelompok masyarakat, perubahan-perubahan dalam pola hubungan antar anggota masyarakat dan perubahan dalam pola hubungan dalam keluarga. Salah satu hal yang dapat dilihat secara nyata adalah bahwa dengan berkembangnya industri hiburan umum diiringi dengan berkembangnya "kehidupan malam", yang dianggap merupakan ancaman bagi pergeseran moral dan etika, terutama bagi generasi muda.
Melalui studi sosiologis, yang menggunakan metode analisis deskriptif, penelitian ini mengungkapkan adanya dampak sosial budaya sebagai akibat dari berkembangnya industri jasa hiburan umum di Kecamatan Pasar Kotamadya Jambi. Dengan menggunakan usaha-usaha hiburan umum yang melakukan kegiatan pada malam hari sebagai subjek penelitian, penelitian ini menemukan bahwa, industri jasa hiburan umum di Kecamatan Pasar Kotamadya Jambi yang meskipun berkembang secara pelan tapi pasti, telah mengakibatkan terjadinya perubahan sosial budaya yang cukup berarti bagi kehidupan masyarakat setempat.
Perubahan sosial budaya yang menjadi temuan dalam penelitian ini meliputi :
1. perubahan sikap masyarakat terhadap aktivitas hiburan umum itu sendiri,
2. tersosialisasikannya KKN yang secara terbuka terjadi di dalam aktivitas hiburan umum,
3. menjadi terbiasanya konsumsi obat-obat terlarang,
4. adanya perubahan dalam struktur masyarakat,
5. terbentuknya kelompok kepentingan,
6. adanya perubahan pola hubungan antar kelompok masyarakat,
7. adanya perubahan nilai-nilai dalam hubungan antara kelompok masyarakat, termasuk hubungan dalam keluarga, dan
8. munculnya krisis norma.
Bilamana hal itu tidak diantisipasi secara dini dan secara tepat, maka dalam perkembangan selanjutnya dikhawatirkan akan berdampak lebih tidak baik bagi tatanan kehidupan masyarakat Kecamatan Pasar Kotamadya Jambi, khususnya dan masyarakat Kota Jambi pada umumnya. Dengan kata lain akan merusak tatanan sosial budaya yang merupakan identitas bangsa, yang nilai-nilai positifnya hendak dipertahankan, sebagaimana dimaksudkan oleh prinsip yang melandasi operasionalisasi pembangunan sektor pariwisata nasional. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T909
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Salim
Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002
303.4 AGU p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sztompka, Piotr
Jakarta: Prenada Media, 2004
303.4 SZT s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>