Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118028 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alfi Syahrin
"The industrialization has taken a significant part in an increase of-The-Gross Domestic Product (GDP), particularly in The Third World Countries. During 1970?s and 1980?s some cases in Indonesia had showed that the mainly input of GDP is given by manufacturing industries. It means that industrialization offers an increase of the economic growth, both regionally and domestically, including decreases in the level of poverty. Moreover, the economic improvement is still an aggregate and involved marry complicated components. According to these reasons, problem above is very attractive and then will be clearer if it is solved by a spatial approach.
The case study in this research is the manufacturing industries and the poverty in the Medan City (The Capital of North Sumatra Province) in 1993-/999 period The objectives of the research are a review about the correlation between industries of manufacture (big and middle) to poverty and an identification of factors that influence it.
This research uses 'Tumpang Susun Peta method' as an approach and supported by 'Statistical Correlation Method' resulting an integrated method As a consequence, the results will be found more accurately.
The findings of this research are: in general, in Medan City, there was no strong correlation between the number of manufacturing industries and the poverty. An increase of amount for manufacturing industries is not followed by a decline in poverty. The ratio of the manufacture industry in manpower to the people in productive age was relatively small, e.g. 3.58 %. The level of the education was very low. On the other hand the industrial location is not located in the over-populated region.
In regional area, North and South, a different pattern was illustrated. In the North, there was no strong correlation between percentage of the industry and the level of poverty. On the other hand in the South, there was a relatively strong correlation between percentage of industry and the no poverty area, especially Kecamatan Medan Johor, Denai, Area, Swigged, Petisah, and Barat. Above all, the basic quantitative of the study is viewed that industrial locations as employment highly absorbed, encourage the level of poverty to be wealthier especially in the South of Medan City."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
T7512
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fallon Victoryna
"Kualitas hidup merupakan indikator penting bagi kesehatan dan banyak aspek kehidupan ODHA LSL. Kualitas hidup dapat terganggu karena berbagai kondisi stres yang dialami ODHA LSL. Stres pada ODHA LSL terjadi karena masalah yang terkait dengan penyakit dan status orientasi seksual. Kondisi stres yang terus menerus terjadi, dapat berdampak pada penurunan kualitas hidup.
Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan antara tingkat stres dengan kualitas hidup ODHA LSL di Kota Medan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan metode purposive sampling, jumlah sampel penelitian 176 responden. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner Perceived Stress Scale dan WHOQOL-HIV BREF. Rata-rata responden berusia dewasa awal 18-40 tahun, berpendidikan menengah SMP-SMA, sebagian besar bekerja, terbanyak sebagai karyawan swasta, dan rata-rata terdiagnosis HIV selama 12 bulan.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara tingkat stres dengan kualitas hidup ODHA LSL p=0,021. Penelitian ini merekomendasikan pentingnya memperhatikan aspek psikososial ODHA LSL, mengembangkan intervensi yang berkontribusi lebih positif dalam menurunkan stres serta mengidentifikasi faktor-faktor lain yang mempengaruhi kualitas hidup ODHA LSL.

Quality of life is an important indicator for health and many aspects of MSM living. Quality of life can be disrupted due to various stress conditions experienced by PLWHA MSM. Stress on MSM is due to problems related to disease and sexual orientation status. Stressful conditions that occur continuously can have an impact on the decline in quality of life.
The purpose of this study was to see the relationship between stress level and quality of life of PLWHA in Medan City. This research uses cros sectional design with purposive sampling method, the number of research sample is 176 respondents. The instruments used are the Perceived Stress Scale questionnaire and WHOQOL HIV BREF. The average early adult respondents 18 40 years old, middle schooled SMP SMA, mostly worked, most were private employees, and were on average diagnosed with HIV for 12 months.
The result of this research that there is a correlation between stress level and quality of life of PLWHA p 0,021. This study recommends the importance of taking into account the psychosocial aspects of PLWHA MSM, developing interventions that are more positive in reducing stress and identifying other factors that affect the quality of life of PLWHA.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurbaitissalami
Depok: Universitas Indonesia, 2005
S33888
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edianto
"Perilaku seksual beresiko pada lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki dengan HIV/AIDS ODHA LSL sangat penting diperhatikan, mengingat bahwa HIV/AIDS merupakan penyakit infeksi yang penularannya mudah terjadi pada orang dengan perilaku yang tidak sehat. Tingkat religi, penerimaan keluarga dan dukungan kelompok sebaya merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku beresiko. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat religi, penerimaan keluarga dan dukungan kelompok sebaya dengan perilaku seksual beresiko pada ODHA LSL. Penelitian ini menggunakan desain crossectional dengan sampel sebanyak 180 responden menggunakan teknik purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden 51,7 memiliki tingkat religi yang baik, 52,8 mendapatkan penerimaan keluarga yang baik, 56,1 mendapatkan dukungan kelompok sebaya yang baik dan 56,7 memiliki perilaku seksual beresiko yang tinggi. Pada uji chi-square didapatkan hubungan yang bermakna antara tingkat religi, penerimaan keluarga dan dukungan kelompok sebaya dengan perilaku seksual beresiko p=0,002, p=0,000 dan p=0,000; =0,05 . Analisis dengan regresi logistik didapatkan bahwa penerimaan keluarga merupakan faktor paling dominan yang berhubungan dengan perilaku seksual beresiko dengan nilai OR=5,337.
Rekomendasi penelitian ini adalah perlunya dilakukan intervensi keperawatan yang melibatkan anggota keluarga untuk selalu menerima kondisi pasien ODHA LSL agar mencegah perilaku seksual beresiko.

Sexual behavior risk in MSM LWHA is very important to be noticed, given that HIV AIDS is an infectious disease that is easily transmitted to people with unhealthy behavior. Religious level, family acceptance and peer support are the factors that influence sexual behavior risk. The purpose of this study was to determine the relationship of religious level, family acceptance and peer group support with sexual behavior risk in MSM LWHA. This study uses crossectional design with 180 respondents using purposive sampling technique.
The results showed that most respondents 51.7 had a good religious level, 52.8 received good family acceptance, 56.1 received good peer group support and 56.7 had high risk sexual behavior . The chi square test showed significant correlation between religious level, family acceptance and peer group support with risky sexual behavior p 0,002, p 0,000 and p 0,000 0,05 . Analysis with logistic regression was found that family acceptance was the most dominant factor related to risky sexual behavior with OR 5,337.
The recommendation of this study is the need for nursing interventions involving family members to always accept the condition of MSM patients in order to prevent sexual behavior risk.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T51314
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bejo Waluyo
"Conditional cash transfer (CCT) yang dikenal dengan Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan salah satu instrumen bantuan sosial untuk menanggulangi kemiskinan di Indonesia. Oleh sebab itu, penelitian ini menguji hubungan PKH dalam penurunan tingkat kemiskinan di Indonesia serta perbedaan pengaruhnya pada daerah tertinggal dan non tertinggal. Penelitian ini menggunakan data panel dari 512 kabupaten/kota tahun 2015-2019 dengan metode estimasi fixed effect model(FEM). Hasil estimasi menunjukkan bahwa PKH memiliki hubungan negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia, baik di daerah tertinggal maupun non tertinggal, dimana pengaruhnya dalam penurunan tingkat kemiskinan lebih kecil di daerah tertinggal dibanding daerah non tertinggal. Hal tersebut dapat terjadi karena kondisi di daerah tertinggal pada umumnya memiliki kedalaman kemiskinan yang lebih tinggi, aksesibilitas wilayah yang sulit, faktor exclusion dan inclusion erroryang cukup tinggi, serta fasilitas pendidikan dasar yang masih relatif terbatas dibanding daerahnon tertinggal."
Jakarta: Direktorat Jenderal Pembendaharaan Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2021
336 ITR 6:4 (2021)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Prayitno
"Berkaitan krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998, penelitian ini mencoba melihat apakah ada perubahan tingkat efisiensi wilayah. Seiring dengan era otonomi daerah dan berkaitan dengan proses aglomerasi perlu diketahui keterkaitan antar wilayah dalam hal tingkat efisiensi. Karakteristik wilayah yang lebih terbuka mengindikasikan adanya hubungan spasial. Pengaruh faktor space ini dicoba dianalisis dalam penelitian ini.
Dengan menggunakan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) yang berbasis program linier dengan menggunakan lima variabel input yaitu jumlah tenaga kerja, bahan baku, bahan bakar, modal dan listrik dan satu variabel output dari data Industri Besar dan Sedang 107 kabupaten dan kota Pulau Jawa, dilakukan perhitungan tingkat efisiensi wilayah. Dengan metode DEA dapat diperoleh tingkat efisiensi wilayah secara relatif terhadap wilayah yang lain dan wilayah referensi. Evaluasi tingkat efisiensi dapat dilakukan dengan berpedornan pada wilayah referensi yang menjadi benchmark bagi wilayah lain.
Hasil perhitungan dengan metode DEA dapat diketahui tingkat efisiensi wilayah kabupaten dan kota Pulau Jawa pada tahun 1993, 1998 dan 2003. Secara umum pada masa krisis ekonomi terjadi perubahan tingkat efisiensi wilayah. Dengan membuat rangking antar wilayah dapat diketahui posisi tingkat efisiensi tiap wilayah dibandingkan wilayah lain.
Dengan Moran'I., value diketahui bahwa terdapat spatial autocorrelation. Tingkat efisiensi suatu wilayah ternyata terpengaruh oleh tingkat efisiensi wilayah tetangga. Wilayah-wilayah dengan tingkat efisiensi tinggi cenderung mengumpul. Hal ini menguatkan teori aglomerasi, yaitu penghematan yang terjadi akibat fenomena berkumpul.
Dengan efisiensi yang tinggi maka tingkat keuntungan yang diperoleh akan meningkat. Keuntungan merupakan elemen pembentuk nilai tambah bruto. Secara empiris dapat dibuktikan bahwa terdapat hubungan positif antara tingkat efisiensi wilayah dan produk domestik regional bruto (PDRB). Tingkat efisiensi wilayah mempengaruhi produk domestik regional bruto yang dihasilkan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T20386
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Kaligis, Retor A.W.
"Industri manufaktur merupakan industri yang menempati posisi penting di Indonesia dan diarahkan untuk berorientasi pada ekspor. Pada industri manufaktur tekstil, sandang, dan kulit, industri sepatu merupakan salah satu andalan pemerintah untuk melakukan ekspor terutama setelah adanya relokasi industri sepatu dari perusahaan transnasional ke Indonesia.
Salah satu perusahaan sepatu transnasional yang beroperasi di Indonesia adalah Nike Inc. yang melalui perusahaan lokal yang menjadi mitranya membayar upah buruh murah untuk menekan biaya produksi. Dengan upah yang murah, buruh akan terus mengalami kemiskinan. Sebagai konflik yang bersifat laten (laten conflict) persoalan kemiskinan buruh dapat menjadi terangkat ke permukaan. Di sisi lain tuntutan buruh untuk memperbaiki kesejahteraannya seringkali dipandang sebagai salah satu faktor yang mengurangi daya saing investasi di Indonesia, sehingga bisa menjadi pernicu perusahaan manufaktur transnasional merelokasikan produksi ke tempat lain.
Penelitian ini mengambil kasus operasionalisasi industri manufaktur transnasional Nike Inc di PT Doson Indonesia dan PT Pratama Abadi Industri yang berlokasi di Kabupaten Tangerang. PT Doson Indonesia adalah perusahaan yang sudah dihentikan ordemya oleh Nike Inc. Sebagai pembanding dilakukan penelitian terhadap buruh pabrilc PT Pratama Abadi Industri (PAD yang masih menerima order dari Nike Inc. Tujuan penelitian ini adalah: mendeskripsikan pola kebijakan pemerintah dalam bidang industrialisasi dan ketenagakerjaan di Indonesia dan Kabupateri. Tangerang, mendeskripsikan dan menguji hubungan antara tingkat kemiskinan buruh, persyaratan-persyaratan kondisional yang memungkinkan konflik antara buruh dan pihak perusahaan, dan tingkat konflik yang terjadi antara buruh dengan pihak perusahaan dalam operasionalisasi perusahaan transnasional melalui perusahaan lokalnya, serta menganalisis perbedaan pola hubungannya di kedua perusahaan tersebut.
Dalam penelitian ini dilakukan eksplanasi hubungan antar variabel dengan menggunakan metode korelasional. Untuk mengetahui perbedaan antara buruh di kedua perusahaan digunakan studi komparatif dengan menganalisis perbedaan kemiskinan buruh, persyaratan-persyaratan kondisional, dan tingkat konflik di PT Doson Indonesia dan di PT Pratama Abadi industri.
Dari penelitian ini disimpulkan sebagai berikut:
a) Industrialisasi yang mengejar pertumbuhan ekonomi dengan berorientasi pada ekspor dapat menyebabkan arus perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri dan jika tidak diimbangi pembangunan sosial memadai akan membuat limpahan tenaga kerja di sektor industri tidak diikuti oleh kemampuan tenaga kerja yang tinggi;
b) Kondisi angkatad kerja yang ditandai dengan rendahnya Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan terdapat ketimpangan Gender-related Development Index (GDI) merupakan cerminan rendahnya kemampuan dan kesejahteraan penduduknya dan terjadi ketimpangan gender. Kondisi ini dimanfaatkan oleh industri manufaktur yang lebih banyak mempekerjakan tenaga kerja perempuan untuk mendapatkan buruh yang dapat dibayar lebih murah;
c) Perusahaan industri manufaktur transnasional beroperasi di suatu negara melalui perusahaan subkontraktor lokalnya lebih mempertimbangkan biaya produksi murah dan lokasi pabriknya mudah dipindah ke negara lain . tanpa menanggung kerugian berarti atas investasi yang sudah ditandai, sehingga berusaha menekan seminimal mungkin upah buruh;
d) Pola hubungan kemiskinan, persyaratan kondisional, dan tingkat konflik perusahaan industri manufaktur transnasional berbeda-beda. Perbedaan pola ini terjadi karena faktor pemicu (trigger) yang dimiliki suatu perusahaan menyebabkan adanya hubungan yang signifikan antara kemiskinan dengan persyaratan kondisional, serta antara persyaratan kondisional dengan tingkat konflik;
e) Menurut teori Ralf Dahrendorf bahwa kepentingan yang bersifat laten (laten interest) berubah menjadi manifest interest karena berkorelasi dengan persyaratan kondisional (teknis, politis, dan sosial) dan persyaratan kondisi tersebut juga memiliki korelasi dengan tingkat konflik. Tapi dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa teori Ralf Dahrendorf berlaku jika ada faktor pemicu (trigger), yakni diputuskrnnya secara sepihak hubungan pihak non otoritas dan pihak otoritas."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12252
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan regional di Kota Bengkulu.Data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data tingkat kemiskinan berdasarkan Headcount Index (HI) tahun 2004 pada 57 kelurahan dalam Kota Bengkulu yang diperoleh dari Kantor Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Keluarga Bengkulu,data profil kelurahan dan data data lain yang berkaitan...."
JUILABI
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yukresna Ivo Nurmaida
"Salah satu penyakit yang diakibatkan oleh lingkungan adalah Demam Berdarah. Penyakit ini berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Vektor penular penyakit ini adalah Nyamuk Aedes aegypti yang hidup di tempat-tempat penampungan air buatan manusia ataupun alamiah. Tahun 2003 terjadi ledakan kasus Demam Berdarah Dengue di Kota Medan dan muncul suatu anggapan di masyarakat bahwa kejadian tersebut dipicu oleh banyaknya penangkaran walet di tengah kota Medan
Dengan memakai desain kasus kontrol dilakukan penelitian apakah ada hubungan antara jarak penangkaran Walet dan faktor resiko lainnya (kebersihan lingkungan, kondisi tempat penampungan air, keberadaan jentik dan karakteristik responden) dengan kejadian Demam Berdarah Di Kota Medan tahun 2003. Penelitian dilaksanakan di seluruh wilayah Kota Medan dengan sampel 100 orang pada kasus dan 100 orang pada kontrol. Pengolahan data dilakukan dengan cara univariat, bivariat dengan chi square, dan multivariat dengan uji regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jarak penangkaran walet dengan kejadian DBD, namun tetap dicurigai bahwa penangkaran Walet potensial dalam menimbulkan kejadian DBD. Kebersihan lingkungan mempunyai hubungan dengan kejadian DBD dengan OR 2,90 (CI 95% 1,63-5,15), kondisi tempat penampungan air mempunyai hubungan dengan kejadian DBD dengan OR 5,706 (CI 95% 1,59 - 20,39), keberadaan jentik mempunyai hubungan kejadian DBD dengan OR 4,55 (CI 95% 2,16 -9,61). Karekteristik reponden umur mempunyai hubungan dengan kejadian DBD OR 3,21 (CI 95% 1,72 -5,97), pengetahuan tidak mempunyai hubungan dengan kejadian DBD, dengan OR 2,69 (CI 95 % 1,16 -6,21) diketahui bahwa perilaku mempunyai hubungan dengan kejadian DBD. Dan semua variabel yang diuji diketahui bahwa variabel kondisi tempat penampungan air yang paling dominan dalam menimbulkan kejadian DBD.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variabel jarak penangkaran walet dan variabel pengetahuan tidak mempunyai hubungan dengan kejadian DBD namun tetap potensial dalam menimbulkan DBD. Variabel yang mempunyai hubungan dengan kejadian DBD adalah kebersihan lingkungan, kondisi tempat penampungan air, keberadaan jentik, umur dan perilaku. Dan ke empat variabel tersebut kondisi tempat penampungan air yang paling dominan pengaruhnya terhadap kejadian DBD.
Penertiban dan pembinaan terhadap pengusaha penangkaran Walet harus tetap dilakukan mengingat hal tersebut potensial sgbagai pencetus DBD. Penyuluhan yang lebih intensif sehingga mampu menggugah minat masyarakat untuk menjaga Iingkungannya dari Ae. aegypti dan memelihara tempat penampungan air mereka hams dilaksanakan secara berkesinambungan. Pemeriksaan jentik tetap dilakukan minimal 1 kali dalam 3 bulan.

Relationship of Swallow Distance Encage and Other Risk Factors with Dengue Fever Event in Medan Year of 2003One of disease caused by environmental condition is Dengue Fever. It is potent to obtain Kejadian Luar Biasa (KLB = extraordinary event). Vector agent is Aedes aegypti mosquito that lived in collecting and saving water areas both made-man and naturally. In 2003 it happen called Dengue Fever Explosion in Medan and emerge an society's hunch that it happen triggered by so many swallow encage areas in the city.
Using cases control design system take an investigation what there are connection between swallow distance encage and another risk factor (such environment health, collecting and saving water areas, mosquito-larva and respondent characteristic) with Dengue Fever event at Medan in 2003. This research takes in all around the Medan city with 100 men samples on cases and 100 men on control. Data processing by univariat, bivariat with chi-square, and multivariate with logistic regression test.
Research result shown that statistical test know, there no connection between swallow distance encage and Dengue Fever events (DBD), but still suspicious that swallow encage is potential as emerge DBD..Environment tidiness has connection in OR 2,90 (Cl 95% 1,63-5,15), condition of collecting and saving water areas in OR 5,706 (Cl 95% 1,59 - 20,39), mosquito-larva existing in OR 4,55 (Cl 95% 2,16 - '9,61). Respondent characteristic age has connection with DBD in OR 3,21 (CI 95% 1,72 - 5,97), knowledge has no connection in OR 2,69 (Cl 95% 1,16 - 6,21). Attitude also known has connection with DBD events. From all of variables, which tested known that collecting and saving water condition variable is most dominant emerge DBD events.
From research result can conclude that swallow distance encage and knowledge variables have not connection on DBD events but potential in emerge DBD still. Variable those have connection with DBD events such as environment tidiness, condition of collecting and saving water areas, mosquito-larva existing, age and attitude. From fourth variables condition of collecting and saving water areas is most dominant to DBD events.
Orderly and assistance to swallow encage entrepreneurs have to do continuously intend it is potent to DBD stimuli. More intensive illumination to awakening people for maintain their environment from Ae, aegyoti and maintain collecting and saving water areas sustains. Mosquito-larva inspection'has to do once each three month.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T 12839
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>