Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 191699 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Welly Refnealdi
"Pelatihan bagi pimpinan puskesmas sudah sering dilakukan, salah satu pelatihan yang diberikan pada pimpinan Puskesmas Pagar Alam adalah pelatihan Leadership and Managerial Capacity Building (LMCB), namun sampai saat ini belum dievaluasi manfaat pelatihan LMCB terhadap Kepemimpinan dan Managerial Puskesmas Pagar Alam.
Untuk mengevaluasi manfaat pelatihan LMCB terhadap kepemimpinan dan Managerial Puskesmas Pagar Alam dilakukan penelitian analisa kualitatif dengan menggali informasi dari informasi Puskesmas Pagar Alam dan informan dari Puskesmas Indralaya Kabupaten Ogan Komering Ilir yang tidak mendapat pelatihan LMCB sebagai kontrol melalui wawancara mendalam, diskusi kelompok terarah dan observasi lapangan. Untuk melakukan validitas data dilakukan triangulasi yang meliputi metode, sumber dan analisis data.
Dari hasil penelitian didapat bahwa kemampuan kepemimpinan dan manajerial Puskesmas Pagar Alam yang mendapat pelatihan LMCB lebih baik jika dibandingkan dengan kemampuan kepemimpinan dan manajerial Puskesmas Indralaya yang tidak mendapat pelatihan LMCB.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa pelatihan LMCB bermanfaat terhadap peningkatan kemampuan kepemimpinan puskesmas. Sedangkan saran yang dianjurkan adalah agar pelatihan LMCB dilakukan pada puskesmas lain.

Evaluative Study on Leadership and Managerial Capacity Building (LMCB) Training and Its Impact on Leadership and Management of Pagar Alam Puskesmas Lahat District South Sumatera Year 2000Trainings for board of management of puskesmas have been provided in a number of times. One of the trainings provided for the management of Pagar Alam Puskesmas was the Leadership and Management Capacity Building (LMCB). However, the benefits and impact of the LMCB on Leadership and Management of Pagar Alam Puskesmas have not been evaluated.
To evaluate the benefits and impact of such LMCB on leadership and management of Pagar Alam Puskesmas, a qualitative analysis study was employed. It sought information obtained from informant of Pagar Alam Puskesmas and informant of Indralaya Puskesmas of Ogan Komering Ilir district which had not been exposed to such LMCB training for control purpose by means of in-depth interview, focused group discussion and field observation. To validate data, triangulation was conducted consisting of method, source and data analysis.
The study result shows that the leadership and managerial skills of the management in Pagar Alam Puskesmas which had LMCB training is better compared to those of Indralaya Puskesmas which was not provided such LMCB training.
It may be concluded that LMCB training is beneficial for improving the leadership skill of puskesmas management. It may be recommended that this training be provided in other puskesmas.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T6538
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febindra Eka Widisana
"Untuk menindaklanjuti Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Peraturan Pemerintah Nomer 8 Tahun 2003, Keputusan Presiden Nomer 40 Tahun 2001 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomer 1 Tahun 2002 yang menetapkan bahwa Rumah Sakit Daerah adalah Rumah Sakit milik Pemerintah Daerah yang berlokasi di daerah/kota, berkedudukan sebagai Lembaga Teknis Daerah (LTD) maka Pemerintah
Daerah Kota Pagar Alam rnembuat kebijakan di bidang kesehatan dengan mendorong kemandirian RSUD Besemah Kota Pagar Alam sebagai LTD dari setingkat Kantor menjadi setingkat Badan dengan mengeluarkan Peraturan Daerah Nomer 6 Tahun 2003, namun perlu dilakukan upaya-upaya untuk memenuhi persyaratan tersebut mengingat kemampuan dari segi sarana dan prasarana, kemampuan pelayanan maupun ketenagaan yang dimiliki RSUD Besemah belum mencukupi untuk menjadi setingkat Badan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang seharusnya menjadi dasar peningkatan status RSUD Besemah dari kantor menjadi Badan, baik komponen faktor eksternal dan faktor internal. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa proses perubahan RSUD Besemah Kota Pagar Alam menjadi Badan belum mempertimbangkan faktor internal RSUD Besemah. Kemudian dari hasil penelitian ini diharapkan pada masa yang akan datang Pemerintah Kota Pagar Alam dan RSUD Besemah dapat membuat master plan ketenagaan Rumah Sakit, sarana dan prasarana Rumah Sakit sesuai dengan perubahan status RSUD Besemah yang dijadikan setingkat badan, antara lain dengan membuat perencanaan pengembangan SDM. Meningkatkan pengetahuan pejabat Pemerintah Daerah Kota Pagar Alam dalam membuat kebijakan serta melibatkan berbagai pihak dalam membuat kebijakan dan memperhatikan faktor-
faktor yang berhubungan dengan kebijakan tersebut.

To follow up Act Number 32nd in the year 2004, Government Regulation Number 8th in the year 2003, Presidential Decreel Number 40th in 2001, and Minister for Domestic Affairs decree number lth in the year 2002 which stated that situated in the region or in the city as regional technical institution (RTI). Based on those reasons, Pagar Alam government makes a policy of health to encourage autonomy of Besemah Regional Public Hospital of Pagar Alam City as regional Technical Institution (RTI). Besemah Regional Public Hospital of Pagar Alam City still has poor capacity of means and infrastructure, low service quality, low human resources performance to be an Agency or Institution. Threfore, it is necessary to undertake efforts to meet requirements to be in the same level with Agency or Institution.
The objective of this research is to know any factors that should be the basic to change Besemah Regional Public Hospital to be an Agency or institution, both external and internal factors. These research uses Qualitative approach. Indepth interview and explore references are the techniques used in this research to collect data In this research found that the process to change Besemah Regional public Hospital to be an Agency or institution is not consider yet. Internal factors of Besemah Regional Public Hospital such as human resources, meas, and infrastructures.
Hopefully, the results of this research in future that the government of Pagar Alam City and Besemah Regional Public Hospital could make master plan of hospital human resources, means, and infrastructure of hospital accordance with status changes of Besemah Regional Public Hospital to be an Agency or institution. The master plan would cover among others human resources development planning, knowledge improvement of Pagar Alam city Officers to make policy, involved concerned parties in
making policy, and other related factors.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
S. Mariana Suyaka
"Sistem pencatatan pelaporan puskesmas dengan komputerisasi yang akan dikembangkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia, pada saat ini sedang dalam taraf uji coba pada 8 daerah panduan yang tersebar pada 8 propinsi di seluruh Indonesia. Di Kantor Departemen Kesehatan Jakarta Pusat yang sejak 1 Januari 1986 merupakan salah satu dari 8 daerah panduan tersebut, selama periode tahun 1987 masih banyak terdapat kesalahan dalam pengisian kode formulir dan pengisian formulir yang tidak lengkap. Selain itu menurut data absensi pada periode tahun tersebut tercatat tiap triwulan masih terdapat 14,7-21,4 % dari jumlah formulir yang tidak dikirim, sedangkan formulir laporan yang terlambat dikirim sampai mencapai 42,9 % setiap bulan .
Dengan asumsi bahwa dana, sarana dan metode sama di tiap Puskesmas, di wi1ayah Jakarta Pusat dilakukan penelitian untuk mengungkap apakah ada hubungan antara Kepemimpinan (koordinasi , komunikasi, motivasi, dan supervisi) Kepala Puskesmas serta pengetahuan dan sikap petugas dengan cakupan dan mutu data.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan kuesioner yang telah diuji coba sebelumnya. Dengan bantuan analisis statistik yaitu uji Chi-kuadrat dan uji korelasi dapat ditarik kesimpulan bahwa dari keempat variabel yang di pakai untuk kepemimpinan Kepala Puskesmas, hanya variabel supervisi dan pemberian sangsi (reward negatif) yang berhubungan bermakna dengan cakupan dan mutu data.
Untuk petugas pencatat pelaporan (PP) dan petugas pelayanan kesehatan (YK), hanya di dapat variabel sikap dari petugas. PP yang berhubungan bermakna, sedangkan variabel sikap dari petugas YK dan variabel pengetahuan dari kedua kelompok petugas tidak bisa dibuktikan berhubungan bermakna dengan cakupan dan mutu data, Hasil lain yang di dapat dari penelitian ini yaitu kenyataan bahwa cakupan dan mutu data pencatatan pelaporan di wilayah Jakarta Pusat masih belum sempurna.
Dari hasil penelitian ini dapat di sarankan agar diadakan penataran Kepemimpinan Puskesmas, pembuatan jadwal dan pelaksanaan supervisi yang teratur karena cara ini terbukti dapat meningkatkan cakupan dan mutu data. Selain itu diadakan umpan balik secara teratur dan terarah agar para petugas PP maupun YK mempunyai sikap yang mendukung lancarnya pencatatan dan pelaporan, hingga pada akhirnya tidak diperlukan lagi motivasia yang berbentuk reward negatif. Di lakukan penelitian lanjutan yang mencakup sampel yang lebih besar untuk menghindari bias pada hipotesa yang tidak terbukti."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tungka, Susanti
"Akreditasi RS di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1995 oleh Depkes dengan membentuk Komisi Gabungan Akreditasi Rumah Sakit, dan sekarang disebut Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS). Akreditasi rumah sakit merupakan pengakuan yang diberikan kepada manajemen rumah sakit yang telah memenuhi standar. RSKB sebagai satu-satunya rumah sakit terakreditasi 12 pelayanan di Kota Bogor yang telah diakui oleh Pemerintah dan warga Kota Bogor dan sekitarnya Akreditasi RSKB tahap awal pertama kali dilakukan pada tahun 2001 dengan 5 pelayanan dasar, kemudian berlanjut ke tahap selanjutnya pada tahun 2004. Instalasi Farmasi RSKB merupakan sam dari 12 unit pelayanan yang terakreditasi pada tahap kedua. Akreditasi RSKB tahap ke-dua dilakukan pada bulan Juni 2004, IFRS Karya Bhakti masuk di dalamnya. Hasil akreditasi IFRSKB bila dibandingkan dengan sebelas jenis pelayanan lainnya mendapatkan nilai tertinggi yaitu 94 %. Nilai ini mempakan nilai yang sangat baik yang diperoleh. Walaupun IFRSKB memperoleh nilai akreditasi yang sangat tinggi, namun tidak demikian dengan pelayanan di farmasi. Pasca Akrcditasi IFRSKB belum pernah dilakukan monitoring dan evaluasi oleh instansi yang berwenang yaitu Dinas Kesehatan Propinsi setempat, padahal berdasarkan buku pedoman akreditasi yang dikeluarkan oleh Depkes Pusat, dijelaskan bahwa 12 bulan Titik Awal, Dinas Kesehatan Propinsi harus melakukan Pembinaan Pasca Akreditasi yang difokuskan pada monitoring manajemen rumah sakit, apakah sudah melaksanakan rekomendasi yang dibuat oleh surveyor. Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti merasa tertarik untuk rnelakukan evaluasi nilai pasca akreditasi IFRSKB, peneliti juga ingin mengetahui seberapa jauh nilai tersebut tetap konsisten terhadap hasil penilaian pada saat akreditasi setelah satu tahun pasca akreditasi.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran Hasil Evaluasi Nilai Pasca Akreditasi IFRSKB Di Bogor tahun 2006. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, informasi yang didapat berupa data primer melalui observasi dan wawancara mendalam dengan informan adalah Kepala IFRSKB, Kepala Gudang IFRSKB, Kepala Depo, Staf IFRSKB, Kepala Bagian RT, Kepala Bidang Medik, dan Kepala Bagian Keuangan. Dan data menggunakan data sekunder melalui telaah dokumen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan nilai pasca akreditasi mengalami sebesar 1,25 %. Penurunan nilai terjadi pada standar 2 parameter 1 dan parameter 2, dan standar 7 parameter 2, sedangkan peningkatan nilai terjadi pada standar 5 parameter 2 dan standar 7 parameter 3. Manajemen logistik farmasi mengalami sedikit perubahan antara masa pra dan pasca akreditasi. Perubahan yang terjadi terutama pada fungsi perencanaan dan penganggaran di IFRSKB.
Kesimpulan walaupun nilai total pasca akreditasi RSKB terjadi penurunan, namun secara umum akreditasi RSKB memperoleh nilai yang sangat memuaskan. Saran kepada RSKB adalah meningkatkan status akreditasinya menjadi akreditasi istimewa, mengimplementasikan TQM dan mengoptimalkan Program Menjaga Mutu, serta melakukan perbaikan secara berkesinambungan.

Hospital accreditation in Indonesia has been applied since 1995 by Ministry of Health and Joint Commission of Hospital Accreditation (Komisi Gabungan Akreditasi Rumah Sakit), presently known as Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS). Hospital accreditation is acknowledgement for hospitals which have met standards required. Rumah Sakit Karya Bhakti (RSKB) as the only 12 service accredited hospital in Bogor has been acknowledged by municipality and citizens of Bogor. First phase of accreditation in RSKB was carried out in 2001 regarding 5 basic services, continuing to the next phase in 2004. Pharmacy department of RSKB is one of 12 services unit accredited in second phase. Accreditation score 94 % of pharmacy department of RSKB is the highest among other 11 service units. Even though the accreditation score is the highest, the service is not as high as its accreditation score. After accreditation, there is no monitoring and evaluation of the authorized institution namely District Health Office (Dinkel Propinsi). In fact Ministry of Health reguired that monitoring and evaluation be done 12 months after the accreditation point, focusing on hospital management monitoring and ascertaining whether the surveyors recommendation has been carried out. Due to this situation, it is necessary to evaluate the post accreditation score of pharmacy department of RSKB. It is also necessary to evaluate the consistency of the score at accreditation point and one year later.
This study is aimed to evaluate the post accreditation score of pharmacy department of RSKB at Bogor in the year 2006. This is a qualitative study, collective primary data by observation and in-depth interview. The informants are head of pharmacy department, head of storage of RSKB, head of pharmacy depo, staff of pharmacy department RSKB, head of housekeeping, head of medical department, and head of finance department. Secondary date was carried out by document review.
The study shows that there is a 1,25 % decrease in post accreditation score. The decrease occurs at standard 2 parameter 1 and parameter 2, and standard 7 parameter 2. However there is on increase in standard 5 parameter 2 and standard 7 parameter 3, There is a slight charge in logistic management of pharmacy department after accreditation point. The change occurs in planning and budgeting function.
It is concluded that there is a decrease in post accreditation score; however, in general RSKB gets satisfactory result in accreditation. It is recommended that RSKB improve its accreditation status to "excellent" accreditation, implementation of TQM, optimize its Quality Assurance Program, and carry out continuous improvement.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19000
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Sri Widayanti
"Era Informasi dewasa ini ditandai oleh peningkatan kebutuhan informasi di segala aspek kehidupan, termasuk di bidang kesehatan. Mutu rekam medis digunakan sebagai indikator dalam melihat kualitas pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang baik secara umum berarti memiliki rekam medis yang baik pula. Pengelolaan rekam medis harus disesuaikan dengan ketentuan pokok baik yang dikeluarkan oleh ANRI maupun Depkes RI.
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Persahabatan dan Rumah Sakit Umum Fakultas Kesehatan Universitas Kristen Indonesia, dengan tujuan untuk mengetahui gambaran pengelolaan rekam medisnya, mengidentifikasi perbedaan pengelolaan rekam medis di kedua rumah sakit, mengetahui kendala yang dihadapi dalam pengelolaan rekam medis pada kedua rumah sakit tersebut. Pengelolaan rekam medis yang dilihat dalam penelitian ini adalah disain formulir, pemberkasan & penggunaan, serta penyusutan.
Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan teknik wawancara terhadap Kepala Unit Kerja Rekam Medic dan pengamatan langsung ke Unit Kerja Rekam Medis. Untuk mempermudah pengumpulan data digunakan kisi-kisi wawancara, yang diuji validitasnya dengan pengujian validasi isi, yaitu membandingkan antara isi instrumen dengan isi materi ajaran yang telah dipelajari. Analisis data dengan teknik deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa :
(1). Pengelolaan rekam medis di Rumah Sakit Persahabatan lebih baik daripada di Rumah Sakit Umum Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia, terlihat dalam : a) Pemberkasan & penggunaan : Memiliki fasilitas ruang simpan yang lebih baik, Ada prosedur peminjaman, Ada ketentuan pokok dalam penyimpanan. b) Penyusutan rekam medisnya : Telah dilakukan pemisahan antara rekam medis aktif dan inaktif, Memiliki Jadwal Retensi Rekam Medis, Ada prosedur pemusnahan. (2). Faktor yang mempengaruhi pengelolaan rekam medis yang lebih baik tersebut di atas : a) Sumber Daya Manusia : Latar belakang pendidikan direktur yang lebih baik, pemahaman tentang pentingnya rekam medis lebih baik pula; Persentase staf rekam medis yang berpendidikan memadai lebih besar, kinerja staf rekam medis juga lebih baik; Adanya program pengembangan dan pendidikan staf rekam medis, dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan staf rekam medis. b) Kesadaran terhadap pedoman yang berlaku dalam pengelolaan rekam medis lebih baik, yang ditunjukkan dengan melanjutkan pembuatan juklak dan protap yang disesuaikan dengan kondisi rumah sakit. c) Adanya evaluasi dan pengendalian mutu, ada usaha perbaikan dalam pengelolaan rekam medis, (3). Kendala yang dihadapi dalam pengelolaan rekam medis di Rumah Sakit Persahabatan adalah masih seringnya ditemukan ketidaklengkapan rekam medis oleh dokter yang menangani, di Rumah Sakit Umum Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia adalah : Kurangnya pemahaman terhadap rekam medis dari pihak pimpinan rumah sakit, dokter, dan staf medis lainnya; kurangnya staf medis dari segi mutu dan jumlah; Tidak sesuainya letak unit rekam medis dengan sistem penyimpanan yang sentralisasi.

Today information era is characterized by increase of demand for information concerning all life aspects, including health. Quality of medical record is used as indicators for health service quality. In general, good health service means that medical record used are also good. Medical record management should be based on regulations issued by National Archive Republic Indonesia and Department of Health Republic Indonesia.
This research was conducted at Persahabatan Hospital and Medical Faculty Universitas Kristen Indonesia General Hospital, in order to understand medical record management at these two hospitals, to identify differences on medical records management in these two hospitals, to understand problems faced by the hospitals in applying their medical record management. Medical record management used in this research including form design, medical record filling and usage, and medical record disposal.
Data needed for this research were collected through interview with Director of Medical Record Unit and direct observation to Medical Record Unit. To support data collection, interview guidelines are used, which have been validated through content validation test, by comparing the instrument contents with materials learned at university. Data analysis uses descriptive technique.
Research result reveals that: (1). Medical record management at Persahabatan Hospital is better than in Medical Faculty Universitas Kristen Indonesia General Hospital, as indicated by: a) Its filling wig usage: Availability of better filling rooms, availability of medical record borrowing procedure, Availability of basic regulations on medical record storage. b) Medical record disposal: Active and inactive medical records are separated, Medical Record Retention Schedule is availability, Medical record disposal procedure has been established. (2). Factors affecting such better medical record management are: a) Human Resources factor: Better educational background of director, better understanding on importance of medical record; Percentage of medical record staff with higher education is bigger, better work performance of the medical record department staff Availability of development and education program for medical record department staff may increase their knowledge and skills. b) Awareness on applied regulations concerning medical record management is better, as shown by development of technical guidelines and standard operating procedures based on the hospital current conditions. c) Availability of evaluation and quality control programs, efforts to improve medical record management. (3). Problems faced in medical record management at Persahabatan Hospital is incomplete medical record often found by relevant practitioners. While problems faced in Medical Faculty Universitas Kristen Indonesia General Hospital are: Lack of understanding on medical record among the hospital executive, practitioners, and other medical staff members; Insufficient of medical staff both in term of quality and quantity; Inappropriate location of medical record unit with centralized storage system.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
T11676
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Basuki Prima Birawa
"Tesis ini membahas dan bertujuan menyusun Renstra sistem Diklit di RSP Otak Nasional Jakarta 2014 ? 2018 untuk mencapai Visi menjadi RS Neurologi berkualitas Internasional dan diakui secara Global. Metode penelitian adalah Kualitatif Riset Operasional dengan pendekatan analisis TOWS dan Consensus Decision Making Grup.
Penelitian ini menyimpulkan RSP Otak Nasional dalam posisi Growth dengan strategi terpilih adalah Product Development dalam bentuk RS Pendidikan dan Penelitian terakreditasi disertai unit Institut Neuro Sains Indonesia (INSI). Penelitian menyarankan kerjasama Kemenkes dan Kemendikbud dalam mengembangkan produk Diklit untuk menunjang pelayanan dan pemerataan kesehatan Neurologi.

The purpose of this study is to develop Strategic Planning of Education & Research System in RSP Otak Nasional Jakarta period 2014 ? 2018 in achieving the Vision as the International Accredited Hospital. This Qualitative Operational Research using TOWS analysis and Consensus Decision Making Group.
This research conclude that RSP Otak Nasional is in growth position with a chosen strategy, that is Product Development as Education & Research Hospital include Indonesian Neuro Science Institute (INSI) unit. The researcher suggest that the Ministry of Health must coordinate with Ministry of Education and Cultural in developing education & research product to support the Neurology health service.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tobing, Roselyne E.H.L.
"Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang biaya pelayanan kesehatan rawat inap dan mengetahui faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap besarnya klaim biaya rawat inap kasus Demam Berdarah Dengue pasien JPK Gakin dan SKTM di lima RSUD Provinsi DKI Jakarta tahun 2011. Dari hasil penelitian diperoleh informasi bahwa total biaya rawat inap untuk kasus DBD JPK Gakin dan SKTM adalah. Rp3,315,061,202, dengan jumlah kasus 1.937, dan rerata biaya rawat inap berkisar dari Rp1,297,887 sampai Rp2,035,296. Dari biaya rawat inap yang diklaim oleh Rumah Sakit komponen obat dan pemeriksaan penunjang merupakan komponen terbesar pertama dan kedua di empat rumah sakit dari lima RSUD yang diteliti. Dan faktor yang mempengaruhi besarnya tagihan biaya rawat inap kasus DBD pasien JPK Gakin dan SKTM adalah lama hari rawat, rumah sakit, adanya diagnosis penyerta/penyulit/komplikasi dan jenis kepesertaan jaminan.

This study aims to find out information about the inpatient claims cost and determine the factors that might influence the inpatient claims cost of DHF cases of JPK Gakin & SKTM patients in five District General Hospital in the Jakarta province in 2011. The study results obtained information that the total inpatient claims cost for DHF cases of JPK Gakin and SKTM patients is Rp3,315,061,202, with 1.937 cases. The average of the inpatient claim cost ranged from Rp1,297,887 up to Rp2,035,296. Medicine and laboratory examination is the first and the second largest component of hospitalization expenses claimed in four hospitals of five District General Hospital which is investigated area,. And the factors that affect the amount of inpatient claims cost is Length of stay, the hospital, the diagnosis of comorbid/complication and the type of insurance membership."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Sesie Lahu
"Klinik Nyeri Onkologi Rumah Sakit Kanker Dharmais sedang menghadapi masalah rendahnya pemanfaatan klinik oleh pasien. Walaupun terjadi kenaikan jumlah kunjungan dari 20 pada 1997 mencapai 105 pada 1999 (sampai dengan Agustus), jumlah pasien relatif sangat terbatas mengingat pasien yang sama biasanya melakukan beberapa kali kunjungan.
Hasil penulisan menunjukkan bahwa permasalahan terutama disebabkan oleh waktu tunggu pasien yang begitu lama untuk mendapatkan perawatan, selain kurangnya promosi mengenai jasa klinik tersebut. Ini berkaitan dengan terbatasnya tenaga medis baik dokter maupun tenaga perawat.
Dipertahankan dan dikembangkannya klinik tersebut merupakan saran yang diajukan penulis dalam studi kasus tersebut. Klinik Nyeri memiliki potensi besar untuk menunjang jasa utama perawatan RSKD. Untuk itu, pengembangan strategi marketing baik mencakup peningkatan mutu pelayanan dengan menambah jumlah tenaga medis maupun promosi klinik tersebut diperlukan .
Analisis permasalahan dan perumusan pemecahannya didasarkan atas penulisan dengan metode kualitatif. Penulis melakukan pengamatan di Klinik Nyeri Poliklinik Onkologi RSKD dan wawancara dengan dokter, perawat, pasien, dan manajemen klinik-klinik tersebut dari 22 November sampai dengan 17 Desember 1999.

Case Study on the Development of the Oncology Pain Clinic at the Dharmais Cancer Hospital, Jakarta, 1999-2004The Pain Clinic of the Dharmais Cancer Hospital is having a problem of low utilization of the clinic. Despite the number of visits to the clinic has increased from 20 in 1997 to 105 in 1999 (till August), the number of patients are relatively small. In practice, the same patient makes several visits for having treatment in the Pain Clinic.
The result of the survey indicates that the problem is mainly caused by the long waiting time the patients have to experience for having treatment in the clinic, besides the lack of promotion on the services provided by the clinic. It is due to the limited number of specialists and nurses in the clinic.
The maintenance and development of the clinic are proposed in the case study. The Pain Clinic has its great potentiality in supporting the core medical treatment of the Dharmais Cancer Hospital. Hence, marketing development strategy is highly required. It comprises the service quality improvement by increasing the number of specialists and nurses and the launch of intensive promotion.
Problem analysis and its solution are based on the qualitative method survey. The survey conducted by the writer is in the forms of observation at the Oncology Pain Clinic of the Dharmais Cancer Hospital and interviews with their specialists, physicians, nurses, patients, and management people from 22 November to 17 December 1999.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T3974
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riza Haniputra
"ABSTRAK
Nama : Riza HaniputraProgram Studi : Kajian Administrasi Rumah SakitJudul : Analisis Perbedaan Besaran Jasa Pelayanan dan JasaSarana Rumah Sakit Berdasarkan Tarif INA-CBG rsquo;s danTarif Rumah Sakit pada Pelayanan Rawat Inap RSUDKudungga Tahun 2017Pembimbing : Dr. dra. Dumilah Ayuningtyas, MARSDengan diimplementasikannya program Jaminan Kesehatan Nasional JKN pada 1Januari 2014, rumah sakit dihadapkan pada 2 dua tarif, yaitu tarif rumah sakit yangdisusun berdasarkan biaya satuan sesuai dengan amanat BLU, dan tarif INA-CBG rsquo;s yangmerupakan tarif paket yang akan dibayarkan atas pelayanan rawat inap pasien BPJS.Terdapat perbedaan sistem pembayaran pelayanan kesehatan, perbedaan sistempembayaran tersebut mengakibatkan adanya perbedaan selisih penerimaan rumah sakitantara tarif INA-CBG rsquo;s dengan tagihan klaim rumah sakit berdasar pada tarif rumahsakit, jasa pelayanan dan jasa sarana rumah sakit. Penelitian ini merupakan penelitiankualitatif dengan menggunakan data sekunder klaim tagihan pasien rawat inap BPJSRSUD Kudungga bulan Februari-Mei 2017 sebanyak 1187 klaim, dan data primerwawancara mendalam beberapa informan. Hasil dari penelitian ini didapatkan selisihpositif sebesar Rp. 755.096.435,- 13 pada penerimaan total rumah sakit pada seluruhkelas ruang perawatan, selisih positif pada jasa pelayanan sebesar Rp. 845.964.814,- 40 , dan selisih negatif pada jasa sarana rumah sakit sebesar Rp. 90.868.379,- -3 .Rencana tindak lanjut yang akan dilakukan rumah sakit adalah melakukan upaya kendalimutu dan kendali biaya dengan efisiensi rumah sakit, meningkatkan jumlah kunjunganpada ruang perawatan yang memberikan selisih positif, standardisasi pelayanan melaluipenerapan clinical pathway dan formularium obat serta melakukan pengembanganSIMRS. Upaya kendali mutu dan biaya harus dilakukan rumah sakit sebagai langkahstrategis dalam implementasi program JKN.Kata Kunci: Tarif Rumah Sakit, Tarif INA-CBG rsquo;s, Perbedaan, Jasa Pelayanan, JasaSarana
ABSTRACT
Name Riza HaniputraStudy Program Kajian Administrasi Rumah SakitTitle Analysis of Differences of Hospital Service Cost danFacility Cost Based on INA CBG rsquo s Tariff and HospitalTariff on Impatient of RSUD Kudungga Year 2017Counsellor Dr. dra. Dumilah Ayuningtyas, MARSWith the implementation of the National Health Insurance JKN program on January 1,2014, the hospital is faced with two tariffs, namely hospital tariff based on unit cost inaccordance with BLU mandate, and INA CBG 39 s tariff which is the package rate to bepaid for patient care of BPJS. There is a difference in the health service payment system,the difference between the payment system resulted in differences in hospital admissionsbetween INA CBG 39 s tariffs and hospital claims based on hospital tariffs, hospital servicesand services. This research is a qualitative research using secondary data claims of BPJSinpatients of RSUD Kudungga in February May 2017 as many as 1187 claims, andprimary data of in depth interviews of several informants. The results of this study founda positive difference of Rp. 755,096,435, 13 on total hospital admissions for allclasses of treatment rooms, positive difference in service cost of Rp. 845,964,814, 40 , and the negative difference in hospital facilities is Rp. 90.868.379, 3 . Thefollow up plan to be performed by the hospital is to make quality control and cost controlefforts with hospital efficiency, increase the number of visits in the treatment room whichprovide positive difference, standardization of services through the implementation ofclinical pathway and drug formulary and develop SIMRS. Efforts to control the qualityand cost must be done by the hospital as a strategic step in the implementation of JKNprogram.Keywords Hospital Rates, INA CBG rsquo s Rates, Differences, Differences"
2018
T49457
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherlly Surijadi
"Perkembangan teknologi dalam peralatan kedokteran menyebabkan adanya alternatif baru dalam pelayanan kesehatan. Laparoskopik sejak tahun 1995 telah dipergunakan di Rumah Sakit Immanuel Bandung dalam tindakan bedah pengangkatan kantong empedu (kolesistektomi). Tindakan ini disebut dengan metoda kolesistektomi laparoskopik. Efektifitas biaya dari kolesistektomi laparoskopik perlu diteliti untuk dibandingkan dengan metoda konvensional yang selama ini dipergunakan dalam pembedahan kolesistektomi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kolesistektomi yang efektif biaya diantara metoda konvensional dan laparoskopik.
Penelitian yang dilakukan adalah studi kasus analitik menggunakan data sekunder yang diambil secara cross sectional tahun 2001 di Rumah Sakit Immanuel Bandung. Analisa biaya investasi menggunakan biaya investasi disetahunkan (annual investment cost), metoda analisis penghitungan biaya menggunakan metoda ABC (Activity Based Costing) dengan dasar alokasi biaya menggunakan proporsi luas lantai proporsi waktu operasi sebagai pemacu biaya. Biaya satuan aktual diperoleh dengan menghitung total biaya dan dibagi dengan besarnya output pada kegiatan tersebut, sedangkan biaya normatif diperoleh dari penjumlahan hasil bagi biaya tetap dengan kapasitas dan biaya tidak tetap dengan output.
Pada penelitian ini analisis efektifitas biaya dilakukan dengan cara : pertama, yaitu membandingkan biaya satuan antara kedua metoda; dan kedua, dengan melakukan tes analisis sensitivitas menggunakan simulasi penambahan biaya sewa dan simulasi penghitungan biaya total untuk menentukan besarnya output.
Pada cara pertama didapatkan bahwa pada penggunaan perbandingan biaya satuan aktual maka kolesistektomi konvensional paling efektif biaya pada kelas II B dan kolesistektomi laparoskopik paling efektif biaya pada kelas VIP LCA/Petra. Sedangkan pada biaya normatif didapatkan kolesistektomi laparoskopik paling efektif biaya secara umum tanpa membedakan kelas perawatan.
Pada hasil kedua yaitu simulasi perbandingan biaya satuan aktual dengan menambahkan biaya sewa didapatkan kolesistektomi konvensional paling efektif biaya pada kelas II B sedangkan laparoskopik pada kelas VIP LCA/Petra. Sedangkan simulasi penghitungan biaya total untuk menentukan besarnya output bahwa yang paling efektif biaya adalah kolesistektomi konvensional pada kelas II B dan laparoskopik pada kelas I.

Cost Effectiveness Analysis on Cholecystectomy at Immanuel Hospital Bandung Year 2001
The development of technology in medical equipment, resulting in a new alternative in health care services. Laparoscope is used since 1995 at Immanuel Hospital Bandung for cholecystectomy and this kind of surgery namely laparoscopic cholecystectomy method. Cost effectiveness of laparoscopic cholecystectomy need to be research to be compared with conventional cholecystectomy which commonly applied in the cholecystectomy surgery.
The purpose of this research is to find out which one is the most cost effective method between laparoscopic cholecystectomy and conventional cholecystectomy.
The research made was analytic case study using secondary data taken in cross sectional method during year 2001 at Immanuel Hospital in Bandung. The data analysis on investment cost using an annualized investment cost, cost analysis using activity based costing method with cost allocation using floor area proportion and operating time distribution as driver. Actual unit cost was obtained through a calculating from total cost divided by output while normative unit cost was obtained was calculating the sum of the result from fixed cost divided by capacity and the result of variable cost divided by output.
Cost effectiveness analysis was made through : first, comparing unit cost between two methods; and second, by doing sensitivity analysis test using simulation on adding rent cost and simulation on calculating total cost to find the output.
First step result is by using actual unit cost comparison, conventional cholecystectomy most effective on II B ward and laparoscopic on VIP LCA/Petra ward. By using normative unit cost comparison, laparoscopic is the most effective compare to conventional method without difference at ward class.
Second step result are by using simulation on comparing actual unit cost after added by rent cost that conventional cholecystectomy most effective on II B ward while laparoscopic on VIP LCA/Petra ward. And simulation on calculating total cost to find output result is that conventional cholecystectomy is most effective on II B ward and laparoscopic on I ward.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T7851
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>