Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139295 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Isep Sepriyan
"Remaja, masa dimana individu berkembang dan mengalami proses perubahan dari anak-anak menuju dewasa, yang ditandai oleh tanda-tanda menuju kematangan seksual dan mengalami perubahan dan perkembangan fisiologis dan psikologis, serta merupakan situasi transisi dan pencarian identitas tentang siapa aku. Pengaruh diluar dirinya bisa merubah sikapnya. Remaja putus sekolah secara individu sama dengan remaja lainnya yang mempunyai keinginan, harapan dan kebutuhan serta potensi, tetapi karena suatu sebab, baik dari dalam diri maupun dari luar dirinya tidak bisa sekolah atau melanjutkan sekolah formal.
Pola pendidikan non formal yang dilaksanakan oleh Panti Sosial Bina Remaja Taruna Negara Cibabat Cimahi merupakan kegiatan atau program pelayanan sebagai proses perubahan sikap dan tata laku individu atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, bimbingan dan pelatihan yang dilakukan diluar sekolah formal. Unsur yang mencakup pendidikan non formal adalah; objektif atau tujuan belajar, karakteristik pelajar, pengorganisasian, metodologi belajar dan kontrol. Bentuk bimbingan dan pelatihan yang dilaksanakan ialah bimbingan fisik, mental, sosial dan keterampilan. Semua kegiatan dan program belajar mengajar ini salah satunya ditujukan dalam rangka meningkatkan keterampilan sosial remaja putus sekolah.
Keterampilan sosial adalah, kemampuan untuk menciptakan hubungan-hubungan sosial yang serasi dan memuaskan, mengadakan penyesuaian yang tepat terhadap lingkungan sosial, memecahkan masalah sosial yang dihadapi serta mengembangkan aspirasi dan menampilkan dirinya. Ciri individu yang memiliki keterampilan sosial; bertanggung jawab, mentaati peraturan, menerima dan menghargai orang lain dan diri sendiri, tidak tergantung pada orang lain, disiplin, mengetahui tujuan hidup dan mampu membuat keputusan, melalui pendidikan diharapkan keterampilan sosial dapat tumbuh dan meningkat pada remaja putus sekolah.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pola pendidikan non formal remaja putus sekolah di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Negara dalam meningkatkan keterampilan sosial peserta didiknya, serta mengetahui faktor pendukung dan penghambatnya.
Penelitian bersifat studi evaluatif, menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini tidak bermaksud membuat generalisasi, tetapi melakukan studi evaluatif di salah satu lembaga pelayanan kesejahteraan sosial yang memberikan pelayanan pendidikan non formal.
Hasil penelitian menunjukkan, pola pendidikan yang dapat meningkatkan keterampilan sosial remaja putus sekolah, adalah ; objektif belajar untuk memberikan keterampilan sosial dan keterampilan kerja sebagai salah satu yang menimbulkan minat dan semangat siswa dalam mengikuti kegiatan. Pengorganisasian siswa kedalam sistem kelompok wisma dan kepengurusan siswa memberikan kesempatan kepada siswa untuk bisa saling berkomunikasi, beradaptasi dan disiplin serta menumbuhkan rasa tanggung jawab. Metoda belajar praktek kerja perorangan memberikan kesempatan siswa menyalurkan hasrat, menunjukkan potensi diri dan tanggung jawab serta kemandirian.
Temuan penelitian menunjukkan, terdapat remaja putus sekolah yang memiliki keterampilan sosial yang baik. Ternyata hal itu terjadi selain karena pola pendidikan dari lembaga, juga karena motivasi siswa mengikuti bimbingan dan pelatihan sebagai kebutuhan dan sarana belajar untuk bekal hidup, latar belakang kehidupan yang relatif tetib dan mampu mengetahui serta menentukan tujuan hidup, kemampuan menerima orang lain dan diri sendiri sebagai pendorong tersalurkannya hasrat dan mengeksploitasi potensi dirinya. Kepercayaan yang diberikan oleh teman dan pembina kepadanya menambah kepercayaan diri.
Remaja putus sekolah yang kemampuan keterampilan sosialnya kurang, ternyata motivasi mereka mengikuti kegiatan bimbingan dan pelatihan karena dorongan kewajiban sebagai siswa dan melaksanakan tugas sebagai pengurus siswa, serta menghindari sanksi, bukan atas dorongan kebutuhan dirinya. Merasa selalu diperhatikan orang lain dan menganggap kepercayaan yang diberikan kepadanya sebagai beban bagi dirinya, membuat sikap yang ditampilkannya tidak spontan dan tidak wajar. Dengan adanya beban tersebut maka remaja putus sekolah tersebut terhambat peningkatan kemampuan keterampilan sosialnya.
Pelaksanaan pola pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan remaja, mendorong terciptanya kondisi yang memungkinkan meningkatnya keterampilan sosial pada remaja putus sekolah. Dengan dasar tersebut maka perlu dilakukan perbaikan serta penyempurnaan pelaksanaan pola pendidikan non formal di PSBR, khususnya metoda belajar materi bimbingan sosial kelas dan pelaksanaan kontrol serta komunikasi antar pelaksana kegiatan, yang mengarah kepada penyaluran minat dan bakat dalam rangka pengembangan potensi diri remaja putus sekolah, yang pada gilirannya mampu meningkatkan keterampilan sosial remaja putus sekolah dengan baik."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T8006
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Shobirin
"Remaja yang berkualitas merupakan aset yang cukup penting bagi eksistensi suatu bangsa. Untuk mewujudkan remaja yang berkualitas tersebut salah satu upaya penting yang harus dilakukan adalah melalui sektor pendidikan. Namun demikian ditengah situasi perekonomian Indonesia yang sedang dilanda krisis ini, tidak semua remaja dapat mengenyam atau melanjutkan pendidikan, atau sering disebut dengan putus sekolah.
Pemerintah telah mengupayakan dan mencari solusi terhadap permasalahan tersebut. Salah satu upaya yang sedang dan terus dilakukan adalah dengan memberikan keterampilan aplikatif kepada remaja putus sekolah agar mereka dapat memiliki keterampilan dan berfungsi sosial melalui PSBR Bambu Apus selaku Unit Pelaksana Teknis Departemen Sosial RI. Kegiatan yang dilakukan mencakup dua besaran, yaitu bimbingan keterampilan kerja dan bimbingan sosial termasuk bimbingan mental keagamaan. Namun demikian penelitian ini lebih difokuskan pada pembahasan tentang pelaksanaan program bimbingan keterampilan kerja.
Kerangka pemikiran yang diulas dalam tesis ini adalah racikan dari konsep-konsep tentang remaja dari putus sekolah. Selanjutnya dikupas pula panti sosial sebagai organisasi pelayanan dan bimbingan keterampilan kerja sebagai salah satu programnya. Sebagai organisasi pelayanan yang mclaksanakan program kegiatan. Keberadaan, PSBR Bambu Apus tidak bisa dilepaskan dari permasalahan dan kendala dalam menjalankan kegiatannya. Oleh karena itu pada bagian akhir Kerangka Pemikiran selanjutnya diuraikan tentang evaluasi program.
Penelitian evaluatif ini menggunakan alur input, proses dan outcome yang selanjutnya diterjemahkan sebagai langkah kegiatan yang ada di PSBR Bambu Apus. Untuk melihat keberhasilan program pada alur outcome digunakan kriteria keberhasilan sebagaimana dikemukakan oleh Suchman yang terdiri dari effort performance, adequacy of performance, efficiency, dan process. Namun demikian pada alur input meskipun klien belum mendapatkan pelatihan, penelitian ini juga membahas lima kriteria keberhasilan tersebut meskipun hanya bahasan effort yang merupakan kriteria keberhasilan paling sederhana.
Dengan pendekatan kualitatif dan tipe penelitian deskriptif, informan penelitian ini adalah para pejabat struktural. pekerja sosial dan instruktur sebagai pelaksana utama dan pihak yang bertanggung jawab terhadap kelancaran kegiatan. Sedangkan pada alur outcome selain kepada mereka, informan utama adalah lima orang mantan yang telah selesai mendapatkan pembinaan di Panti dan masing-masing mewakili lima jurusan keterampilan yang ada.
Hasil penelitian pada alur input menunjukkan bahwa aspek raw material seperti ruang, alat-alat dan bahan pelatihan keterampilan serta pola dan pola sistem pengajaran sesuai dengan kriteria ideal yang ditetapkan sebagai suatu standar maksimal sebuah program pelatihan.Sedangkan yang tidak sesuai adalah tenaga instruktur, kriteria calon klien, kurikulum dan buku panduan, alat peraga serta target pelatihan. Sementara untuk menilai alur outcome langkah yang dilakukan adalah dengan membedah apa yang menjadi tujuan pelatihan itu sendiri. Pada aspek pertama yaitu jumlah lulusan, terjadi pengurangan klien yang selesai atau lulus dari Panti. Demikian juga pada aspek kcdua tentang tingkat pemahaman klien terhadap materi menujukkan. meskipun tidak seluruh materi dapat dimengerti namun sebagian besar klien mengaku dapat memahaminya.
Pada aspek ketiga yang membahas pekerjaan, ada klien yang bekerja sesuai dengan pelatihan yang pernah diikuti dan ada juga yang tidak. Namun demikian bagi klien yang belum mendapatkan bekerja menganggap bahwa bukan berarti pelatihan yang diikutinya tersebut menjadi sia-sia. Mereka tetap memperoleh pengaruh lain. berupa manfaat seperti lebih percaya diri, disiplin, dapat menyesuaikan diri, dan memiliki motivasi yang tinggi dalam memandang kehidupannya dan terus berupaya memperoleh pekerjaan.
Berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi, keberadaan instruktur disatu sisi mcrupakan faktor pendukung, namun mereka juga sekaligus menjadi faktor penghambat karena tidak memiliki kemampuan profesional dan pengalaman mengikuti diklat (training) yang berkaitan dengan bidang tugas mcngajarnya. Faktor pendukung lainnya adalah sarana prasarana yang memadai dan tersedianya anggaran rutin/tetap dari pemerintah. Sedangkan faktor penghambat adalah selain karakteristik klien yang memiliki tingkat pendidikan beragam, juga keberadaan alat keterampilan yang tidak sesuai dengan perkembangan jaman. Selain itu adalah pengadaan bahan pelatihan yang sering terlambat atau tidak selalu tersedia pada saat dibutuhkan oleh instruktur. Penelitian ini memberikan beberapa saran yang perlu dilakukan oleh pelaksana di PSBR Bambu Apus. Saran berkaitan dengan temuan faktor penghambat yang diuraikan sebelumnya, yaitu perlu memberi kesempatan kepada instruktur untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan, dan penambahan penghasilan. Selanjutnya perlu disusun sebuah kurikulum yang baku, dan menciptakan transparansi anggaran dalam kaitan dengan penyediaan alat dan bahan pelatihan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14407
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vindry Dwi Wulandari
"

Penelitian ini membahas tentang penyesuaian sosial yang dilakukan oleh remaja putus sekolah di PSBR Bambu Apus serta hambatan-hambatan yang dihadapi dalam melakukan penyesuaian sosial tersebut. Penelitian ini menggunakan penilitian kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini menjelaskan kondisi awal, penyesuaian sosial (mengikuti aturan yang telah ditetapkan, menjalin relasi dengan pihak yang ada di panti, pelanggaran aturan oleh penerima manfaat, dan partisipasi penerima manfaat terhadap program yang diselenggarakan) dan perubahan perilaku remaja putus sekolah (penerima manfaat). Adapun hambatan dalam penyesuaian sosial yaitu mengikuti aturan yang telah ditetapkan dan ada program yang tidak berjalan lancar.


This research discuses about social adjustment of dropout (beneficiaries) in PSBR Bambu Apus, and the constraints to do social adjustment. This research uses a qualitative approach and descriptive research method. The results explains the initial conditions of beneficiaries, social adjustment by dropouts (include make  relations, break the rules of PSBR Bambu Apus, the beneficiaries’ participation for program in PSBR Bambu Apus) and the condition of beneficiaries after joined program in PSBR Bambu Apus. Then the constraints in social adjustment are following the rules and program does not going well.

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasrifah Musa
"Tesis ini membahas tentang pelaksanaan resosialisasi remaja putus sekolah, peran pekerja sosial di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta dan hambatan yang dialami dalam pelaksanaan resosialisasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Hasil penelitian menggambarkan (1) pelaksanaan resosialisasi remaja putus sekolah di PSBR Bambu Apus meliputi pembekalan magang, pelaksanaan magang, dan monitoring magang, (2) Peran yang dilakukan oleh pekerja sosial sebagai penghubung (broker), pendidik (educator), mediator, pemungkin (enabler), group facilitator, pengevaluasi (analyst/evaluator) dan (3) hambatan yang timbul meliputi kurang optimalnya peran pendampingan oleh pekerja sosial di lokasi magang, waktu kegiatan magang yang terbatas, belum ada surat kerjasama secara tertulis dengan lembaga mitra, keterbatasan daya tangkap remaja putus sekolah, perilaku dan sikap remaja putus sekolah yang belum siap beradaptasi dengan peran dan tanggungjawabnya, kurang kepercayaan diri remaja putus sekolah dalam melayani pelanggan, serta perbedaan peralatan yang digunakan oleh PSBR Bambu Apus dengan yang digunakan perusahaan di tempat magang.

This thesis discusses the implementation of the resosialization of school dropouts, the role of social workers and obstacles arising in the PSBR Bambu Apus Jakarta. The study used a qualitative approach with descriptive research methods. The results of the study describe (1) The implementation of the school's resocalization of dropouts in the PSBR Bambu Apus includes internship supplies, the implementation of resosialization, and monitoring internships, (2) the role of social workers as a brokers, educators, mediators, enablers, group facilitator, analyst/evaluator and (3) barriers arising include less optimal role assistance by social workers in the internship site, the time of limited internship activities, there is no cooperation letter in writing with the partner agency, the limitations of school dropouts, behavior and attitudes adolescent dropout of school that are not ready to adapt to their roles and responsibilities, lack of confidence adolescent dropout in serving customers, and the difference equipment used by PSBR Bambu Apus with those used by the company in the internship activities."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hariyanto
"Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan Pelatihan Keterampilan Sosial Sebagai Persiapan Program Sosialisasi. Tujuan pokok pelatihan keterampilan sosial adalah untuk meningkatkan keterampilan sosial individu dan mengatasi hambatan hubungan sosial mereka.
Tujuan penelitian ini adalah untuk : (1) Mengetahui apakah pelatihan Keterampilan Sosial (Social Skill Training) dapat mengatasi hambatan hubungan sosial dalam proses sosialisasi dalam lembaga, (2) Mengetahui perubahan-perubahan yang dicapai dalam hubungan sosial anak dengan ayah, ibu, keluarga pengasuh dan teman sebayanya setelah SST, (3) Mengetahui apakah SST dapat mempersiapkan anak dalam menerima program sosialisasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum SST efekfif untuk meningkatkan keterampilan sosial individu, hal ini diperoleh dari informasi catatan harian, catatan observer, catatan pelatih maupun hasil evaluasi tim pelatih setelah selesai pelatian yang pada prinsipnya mengatakan bahwa SST telah memberikan pemahaman lebih baik mengenai diri sendiri maupun dalam hubungannya dengan orang lain. SST juga efekfif untuk mengatasi hambatan hubungan sosial .kelayan, hal ini ditunjukkan oleh perbedaan skor hambatan hubungan sosial dalam semua aspek sebelum dan sesudah pelatihan, dimana skor menunjukkan kecenderungan makin kecil setelah pelatihan dan bertahan sampai periode tindak lanjut.
Hubungan sosial anak dengan ayah asuh, ibu asuh, keluarga asuh dan dengan teman sebaya maupun hubungan sosial orang tua asuh dengan anak asuh, sebelum pelatihan keterampilan sosial sebagian besar mengalami permasalahan. Sesudah pelatihan jumlah tersebut cenderung mengalami penurunan, kondisi ini bertahan sampai periode tindak lanjut. Dengan kata lain setelah dilakukan pengukuran pada periode tindak lanjut hanya sebagian kecil saja responden yang mengalami permasalahan dalam hubungan sosialnya.
Pelatihan Keterampilan sosial yang dilaksanakan oleh penulis meliputi : (1) Cara-cara mengemukakan keluhan, (2) Cara-cara menuntut hak, (3) Cara-cara menolak permintaan, (4) Cara-cara menyarankan perubahan perilaku dan (5) Cara-cara meningkatkan hubungan sosial dengan orang yang berbeda status.
Evaluasi setelah pelatihan keterampilan sosial menunjukkan bahwa anak-anak menjadi lebih. terbuka, lebih memahami dirinya dan hubungannya dengan orang lain - dengan cara -yang benar. Hal ini ditunjylckan dengan tidak adanya konflik sesama kelayan maupun antara kelayan dan pengasuh pada fase-fase awal anak memasuki asrama dan ini tidak terjadi pada anak-anak angkatan sebelumnya. Disisi lain anak-anak 100% menyatakan siap mengikuti program: dan siap mengembangkan keterampilan sosialnya, informasi ini diperoleh dari lembar evaluasi setelah selesai modul janji suci oleh Dr. Clara."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Wijayanti
"Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta Timur dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang peran pekerja sosial dalam menangani masalah remaja putus sekolah terlantar beserta factor pendukung dan factor penghambat dalam pelaksanaan peran tersebut. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja sosial telah melakukan peran sebagai enabler, broker,Group Facilitator, educator dan publick speaker. Di sini juga dijelaskan tentang Peran pekerja sosial dalam menangani masalah remaja putus sekolah terlantar yang juga dipengaruhi oleh beberapa faktor pendukung dan faktor penghambatnya.

The research was conducted at the Social Institutions of the Youth Development (PSBR) Bambu Apus, East Jakarta with the aim to obtain a description of the role of social workers in handling problems with neglected adolescent drop out of school and motivating factors and inhibiting factors in the implementation of these roles. This research is descriptive with qualitative approach. Results showed that social workers had done the role as enablers, broker, group facilitatorn and publick speaker. Here also explained about the role of social workers in dealing with neglected adolescent drop out of school who are also affected by several factors supporting and inhibiting factors."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T29563
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Widayatri Sekka Udaranti
"Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa (Papalia & Olds, 1998). Pada masa ini terjadi banyak perubahan. Remaja membutuhkan penyesuaian terhadap perubahan tersebut. Penyesuaian terhadap perubahan yang dialami oleh remaja pada umumnya, juga terjadi pada remaja yang mengalami keterbatasan penglihatan atau yang biasa disebut tuna-netra. Huurre dan Aro (1998) menyebutkan bahwa remaja tuna netra tidak hanya menghadapi tantangan perkembangan yang umum terjadi tetapi juga ditambah tantangan berkaitan dengan keterbatasan fisik yang dimiliki.
Dengan berbagai masalah dan tantangan yang dialami, sedikit banyak juga berpengaruh terhadap kehidupan akademis remaja tuna netra (Chess dan Thomas, 1987). Ini akan dirasakan semakin sulit mengingat pada masa remaja, mereka sudah memasuki sekolah tingkat menengah di mana pelajaran sudah semakin kompleks.
Berkaitan dengan kehidupan akademis, salah satu hal yang panting adalah mengembangkan keterlibatan dalam tugas-tugas akademis (academic engagement). Keterlibatan akademis tersebut, seringkali dikaitkan dengan dukungan orang-orang di sekitar remaja. Salah satu konsep yang menjelaskan mengenai hubungan yang dekat dengan orang-orang yang signifikan (significant others) adalah konsep kelekatan (attachment). Kelekatan didefinisikan sebagai ikatan afeksional antara individu dengan orang-orang yang signifikan baginya (Cotterell, 1992).
Peneliti bermaksud meninjau sumbangan kelekatan dengan orang tua, guru, dan teman terhadap keterlibatan akademis pada remaja tuna netra yang duduk di sekolah menengah.
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa tuna netra berusia 13-19 tahun yang duduk di tingkat sekolah menengah. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling, yaitu mengambil sampel yang sudah tersedia (Kerlinger & Lee, 2000). Subyek diperoleh dari tiga SLB-A yaitu dari SLB-A Negeri Pembina Tingkat Nasional Lebak Bulus Jakarta, PSBN Tan Miyat Bekasi, dan SLB-A Negeri Pajajaran Bandung.
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kelekatan dengan orangtua, guru, dan teman adalah modifikasi Inventory of Parent and Peer Attachment yang dikembangkan oleh Aiifssden dan Greenberg (dalam Cotterell, 1992), ditambah dengan skala untuk mengukur kelekatan dengan guru. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur keterlibatan akademis adalah modifikasi instrumen RAPS-S (Research Assessment Package for Schools-Student Report) yang dikembangkan oleh Institute for Research and Reform in Education (1998), khusus pada domain yang mengukur keterlibatan akademis.
Adapun kesimpulan yang diperoleh dan analisis penelitian ini adalah :
1. Kelekatan dengan orangtua, guru, dan teman, secara bersama-sama memberikan sumbangan bermakna terhadap keterlibatan akademis remaja tuna netra yang berada di sekolah menengah.
2. Kelekatan dengan orangtua memberikan sumbangan bermakna terhadap keterlibatan akademis remaja tuna netra yang berada di sekolah menengah.
3. Kelekatan dengan guru tidak memberikan sumbangan bermakna terhadap keterlibatan akademis remaja tuna netra yang berada di sekolah menengah.
4. Kelekatan dengan teman memberikan sumbangan bermakna terhadap keterlibatan akademis remaja tuna netra yang berada di sekolah menengah.
Berdasarkan adanya berbagai keterbatasan dalam penyelesaian penelitian ini, diajukan beberapa saran. Pertama, ada baiknya apabila dilakukan penelitian sejenis dengan memperluas daerah pengambilan sampel. Kedua, penelitian ini dapat dikatakan sebagai salah satu penelitian awal yang berusaha mendapatkan gambaran umum tentang kaitan kelekatan dan keterlibatan akademis remaja tuna netra. Selanjutnya, perlu diadakan penelitian kualitatif yang rnenggali lebih mendalam kualitas kelekatan remaja tuna netra serta perannya dalam keterlibatan akademis. Saran ketiga berkaitan dengan perlu adanya usaha mengembangkan kelekatan orangtua dengan individu tuna netra sejak dini. Saran keempat mengenai perlunya pendidik mengupayakan terbinanya hubungan yang berkualitas antara remaja tuna netra dengan teman-temannya. Saran terakhir berkenaan dengan perlunya penelitian lanjutan yang secara khusus meninjau peran guru bagi remaja tuna netra di sekolah menengah."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18609
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Ikbar
"Skripsi ini membahas tentang gambaran proses pasca pelayanan rehabilitasi sosial anak putus sekolah di PSBR Bambu Apus serta hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini menggambarkan proses pasca pelayanan rehabilitasi sosial anak putus sekolah di PSBR Bambu Apus yang dilakukan melalui penghentian pelayanan atau terminasi, pemulangan dan penyaluran, dan tindak lanjut. Adapun kendala proses pasca pelayanan rehabilitasi sosial ini meliputi keterbatasan sumber daya manusia (SDM), keterbatasan jangkauan tempat tinggal penerima manfaat, dan kendala kontak penerima manfaat setelah meninggalkan PSBR Bambu Apus untuk pelayanan tindak lanjut.  

This thesis discusses about the process of post social rehabilitation services school dropouts in the PSBR Bambu Apus and the constraints that encountered in the process. This research uses a qualitative approach and descriptive research method. The results illustrate the implementation about the process of post social rehabilitation services school dropouts in PSBR Bambu Apus through termination, discharge and distribution, and follow-up. Then the constraints in the implementation of the process of post social rehabilitation services include lack of human resources, the distance of beneficiaries residence, and lack of communication with the beneficiaries after leaving the PSBR Bambu Apus for follow-up services."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Delima Ernawati Septiana
"ABSTRAK
Penelitian ini melihat bagaimana keputusan rumah tangga migran dalam menyekolahkan anak. Rumah tangga migran didefinisikan sebagai rumah tangga yang memiliki setidaknya satu anggota rumah tangga yang sedang bermigrasi ke luar provinsi atau ke luar negeri. Teori menjelaskan bahwa migrasi dapat mendatangkan remittance (kiriman uang) yang kemudian dapat melonggarkan kendala anggaran yang dihadapi rumah tangga dalam menyekolahkan anak. Namun, migrasi juga dapat menciptakan biaya peluang lebih tinggi bagi setiap anggota rumah tangga yang ditinggalkan termasuk anak, misalnya karena anak kehilangan figure hidup atau pembimbing dalam belajar sehingga dapat mengurangi motivasi belajar di sekolah dan meningkatkan kejadian putus sekolah. Dengan demikian, rumah tangga migran dapat mengalami peningkatan biaya nonfinansial dalam menyekolahkan anaknya.
Dengan menggunakan data Indonesia Family Life Survey (IFLS) tahun 2000 dan 2007, tesis ini menggunakan Cox Proportional Hazard Model untuk mengestimasi pengaruh migrasi terhadap probabilitas putus sekolah anak. Hasil estimasi menunjukkan bahwa probabilitas putus sekolah anak menurun 54 persen pada rumah tangga migran. Hal ini menunjukkan bahwa remittance telah berperan penting bagi rumah tangga penerima remittance untuk melonggarkan kendala anggaran sehingga anak di rumah tangga penerima mampu bertahan lebih lama di sekolah.

ABSTRACT
The present research investigate how household's schooling decisions in migrant households. Migrant households are defined as households that have one or more member of the household who are migrating to other provinces or abroad. From the economic point of view, migration can raise income because of remittances that expand household?s budget constraint so that children acquire more schooling attainment. However, remittances are not the only consequence of migration to the migrant household. Migration can change opportunity cost for each household, including children left behind. Children lost adult role model and may increase the household responsibilities of older children that reduce the motivation to school and increase the incidence of dropout. Thus, migrant households may increase non-financial costs to send their children to school.
Using data from Indonesia Family Life Survey (IFLS) in 2000 and 2007, this thesis using the Cox Proportional Hazard Model to estimate the effect of migration on the probability of dropping out of school children. The estimation results indicate that the probability of dropping out of school declined 54 percent in migrant households. This shows that the remittance from migrant is more have role so that children in migrant households able to last longer in school."
2016
T45470
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Nyoman Suarta
"Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah (1) bagaimanakah pola aspirasi pendidikan dan pekerjaan remaja di Kelurahan kapuk Muara, (2) bagaimanakah pola harapan orangtua terhadap pendidikan dan pekerjaan anak, (3) apakah ada kaitan antara pola harapan orangtua terhadap pendidikan dan pekerjaan anak dengan pola aspirasi pendidikan dan pekerjaan para remaja, (4) apakah ada hubungan antara harapan orangtua terhadap pendidikan dan pekerjaan anak dengan tingkat aspirasi pendidikan remaja, (5) apakah ada hubungan antara harapan orangtua terhadap pendidikan dan pekerjaan anak dengan tingkat aspirasi pekerjaan remaja ? dan (6) apakah ada perbedaan tingkat aspirasi pendidikan dan pekerjaan antara remaja laki-laki - perempuan dari etnis Jawa dengan etnis Betawi.
Subyek penelitian dari penelitian ini adalah para remaja usia 13-16 tahun dan berpendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, yang berada di Kelurahan Kapuk Muara. Jumlah responden penelitian ini adalah 140 orang yang terdiri dari 70 orang remaja dari etnis Jawa dan 70 orang dari etnis Betawi, beserta orangtuanya. Instrumen yang digunakan untuk menggali data adalah skala aspirasi pendidikan, skala aspirasi pekerjaan, skala harapan orangtua terhadap pendidikan anak, dan skala harapan orangtua terhadap pekerjaan anak.
Dengan menggunakan tehnik analisis Faktor, Multipel Regressi, uji signifikansi T-Test dan Pairs T-Test, diperoleh hasil sebagai berikut : (1) bidang pendidikan yang diharapakan oleh sebagian besar orangtua terhadap anaknya adalah pendidikan dibidang pendidikan sosial & komputer, dan bidang pendidikan administrasi & keuangan, sedangkan bidang pekerjaan yang diharapkan oleh sebagian besar orangtua terhadap anaknya adalah pelayanan umum & jasa tehnik komputer, (2) bidang pendidikan yang didambakan oleh sebagian besar remaja adalah pendidikan di bidang administrasi & keuangan, sedangkan pekerjaan / bidang pekerjaan yang didambakan oleh sebagian besar remaja adalah pekerjaan di bidang jasa komputer, (3) pola harapan orangtua terhadap pendidikan anak ada sedikit kesesuaiannya dengan pola aspirasi pendidikan remaja di Kelurahan Kapuk Muara demikian juga dalam bidang pekerjaan yang diharapkan. (4) ada hubungan yang signifikan antara harapan orangtua terhadap pendidikan dan pekerjaan anak dengan tingkat aspirasi pendidikan remaja di Kelurahan Kapuk Muara, (5) ada hubungan yang signifikan antara harapan orangtua terhadap pekerjaan anak dengan tingkat aspirasi pekerjaan remaja, sedangkan harapan orangtua terhadap pendidikan anak tidak berhubungan signifikan dengan tingkat aspirasi pekerjaan remaja. (6) ada perbedaan yang signifikan antara tingkat aspirasi pendidikan dan pekerjaan remaja dari etnis Betawi dengan remaja dari etnis Jawa, sedangkan dilihat dari dari jenis kelaminnya, tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat aspirasi pendidikan dan pekerjaan remaja laki-laki dengan tingkat aspirasi pendidikan dan pekerjaan remaja perempuan. Berdasarkan penemuan tersebut diajukan saran kepada Lurah Kapuk Muara beserta staf, pemuka masyarakat di kelurahan Kapuk Muara, kelompok motivator, karang teruna Kelurahan Kapuk Muara, dan para peneliti lain."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>