Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182845 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. Taufiq Suryantoro
"Emisi asap (smoke) merupakan polutan utama pada mesin diesel. Smoke dihasilkan oleh pembakaran akibat kekurangan oksigen. Hal tersebut kebanyakan terjadi pada inti (core) spray yang mempunyai λ < 0,8. Secara tradisional pengurangan emisi smoke dapat dicapai dengan cara modifikasi sistem bahan bakar, geometri mesin, kontrol dari mesin atau menggunakan kombinasi dari ketiga cara diatas. Metode yang lain yang sering digunakan adalah menggunakan bahan bakar reformulasi atau biodiesel yang mengandung oksigen. Hal ini karena penambahan oksigen didalam bahan bakar menyebabkan inti dari spray menjadi tidak terlalu kaya, sehingga memungkinkan penurunan emisi smoke. Beberapa studi telah membuktikan hal ini, namun mekanisme kerja oksigen dalam hal ini belum begitu jelas.
Oleh karena itu studi kali ini berusaha untuk mempelajari lebih jauh peranan dan efek oksigen dalam proses pembakaran dengan cara ekperimen dengan menggunakan bahan bakar solar murni dan dibandingkan dengan bahan bakar campuran solar-biodiesel. Pada studi kali ini proses pembakaran didalam ruang bakar dipelajari dengan menggunakan analisa heat release, tekanan puncak silinder dan waktu tunda pembakaran. Dan hasil penelitian dengan variasi beban nampak bahwa pengurangan fraksi pembakaran difusi menghasilkan pengurangan emisi smoke. Hasil eksperimen memperlihatkan adanya hubungan antara durasi Mixing controlled combustion dengan emisi smoke yang dihasilkan. Durasi pembakaran pada fase tersebut memegang peranan penting dalam penurunan emisi smoke. Analisa heat release menunjukkan penggunaan bahan bakar solar-Biodiesel dalam hal ini menggunakan Metyl Ester 30 % berat, mempersingkat waktu pembakaran pada mixing controlled combustion dan memperpanjang lama pembakaran di late combution.

Smoke emission is the major pollutant from diesel engine. Smoke is emitted in diesel engine because fuel injected into combustion chamber burns with insuffient oxygen. The process takes place in the spray core that has λ < 0,8. Reductions of diesel engine emissions have traditionally been achieved through modification fuel system, combustion chamber geometry, engine control or combination of those. Another method to decrease smoke emissions is by using reformulating diesel fuel or biodiesel that contains oxygen in the fuel. The additional oxygen content into fuel would make a leaner mixture in the core spray. Therefore oxygenated diesel fuel offers the possibility of reduction particulates matter emissions significantly. The mechanism by which oxygen content leads to particulates matter reductions is still unclear.
In this study author would attempt to further study about the oxygen effect in combustion process experimentally using diesel fuel and of mixture diesel fuel-biodiesel. The study was conducted using in-cylinder pressure analysis to obtain heat release, peak pressure, and ignition delay. The results load variation experiment so that the smoke would increase with the diffusion combustion fraction. The experiment results show a relationship between mixing controlled combustion durations with the smoke emitted from the engine. The duration in this phase combustion plays important role on smoke reductions. Heat release rate shows that using mixture of diesel fuel-biodiesel, in these case methyl ester sawit 30% by mass, would decrease premixed and mixing controlled combustion durations and increase late combustion duration."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T8519
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riyadi
"Mesin diesel IDI berbahan bakar ganda (dual fueled) adalah mesin diesel IDI dengan menggunakan bahan bakar CNG dan solar. Pada sistem dual fueled ini, campuran udara dan CNG sebagai gas karburasi masuk ke dalam intake manifold, kemudian bahan bakar solar disemprotkan ke dalam campuran udara dan CNG kompresi untuk memulai pembakaran. Sistem ini relatif sederhana, hanya menambahkan mixer di saluran masuk (intake manifold). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui informasi/gambaran proses pembakaran yang terjadi pada mesin diesel IDI dual fueled melalui studi emisi smoke dan heat release.
Dalam penelitian ini, pengujian dilakukan pada Engine Test Cell I dengan mesin riset hydra 450 cc di BTMP-BPPT Serpong. Pengujian dilakukan pada putaran 1000, 1500, 2000, 2500 dan 3000 rpm dengan komposisi bahan bakar 100% solar, % CNG rendah dan % CNG tinggi. Data yang diambil adalah tekanan silinder, daya dan emisi gas buang.
Daya yang dihasi.kan oleh dual fueled lebih tinggi dibandingkan dengan 100% solar dan emisi smoke basil pembakarannya lebih rendah. Phase pembakaran late combustion dual fueled pada putaran dibawah 2500 rpm mempunyai durasi pembakaran yang panjang, Emisi smoke dual fueled putaran mesin dibawah 2500 rpm lebih rendah dibanding dengan 100% solar. Total heat release dual fueled putaran mesin diatas 1000 rpm mempunyai nilai lebih rendah dibandingkan 100% solar. Pembakaran dual fueled didominasi oleh phase late combustion, sedangkan phase premixed combustion cenderung cepat. Pada phase mixing controlled combustion, mesin diesel IDI dual fueled ini berlangsung sangat cepat/pendek bila dibandingkan dengan 100% solar.

Dual fueled ID1 diesel engine is IDI diesel engine operated with CNG and diesel fuel. In this dual fueled system, the mixture of air and CNG as carburetting gas flow into the intake manifold, then the diesel fuel is sprayed into the mixture of compressed air and CNG to ignite the fire. This system is relatively simple, only by adding the mixer in the intake manifold. The purpose of this research is to collect the information about the ignition process in dual-fueled IDI diesel engines by studying the emission of smoke and heat release.
In this research, the test is conducted on Engine Test Cell I with test engine hydra 450 cc at the BTMP-BPPT at Serpong. The test were carried out at 1000, 1500, 2000, 2500 and 3000 RPM using fuel composition of 100% diesel fuel, with low percentage and with high percentage of CNG. Data collected are pressure of the cylinder, and energy and emission of the exhaust.
The energy created by dual fueled is higher than that of 100% diesel fuel and smoke emission of the combustion is fewer. Firing phase of late combustion dual fueled at less than 2500 RPM has a longer duration, dual-fueled smoke emission at less than 2500 RPM is fewer than that of 100% diesel fuel. Total heat release of dual fueled engine run at more than 1000 RPM is lower than 100% diesel fueL The combustion of dual fueled is dominated by late combustion phase, while premixed combustion phase is most likely fast. At mixing controlled combustion phase, this dual fueled IDI diesel engine went on very quick/short compared to that with 100% diesel fuel.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14948
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Subhan Nafis
"Pemanfaatan biodiesel sebagai bahan bakar alternatif solar merupakan hal yang gencar dilakukan, terutama pemanfaatan minyak sawit sebagai bahan baku biodiesel di Indonesia, mengingat ketersediannya yang cukup besar. Namun disisi lain hal ini menimbulkan kontroversi akan kekhawatiran bahwa pemanfaatan minyak sawit sebagai biodiesel akan bersaing dengan pemanfaatannya sebagai bahan baku minyak goreng.
Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan usaha untuk mengurangi pemanfaatan minyak sawit dengan melakukan pencampuran (blending) dengan minyak jarak pagar. Studi ini berusaha mencari data tentang performan mesin diesel yang menggunakan bahan bakar biodiesel 10% (B-10), 20% (B-20), 30% (B-30), dan 100% (B-100). Komposisi bahan bakar biodiesel itu sendiri terdiri atas campuran 60% biodiesel sawit dengan 40% biodiesel jarak. Pada studi kali ini proses pembakaran dituang bakar dipelajari dengan menggunakan analisa heat release dan tekanan puncak silinder. Dari analisa ini dapat diketahui bahwa perubahan Static Injection Timing (SIT) bakar dan kecepatan putaran mesin sangat mempengaruhi tekanan yang dihasillkan dalam ruang bakar. Bahan bakar yang lebih dahulu mengalami proses pembakaran cenderung memiliki puncak tekanan (Pmax) yang lebih tinggi, dan cenderung menyebabkan emisi Nox dan HC menjadi lebih tinggi. Untuk putaran rendah, dalam hal ini 1500 rpm pembakaran pada bahan bakar solar lebih cepat tegadi dibandingkan dengan bahan bakar biodiesel, sehingga tidak terdapat perbedaan yang berarti antara penggunaan bahan bakar solar dan biodiesel. Penggunaan bahan bakar biodiesel baru menunjukkan hasil yang lebih baik dari bahan bakar solar pada kecepatan tinggi, baik dari heat release dan emisi yang dihasilkan.

The combustion and heat release of engines using diesel fuel and bio-diesel have been investigated. The bio-diesel consists of palm and jatropha oil, and were tested in variation of static injection timing (SIT) with 1500, 2500, 3000, and 3500 Rpm engine speed. The research conduct in a Ricardo Hydra Research Single Cylinder Direct Injection Diesel Engine. Engine in cylinder pressure data were collected and use to evaluate the rate of heat release with respect to crank angle. It was observed that commonly the peak rates of heat release for all fuel blends were less than diesel fuel on low engine speed. But some of bio-diesel getting higher than diesel fuel on high speed of engine. Static Injection Timing (SIT) will give significant effect of heat release rate and emissions. The emissions from bio-diesel and diesel fuel are compared paying special attention to the most concerning emission: Nox, HC, and CO. The result show that smoke emissions further reduced when engine speed was increased. A reduction in charged temperature can reduce NO emission."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T25977
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Subhan Nafis
"Pemanfaatan biodiesel sebagai bahan bakar alternatif solar merupakan hal yang gencar dilakukan, terutama pemanfaatan minyak sawit sebagai bahan baku biodiesel di Indonesia, mengingat ketersediannya yang cukup besar. Namun disisi lain hal ini menimbulkan kontroversi akan kekhawatiran bahwa pemanfaatan minyak sawit sebagai biodiesel akan bersaing dengan pemanfaatannya sebagai bahan baku minyak goreng. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan usaha untuk mengurangi pemanfaatan minyak sawit dengan melakukan pencampuran (blending) dengan minyak jarak pagar.
Studi ini berusaha mencari data tentang performan mesin diesel yang menggunakan bahan bakar biodiesel 10% (B-10), 20% (B-20), 30% (B-30), dan 100% (B-100). Komposisi bahan bakar biodiesel itu sendiri terdiri atas campuran 60% biodiesel sawit dengan 40% biodiesel jarak. Pada studi kali ini proses pembakaran diruang bakar dipelajari dengan menggunakan analisa heat release dan tekanan puncak silinder. Dari analisa ini dapat diketahui bahwa perubahan Static Injection Timing (SIT) bakar dan kecepatan putaran mesin sangat mempengaruhi tekanan yang dihasillkan dalam ruang bakar.
Bahan bakar yang lebih dahulu mengalami proses pembakaran cenderung memiliki puncak tekanan (Pmax) yang lebih tinggi, dan cenderung menyebabkan emisi Nox dan HC menjadi lebih tinggi. Untuk putaran rendah, dalam hal ini 1500 rpm pembakaran pada bahan bakar solar lebih cepat terjadi dibandingkan dengan bahan baker biodiesel, sehingga tidak terdapat perbedaan yang berarti antara penggunaan bahan bakar solar dan biodiesel. Penggunaan bahan bakar biodiesel baru menunjukkan hasil yang lebih baik dari bahan bakar solar pada kecepatan tinggi, baik dari heat release dan emisi yang dihasilkan. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T41205
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Iqbal Yamin
"

Pertumbuhan kendaraan bermotor selama lima tahun terakhir mencapai 8.63% per tahun. Peningkatan jumlah kendaraan berdampak pada meningkatnya konsumsi bahan bakar. Kondisi ini menunjukkan bahwa Indonesia masih tergantung pada sumber energi tak terbarukan. Energi biomassa seperti bioetanol merupakan salah satu energi alternatif yang sedang dikembangkan. Penambahan bioetanol dan bensin tentunya akan mengubah properties bahan bakar, bahan bakar akan lebih sulit terbakar dengan sendirinya sehingga tekanan yang dihasilkan dalam ruang bakar akan lebih konsisten. Studi ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh sebaran data tekanan terhadap rata – rata nya (COV) pada penambahan 5% (E5), 10% (E10) dan 15% (E15) bioetanol terhadap kinerja mesin seperti BHP, Torsi, SFC dan IMEP dan heat release. Hasil studi menunjukkan bahwa nilai COV terkecil diperoleh sebesar 1.49% yang dihasilkan pada campuran E15 pada putaran 8500 rpm. Penurunan COV memberikan dampak pada proses pembakaran yang lebih konsisten sehingga proses pembakaran lebih baik, hal ini ditunjukkan dengan turunnya nilai SFC, meningkatnya heat release, penurunan emisi gas CO dan HC serta peningkatan emisi gas CO2 dan O2.


The growth of motor vehicles over the past five years has reached 8.63% per year. Increasing number of vehicles has an impact on increasing fuel consumption. This condition shows that Indonesia is still dependent on non-renewable energy sources. Biomass energy such as bioethanol is one of the alternative energies being developed. The addition of bioethanol and gasoline will certainly change the fuel properties, the fuel will be more difficult to self-ignite so the pressure generated in the combustion chamber will be more consistent. This study was conducted to analyze the effect of the distribution of pressure data on its average (COV) at the addition of 5% (E5), 10% (E10) and 15% (E15) bioethanol to engine performance such as BHP, Torque, SFC and IMEP and heat release. The results of the study show that the smallest COV value is obtained at 1.49% which is produced in the E15 mixture at 8500 rpm. Decreasing COV has a more consistent impact on the combustion process so that the combustion process is better, this is indicated by a decrease in SFC values, increased heat releases, reduced CO and HC gas emissions and increased CO2 and O2 gas emissions.

"
2019
T54192
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frans Setiawan
"Bahan bakar biodiesel adalah mono alkyl esters dengan rantai asam lemak panjang yang diturunkan dari sumber lemak yang dapat diperbarui. Biodiesel yang diproyeksikan sebagai pengganti bahan bakar yang berasal dari minyak bumi mempunyai beberapa keuntungan, di antaranya adalah lebih bersih dalam menghasilkan gas buang, pelumasan yang lebih baik, dan tidak diperlukannya modifikasi mesin ataupun infrastruktur ya. Penelitian ini diawali dengan pengujian bahan bakar solar dan campuran 70 % solar dengan methyl ester sawit 30 % (MES-30) sebagai referensinya, kemudian melakukan pengujian terhadap campuran 70 % solar dengan methyl ester jarak 30 % (MET130). Ketiga kelompok bahan bakar ini diuji dengan menggunakan mesin diesel Hydra, silinder tunggal indirect injection (1 )1). Pengujian dilakukan di Test Cell 1 BTMP-BPPT, PUSPIPTEK - Serpong. Studi kali ini berusaha untuk mempelajari emisi dan heat release biodiesel minyak sawit dan minyak jarak untuk kemudian dibandingkan dengan solar. Dan basil penelitian didapatkan emisi gas buang MES-30 dan MFJ-30 membentuk trend yang serupa dengan solar, menghasilkan emisi smoke, hidrokarbon, dan CO lebih rendah dibandingkan dengan solar. Untuk emisi NOx tidak berbeda jauh nilainya dengan solar dan tidak dapat didefinisikan dengan balk kecenderungannya. Laju heat release memperlihatkan MES-30 dan ME]-30 lebih cepat waktu ignition delay-nya dan lebih panjang di fase premixed dan mixing-controlled combustion, hat ini mengindikasikan pembakaran lebih sempuma dibandingkan dengan solar.

Biodiesel is the mono alkyl esters of long chain fatty acids derived from renewable lipid sources. Biodiesel as a substitute of petroleum fuel has some advantages: it produces cleaner exhaust gas, better in lubrication, and doesn't need engine modification. This research beginning in test of diesel fuel that used in Indonesia, called solar and the blending of solar 70 % - oil palm methyl ester 30 % (MES-30) as references, then test the blending of solar 70 % - physic nut methyl ester 30 1(M 7-30). All of these fuels are tested using Hydra diesel engine, single cylinder indirect injection (IDI)_ Experiment was doing at Test Cell 1 BTMP BPFT, PUSP1TEK - Serpong.
This study focuses in emission and heat release of biodiesel palm and physic nut oil and then, compare with solar. From this experiment, the exhaust emissions of MES-30 and MFJ--30 have similar trend with solar, but lower emission in smoke, hydrocarbon, and CO. For NOx emission, it is not large differences with solar and the trend is not well defined Heat release rate shows the MES-30 and MF.J--3o faster in ignition delay but longer in premixed and mixing-controlled combustion, that indicate more complete combustion than solar.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T15007
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
TA3280
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sebayang, Melya Dyanasari
"Saat ini banyak dikembangkan dengan teknologi pencangkokan material non polar Poletilene (PE) dengan material polar seperti poliamid (PA), maleic anhydride (MA) untuk mendapatkan pelembut yang mempunyai karakteristik yang stabil. Pada pencangkokan PA pada PE masih terbentuk gumpal gumpalan dan butir-butiran. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka dilakukan pencangkokan MA dalam bentuk MA 25% solution pada PE 25% solution dengan menggunakan katalis ammonium persulfate (APS) dan penetral amino-metil-propanol (AMP) dalam kemurnian 95%, sehingga menghasilkan pelembut yang stabil tanpa terjadi penggumpalan dan butiran. Pada penelitian ini dilakukan karakterisasi perubahan ikatan karbon dengan menggunakan Fourier Transform Infra-Red (FTIR). Dengan instrumen FTIR terlihat adanya perubahan ikatan PE dari C-O menjadi C-N yang ditandai dengan puncak intensitas gelombang ??1090 cm-1 pada MA 7% dan 9%, serta terbentuknya ikatan baru pada PE setelah dicangkok dengan MA yaitu N-H yang ditandai dengan puncak intensitas gelombang ??2000 cm-1. Selain analisis perubahan ikatan PE-g-MA, juga dilakukan pengukuran derajat keasaman, ukuran partikel, kekentalan larutan, kadar padat, dan kelembutan bahan. Dari karakterisasi tersebut terlihat PE-g-MA 9% pada suhu 95??C adalah PE-g-MA yang paling stabil. Hal ini ditandai dengan terbentuknya perubahan ikatan dari ikatan C-O menjadi ikatan C-N, C=O, C O dan ikatan baru yaitu N-H serta tidak terjadinya penggumpalan dan pemisahan larutan pada saat pendinginan.

Recent development in the technology of fabric softener involves grafting of non polar poyethylene ( PE) with polar substances like polyamide ( PA) and maleic anhydride (MA). One of the problems associated with this grafting process is the formation of lumps and granules. To overcome this problem, ammonium persulphate ( APS) as catalyst together with amino- metil- propanol (AMP) having 95% purity as neutralizing agent will be used in grafting 25% MA solution with 25% PE solution. Characterization of the synthesized product includes chemical, bonds identification using Fourier Transform Infra-Red ( FTIR) spectroscopy, viscosity, solid content and softness. The information obtained from FTIR spectroscopy shows that C-O bonds have been replaced by C-N, C=O, C O bonds and that previously absent N-H bonds are formed. As a whole , this study also shows that PE-g-MA 9% synthesized at 950C is the most stable solution without the formation of lumps nor separation upon cooling."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T25129
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sebayang, Melya Dyanasari
"Saat ini banyak dikembangkan dengan teknologi pencangkokan material non polar Poletilene (PE) dengan material polar seperti poliamid (PA), maleic anhydride (MA) untuk mendapatkan pelembut yang mempunyai karakteristik yang stabil. Pada pencangkokan PA pada PE masih terbentuk gumpal gumpalan dan butir-butiran. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka dilakukan pencangkokan MA dalam bentuk MA 25% solution pada PE 25% solution dengan menggunakan katalis ammonium persulfate (APS) dan penetral amino-metil-propanol (AMP) dalam kemurnian 95%, sehingga menghasilkan pelembut yang stabil tanpa terjadi penggumpalan dan butiran. Pada penelitian ini dilakukan karakterisasi perubahan ikatan karbon dengan menggunakan Fourier Transform Infra-Red (FTIR). Dengan instrumen FTIR terlihat adanya perubahan ikatan PE dari C-O menjadi C-N yang ditandai dengan puncak intensitas gelombang ??1090 cm-1 pada MA 7% dan 9%, serta terbentuknya ikatan baru pada PE setelah dicangkok dengan MA yaitu N-H yang ditandai dengan puncak intensitas gelombang ??2000 cm-1. Selain analisis perubahan ikatan PE-g-MA, juga dilakukan pengukuran derajat keasaman, ukuran partikel, kekentalan larutan, kadar padat, dan kelembutan bahan. Dari karakterisasi tersebut terlihat PE-g-MA 9% pada suhu 95??C adalah PE-g-MA yang paling stabil. Hal ini ditandai dengan terbentuknya perubahan ikatan dari ikatan C-O menjadi ikatan C-N, C=O, C O dan ikatan baru yaitu N-H serta tidak terjadinya penggumpalan dan pemisahan larutan pada saat pendinginan.

Recent development in the technology of fabric softener involves grafting of non polar poyethylene ( PE) with polar substances like polyamide ( PA) and maleic anhydride (MA). One of the problems associated with this grafting process is the formation of lumps and granules. To overcome this problem, ammonium persulphate ( APS) as catalyst together with amino- metil- propanol (AMP) having 95% purity as neutralizing agent will be used in grafting 25% MA solution with 25% PE solution. Characterization of the synthesized product includes chemical, bonds identification using Fourier Transform Infra-Red ( FTIR) spectroscopy, viscosity, solid content and softness. The information obtained from FTIR spectroscopy shows that C-O bonds have been replaced by C-N, C=O, C O bonds and that previously absent N-H bonds are formed. As a whole , this study also shows that PE-g-MA 9% synthesized at 950C is the most stable solution without the formation of lumps nor separation upon cooling."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T41203
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>