Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165106 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wenny Pahlemy
"Perubahan sosio-politik berpengaruh pada cara media massa mengkonstruksikan peristiwa, pernyataan maupun personalitas. Media cenderung lebih lugas dalam memberitakan fakta dan memperlihatkan pandangannya terhadap suatu realitas.
Tesis ini hendak melihat bagaimana media mendefinisikan kasus Bank Bali yang merebak ketika iklim politik Indonesia sedang hangat-hangatnya yaitu pencalonan presiden.
Kegiatan yang dilakukan media sebenarnya adalah mengkonstruksi realitas menurut perspektif dan pandangan media bersangkutan. Pandangan tersebut tampak dari retorika-retorika yang ditransmisikan melalui bahasa. Usaha media dan usaha kelompok untuk mendefinisikan realitas dilakukan melalui penyajian yang mengesankan obyektif, seimbang dan sikap non-partisan, namun tetap mampu mengarahkan khalayak untuk mendefinisikan realitas dalam kerangka dan sudut pandang tertentu. Untuk mengungkap upaya media dalam mengkonstruksi realitas akan digunakan analisis yang disebut analisis framing.
Aspek yang ditelaah dalam penelitian ini adalah berita dan halaman editorial Kompas dan Republika.
Frame yang dibangun Kompas dalam memandang kasus Bank Bali adalah: kredibilitas hukum, kredibilitas perbankan, masa jabatan otoritas keuangan, krisis kedua, praktek perpolitikan, dan citra proses politik. Metafor yang dikemukakan Kompas adalah masalah yang terselubung awan, suara-suara burung berkembang, bantahan yang menggema; Depiction : aktor, tim sukses, pihak lain dan elite politik; Catchphrase : dana publik, komitmen reformasi, reformasi sitemik, sikap kritis-korektif, citra dan kesantunan politik.
Republika cenderung mengemukakan frame sebagai berikut: proses hukum, kredibilitas perbankan, kinerja Dewan, kepercayaan Bank dunia, isu politik dan eksistensi partai. Metafor yang dikemukakan Republika: tak putus dirundung malang dan sekali tepuk, dua tiga lalat terjengkang; efeumisme:upaya rekayasa untuk memperoleh uang negara, tindak pidana subversi ekonomi untuk korupsi, dinonaktifkan untuk dipecat; depiction : skenario jahat; Catchphrases: nuansa politik, pertarungan politik sengit dan pencampuradukkan isu.
Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa yang ingin ditonjolkan dalam kasus Bank Bali oleh berbagai pihak sebenarnya bukan hendak mendefinisikan kasus Bank Bali sebagai kasus murni perbankan atau kasus praktek politik uang, namun yang dibicarakan adalah legitimasi Habibie sebagai calon presiden periode berikutnya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T5458
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Fikriyah Khuriyati
"Tesis ini membicarakan mengenai operasi kekuasaan melalui symbol-symbol oleh kelompok yang dianggap berada pada posisi pemegang kekuasaan yaitu para politisi parlemen, anggota DPR RI. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat eksploratif, melalui wawancara mendalam dengan open ended question, observasi partisipatif dan pengumpulan data sekunder lainnya.
Hasil penelitian menyatakan bahwa anggota DPR secara aktif memproduksi srrnbol-simbol estetika mereka sebagai anggota DPR yang terhormat itu melalui atribut-atribut simbolik penanda status anggota DPR didukung design setting fisik yang berimplikasi pada tindakan kultural yang memperbesar pembedaan sosial antara dua kategorisasi besar, ariggota DPR dan bukan anggota DPR. Pembedaan dipertontonkan secara terbuka. Pembedaan juga disampaikan melalui tutur kata dan dominasi wacana dari penutur yang memiliki otoritas berdasar statusnya sebagai anggota DPR. Dominasi tersebut sedemikian halus sehingga mendapat penerimaan, bahkan diinternalisasi dan direproduksi oleh mereka yang disubordinasi. Dominasi ini bekerja melalui modus kekerasan simbolik yang halus dan nyaris talc kasat mata, bertujuan untuk memantapkan posisi dan standar estetika anggota DPR, sekaligus menyatakan pembedaannya dengan masyarakat pada umumnya.
Simbol secara aktif diproduksi untuk mewakilkan kenyataan penguasaan modal-modal. Di sini pembahasan simbol didekati melalui pendekatan isu kekuasaan. Melalui pendekatan kekuasaan, sistem simbol tidak hanya berfungsi sebagai instrumen pengetahuan dan komunikasi, melainkan lebih jauh dari itu simbol juga berperan sangat panting sebagai instrumen dominasi guna menyatakan suatu kekuasaan.
Simbol (termasuk juga Bahasa) bukanlah suatu alat pemahaman subjek terhadap gagasan maupun realitas saja. Melainkan suatu instrumen yang digunakan para subjek untuk menyatakan relasi kekuasaannya dengan subjek lainnya di dalam lingkungan struktur. Sebagai instrumen is merupakan alat bantu untuk menunjukkan pembedaan sosial dan sekaligus membangun ketidaksetaraan posisi antar subjek.
Simbol-simbol dengan demikian mengalami pembobotan menjadi suatu modal yang diperlukan dalam membangun daya tawar dalam menentukan posisi setiap subjek di dalam ranah. Simbol-simbol itu terklasifikasi secara sederhana dalam modal ekonomi, modal sosial, modal budaya, serta modal simbolik. Setiap modal mengalami pertumbuhan, konversi, dan akumulasi.
Kemampuan setiap subjek melakukan pertumbuhan, konversi, dan akumulasi modal-modal tersebut, menentukan posisi setiap subjek tersebut di dalam suatu medan pertarungan daya-daya simbolik. Medan daya-daya tersebut adalah medan daya yang tidak pernah tetap dan diam, melainkan terus-menerus bergerak dinamik. Setiap subjek berusaha untuk struggle dalam mempertahankan dirinya serta memantapkan posisinya dalam medan daya yang terns bergerak tersebut.
Ini seperti metode menjelaskan bagaimana pola suatu struktur terbentuk dan bekerja membangun ketidaksetaraan dengan cara-cara yang sangat kultural. Kontestasi, konflik, dan ketidaksetaraan adalah karakter dad struktur yang terbentuk. Bukan suatu kemapanan, melainkan suatu struktur yang senantiasa longgar dan terns bergerak.

This thesis is about power operation through symbols of groups recognized holding power, i.e., parliament members. This is explorative research undergoing deeper interviews with open ended question, participative observation and other secondary data.
The result of the research states that members of parliament actively reproduce their own esthetic symbols as parliament members through symbolic attributes marking status as parliament member. This design carries cultural measures enhancing social distinction between two main categories: member or not member. This social distinction is openly exhibited. This social distinction is also submitted through language and domination of discourse. Domination is softly working that accepted, internalized and reproduced by subordinates. Domination is working through modes of soft symbolic violence and is almost not visible. The purpose of domination is to strengthen position and esthetic standard as parliament member, all together states their distinct from ordinary people.
Symbols actively reproduce to represent domination of capitals. Here, discussion of symbols is approached by issues of power point of view. Trough power approach, the system of symbols does not have function as knowledge and communication instruments, but symbols also have roles as instruments of domination stating a power.
Symbols (including language) is not only a means of understanding of ideas and realities. Symbols is also a means manipulated by subjects to declare the relation of power to other subjects.
Therefore, symbols is to be capital needed to build bargaining position that ensure position of the subjects, Symbols is simply clarified in economic, social, and cultural, as well as symbolic capitals. Each is growing, conversing and accumulating.
The subject's capability to grow, converse and accumulates those capitals decides position of the subject in the battle field of the force of symbols. The field is not static, instead of move and dynamic. Subjects attempt to struggle to maintain and to strengthen their own position in the moving field.
This is a method of explanation of how the pattern of a structure built and how to build distinction with the cultural modes. Constellation, conflicts, distinctions are character of the structure. They are not established, instead of Ioosing and keep moving."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
T24291
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Andy Prabowo Pho
"[ABSTRAK
Adanya peningkatan KLB (Koefisien Lantai Bangunan) pada daerah padat di
Jakarta, memungkinkan para pemilik gedung melakukan perluasan bangunan
secara vertikal dengan menambah struktur baja di atas struktur beton bertulang
eksisting. Seringkali sambungan rigid dipakai pada sambungan kolom dasar
struktur baja di atas struktur beton dengan mengasumsikan terjadi hubungan
menerus antara baja dengan beton. Pada kenyataanya asumsi ini belum tentu
benar akibat dari kemampuan sambungan sesungguhnya yang terbatas oleh
kapasitas dan kekakuannya. Sehingga asumsi tersebut perlu dievaluasi
kebenarannya demi menjaga perilaku struktur dan sambungan.
Untuk itu, penelitian ini melakukan evaluasi hasil perancangan sambungan rigid
pada dasar kolom baja dengan memodelkan sambungan menjadi pegas yang
menghubungkan struktur baja dan struktur beton. Kekakuan rotasi sambungan
dimodelkan secara non-linier untuk mendapatkan perilaku pasca leleh dari analisis
pushover. Kekakuan sambungan diperoleh dari konfigurasi sambungan hasil
perancangan yang melibatkan nilai overstrength factor (Wo) sesuai ketentuan
AISC 341. Pada penelitian ini terdapat 7 variasi kekakuan sambungan yang
didasarkan variasi Wo pada kombinasi gaya-gaya di sambungan dan mutu angkur
(Fu) pada nilai Wo tertentu.
Hasil penelitian menunjukkan penurunan besarnya kekakuan sambungan akibat
penurunan nilai Wo tidak mengurangi aksi sambungan rigid. Adanya variasi nilai
Wo pada perancangan sambungan rigid tidak berpengaruh langsung nilai R dan Wo
dari hasil pushover. Adanya variasi mutu angkur (Fu) juga tidak berpengaruh
signifikan pada perilaku struktur. Hanya sambungan yang didesain dengan Wo = 1
menunjukkan perilaku non linier dan dimungkinkan terjadinya gagal geser. Untuk
menjaga kekuatan di sambungan saat terjadi gempa di luar rencana pada struktur
dan menjamin agar sambungan tetap berperilaku elastik, sambungan perlu
didesain dengan menggunakan Wo minimal sebesar 1,5.

ABSTRACT
An increase in Floor Area Ratio (KLB) in dense areas of Jakarta, enabling
building owners to extend their building vertically by adding the steel frame
structures above the existing reinforced concrete structures. A rigid connection of
steel column bases above the concrete structures is often used by assuming a
continous joint between steel and concrete. In the fact, this assumption is not
necessarily true since the connection behaviour is limited to the capacity and
stiffnesses. This may lead to evaluate the assumption so the overall structural and
connection behaviour are controlled.
Therefore, this research evaluates the rigid connection design by modeling the
column base connections using spring connecting steel frame structures and
concrete frame structures. The non linear rotational stiffness of the spring is
modelled to obtain post yielding behavior from the pushover analysis. The
connection stiffnesses are provided from connection designs involving
overstrength factor (Wo) as prescribed in AISC 341. There are 7 connection
stiffness variations are built in this research based on Wo variations on loading
combinations and anchor grade variations (Fu) for certain value Wo.
The results showed a decrease in connection stiffness due to reduction value of Wo
independent to the connection rigidity actions. Variation of Wo in the rigid
connection design has no direct impact on the value of R and Wo from pushover
analysis. The anchor grade variations has no significant effect on the structural
performance. The non linear behaviour and possibility of shear failure of the
connections are happened only when using Wo = 1. The connections shall be
designed by minimum Wo = 1,5 to ensure the connection strength and the
connection behavior still remains elastically when a greater earthquake force is
subjected to the structure;An increase in Floor Area Ratio (KLB) in dense areas of Jakarta, enabling
building owners to extend their building vertically by adding the steel frame
structures above the existing reinforced concrete structures. A rigid connection of
steel column bases above the concrete structures is often used by assuming a
continous joint between steel and concrete. In the fact, this assumption is not
necessarily true since the connection behaviour is limited to the capacity and
stiffnesses. This may lead to evaluate the assumption so the overall structural and
connection behaviour are controlled.
Therefore, this research evaluates the rigid connection design by modeling the
column base connections using spring connecting steel frame structures and
concrete frame structures. The non linear rotational stiffness of the spring is
modelled to obtain post yielding behavior from the pushover analysis. The
connection stiffnesses are provided from connection designs involving
overstrength factor (Wo) as prescribed in AISC 341. There are 7 connection
stiffness variations are built in this research based on Wo variations on loading
combinations and anchor grade variations (Fu) for certain value Wo.
The results showed a decrease in connection stiffness due to reduction value of Wo
independent to the connection rigidity actions. Variation of Wo in the rigid
connection design has no direct impact on the value of R and Wo from pushover
analysis. The anchor grade variations has no significant effect on the structural
performance. The non linear behaviour and possibility of shear failure of the
connections are happened only when using Wo = 1. The connections shall be
designed by minimum Wo = 1,5 to ensure the connection strength and the
connection behavior still remains elastically when a greater earthquake force is
subjected to the structure, An increase in Floor Area Ratio (KLB) in dense areas of Jakarta, enabling
building owners to extend their building vertically by adding the steel frame
structures above the existing reinforced concrete structures. A rigid connection of
steel column bases above the concrete structures is often used by assuming a
continous joint between steel and concrete. In the fact, this assumption is not
necessarily true since the connection behaviour is limited to the capacity and
stiffnesses. This may lead to evaluate the assumption so the overall structural and
connection behaviour are controlled.
Therefore, this research evaluates the rigid connection design by modeling the
column base connections using spring connecting steel frame structures and
concrete frame structures. The non linear rotational stiffness of the spring is
modelled to obtain post yielding behavior from the pushover analysis. The
connection stiffnesses are provided from connection designs involving
overstrength factor (Wo) as prescribed in AISC 341. There are 7 connection
stiffness variations are built in this research based on Wo variations on loading
combinations and anchor grade variations (Fu) for certain value Wo.
The results showed a decrease in connection stiffness due to reduction value of Wo
independent to the connection rigidity actions. Variation of Wo in the rigid
connection design has no direct impact on the value of R and Wo from pushover
analysis. The anchor grade variations has no significant effect on the structural
performance. The non linear behaviour and possibility of shear failure of the
connections are happened only when using Wo = 1. The connections shall be
designed by minimum Wo = 1,5 to ensure the connection strength and the
connection behavior still remains elastically when a greater earthquake force is
subjected to the structure]"
2015
T44601
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Takabeya, Fukuhei
Jakarta: Erlangga, 1987
624.177 3 TAK k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ruci Meiyanti
"Indonesia memiliki daya saing pariwisata yang unggul namun masih belum optimal untuk berkompetisi dengan pariwisata dari negara lain. Untuk itu diperlukan wisata cerdas yang mampu menjadikan pariwisata di Indonesia memiliki keunggulan yang kompetitif dengan dukungan kemajuan TIK. Keberhasilan wisata cerdas tidak terlepas dari konstruksi model yang dijadikan landasan pengembangan sistem dan aplikasinya. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan penelitian ini adalah untuk membuat model wisata cerdas yang tepat sehingga pariwisata Indonesia menjadi pariwisata yang unggul dan berdaya saing. Penelitian ini menggunakan metoda bauran (mixed method) dengan dominasi penelitian pada metode kualitatif. Pada awal penelitian, dilakukan pengumpulan komponen-komponen wisata cerdas menggunakan Systematic Literature Review (SLR) dan wawancara mendalam kepada para pakar wisata dan informatika dari unsur akademisi, pemerintah, dan swasta. Kemudian, komponen hasil SLR dan wawancara dilakukan Focus Group Discussion (FGD). Hasil FGD diolah dengan Principal Component Analysis (PCA) yang merupakan metode kuantitatif pada responden pengguna aplikasi wisata digital. Hasil PCA untuk mendapatkan kelompok komponen dan komponen wisata cerdas pembentuk model konseptual dan struktural yang terintegrasi. Model konseptual menggunakan pendekatan konsep system thinking sementara model struktural menggunakan Interpretative Structural Modeling (ISM). Selanjutnya dilakukan validasi model menggunakan face validity. Terakhir, dikembangkan strategi SI/TI dan arsitektur aplikasi wisata cerdas. Hasil yang diperoleh dalam riset ini adalah komponen pembentuk model wisata cerdas yang terdiri dari dari 46 komponen wisata cerdas, 9 (sembilan) kelompok komponen wisata cerdas, dan 12 komponen kunci. Selain itu, dihasilkan model yang terintegrasi antara model konseptual dan struktural dengan mengakomodir dua belas komponen kunci. Strategi SI/TI dalam wujud aplikasi cerdas, pengelolaan SI/TI yang tepat, dan perluasan jaringan internet. Arsitektur aplikasi wisata cerdas dibuat dengan konsep stakeholders centric.

Indonesia has superior tourism competitiveness but is not optimum to compete with tourism from other countries. For this reason, smart tourism is needed that be able to make tourism in Indonesia have a competitive advantage with the support of ICT advances. The success of smart tourism cannot be separated from the construction of the model that is used as the basis for developing the system and its application. Based on this, the purpose of this research is to create an appropriate smart tourism model so that Indonesian tourism becomes a superior and competitive tourism. This study uses a mixed-method with the dominance of research on qualitative methods. At the beginning of the study, the components of smart tourism were collected using a Systematic Literature Review (SLR) and in-depth interviews with tourism and informatics experts from academia, government, and private sectors. Then, the components of the results of the SLR and interviews were conducted in a Focus Group Discussion (FGD). The results of the FGD were processed using Principal Component Analysis (PCA), which is a quantitative method for respondents using digital tourism applications. PCA results to obtain component groups and components of intelligent tourism forming an integrated conceptual and structural model. The conceptual model uses systems thinking concept approach while the structural model uses Interpretative Structural Modeling (ISM). Furthermore, model validation is carried out using face validity. Finally, the IS/IT strategy and smart tourism architecture were developed. The results obtained in this research are components that form a smart tourism model consisting of 46 smart tourism components, 9 (nine) groups of smart tourism components, and 12 key components. In addition, a model that is integrated between conceptual and structural models is produced by accommodating twelve key components. IS/IT strategy in the form of smart applications, proper IS/IT management, and internet network expansion. Smart tourism application architecture is made with the concept of stakeholder centric."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bendaraningayu Kartikasari
"Gempa sebagai beban lateral yang sangat berpengaruh terhadap bangunan merupakan peristiwa yang acak, tidak dapat diperkirakan sebelumnya, dan hanya dapat dipahami secara parsial. Baja dapat dijadikan pilihan material yang ideal untuk desain yang tahan gempa bumi. Hal ini disebabkan baja memiliki tingkat daktilitas dan penyerapan energi yang tinggi. Maka dari itu 'steel frame' dapat menjadi alternatif bangunan tahan gempa. Untuk memberikan kekakuan yang besar pada steel frame, diperlukan suatu sistem rangka yang dapat menahan gaya lateral dan mencegah pergeseran yaitu diantaranya adalah dengan pemasangan Eccentrically Braced Frame (EBF). EBF merupakan kombinasi dari Moment Rising Frame (MRF) dan Cencentrically Braced Frame ( CBF). Dimana CBF merupakan frame yang memiliki kekakuan tinggi seperti CBF serta daktilitas dan kapasitas penyerapan energi yang baik seperti MRF.
Penulisan ini bertujuan untuk mendapatkan desain open frame dan braced frame tahan gempa serta menganalisa respon frame tersebut akibat beban gempa. Untuk mengetahui perilaku dari struktur MRF dan EBF akibat pengaruh beban dinamik dilakukan analisa time history pada struktur bangunan tersebut menggunakan program komputer DRAIN-2DX. Sebelumnya struktur didesain secara statik menggunakan program SAP 2000 dengan menggunakan desain kapasitas.
Analisa dinamik yang dilakukan adalah analisa non linier inelastis time history. Penggunaan analisa ini didasarkan pada alasan analisa ini merupakan analisa yang paling lengkap dimana perencana dapat memperoleh tingkah laku struktur terhadap beban gerakan tanah akibat gempa rencana yang ditentukan, dimana terjadinya kondisi inelastik, dan kapan terjadinya kondisi tersebut.
Dari analisa statik maupun dinamik, baik pada struktur MRF maupun EBF, dapat ditunjukkan bahwa keduanya memiliki kemampuan daktilitas yang tinggi. Agar tetap memenuhi kondisi perencanaan struktur dalam taraf survival, struktur MRF dan EBF dapat memenuhi mekanisme dissipasi energi yang telah ditentukan yakni strong column weak beam.
Adanya link pada struktur EBF dapat menyerap energi gempa yang besar dan mengurangi respon dinamik struktur dengan menambah redaman dan periode alami vibrasi pada bangunan. Ini berarti link diizinkan leleh terlebih dahulu dibanding elemen lainnya.
Dari yielding sequence dapat dilihat, balok MRF leleh terlebih dahulu dibanding balok EBF, walaupun pada kedua struktur tersebut diberlakukan beban gempa rencana yang sama. Pada perencanaan sebelumnya, berat seluruh profil pada MRF lebih besar daripada profil EBF. Hal ini berarti, pada kondisi kemampuan berperilaku daktail yang hampir sama, struktur EBF dapat didesain lebih ringan daripada struktur MRF. Pada desain ini, diperoleh EBF lebih ringan 85% dibanding MRF. Ini berarti struktur lebih ekonomis dari segi biaya, dan cukup efektif. Meskipun terdapat perbedaan waktu terjadinya sendi plastis pada kedua struktur tersebut, baik struktur MRF maupun EBF mampu menunjukkan perilaku penyerapan energi yang baik."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S35023
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This project is part of the QUT motorsport projects, feasibility studies, to compete in formula SAE. The project is called bonding of the stressed-skin. The project mainlines or objective is to investigate joints for stressed-skin structure. The project contains description of different structures that used in race car chassis, definition of stressed-skin structure, joint design, selecting the most suitable joint methods, experimental setup, experimental test, and result with discussion. The investigation based on experimental test. The experiment test is focusing on bending load that applied to sample."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S38083
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firta Satriana
"Banyaknya kerusakan struktur bangunan yang diakibatkan oleh gempa bumi membuat penulis ingin mencoba melakukan simulasi terhadap terhadap suatu model struktur baja dengan menggunakan Program bantu DRAIN-2DX. Pemilihan struktur dari baja karena penulis mempunyai anggapan bahwa struktur baja mempunyai respon terhadap gempa yang lebih baik dibandingkan struktur bangunan yang terbuat dari beton. Selain itu struktur baja dapat melakukan deformasi cukup lama sebelum strukturnya mengalami kegagalan. Perancangan model bangunan dengan struktur baja dilakukan dengan menggunakan standar AISC dan "Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Rumah Dan Gedung 1987". Selain itu penulis menggunakan program bantu SAP90 untuk mempercepat penghitungan profil struktur. Sebagai alat simulasi gempa digunakan program bantu DRAIN-2DX dengan input gema EI-Centro. Dari hasil output nya dapat dilihat terjadinya deformasi plastis selama gerakan dinamis struktur yang diakibatkan oleh gaya gempa."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S35006
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vani Pravita Yuliani
"ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan peneliti akan maraknya konflik masyarakat yang terjadi di Indonesia pasca lengsernya rezim Orde Baru dan bagaimana pola pemberitaannya. Konflik yang terjadi di Desa Puger Kulon, Jawa Timur pada bulan September 2013 diberitakan oleh beberapa media tanah air.
Media menyebutnya sebagai konflik Puger, tidak terkecuali dalam media online.
Pemberitaan konflik tentu dianggap lebih menarik daripada berita mengenai kondisi yang harmonis. Media juga tentunya bisa memberitakan satu peristiwa yang sama secara berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk melihat framing konflik Puger dalam pemberitaan media online Republika dan Surya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, paradigma konstruktivisme, dan teknik
analisis framing dari Robert Entman. Republika Online mengkonstruk peristiwa konflik Puger sebagai konflik antara Sunni─Syiah. Sementara itu, Surya Online justru terlihat kontras dengan mengkonstruk bahwa sama seperti konflik-konflik pada umumnya di Indonesia, konflik Puger adalah konflik kepentingan antar elit karena adanya kecemburuan sosial. Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi isi media yang tersusun secara hierarkis mulai dari faktor ideologis dan makrosistem lainnya hingga karakteristik individu pekerja media.

ABSTRAK
The background of this research came from the interest of the researcher to some conflicts happened in Indonesia after the end of Orde Baru regime and how their news pattern. Puger Kulon, East Java was one of conflict at September 2013 that reported by some media in Indonesia as conflict of Puger, included on online media. The news of conflict would be considered more interesting than the news about harmonious condition. One event could be reported differently among the media. This research wanted to see framing of Puger conflict on online media Republika and Surya. This research used qualitative approache, constructivism paradigm, and framing analysis from Robert Entman. Republika Online constructed conflict in Puger as a religion conflict between Sunni and Syiah.
While Surya Online constructed Puger as general conflict in Indonesia, due to social jealousy among the elites. There is a hierarci’s factor that influences the media content; from ideology, macrosystem to individual characteristic of media worker."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T41596
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>