Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119073 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Murray, Alison J.
Jakarta: LP3ES, 1994
362.042 MUR nt
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Murray, Alison J.
Jakarta: LP3ES, 1994
306 Mur p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakub Prajogo
"Lokasi pelacuran pada warung-warung di sepanjang Jalan Tegal Rotan Kecamatan Pondok Aran Kabupaten Tangerang, tepatnya berada di RT 01 dan 02 pada RW 01 Desa Pondok Jaya, merupakan salah satu dari beberapa lokasi pelacuran di pinggiran kota Jakarta. Kegiatan tersebut merupakan lokasi pelacuran yang timbul sebagai salah satu akibat minimya pendidikan dan kemampuan yang dimiliki para pelacur, disamping itu kegiatan mereka dimanfaatkan oleh para pemilik warung untuk menarik pengunjung guna membeli barang dagangannya di warungnya. Sehingga kehidupan para pelacur dan pedagang warung sangat ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Adapun para pelacur yang terdata sebanyak 70 orang selama penelitian, namun diperkirakan lebih dari jumlah tersebut karena terdapat para pelacur bebas yang keluar masuk lokasi tersebut yang juga tidak diketahui aparat RT setempat.
Sejak sekitar tahun 1982, lokasi pelacuran di Jalan Tegal Rotan bermula dari masyarakat setempat yang membuka warung makan dan minuman di sekitar tempat tinggalnya. Pertama kali yang membuka warung dengan mempekerjakan pelayan warung yang merupakan pelacur adalah Pak Rohim. Rohim adalah warga pendatang yang sebelumnya pernah tinggal dan berjualan di waning kopi di lokasi pelacuran di Desa Pondok Kacang Barat. Kemudian kegiatan tersebut diikuti pedagang warung lainnya seperti Bu Tasiyah, Pak Budi Pak Yanto. Kemudian sekarang bertambah dengan pedagang warung lainnya seperti Bu Siti Fatimah, Bu Nurayati, Pak Ton clan lainnya di sepanjang Jalan Tegal Rotan. Adapun pedagang waning yang terdata selama penelitian sebanyak 19 orang.
Pelacuran merupakan masalah sosial dalam masyarakat yang dianggap merupakan penyimpangan sosial, namun di sisi lain kegiatan pelacuran dianggap sebagai kegiatan yang dapat menghasilkan uang yang digunakan bagi kebutuhan hidupnya. Sehingga dalam linkungan pelacuran di Jalan Tegal Rotan dalam kenyataannya menjadi fungsional dalam sistem sosial masyarakat, dimana terdapat beberapa warga masyarakat memperoleh penghasilan dari adanya pelacuran di lingkungan tersebut, seperti diantaranya pemilik rumah kontrakan, tukang ojek dan pedagang warung.
Penelitian dan pembahasan dalam penuliian tesis ini terhadap pelacuran di lingkungan Jalan Tegal Ratan menggunakan Teori Patron Klien dari Keith R. Legg, Teori Penyimpangan dari Edwin Shuterland, Edwin Lemert, Robert K. Merton, Emile Durkheim dan Howard Becker, Teori Keteraturan Sosial dari Horton dan Hun, Teori Pengendalian Sosial dari Horton dan Teori Interaksionisme Simbolik dari Blumer. Agar memahami pemaknaan dari hubungan para pelaku tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode etnografi dengan metak loan pengamatan terlibat clan wawanc ara berpedoman.
Hasil penelitian mengenai kehidupan pelacur di lingkungan Jalan Tegal Rotan, menunjukan adanya hasil hubunganhubungan para pelaku pelacuran memiliki pemaknaan masingmasing yang menjadilcan keamanan bisnis pelacuran berjalan. Pemaknaan tersebut merupakan pemahaman dari para pelaku yang merupakan kebiasaan dalam lingkungan tersebut, bila dikaji merupakan hal-hal penyimpangan yang seharusnya diketahui oleh para penegak hukum untuk diantisipasi agar dapat menanggulangi masalah pelacuran yang merupakan sebagai masalah sosial dalam masyaralcat yang menyangkut masalah ekonomi pula."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T14870
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chatmiwati D. P
"ABSTRAK
Krisis moneter yang telah berlangsung kurang lebih empat tahun
belakangan ini menghancurkan sektor ekonomi sebagian besar rakyat Indonesia.
Akibatnya, banyak remaja dari keluarga miskin, terutama remaja perempuan
terpaksa harus putus sekolah dan berusaha mencari pekerjaan guna membantu
ekonomi keluarga. Sistem patriarkal dalam budaya Indonesia membuat orang tua
cenderung mengorbankan remaja perempuannya untuk ikut membantu
menambah penghasilan keluarga.
Latar belakang pendidikan yang minim, pengalaman yang kurang serta
keterampilan yang terbatas, menyebabkan kesempatan remaja perempuan untuk
memperoleh pekerjaan sangat kecil dan umumnya terkonsentrasi pada pekerjaan
rendah dengan penghasilan yang relatif kecil, sehingga akhirnya bekerja sebagai
pelacur dipilih sebagai alternatif karena penghasilan yang diperoleh dapat
beberapa kali lipat besarnya.
Melacur bukanlah merupakan suatu pekerjaan yang tanpa resiko.
Karakteristik pekerjaan yang dilakukan membuatnya menjadi suatu pekerjaan
yang beresiko tinggi, antara lain menghadapi perlakuan yang tidak manusiawi
baik dari aparat keamanan maupun pelanggannya, kemungkinan terjangkit
penyakit menular seksual bahkan sampai menderita HIV/AIDS, ataupun
perlakuan-perlakuan lain yang dapat mengancam nyawanya. Selain itu, pelacur
juga harus menghadapi sikap sebagian masyarakat yang menganggap mereka
sebagai bukan perempuan baik-baik, tidak bermoral, sampah masyarakat, sumber
penyakit kotor, manusia penuh dosa dan lain-lain.
Remaja sebagai individu yang sedang menjalani peralihan dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa, mengalami perubahan-perubahan baik secara fisik
maupun secara psikis yang sangat penting dalam kehidupannya (Papalia & Olds,
1995). Peristiwa-peristiwa yang dialami sebagai pelacur ini tentu akan
berpengaruh pada perkembangan mereka dan dapat mempengaruhi konsep
dirinya.
Konsep diri merupakan konstruk sentral untuk dapat memahami manusia
dan perilakunya dan merupakan kerangka acuan yang digunakan individu dalam
berinteraksi dengan dunianya (Fitts, 1971). Konsep diri tidak terbentuk begitu
saja, tetapi merupakan hasil pengaruh terus menerus dan timbal balik antara
individu dengan lingkungannya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan metode
pengumpulan data wawancara kualitatif Subyek penelitian sebanyak empat
orang remaja perempuan, terdiri dari dua subyek pelacur dan dua subyek bukan
pelacur berusia 17-20 tahun, pendidikan maksimal kelas 3 SMP dan berasal dari
keluarga dengan sosial ekonomi menengah kebawah.
Dari hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa remaja pelacur memiliki
konsep buruk hampir pada seluruh dimensi kosep dirinya, sedangkan pada bukan
pelacur tidak diperoleh suatu gambaran umum karena konsep diri masing-masing
subyek penelitian sangat berbeda. Antara remaja pelacur dan bukan pelacur
terdapat perbedaan konsep diri pada dimensi diri etik-moral dan diri sosial.
Remaja pelacur memiliki konsep buruk pada kedua dimensi ini dibandingkan
bukan pelacur.
Penelitian ini masih jauh dari sempurna, akan lebih baik hasilnya jika
wawancara dilakukan lebih mendalam dan disertakan juga data yang bersifat
kuantitatif, seperti kuesioner, tes mengenai konsep diri ataupun tes proyeksi
lainnya."
2003
S3186
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
F.X. Rudy Gunawan, 1965-
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1997
363.47 RUD p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1989
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Evans-Pritchard, Edward Evan, 1902-1973
Jakarta: Bumi Aksara, 1986
306 EVA a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Soetji Andari
"ABSTRAK
Dinamika kehidupan anak jalanan selalu menyisakan berbagai tindakan kekerasan yang menyebabkan anak menjadi pelaku kekerasan bagi anak jalanan lain atau sebaliknya menjadi korban. Bagi anak jalanan hidup dijalan bukan pilihan akan tetatpi kebutuhan yang harus dijalani. mereka kerap kali berhadapan dengan kerasnya hidup dijalan seperti kejahatan, kekerasan, maupun kebebasan. tak ada seorang pun yang menginginkan untuk hidup dijalanan. Tujuan penelitian untuk mengetahui relasi sosial yang terjadi antara anak jalanan dan komunitas jalanan untuk bertahan hidup dibawah tekanan dan keterbatasan. kelompok anak dan komunitas jalanan memiliki ciri solidaritas kelompok yang membela salah satu anggota nya. dinamika interaksi kelompok komunitas jalanan menghasilkan sebuah fenomena masyarakat jalanan dalam sosiologi budaya disebut sebagai solidaritas kelompok (Group Solidarity). Fenomena ini merupakan lawan dari semangat individualistik dalam masyarakat umum."
Yogyakarta : Balai Besar penelitian dan Pengambangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial , 2018
360 MIPKS 42:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>