Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132677 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Subianto
"Tesis ini bertujuan untuk mengetahui peran Kepala Balai terhadap disiplin kerja instruktur. Selain itu jugs untuk mengetahui perbedaan peran Kepala Balai dan disiplin kerja instruktur pada beberapa BLKI di Jawa Tengah. Latar belakang dari penulisan tesis ini karena masih adanya gejalagejala ketidakdisiplinan Instruktur dan peran kepala balai yang tidak mendukung produktivitas kerja dan profesionalisme dalam penanganan pelatihan.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan analisis korelasi terhadap 90 sampel instruktur dari tiga BLK industri di Jawa Tengah.
Kerangka teori dalam penelitian ini adalah : 1). Bahwa kepemimpinan merupakan salah satu faktor utama dalam membangun disiplin sumber daya manusia, 2). Berdasarkan teori X dinyatakan bahwa manusia X menuntut keterlibatan peran kepala/pemimpin organisasi untuk mengarahkan, mengontrol, membina dan memaksa bawahan agar mau bekerja untuk mencapai tujuan organisasi. Sementara itu, kelompok manusia Y yang menuntut peran kepala/pimpinan untuk mendorong, mendukung, melibatkan dan memberi motivasi bawahan kearah tujuan organisasi, 3). Keterlibatan peran dari kepala/pemimpin adalah dalam wujud kepala sebagai administrator, supervisor dan motivator dalam mengarahkan disiplin bawahannya kearah yang menunjang tujuan organisasi.
Hasil dari penelitian ini adalah Peran Kepala Balai sebagi administrator, supervisor dan motivator berkoretasi dengan disiplin kerja instruktur. Sementara itu dalam komparasi kedua variabel itu di tiga BLKI di Jawa Tengah terdapat hasil analisis ANOVA sebagai berikut : 1). Tidak ada perbedaan peran kepala Balai sebagai pada beberapa BLKI dengan nilai F hitung = 0,83 dan 2) Tidak ada perbedaan disiplin beberapa BLKI dengan nilai F hitung = 0, 06.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah 1 }. Terdapat hubungan yang positif dan sangat signifikan antara peran kepala balai sebagi administrator, supervisor, dan motivator dengan disiplin kerja instruktur. 2). Tidak terdapat perbedaan peran Kepala Balai dan disiplin kerja instruktur pada ketiga BLKI di Jawa Tengah.
Berdasarkan penelitian tersebut perlunya peran Kepala Balai pada Balai Latihan Kerja Industri ditingkatkan dengan jalan memberikan otonomi dan Kepala Balai diberi pendidikan dan pelatihan, mengikuti seminarlpenataran serta memberi buku referensi mengenai peran yang diembannya. Dan juga disarankan bagi peneliti lain yang berminat untuk meneliti disiplin kerja instruktur agar alat ukur disempurnakan dan untuk menambah variabel lain agar disiplin kerja instruktur dapat lebih banyak lagi dijelaskan oleh variabel yang mempengaruhinya."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T8751
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surahmat
"Tesis ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel perilaku kepemimpinan Kepala Balai dengan variabel disiplin kerja Instruktur. Selain itu juga untuk mengetahui perbedaan perilaku kepemimpinan Kepala Balai dan disiplin kerja Instruktur pada beberapa Loka Latihan Kerja Usaha Kecil dan Menengah (LLKUKM) di Jawa Barat.
Latar belakang dari penulisan tesis adalah masih adanya gejala-gejala ketidakdisiplinan Instruktur dan kepemimpinan Kepala Balai yang tidak mendukung produktivitas kerja dan profesionalisme dalam penanganan pelatihan. Metoda penelitian yang digunakan adalah metoda deskriptif dengan analisis statistik inferensial terhadap 90 sampel Instruktur dan enam LLKUKM di Jawa Barat.
Kerangka teori dalam penelitian ini adalah : 1). bahwa kepemimpinan merupakan salah satu faktor utama dalam membangun disiplin sumber daya manusia, 2) berdasarkan teori X dinyatakan bahwa kelompok manusia X menuntut keterlibatan peranan pemimpin organisasi untuk mengarahkan, mengontrol, membina dan memaksa bawahan agar mau bekerja untuk mencapai tujuan organisasi. Sementara itu, kelompok manusia Y juga menuntut peranan pemimpin untuk mendorong, mendukung, melibatkan dan memberi motivasi bawahan ke arah tujuan organisasi. 3). Keterlibatan peran dari pemimpin itu adalah dalam wujud perilaku tugas dan perilaku hubungan seorang pemimpin dalam mengarahkan disiplin bawahannya kearah yang menunjang tujuan organisasi.
Hasil-hasil dari penelitian ini adalah : 1). Nilai koefisien korelasi antara perilaku tugas dan perilaku hubungan Kepala Balai dengan disiplin kerja Instruktur rx1,Q? = 0,5584. Koefisien determinasi adalah sebesar 1z= 0,3497 atau 34,97 % dengan persamaan garis regresi Y = 51,802 + 0,384 X1+ 0,318 X2.
Sementara itu dalam komparasi kedua variabel itu di enam LLKUKM terdapat hasil analisis perhitungan ANOVA sebagai berikut : 1). rata-rata perbedaan perilaku kepemimpinan pada beberapa LLKUKM dengan nilai F hitung = 4,18 dan 2). rata-rata perbedaan disiplin beberapa LLKUKM dengan nilai F hitung = 1,986.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah :1). Terdapat hubungan yang positif dan sangat signifikan antara perilaku kepemimpinan Kepala Balai dengan disiplin kerja Instruktur 2). Terdapat perbedaan perilaku gaya kepemimpinan Kepala Balai yang sangat signifikan dan disiplin kerja Instruktur yang signifikan pada beberapa LLKUKM di Jawa Barat, 3) Sebanyak 34,97 % variabilitas disiplin. Kerja Instruktur dapat diprediksi oleh perilaku kepemimpinan Kepala Balai, sedangkan 65,03 % sisanya diprediksi oleh faktor lain."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suhadi
"Balai Latihan Kerja (BLK) adalah lembaga pelatihan di bawah Departemen Tenaga Kerja yang mempunyai fungsi dan peranan dalam pengembangan sumber daya manusia Indonesia melalui pelatihan ketrampilan. Di dalam menjalankan tugas dan fungsinya BLK didukung oleh instruktur, tinggi atau rendahnya kinerja instruktur akan berpengaruh terhadap efisiensi dan kinerja BLK.
Menyadari hal tersebut Depnaker berusaha meningkatkan kinerja instruktur melalui jalur pendidikan formal dan training serta berbagai upaya peningkatan motivasi kerja. Oleh sebab itu penelitian ini bertujuan untuk mengungkap adanya hubungan antara tingkat pendidikan, pengalaman training dan motivasi kerja dengan kinerja instruktur BLK di Jawa Tengah.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian korelational, dimana populasi penelitian adalah instruktur BLK di Jawa Tengah, sedangkan sampel ditarik secara stratified random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan instrumen penelitian tentang motivasi kerja dikembangkan berdasarkan teori dua faktor (The Motivation-Hygiene Theory), sedang kinerja instruktur dikembangkan dari pedoman penilaian kinerja instruktur (Ditjen Binalattas Depnaker). Selanjutnya untuk analisis data digunakan teknik analisis korelasi dan regresi.
Hasil penelitian ini menunjukkan:
1. Terdapat hubungan yang' signifikan antara tingkat pendidikan dengan kinerja instruktur, meskipun pengalaman training dan motivasi kerja telah dikontrol.
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengalaman training dengan kinerja instruktur, meskipun tingkat pendidikan dan motivasi kerja telah dikontrol.
3. Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara motivasi kerja dengan kinerja instruktur (variabel tingkat pendidikan dan pengalaman training dikontrol) dan hubungannya menjadi signifikan jika kedua variabel bebas tersebut tidak dikontrol.
4. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan, pengalaman training dan motivasi kerja secara bersama-sama dengan kinerja instruktur.
5. Tingkat pendidikan, pengalaman training dan motivasi kerja dapat memprediksi variasi kinerja instruktur sebesar 46,884 persen.
6. Tingkat pendidikan memberikan sumbangan efektif lebih besar dalam menjelaskan kinerja instruktur (30,657 persen) dibanding pengalaman training (9,363 persen) dan motivasi kerja (6,864 persen).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, disarankan agar instruktur diberi kesempatan untuk melanjutkan pendidikan formalnya ke jenjang yang lebih tinggi, instruktur yang pengalaman trainingnya masih kurang perlu ditingkatkan lagi sesuai dengan tuntutan perkembangan teknologi yang ada di dunia kerja. Faktor-faktor motivator dan pemelihara perlu diperbaiki, dikembangkan dan ditingkatkan agar mampu mendorong meningkatkan motivasi kerja instruktur. Bagi peneliti lain yang berminat untuk meneliti kinerja instruktur agar alat ukur yang ada lebih disempurnakan dan menambah variabel-variabel bebas lain sebagai prediktor, disamping pendekatan kuantitatif kiranya perlu juga dilengkapi dengan pendekatan kualitatif."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surini Santoso
"Hubungan gaya kepemimpinan kepala dengan kinerja instruktur latihan kerja di BLK Malang. Gaya kepetnimpinan (leadership Style) adalah merupakan pola perilaku yang dilakukan oleh pemimpin (dalam hal ini kepala BLK) dalam upaya mempengaruhi perilaku (memodifikasi perilaku) bawahannya (dalam hal ini instruktur). Beberapa masalah yang hendak diteliti dirumuskan sebagai berikut: (1). setiap kepala BLK melakukan suatu macam gaya kepemimpinan yang bervariasi tergantung pada yang dipimpinnya, dimana dapat dikenali melalui pola perilaku tugas dan pola perilaku tenggang rasa, dan (2). tingkat kinerja instruktur BLK berbeda-beda satu sama lainnya.
Sesuai dengan masalah penelitian sebagaimana yang telah dirumuskan, beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: (1).mengetahui apakah ada hubungan antara gaya kepemimpinan kepala BLK dengan kinerja instruktur, dan (2). mengentahui apakah ada perbedaan efektivitas, antara gaya kepemimpinan laissez faire, gaya kepemimpinan partispatif, gaya kepernimpinan demokratis, dan gaya kepemimpinan otokratis terhadap kinerja instruktur.
Hasil penelitian ini sangat berguna: (1). sebagai masukan kepada kepala BLK, khususnya kepala BLK di Malang dalam upaya meningkatkan kinerja instruktur melalui aplikasi gaya kepemimpinan, dan (2) sebagai masukan kepada pihak yang berwenang akan arti pentingnya semakin ditingkatkan pelaksanaan program in-service training bagi kepala BLK guna pernantapan fungsi kepemimpinan kepala BLK.
Atas dasar analisis data hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1). tinggi rendahnya kinerja instruktur di BLK Malang di pengaruhi oleh gaya kepemimpinan kepala BLK yang bersangkutan, dan (2). gaya kepemimpinan partisipatif dan gaya kepemimpinan demokratis lebih efektif daripada gaya kepernimpinan laissez faire dan gaya kepemimpinan otokratis dalam meningkatkan kinerja instruktur. Dalam arti bahwa gaya kepemimpinan partisipatif dan gaya kepemimpinan demokratis yang sama-sama efektif; sebaliknya gaya kepemimpinan laissez faire dan gaya kepemimpinan otokratis merupakan dua gaya kepemimpinan yang kurang efektif dalam meningkatkan kinerja instruktur."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Sutaryo
"Kinerja instruktur merupakan faktor yang diperlukan untuk melaksanakan peranan profesi instruktur secara optimal. Maka mempertahankan dan meningkatkan kinerja pada kondisi yang maksimal adalah prioritas kebijaksanaan bagi setiap pengelola latihan.
Terdapat beberapa faktor yang mempengarui kinerja, namun dan beberapa faktor tersebut dalam hal ini kinerja hanya ditinjau dari faktor pelatihan instruktur dan budaya organisasi sejauh mana hubungan antara pelatihan dan budaya organisasi dengan kinerja instruktur karena banyaknya pelatihan yang di berikan kepada instruktur, bukan merupakan jaminan bahwa kinerja akan menjadi baik. Masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Dari beberapa faktor lain tersebut, yang di teliti disini adalah budaya organisasi.
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat hubungan positif yang kuat, baik pelatihan maupun budaya organisasi, terhadap kinerja instruktur atas hasil penelitihan tersebut maka untuk meningkatkan kinerja instruktur dapat di lakukan dapat di lakukan dengan memberikan pelatihan kepada instruktur maupun dengan meningkatkan budaya organisasi pada unit kerja yang bersangkutan.
Yaitu dengan cara menciptakan hubungan yang kondusif antara pihak manajemen dengan instruktur, menyangkut nilai-nilai ; kebiasaan kerja yang balk dan sal ing mengerti yang di sepakati bersama antara para pegawai atau instruktur dengan pihak menejemen.
Dengan deinikian maka, dengan di berikan pelatihan yang memadai sesuai dengan kompetensi instruktur, dan didukung dengan budaya organisasi yang kondusif, sehingga kualitas kinerja akan dapat dipertahankan, dan ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan yang berkaitan dengan peran dan profesionalisme instruktur."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T7677
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Walirimba Thamrin
"Penelitian ini mengkaji beberapa korelasi variabel antara;l) Motivasi kerja; 2).Lingkungan kerja;3)Kemampuan kerja merupakan variabel bebas sedangkan Produktivitas kerja instruktur adalah variabel terikat, tu,juan penelitian ini adalah ingin meneliti sejauhmana hubungan korelasi arrtara motivasi kerja, kemampuan kerja, lingkungan kerja serta hubungan secara bersama-sama terhadap produktivitas kerja.
Penelitian dilakukan di Balai Latihan Kerja di wilayah Jabotabek yaitu: 1). BLK Pasarrebo Jakarta, 2). BLK Las Condet, 3).BLK Bekasi, dan 4) BLK Tangerang, metode yang dilakukan adalah metode kuantitatif yang menggunakan Statistik.
Hasil temuan penelitian adalah ; Pertama, distribusi frekuensi dari karakteristik instruktur secara keseluruhan terhadap composite butir-butir pernyataan instruktur mendapat skor yang positif; Kedua,berdasarkan koefisien korelasi, variabel motivasi, X1- 0,1533; variabel kemampuan, X2 = 0,1513; variabel lingkungan, X3 = 0,1499 sedangkan variabel produktivitas sebesar, Y= 0,1724. Untuk determinan korelasinya dari masing-masing variabel yaitu;
X1 = R2 0,0235; X2 = R2 0,0229; X3 = R2 0,0224; dan Y=R2 0,0297, secara kualitatif koefisien korelasi maupun determinan korelasi menunjukkan adanya hubungan atau korelasi yang masih rendah. Ketiga secara matrix hasilnya cukup baik dalam arti hubungan dan korelasinya cukup besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen,baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama terhadap masing-masing variabel yaitu; X1 = 0,97640;X2_ 0,1000; X3 = 0,1876; serta Y = 0,9775. Selanjutnya berdasarkan hasil temuan penelitian secara kualitatif hubungan atau korelasinya dapat dikatakan rendah dan pengaruhnya kecil dan kemungkinan masih ada faktor dan pengaruh lainnya yang lebih kuat,namun belum sempat diteliti didalam penelitian ini.Untuk itu diharapkan agar instruktur BLK Sejabotabek dapat memotivasi diri, nieningkatkan kemampuan diri dan menjaga lingkungan kerja yang sehat dan kondusif untuk menunjang peningkatan produktivitas kerja."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Basuki Murdowo
"ABSTRAK
Penelitian ini adalah penelitian tentang kinerja Instruktur dalam kaitannya dengan tingkat pendidikan instruktur dan pengalaman pelatihan yang pernah diikuti oleh instruktur untuk meningkatkan proses belajar. Tujuan diadakannya pelatihan untuk instruktur adalah untuk meningkatkan kinerja instruktur, sehingga lulusan dari Balai Latihan kerja dan Loka Latihan Kerja menjadi lulusan yang mempunyai keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dan pengalaman pelatihan terhadap kinerja Instruktur secara parsial. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bersifat exs post facto, sedang lokasi penelitian adalah Balai Latihan Kerja dan Loka Latihan Kerja di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagal subyek penelitian adalah Instruktur Balai Latihan Kerja dan Loka Latihan Kerja di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan responden dalam penelitian ini adalah siswa-siswa yang pada saat diadakan penelitian, siswa tersebut sedang belajar di Balai Latihan Kerja dan Loka Latihan Kerja di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Teknik analisis yang digunakan untuk melihat perbedaan adalah dengan menggunakan analisis compare means. Sedang untuk melihat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat secara parsial digunakan teknik analisis korelasi.
Hasil temuan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan kinerja instruktur apabila ditinjau dari tingkat pendidikannya. Kinerja Instruktur tertinggi adalah instruktur dengan dasar pendidikan Diploma, sedangkan kinerja instruktur tertinggi kedua adalah instruktur dari dasar pendidikan Sarjana dan dari dasar pendidikan Sekolah Menengah Atas { sama besar ). Selain itu juga terdapat perbedaan kinerja instruktur apabila ditinjau dari pengalaman training yang pernah diikuti instruktur. Kinerja Instruktur tertinggi adalah instruktur yang mengikuti pelatihan dengan lama kategori sedang atau sekitar 3548 jam sampai 6374 jam.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hubungan tingkat pendidikan instruktur dengan kinerja instruktur sangat kecil, namun dilihat dari hubungan pengalaman pelatihan yang diikuti instruktur terhadap kinerja instruktur cukup kuat, dan kontribusinya pun besar yaitu sebesar 0.872.
Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja instruktur, seyogyanya dalam penerimaan atau pengangkatan pegawai harus memperhatikan spesifikasi kebutuhan kejuruan dan jurusan pendidikan yang diperlukan. Selain itu juga sudah saatnya diperlukan iklim kerja yang kompetitif untuk dapat memacu instruktur-instruktur yang ada dan juga perlu diadakan evaluasi kerja secara teratur.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T4501
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Ariyanto
"Pada penelitian ini, permasalahan yang dikemukakan pada faktor-faktor yang berperan dalam profesionalitas instruktur yang terdapat di BLKI Pasar Rebo dan BLKI Tangerang yaltu karakteristik (pendidikan dan masa kerja) dan pelatihan yang dihubungkan derigan profesionalitas instruktur.
Tujuan penektian ¡ni untuk mengetahui, menjelaskan dan membandingkan seberapa jauh hubungan karakteristik (pendidikan, dan masa kerja) dengan profesionalitas instruktur, untuk mengetahui, menjelaskan dan membandingkan seberapa jauh hubungan petihan dengan profesionalitas instruktur; untuk mengetahul, menjelaskan dan membandingkan seberapa jauh hubungan karakieristik (pendidikan, dan masa kerja) dan pelatihan secara bersama-sama dengan profesion alitas instruktur.
Metode penelitian dengan jenis penelitian kuantitatif ini, dilakukan dengan pendekatan survai, poputasi dan sampel, pengukuran variabel dan analisis melalui regresi beganda. Pemrosesan dibantu dengan penggunaan software program SPSS versi 10.
Pembahasan dan hasil digunakan metode forward, masing-masing vanabel diuji korelesasinya. Skor koefisien variabel pendidikan sebesar 0,487 dengan persamaan regresi Ý = 5,441 + 1,780 X1. Skor koefrsien vanabel pendidikan sebesar 0,397 dengan persamaan regresi Ý = 5,441 + 0,257 X2.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positip antara pendîdikan dengan profesionalitas dengan skor koefisien sebesar 0,487. Terdapat hubungan positip antara masa kerja dengari profesionalitas dengan skor koefisiensi sebesar 0,397. Pendklikan dan masa keqa secara bersama sama berpengaruh terhadap profesionalitas. ¡ni dibuktikan pada uji ANOVA atau F test, didapat F hitung sebesar 24,506 dengan tingkat signdikansi 0,000. Pelatihan tidak berperan da?am profesionatitas instruktur didasarkan pada besaran t (hitung) terkecil selanjutnya dikeluarkan vanabel pelatthan dengan besaran t hitting variabel pelatihan sebesar 0,707 dengan tingkat signifikansi 0,482, karena probabilitas jauh di atas 0,05.
Saran pertu adanya penyesuaian dengan analisa kebutuhan program Peatihan yang dapat diikuti oleh instruktur, sehingga terdapat signiflkan dengan kebutuhan BLKL Kernudian perlu aðanya penyesuaian peningkatan penghasilan (honor petatihan), sehingga adanya peningkatan dalam kineqa instruktur yang rflengarah pada profesionalitas instruktur."
2001
T381
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Usman
"Penilaian prestasi kerja sebagai ukuran profesionalisme berdasarkan angka kredit adalah penilaian diri sendiri (self assessment) yang harus dilakukan oleh instruktur itu sendiri tentang potret prestasinya dalam periode tenentu, yang pada gilirannya memberikan imbalan bagi dirinya sendiri berupa kenaikan pangkat dan jabatan setingkat di atasnya, bila persyaratan angka kreditnya terpenuhi ini diharapkan akan memberikan kepuasan bagi instmktur itu sendiri, karena instruktur langsung merasakan dan mengetahui bobot prestasinya, sekaligus juga dapat menjadi alat kontrol bagi dirinya untuk mengetahui kekurangan dan kelemahan dalam mencapai prestasi tertentu, guna perbaikan dan peningkatan pada masa atau periode penilaian berikutnya kondisi yang demikian ini diharapkan dapat menjadi sumber motivasi bagi instruktur untuk berprestasi lebih lanjut.
Kenaikan pangkat dengan sistem angka kredit dapat dilakukan 2 tahun sekali apabiia persyaratan angka kreditnya terpenuhi. Tetapi kenyataannya sebagian besar instruktur tidak dapat mencapainya (hanya 2 orang dari 32 orang yang diusulkan pada tahun l997, 1998 dan 1999). Karena itu ada faktor-faktor yang mempengaruhi fenomena tersebut.Untuk mengumpulkan angka kredit banyak faktor yang mempengaruhi, faktor pengetahuan yang diperoleh dan proses belajar dan pengalaman akan mendorong instruktur untuk memanfaatkan pengetahuannya mengumpulkan angka kredit. Begitu juga sikap instruktur yang positif terhadap angka kredit akan mendorong instruktur untuk mengumpulkan angka kredit. Demikian sebaliknya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang angka kredit instruktur latihan kerja dengan perilaku pengumpulan angka kredit. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh instruktur latihan kerja di Balai Latihan Kerja Industri (BLKI) Medan.Metode penelitian yang digunakan adalah metode survai, populasi penelitian berjumlah 60 orang. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan kuesioner, data sekunder diperoleh dengan melihat arsip kepegawaian. Analisis data secara statistik menggunakan uji statistik korelasi Spearman SPSS MS Windows Release l0,0.
Hasil penelitian yang diperoleh dari uji statistik adalah : Pertama, terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pengetahuan dengan perilaku pengumpulan angka kredit, dimana koefisien korelasinya r = 0,437, konstribusi pengetahuan terhadap perilaku sebesar 19,09 %. Kedua, ada hubungan yang positif dan signifikan antara sikap dengan perilaku pengumpulan angka kredit, koefisien korelasinya r = 0,393, kontribusi sikap terhadap perilaku sebesar 15,45 %.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap turut menentukan adanya variasi perilaku pengumpulan angka kredit instruktur. Oleh karena itu, agar BLKI Medan dapat memperlancar pengumpulan angka kredit instruktumya, perlu memberikan perhatian yang cukup untuk meningkatkan pengetahuan instruktur latihan kerja dngan cara ; penyuluhan dan bimbingan tentang angka kredit, meningkatkan motivasi nengumpulan angka kredit, penyediaan sarana pendukung, dan meningkatkan lingkat layanan Balai Latihan Kerja Industri (BLKI) Medan kepada masyarakat pemakai jasa pelatihan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T2494
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edy Dawud
"Penelitian ini bermaksud mengungkap kontribusi iklim organisasi BLIP Bandung dan kepuasan kerja terhadap kinerja kerja instruktur BLIP Bandung., dengan analisis fungsional dan derajat keterkaitan antara variabel iklim organisasi, kepuasan kerja dan kinerja kerja instruktur.
Hipotesis yang diajukan adalah : (1) Derajat keterkaitan dan daya determinatif antara variabel iklim organisasi BLIP Bandung dengan kinerja kerja instruktur cukup berarti dan signifikan, (2) Derajat keterkaitan dan daya determinatif antara variabel kepuasan kerja instruktur dengan kinerja kerja instruktur cukup berarti dan signifikan.
Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh gambaran bahwa : (1) Variabel iklim organisasi BLIP Bandung mempunyai pengaruh terhadap kinerja kerja BLIP dengan klasifikasi cukup; (2) Variabel kepuasan kerja instruktur mempunyai pengaruh cukup terhadap kinerja kerja instruktur BLIP Bandung, (3) Secara empirik kinerja kerja instruktur BLIP Bandung dapat diterangkan oleh variabel iklim organisasi BLIP Bandung dan kepuasan kerja instruktur; (4) Iklim organisasi BLIP Bandung ternyata merupakan faktor determinan terhadap kinerja kerja instruktur BLIP Bandung dan kepuasan kerja instruktur turut pula berkontribusi terhadap kinerja kerja instruktur; (5) Secara bersama-sama variabel iklim organisasi BLIP Bandung dan kepuasan kerja instruktur merupakan faktor yang mempunyai kesejajaran fungsi dalam meningkatkan kinerja kerja instruktur.
Kedua hipotesis tersebut ternyata dapat diterima dengart tingkat korelasi yang cukup menurut skala Guilford tentang ketentuan batas-batas r. Terdapatnya koefisien korelasi ini bukan berarti hanya variabel iklim organisasi dan kepuasan kerja instruktur yang berpengaruh terhadap kinerja kerja instruktur BLIP Bandung, namun masih ada variabel lain yang berpengaruh terhadap kinerja kerja instruktur. Karena itu perlu diadakan penelitian lanjutan mengenai varibel-variabel yang lain yang berpengaruh terhadap kinerja kerja instruktur."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>