Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183291 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marsiana Indah Kusumawati Pareira
"Virus hepatitis E (HEV- Hepatitis E Virus) adalah nama yang diberikan kepada virus atau kelompok serologis virus yang belum lama ini ditemukan dan telah terbukti sebagai penyebab kasus-kasus hepatitis Non-A Non-B yang penularannya melalui air (Water borne NANBH) dan telah dilaporkan sejak tahun 1987, penyakit ini sering menimbulkan kejadian luar biasa di wilayah dengan sanitasi yang amat buruk, pada penduduk dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah dan menyerang orang-orang berusia muda sampai usia menengah.
Infeksi hepatitis E Virus pertaMakali dilaporkan dari suatu wabah di India pada tahun 1955, sampai saat ini wabah serupa banyak terjadi di Asia, Afrika Utara, Timur Tengab, Eropah Timur, Amerika Serikat dan sebagian Rusia.
Di Indonesia untuk pertama kali dilaporkan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) hepatitis di Kabupaten Sintang propinsi Kalimantan Barat pada tahun 1987, kemudian pada tahun 1991 terjadi lagi KLB di kabupaten yang lama tetapi di desa yang lain.
Awal tahun 1998 (Januari), dilaporkan telah terjadi KLB hepatitis di beberapa tempat seperti di Bogor dan Jawa Timur . Di Bondowoso kasusnya cukup mencolok, sejak Januari sampai dengan April tahun 1998 dilaporkan jumlah kasus yang dilaporkan sebesar 723. Untuk memastikan telah terjadi KLB hepatitis di Kabupaten Bondowoso diperlukan suatu penelitian yang mendalam sehingga dapat diketahui faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya KLB hepatitis.
Penelitian ini ingin melihat gambaran epidemiologi pada waktu KLB hepatitis dan faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya sakit HEV seperti sumber air minum, kebiasaan minum air tidak dimasak, air untuk mencuci alat makan, tempat buang air besar, air untuk mandi, jenis kelamin dan umur.
Jenis desain penelitian ini adalah kasus kontrol, kasus adalah penderita dengan gejala klinis positif dengan IgG anti HEV positif sedangkan kontrol adalah tetangga terdekat yang tidak sakit dengan IgG anti HEV negatif. Besar sampel untuk kasus dan kontrol masingmasing 257. Populasi penelitian di desa Bendoarum, Pecalongan, Tegaljati dan Kerang. Data dikumpulkan oleh tim investigasi pada saat terjadinya KLB hepatitis. Kemudian diolah dan dianalisis menggunakan piranti lunak program EPI INFO versi 6.0 dan program STATA versi 3.1.
Dari gambaran epidemiologi terlihat bahwa telah terjadi KLB hepatitis dengan tipe hepatitis E virus (REV), sifat KLB tidak sama (CFR< 1%). Jumlah desa yang terkena 8 desa yaitu Bendoarum, Pecalongan, Tegaljati, Kerang, Sekarsarilor, Gununganyar, Lombok Wetan dan Jurang Sapi. AR tertinggi di desa Bendoarum (3,9%) dan Pecalongan (3,3%). AR tertinggi pada kelompok umur dewasa muda/usia produktif (63,2%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat di desa penelitian mayoritas petani dengan tingkat pendidikan masih rendah (SD). Dari analisis bivariat terlihat gambaran tentang besarnya risiko dari beberapa faktor yang berhubungan bermakna dengan terjadinya HEV yaitu sumber air minum, kebiasaan minum air tidak dimasak, air untuk mencuci alat makan/dapur, tempat buang air besar, air untuk mandi dan umur. Sedangkan jenis kelamin tidak menunjukkan hubungan yang bermakna.
Hasil akhir penelitian menunjukkan faktor risiko yang paling dominan berhubungan erat dengan terjadinya sakit HEV adalah kebiasaan minum air tidak dimasak, tempat buang air besar, air untuk mencuci alat makanidapur, kelompok umur 5 -18 tahun dan kelompok umur 19-45 tahun. Hasil ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan program penyehatan air dan penyehatan lingkungan dalam upaya menurunkan angka kesakitan hepatitis E.

Risk Factors Related to the Hepatitis E Virus Outbreak in Bondowoso District, East Java Province, 1998Hepatitis E Virus (REV), was recently found in 1987 it had been reported that the virus may cause several cases of water-borne diseases, particularly it was known Non-A Non-B Hepatitis (NANBH). The disease is frequently result to NANBH outbreak, especially in any area with very poor sanitation, low social and economic status, teenagers and young adult group.
The first outbreak of HEV infection was reported in India in 1955, up to now the similar outbreak also occurs in Asia countries, North Africa, Middle East, East Europe, USA and some regions of Russian.
In Indonesia, the first outbreak was reported at Sintang District, West Kalimantan in 1987 and it was recognized as NANBH. In 1991 , in the similar district (at different village) was also reported the same outbreak and it was diagnosed as HEV infection.
Seven years later (January 1998), it was reported the similar outbreak at several areas in West Java (Bogor) and East Java province. Bondowoso District had extremely increased at 723 cases of hepatitis incidence from January to April 1998 and it was reported as the hepatitis outbreak. To assess and find out any risk-factors dealing with the hepatitis outbreak in Bondowoso, it is necessary to conduct a research in-depth on such a disease.
This research aims to obtain an epidemiological description on hepatitis outbreak and the factors associated with the occurrence of REV. Design study was a case-control, which the case was defined as a patient with positive clinical symptoms of IgG anti-REV positive, whereas the control was defined close-neighbour with IgG anti-HEV negative. Number of cases and controls are respectively 257 persons. The research was conducted at Bendoarum, Pecalongan, Tegaljati and Kerang villages where was considered as study areas due to the four village with highest incidence. The data collected has been done during the hepatitis outbreak.
The study shows that the HEY outbreak with moderate severance (CFR < 1 %) has already occurred in 8 villages, including Bendoarum, Pecalongan, Tegaljati, Kerang, Sekarsarilor, Gununganyar, Lombok Wetan and Jurang Sapi. The highest Attack Rate (AR) occurs at Bendoarum (3,9 %) and Pecalongan (3,3 %), particularly at young adult group/productive age (63,2 %).
It also shows that the most of community members at such villages are farmers with low education status (primary school). The bi-variant statistic analysis indicates the presence of significant correlation between the REV incidence and the magnitude of risk-factors influencing the incidence, such as potable water sources, the habit of drinking raw water, water supply for showering and washing household utensils, latrine and age factor. However, there is no significant correlation for gender factor.
As the result the study shows that the most dominant risk-factor of the HEV incidence is the habit of drinking raw water, latrine, water supply for washing kitchen/cooking utensils, and the age group of 5 - 18 years and 19-45 years. Eventually it is expected that the above results could be used as constructive inputs and consideration in determining water sanitation end environmental health policy, particularly in the efforts of decreasing the REV incidence.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T-8368
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setiawan Nazir
"Kasus Hepatitis E pertama kali tercatat di Indonesia pada tahun 1978, yaitu ketika sebuah penelitian Kejadian Luar Biasa Hepatitis di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat menemukan 4 kasus Hepatitis E. Penyakit ini kemudian menimbulkan Kejadian Luar Biasa di kabupaten Sintang pada tahun 1991, dengan jumlah kasus tercatat sebanyak 1262 kasus dan 12 kematian. Agar penyakit Hepatitis E ini tidak lebih meluas, maka usaha pencegahan dan penanggulangan membutuhkan sebuah penelitian untuk mengetahui gambaran epidemiologi dan faktor risiko dari penyakit Hepatitis tersebut. Penelitian untuk maksud diatas menggunakan studi kasus kontrol dengan jumlah sampel sebanyak 65 kasus dan 65 kontrol. Analisa data yang terkumpul, menggunakan cara analisa deskriptif untuk mendapatkan gambaran epidemiologi. Sedangkan untuk mengetahui faktor risiko dan peranannya dalam penularan kejadian Hepatitis E mengunakan analisa univariat, bivariat dan multivariat.
Gambaran epidemiologi menunjukan bahwa distribusi frekuensi kasus terbesar di desa Nyangkom (23.08%), kasus laki-laki lebih banyak (53.85%) dari perempuan (46.15%), sebagian besar kasus (78.46%) berusia antara 19 - 45 tahun, kasus yang tidak sekolah adalah paling banyak (66.15%), sebagian besar kasus menggunakan air sungai sebagai sumber air utama (86.15%) dan frekwensi distribusi kasus mencapai puncaknya pada bulan Agustus 1991 (36.92%).
Analisa memberikan hasil bahwa air bersih mentah yang dipergunakan untuk minum (OR=4.20, CI 95% 1.75 ; 10.18), dan adanya orang serumah yang sakit (0R=1.85, CI 95% 1.13 ; 3.90) berperan dalam penularan kejadian Hepatitis E dengan dampak terbesar adalah air bersih mentah yang dipergunakan untuk minum (AR=76.19%). Peran faktor risiko lain diluar dari yang telah disebutkan diatas masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Sedangkan untuk penanggulangan dan pencegahan membutuhkan usaha pendidikan kesehatan tentang cara mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.

The Contamination Risk Factor with respect to the Hepatitis E Incident in the Regency of Sintang, West Kalimantan, in the Year 1991Hepatitis E was first recorded in Indonesia in 1978, when a survey on Hepatitis outbreaks in the Regency of Sintang, West Kalimantan, found 4 cases of Hepatitis E. An outbreak of this disease subsequently occurred in the Regency of Sintang in 1991, during which as many as 1262 cases with 12 deaths were recorded. To prevent the further spread of this Hepatitis E, efforts were made by carrying out an epidemiology study of the disease's risk factor. For this purpose, a case control study was conducted, using 65 cases and 65 controls. To get a picture of the epidemic traits, a descriptive analysis was made on the collected data, whereas a univariate, bivariate and multivariate analysis was applied in order to find the risk factor and its role in the Hepatitis E contamination incident.
The finding on the epidemic traits showed the following frequency distribution : the largest number of showed the following frequency distribution : the largest number of cases occurred in the village of Nyangkom (23.08%), the number of the cases on males (53.85%) exceeds that on females (46.15), the majority of the cases occurred to victims of 19 - 45 years of age (78.46%), the biggest number affected non-school goers (66.15%), most of which use the river as their main source of water supply (86.15%) and the case distribution frequency reached its peak in August, 1991 (36.92%).
The analysis rendered the following result : uncooked drinking water (OR=4.24, CI 95% 1.75 ; 10.18) and the fact that a house-mate is sick (OR=1.85, CI 95% 1.13 ; 3.90) have a role in the Hepatitis E contamination incident, but that uncooked drinking water has the biggest share (AR=76.19%). Further studies still need to be carried out to discover the role of risk factors other than those mentioned above. Preventive and corrective action needs be taken, by educating the community on healthy living, in particular by showing them ways to obtain clean water for their daily use.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-5168
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasep Setiakarnawijaya
"Kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sangat tergantung sekali kepada sumber daya dan kondisi lingkungan yang mereka miliki. Air merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi untuk berbagai keperluan sehari-hari, namun karena kurangnya air bersih didukung oleh kebiasaan dan lingkungan yang tidak sehat, tidak jarang masyarakat menggunakan air apa saja yang ada disekitarnya untuk pemenuhan kebutuhan. Akibatnya tidak jarang masyarakat mengalami gangguan kesehatan seperti Hepatitis E Virus (HEV).
HEV merupakan penyakit yang sering mewabah di daerah yang sulit sumber air bersih sehingga masyarakat menggunakan satu sumber air secara bersama-sama untuk memenuhi kebutuhannya. HEV menular melalui jalur penularan fecal-oral maka penggunaan air sungai yang dipakai bersama-sama untuk berbagai penggunaan akan memicu terjadinya penularan. Diperparah oleh lingkungan dan kebiasaan yang buruk sehingga tidak jarang mengakibatkan epidemic bahkan endemis. Untuk itu perlu dilakukan penelitian yang mencoba mengetahui pengaruh penggunaan air sungai untuk keperluan sehari-hari terhadap kejadian HEV.
Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain Kasus-Kontrol yang dilakukan di daerah endemis HEV di Bondowoso pada tahun 2000-2001 yang melibatkan 398 responden. Kelompok kasus merupakan masyarakat yang pernah mengalami HEV pada satu tahun terakhir sementara kontrol adalah masyarakat setempat yang tidak pernah menderita HEV.
Hasil penelitian menunjukan bahwa variable penggunaan sungai merupakan variable yang berpengaruh terhadap kejadian HEV (p value~,036 dan cOR=1,59). Selain penggunaan air sungai variable yang menunjukan kebermaknaan adalah variable kebersihan lingkungan (p-value=0,000 dan cOR 2,94) yang sekaligus merupakan variable perancu bagi variable penggunaan sungai. Hasil analisa multivariate menunjukan model matematis sebagai berikut :
Kejadian HEV = -0.755 + 0.216 Penggunaan Air Sungai + 1.025 Kebersihan Lingkungan Rumah
Peran faktor risiko lain diluar yang telah diteliti masih perlu untuk diteliti. Sedangkan untuk penanggulangan dan pencegahan usaha pendidikan dan penyuluhan kesehatan masyarakat mengenai PUBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) merupakan cara yang dapat dilakukan selain intervensi secara teknis.

Effect of River Water Usage toward Hepatitis E Virus Infection (Study at S Endemic Villages in Bondowodo District, East Java 2000-2001) To gain their need people has strong dependency to natural resources surround them. Fresh water is primary need that has to be fulfilling for their survival. But one or more reason caused lack of fresh water resource and induced by unhealthy attitude and environment, people used available water in their surrounding although worse in quality. The results of this condition are people frequently get health disorder such as Hepatitis E Virus.
HEV is one of the most frequent endemic diseases in a lack of fresh water area. HEV spread trough fecal-oral transmission, so, daily usage of river water for whole community cause the spreading of disease. Induced by unhealthy attitude and environment the spreading becomes epidemic, event in most cases become endemic. To solve the-problem, a research which Their objectives are to find the effect of river usage toward HEV and others factor that may have association must be conduct.
This research is a case-control design that implemented at endemic area in Bondowoso 2000-2001 which involve 398 people as samples. Case groups selected from community who get HEV during last year and the control groups are their neighbors who never shown have HEV symptoms.
The results state that river usage has a significant effect toward HEV (p-value=0.036 and crude OR--l.59). Beside, unhealthy environment shown the same result in causing REV infection (p-value=0.000 and crude OR=2.94) respectively. Further more, the multivariate analysis detect that unhealthy environment is a confounding factor to river water usage in causing HEV_ Mathematical model of interaction between HEV Infection, River Water Usage and Unhealthy Environment are shown below, respectively:
HEV Infection = -0.755 + 0.216 River Water Usage+ 1.025 Unhealthy Environment Other factor that their effect seem never been investigate toward HEV infection probably a subject for further research activities. Yet, the planning to control and prevent future infection by community empowerment trough health education and health promotion are applicable solution beside technical interventions.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T-8367
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tuty Suhartini
"Hepatitis E adalah peradangan yang menyerang organ hati yang disebabkan virus hepatitis E (HEV), yang ditularkan secara "fecal oral" melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh tinja manusia yang mengandung HEV.
Di Indonesia Kejadian Luar Biasa (KLB) Hepatitis E pernah terjadi di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat, pada tahun 1987, 1989, dan 1991 dan di Kabupaten Bondowoso Jawa Timur pada tahun 1998. Sampai dengan akhir April 2001 masih ditemukan penderita Hepatitis E yang berobat ke Puskesmas Sukosari dan Wonosari Kabupaten Bondowoso.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kualitas bakteriologi air yang digunakan oleh masyarakat dengan kejadian Hepatitis E di Puskesmas Sukosari dan Wonosari Kabupaten Bondowoso tahun 2000 - 2001.
Disain penelitian menggunakan disain kasus kontrol tidak berpadanan, dengan perbandingan kasus dan kontrol 1 : 1. Jumlah sampel minimal yang diperlukan sebanyak 88 kasus dan 88 kontrol. Populasi kasus adalah penderita Hepatitis E yang berobat ke Puskesmas Sukosari dan Wonosari sedang populasi kontrol adalah penderita bukan penyakit Hepatitis E yang berobat ke Puskesmas Wonosari dan Sukosari sejak 1 Januari 2000 sampai dengan 31 April 2001.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian Hepatitis E, sedangkan variabel independen utamanya adalah, kualitas bakteriologi air.
Hasil penelitian menunjukkan air yang terkontaminasi coliform berhubungan dengan kejadian HEV setelah dikontrol oleh faktor konfounder (OR : 2.45 (95% CI : 1.23 - 4.89; p = 0.01)). Variabel konfounder tersebut adalah kebiasaan minum air masak, kebiasaan jajan, kebiasaan mencuci tangan sebelum makan.
Jadi orang yang menggunakan air yang terkontaminasi coliform berisiko terkena HEV 2 kali dibanding orang yang menggunakan air yang tidak terkontamininasi tinja/coliform.
Bila kelompok kontrol diasumsikan mewakili populasinya, maka upaya perbaikan kualitas bakteriologi air yang digunakan masyarakat, penerapan kebiasaan minum air masak, dan mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum makan, maka diperkirakan dapat menurunkan proporsi kejadian HEV sebesar 55%.

Water quality and Hepatitis E Virus at the Health Center of Sukosari and Wonosari, District of Bondowoso, for period 2000 ? 2001Hepatitis E is known as one of the liver inflammation, caused by Hepatitis E virus. The disease is transmitted by the fecal - oral route and fecally contaminated water and food.
The outbreaks of Hepatitis E have been reported from District of Sintang, West Kalimantan, in the year of 1987, 1989 and 1991. So did from District of Bondowoso, Provincial of East Java in 1998.
Up to the end of April 2001, there were still found the patients of Hepatitis E who were treated at the Health Center of Sukosari and Wonosari, District of Bondowoso.
The Objective of this study is to identify the association between the microbiological water qualities used by community with the occurrence of Hepatitis E.
The research design use unmatched case control study, with control to case ratio 1 : 1.
The minimum sample size used is 88 cases and 88 controls respectively. The sources of case are patients of Hepatitis E who were treated at the Health Center of Sukosari and Wonosari. On the other hand, the sources of control are non Hepatitis E patients who were treated in both of the Health Centers mentioned before.
Dependent variable in this study is the occurrence of Hepatitis E, and its main independent variable is microbiological water quality.
The result of this study shown that the microbiological water quality has a significant association with the occurrence of HEV after has been adjusted by the confounder factors. (OR : 2.45; 95% CI 1.23 - 4.89; p = 0.01). Those factors are, the habit of drinking boiled water, and hand washing before eating. Therefore, respondent who used fecally contaminated water has a risk infected by HEV 2 times bigger than the respondent who used safe water.
Referring to the result of this study, if control group is assumed represent its population, a water quality improvement, practical of drinking boiled water and hand washing before eating, are predicted reduce the proportion of HEV occurrence about 55%.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T-8178
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwin Silman
"ABSTRAK
Pada tahun 1987 dan 1991 terjadi wabah Hepatitis E (HE) di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Sampai saat ini di Indonesia belum ada angka-angka yang jelas mengenai prevalensi HE, khususnya mengenai endemisitas. Tujuan penelitian adalah mendapatkan prevalensi petanda serologik VHE pada penderita tersangka hepatitis akut dan pada orang sehat.
Pemeriksaan anti-VHE IgG dilakukan terhadap 192 sampel (31 anak, 161 dewasa) penderita tersangka hepatitis akut dan 75 sampel dari orang sehat. Hasil anti-VHE IgG yang positif dikonfirmasi dengan Western Blot (WB).
Tidak dijumpai anti-VHE IgG positif pada populasi sehat yaitu donor darah. Di Jakarta dijumpai hepatitis virus E secara endemik, dengan prevalensi anti-VHE IgG pada kelompok tersangka hepatitis akut sebesar 3,3%. Dari 48 orang dewasa tersangka hepatitis A akut ada 1 orang dengan anti-VHE IgG positif setelah konfirmasi. Adanya hasil anti-VHA IgM dan anti-VHE IgG positif mungkin disebabkan oleh adanya superinfeksi dari HA atau terjadi infeksi ganda HA dan HE. Pada anak tersangka hepatitis akut maupun hepatitis A (HA) akut tidak ada yang anti-VHE IgG positif.
Penelitian HE masih perlu dilanjutkan untuk mengetahui sampai berapa jauh dampaknya di Indonesia. Kriteria sampel dan keadaan lingkungan hidup dapat mempengaruhi prevalensi penyakit. Untuk HE akut sebaiknya dilakukan pemeriksaan anti-VHE IgM bila reagen anti-VHE IgM sudah tersedia. Pemeriksaan ini dapat dipertimbangkan sebagai salah satu pemeriksaan pada penderita hepatitis yang diduga penularannya melalui fekal-oral, terutama pada daerah endemis.

ABSTRACT
Epidemies of Hepatitis E at Sintang, West Kalimantan on 1987 and 1991 were reported. However, endemicity of this disease in Indonesia is still unknown. The aim of this study is to determine the prevalence of serologic marker for HEV in patients with suspected acute hepatitis as well as in healthy individuals.
IgG Anti-HEV was determined on 192 samples from patients with suspected acute hepatitis (31 children and 161 adults), and 75 samples of blood donors. Positive results were confirmed by Western blot method.
None of the blood donors positive for IgG anti-HEV. We found viral hepatitis Eendemic in Jakarta with prevalence of 3,3% among acute hepatitis patients. One out of 48 adult patients with suspected hepatitis A was anti-HEV confirmed positive, this finding probably caused by HAV superinfection or coinfection of HAV and HEV. None of children with suspected acute hepatitis or hepatitis A was anti-HEV positive.
This study need to be continued on other places in Indonesia to find how big the problem of HEV infection is. For diagnosis of acute hepatitis E, IgM anti-HEV should be used. Anti-HEV should be considered as one of parameters in diagnosis of patients with acute hepatitis, especially in endemic areas."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Kodasi
"Hepatitis E sudah dua kali menimbulkan kejadian luar biasa di Kabupaten Sintang tahun 1987 dan 1991. Telah diketahui bahwa hepatitis E erat hubungannya dengan penggunaan air sungai yang tercemar tinja. Lebih dan 60% masyarakat Sintang menggunakan air sungai untuk keperluan sehari-hari. Sehingga perlu diketahui faktor-faktor resiko yaitu penggunaan air sungai yang berhubungan dengan timbulnya IgG anti REV.
Penelitian dilakukan di 4 desa yang pernah terjadi kejadian luar biasa dan mudah dijangkau. Penelitian ini menggunakan 165 orang yang mempunyai IgG anti HEV positif dan 609 orang yang mempunyai IgG anti HEV negatif. Berhasil dijadikan kasus 148 orang IgG anti REV positif dan 165 orang dan kontrol 128 orang anti HEV negatif didapat secara random dari 609 orang.
Analisis regresi logistik multivariat menghasilkan: menggunakan air sungai sebagai sumber air minum mempunyai OR = 1,05 (95% CI = 0,37 - 2,93) p = 0,9198. Cuci alat makan/dapur OR = 2,88 (95% CI = 1,16 - 7,12) p = 0,0216. Gosok gigi OR = 0,73 (95% CI 0,28 - 1,88) p = 0,5185. Denis kelamin OR = 1,65 (95% CI = 0,99 - 2,74) p = 0,0519. Umur OR= 1,01 (95% CI = 0,99 -- 1,03 p = 0,1388.
Setelah dilakukan penilaian terhadap interaksi dan konfonding didapatkan model persamaan rnatematis sebagai berikut : Logit IgG anti HEV positif = -1,1359 + 0,9333 (cuci alat makan/dapur) + 0,4273 (jenis kelamin).
Berdasarkan hasil penelitian di atas hendaknya Dinas Kesehatan menginformasikan kepada masyarakat bahwa menggunakan air sungai untuk mencuci alat makant dapur dapat meningkatkan resiko terjangkit hepatitis E.
Untuk penelitian selanjutnya diupayakan memperluas populasi penelitian, dengan mengikutsertakan daerah di luar tempat terjadinya kejadian luar biasa. Penentuan kasus menggunakan sampel darah pada fase penyembuhan dan kontrol belum pernah mengidap hepatitis apapun.

The Risk Factors Associated with IgG Anti HEV in 4 Villages District of Sintang - West Kalimantan in 1996In Sintang district Hepatitis E Virus (REV) was the causative agent in an outbreak reported for sub districts along side the Pinoh River from September 1987 to March 1988. A second outbreak of HEV infection was recognized from sub districts along side the Kayan River in September 1991. Hepatitis E Virus is thought to be spread by ingestion of contaminated substances, especially water. Over 80 percent of the population live along the river in Sintang district. Coverage of save drinking water was only 30 percent of the population. The aim of this study is to know the risk factors associated with IgG Anti HEV.
This study was do in 4 villages that was outbreak and easy to come. The design of this study is case control. There are 148 cases IgG anti HEV (+) and 128 controls IgG Anti HEV (-).
The result of multivariate logistic regression analysis for each variable :
River as source of water for drinking OR = 1,05 (95% CI = 0,37 - 2,93) p = 0,9198.
Washing dinner set and kitchen set OR = 2,88 (95% CI = 1,16 - 7,12) p = 0,0216.
Brushing in the river OR = 0,73 (95% CI = 0,28 -- 1,88) p = 0,5185. Sex OR = 1,65 (95% CI = 0,99 - 2,74) p = 0,0519. Age OR = 1,01 (95% CI = 0,99 - 1,03) p = 0,1388. And then conduct by stepwise method, interaction and confounding analysis resulted the mathematical model as Logit IgG Anti HEV positive = - 1,1359 + 0,9333 (washing dinner or kitchen set) + 0,4273 (sex).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-3728
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarmudianta
"Proporsi ketidakpatuhan penderita berobat di beberapa daerah di Indonesia, angkanya bervariasi dan umumnya masih tinggi (36,7%-63,3%). Ketidakpatuhan berobat menjadi sangat penting karena berhubungan dengan resistensi. Di Kabupaten Ogan Komering Ulu proporsi ketidakpatuhan memeriksakan dahak pada akhir fase intensif cukup tinggi,yaitu 25,15%. Sehingga kemungkinan terjadinya resistensi tinggi juga.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh beberapa faktor terhadap ketidakpatuhan memeriksakan dahak pada akhir fase intensif pengobatan tuberkulosis paru di Kabupaten Ogan Komering Ulu tahun 2000. Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu satu bulan dengan menggunakan data sekunder yang ada di puskesmas (register tb 01 dan tb 04) di Kabupaten Ogan Komering Ulu.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kasus kontrol. Sampelnya adalah sebagian atau seluruh penderita tuberkulosis paru berumur 15 tahun atau lebih yang berobat di puskesmas di Kabupaten Ogan Komering Ulu dari tanggal 1 juni 2000 sampai dengan tanggal 31 mei 2001 dengan mendapat pengobatan jangka pendek kategori I, II atau III. Jumlah sampel sebesar 184 orang, terdiri dari 92 orang kasus dan 92 orang kontrol.
Analisis yang dilakukan adalah analisis bivariat dan analisis multivariat logistik regresi dengan menggunakan ukuran Odds rasio dan uji kai kuadrat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak rumah penderita yang jauh dari fasilitas kesehatan mempunyai OR=2,72 (95% CI: 1,44-5,14) dan PMO yang berasal dari keluarga terdekat mempunyai OR=2,56 (95% CI: 1,25-6,26)
Penelitian ini menyimpulkan bahwa jarak rumah terhadap fasilitas kesehatan dan PMO mempunyai pengaruh terhadap ketidakpatuhan memeriksakan dahak pada akhir fase intensif pengobatan tuberkulosis paru.
Penelitian ini menyarankan kepada petugas perlu melakukan tindakan yang proaktif, seperti membantu penderita dengan cara mengambil pot yang telah disiapkan sebelumnya untuk dibawa ke fasilitas kesehatan. Menyeleksi orang yang akan dijadikan PMO, memberikan pelatihan/ penyuluhan kepada calon PMO dan menginformasikan kembali jadwal ulang pemeriksaan dahak kepada penderita atau PMOnya satu minggu, atau beberapa hari sebelum jadwal pemeriksaan. Kalau dalam satu desa banyak PMOnya perlu diangkat seorang koordinator.

Some Factors Influencing Not Compliance of the Sputum Examination at the End of Intensive Phase of Tuberculosis Treatment in Oku District, South Sumatera 2000 The proportion of not compliance to attend tuberculosis treatment at some areas in Indonesia, the rate is varies and at present it is still high (36, 7%-63, 3%). Not compliance becomes quite essential, since it related to tuberculosis drug resistance. In Ogan Komering Ulu district the portion of not compliance to check the sputum at the end of intensive phase of tuberculosis treatment is still high, that was 25,15%. So the possibility of become resistance is high.
The objective of this study is to determine the impact of some factors to not compliance of tuberculosis cases to check the sputum at the end of intensive phase of tuberculosis treatment in Ogan Komering Ulu district in 2000. This study was conducted in a month by using secondary data that available at Health Center (register TB 01 and TB 04) in Ogan Komering Ulu district.
The design used was case control study. The sample was some or entire of tuberculosis cases age 15 years old or over who take medical treatment at Health Center of Ogan Komering Ulu district from June 1,2000 to May 31, 2001 who having short treatment of category I, II or III. The number of sample was 184 people, covering of 92 cases and 92 controls.
Analysis conducted were bivariate and regression logistic multivariate analysis by using Odds ratio and quadrate kai measurement.
The result of this study showed that the distant of tuberculosis patient home which is far away from the health facility having OR=2,72 (95% CI : 1,44-5,14) and treatment observer (PMO) appointed from the nearest family member having OR=2,56 (95% CI : 1,25-6,26).
This study concludes that the home distant to health facility and PMO has impacted to not compliance of checking the sputum at the end of intensive phase of tuberculosis treatment.
This study recommended the health workers, the necessity of proactive action to support the smoothness of those programs, such as helping the patient by taking the sputum spot that has been prepared earlier to be brought to the Health Center. Selecting people who will act as the PMO, giving short briefing to PMO candidate and informing again to reschedule checking their sputum to patient or its PMO a week or several days prior treatment schedule according to standard operational procedure. The PMO coordinator is necessary to be appointed if a lot of PMO exist in the village.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T8399
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afudin
"Seperti negara-negara di dunia, di Indonesia penyakit infeksi hepatitis A Virus (HAY) hingga saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang besar. Tingginya angka endemisitas dan maiden HAV mempunyai korelasi dengan tingkat higiene dan kondisi sanitasi, disamping perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat itu sendiri. Secara umum penularan hepatitis A yang paling dominan adalah secara faecal/ oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh tinja manusia yang mengandung HAV. Di Kabupaten Kebumen, KLB infeksi HAV yang terjadi pada tahun 2001 menunjukkan kemungkinan masih rendahnya kondisi sanitasi dan PHBS dari masyarakat. Disamping itu masih rendahnya cakupan SAB sebesar 33.3% dan SAGA 16,7% merupakan kontribusi yang patut dipertimbangkan.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi HAV.
Rancangan penelitian menggunakan desain kasus kontrol tidak berpadanan, dengan jumlah sampel sebanyak 154 orang. Data sekunder berupa data kasus dan kontrol diperoleh dari hasil pemeriksaan serologic oleh Tim Terpadu (Subdit Surveilans, US NAMRU-2 dan DKK Kebumen) yang berasal dari 2 wilayah puskesmas tempat terjadinya KLB infeksi HAV. Sedangkan data primer dikumpulkan dengan mengunjungi responden untuk melakukan wawancara dan pengamatan menggunakan kuisioner disamping pengambilan sampel air, untuk selanjutnya dianalisis menggunakan program komputer di Laboratorium Komputer Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Hasil analisis bivariat didapat bahwa terdapat hubungan bermakna antara beberapa faktor risiko yaitu: kualitas bakteriologis air, tempat/sarana b.a.b., cuci tangan setelah b.a.b. dan kebiasaan makan jajan (masing-masing mempunyai nilai pO,05). Hasil analisis multivariat (uji regresi logistik) menunjukkan bahwa faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian infeksi HAV adalah: jenis sarana b.a.b., kebiasaan cuci tangan setelah b.a.b. dan makan jajan. Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya interaksi antara ketiga variabel tersebut.
Kesimpulan dari penelitian iai adalah bahwa orang yang melakukan b.a.b. di JAGA yang tidak memenuhi syarat, mempunyai kebiasaan tidak mencuci tangan setelah b.a.b.(tidak higienis) dan sering makan jajan berisiko lebih besar terserang infeksi HAV. Disarankan kepada Dinas Kesehatan untuk lebih meningkatkan kegiatan inspeksi sanitasi SAS, secara jangka panjang meningkatkan cakupan SAB & JAGA, melakukan kaponisasi sumur penduduk setelah terjadinya KLB, pemberdayaan masyarakat dan penyuluhan khususnya PHBS dan lingkungan yang saniter. Kepada masyarakat termasuk pengelola usaha makanan jajanan untuk selalu menjaga higiene perorangan dan meningkatkan higiene sanitasi agar kasus serupa tidak terjadi di masa mendatang. Penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk mengetahui kekuatan hubungan sebab akibat, disamping memperhatikan variabel-variabel lain yang terkait.
Daftar bacaan: 47 ( 1985-2001)

Related Factors With Infection Hepatitis A Virus (HAV) Occurence in Regency Kebumen, Year 2001 (Case Control Study of Outbreak Hepatitis)Like nations in the world in Indonesia infection hepatitis A virus (HAV) disease till in this time still represent big health problem. Number endemisitas incident HAV and height have correlation with level of hygiene sanitation and beside the clean life behavior and make healthy (PHBS) society itself In general most dominant infection HAV is by faecal oral of through food and beverage which contamination by faeces of human being containing HAV. That happened outbreak infection HAV in regency Kebumen the year 2001 showing the possibility of still lower sanitation and PHBS from society. Lower of coverage of water supply (SAB) equal to 33,3% and family latrine (SAGA) 16,7% representing proper contribution considered. Aims of this research to know epidemiological description and related factors with infection HAV occurrence.
Design of research use not matched case control, with amount of sample as much 154 people. Secondary data of case and control obtained from result inspection of serologic by Inwrought Team (Subdit Surveillance, US NAMRU-2 and DKK Kebumen) coming from 2 region of Public Health Service of place the happening of outbreak infection HAV. While of primary data collected visitedly is respondent to conduct interview and perception use questioner beside take of sample water to know quality of bacteriological Analysis to use computer program in Computer Laboratory of Public Health Faculty University of Indonesia.
Result of bivariate analysis got that there are relation have a meaning of between some risk factor that is quality of water bacteriological, place of excrement (b.a.b), clean hand habit after b.a.b, eat junk food habit and age (each having p value <0,05) with infection HAV occurrence. While other dissimilar risk factor that type of SAS, clean hand habit of before eating and the gender do not related significant (each having p value >0,05). Result of analysis multivariat (Logistic Regression test)) indicating that dominant factors which deal with infection HAV occurrence is: place of b.a.b. type, habit clean hand after b.a.b. and eat junk food habit. At this research is not found an interaction existence of among third the variable.
Conclusion from this research is that one who do b.a.b in JAGA of ineligible, having habit do not clean hand after b.a.b (is not hygienic) and often eat something of the home have risk more attacked by infection HAV. Suggested to Public Health Service to more improve early warning system (SKID), empowerment and the counseling especially of PHBS and healthy environment. To society include the junk food handler always take care of personal hygiene and sanitation in order the similar case is not happened in the future. Continuation research require to be conducted to know causality strength, while considered other variable that related.
Library list: 47 (1985-2001)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T13002
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdur Rachim
"Hepatitis virus A dan E merupakan jenis hepatitis yang termasuk paling sering dijumpai di masyarakat. Secara Minis penyakit hepatitis virus yang akut mempunyai gejala dan tanda antara lain demam, menggigil, sakit kepala, hilang nafsu makan, mual, muntah, lemas, cepat lelah, nyeri begah pada perut, urin seperti air teh dan ikterik.
Penularan hepatitis A melalui jalur oro-faecal, erat kaitannya dengan hygiene dan sanitasi, makanan dan penggunaan air untuk keperluan sehari hari. Penyakit hepatitis A masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Pada Kejadian Luar Biasa (KLB) hepatitis A di kecamatan Seputih Raman Kabupaten Metro bulan Agustus sampai dengan September 2000, diduga sumber penularannya antara lain; air tercemar oleh virus hepatitis A dari sarana air yang tidak terlindung. Penelitian. ini bertujuan untuk mengetahui keeratan hubungan antara penggunaan sumber air sarana tidak terlindung dengan kejadian hepatitis A pada daerah Kejadian Luar Biasa hepatitis A di kecamatan Seputih Raman Kabupaten Metro tahun 2000. Desain penelitian ini adalah studi analitik dengan pendekatan rancangan kasus kontrol menggunakan data sekunder hasil investigasi KLB hepatitis A di kecamatan Seputih Raman Kabupaten Metro Agustus-September 2000 oleh tim Ditjen.PPM&PL dan Namru-2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan air bersumber dari sarana yang tidak terlindung berhubungan bermakna (p= 0,000) dengan kejadian hepatitis A setelah dikontrol dengan variabel pendidikan, cuci tangan sebelum makan, makan lalap mentah dan makan es mambo dengan kekuatan hubungan OR = 4,945 (Cl; 2,727-8,967).
Disarankan kepada puskesmas setempat untuk meningkatkan penyuluhan kesehatan secara langsung maupun melalui media (film, Radio Pemerintah Daerah) agar masyarakat menggunakan air dari sarana yang terlindung sehingga dapat mencegah kejadian penyakit hepatitis A dimasa yang akan datang.
Daftar bacaan : 56 (1955-2000).

The Association between Utilization of Unprotected Water Source Facility and Type A Hepatitis Infection, during Hepatitis A Outbreak, in Sub-district of Seputih Raman, District of Metro, Lampung Province, year 2000Type A and E hepatitis are among the most prevalent viral hepatitis cases occurred in the population. Clinically, the acute viral hepatitis infection may produce several symptoms and signs, such as fever, shivering, headache, loss of appetite, nausea, vomiting, fatigue, abdominal discomfort. like tea urine color and yellowish skin or eye, etc.
Type A hepatitis is transmitted through oro-fecal route and closely related to hygiene and sanitation of daily food and water use. Hepatitis A infection is still an important public health problem due to its characteristic to frequently induce an outbreak. When type A hepatitis outbreak occurred in sub-district Seputih Raman, District of Metro, Lampung, from August to September 2000, it was suspected that the source of transmission was water contaminated with hepatitis-A virus, due to utilization of unprotected. water source facility.
This case control study was conducted using secondary data of Hepatitis-A outbreak investigation report in sub-district Seputih Raman, District of Metro, Lampung, from August to September 2000. The objective of the study was to investigate the association between utilization of unprotected water source facility and type A Hepatitis infection, during the outbreak.
The study result showed that utilization of unprotected water source facility was significantly associated with the occurrence of Hepatitis-A infection, after controlling other variables (OR=4.95; 95% Cl; 2.73 - 8.97).
It is suggested that local Community Health Center is supposed to enhance health promotion, directly or through the media, to prevent the community from utilizing potentially contaminated water from unprotected source. It is also recommended to reduce the risk of getting infected, by educating the community to avoid drinking water without boiling it or making ice cube or ice cream from unboiled water or eating raw vegetable and to wash hand before eating.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13120
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umar Firdous
"Hepatitis akut klinis merupakan penyakit yang diakibatkan oleh adanya peradangan yang bersifat akut pada hepatosit karena adanya agen yang masuk ke dalam sel hepar tersebut. Secara klinis umumnya ditandai dengan Panas, mual/muntah, rasa penuh di perut dan ikterik.Yang tersering di antara hepatitis akut klinis ini antara lain adalah hepatitis virus A. Di tinjau dari teori HL Blum ada beberapa faktor yang berperan dalam penyebaran hepatitis virus A ini yaitu lingkungan, perilaku, genetika dan fasilitas kesehatan.
Hepatitis A seringkali menyebabkan masalah diberbagi penjuru dunia , baik dalam bentuk epidemi, wabah , kasus luar biasa ( KLB ) maupun outbreak. Akhir-akhir ini terjadi KLB hepatitis akut yang berdasarkan hasil pemeriksaan
laboratorium dari tempat pasien di rawat dideteksi sebagai hepatitis A. Berdasarkan kepustakaan penularan hepatitis virus A merupakan jenis oral fecal transmission . Sehingga penularan penyakit ini erat hubungannya dengan perilaku higiene perseorangan. Praktek cuci tangan merupakan variabel penting dalam perilaku kebersihan dini, mengingat di daerah tersebut umumnya penduduk makan pakai tangan (tanpa sendok), yang dilakukan 3-4 kali sehari dan kebanyakan dari mereka tidak cuci tangan sebelum makan. Oleh karena itu praktek cuci tangan sebelum makan penduduk di daerah KLB tersebut perlu mendapat perhatian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara prektek cuci tangan sebelum makan yang merupakan komponen penting dari faktor perilaku dengan kejadian hepatitis akut klinis di daerah KLB hepatitis A tersebut.
Desain dari penelitian ini adalah kasus kontrol dengan menganalisa data sekunder hasil investigasi wabah yang telah dilakukan pada bulan Nopember 2001 sampai Januari 2002 . Sehingga populasi didasarkan atas data sekunder tersebut, yaitu masyarakat yang tinggal di perumahan Calincing desa Cogreg kecamatan Parung kabupaten Bogor kelompok umur 15-55 tahun. Jumlah kasus yang dianalisa adalah 60 orang dan kontrol 120 orang.
Hasil dari penelitian adalah terdapat hubungan yang bermakna ( p = 0.000 ) antara praktek cuci tangan sebelum makan dengan kejadian sakit hepatitis Akut klinis. Nilai OR = 3.442 (95% CI ; 1.638 - 7.235).
Diketemukan adanya konfounding, Sebagai konfonder adalah variabel Pendidikan, sehingga hubungan antara variabel praktek cuci tangan sebelum makan dengan kejadian sakit hepatitis akut dipengaruhi oleh variabel pendidikan.
Daftar bacaan : 51 (1973-2001)

Clinical acute hepatitis is disease because acute inflammatory in hepatocyte caused by some agents which infecting hepar cells. Clinical symptoms of hepatitis are body temperature increasing, nausea, vomiting, abdominal discomfort, icterus or yellow skin. The most cases of clinical acute hepatitis is hepatitis A virus (HAV). According to H. L Blum theory, there are some factors related to spreading of the disease (HAV) such as environment, behaviour, genetic, and health service facilities.
Hepatitis A virus often becomes serious problem in any area as epidemic or outbreak. Recently, an outbreak of hepatitis -has known as hepatitis A based on laboratory test of patients. This hepatitis A (clinical acut hepatitis) spreading from faecal-oral transmission when individuals do not wash their hand after using the toilet and then the handle the food, so this behaviour in this disease.In area of the outbreak , washing hand before handling food is very importan variable, becauese most of the people do not wash their hand before breakfast, lunch and dinner and without spoon. This study is to find out relation between washing hand before handling food with clinical acut hepatitis cases in the area of outbreak of Hepatitis A.
This study using case control design, analysing secondary data of epidemic investigation from November 2001 to January 2002. The population is community which living in Calincing housing in Cogreg County, Parung sub district of Bogor, aged from 15 to 55 years old. 60 cases and 120 controls have analysed.
Result of this study has find that is a significant relation (p-0.000) between washing hand before handling food with clinical acute hepatitis case, OR=3.442 (95% Cl : 1.638 - 7.235). Education is a confounding variable to this relation.
References : 51 (1973-2001)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T1871
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>