Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124314 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pambudi Tyas Martopo
"Dalam situasi ketidakpastian di Indonesia yang sudah berlangsung sejak tahun 1997 sampai sekarang ini, banyak perusahaan yang berhenti beroperasi bahkan sampai gulung tikar, khususnya yang bergerak di bidang stamping parts. Akan tetapi ada juga yang tetap bertahan dan mulai bergerak kembali dengan berbagai usaha yang dilakukannya. Salah satu usaha yang dilakukan adalah mengubah strategi utamanya dengan melakukan Diversifikasi Produk/Jasa.
Ketika melakukan perubahan strategi ini, akan muncul banyak masalah , baik yang disebabkan oleh faktor internal maupun oleh faktor ekstemal atau hal lain yang tidak pernah disadari oleh pihak manajemen. Keadaan tersebut menjadi hal yang menarik untuk diteliti, yaitu sejauh manakah pihak manajemen melakukan perubahan dan beradaptasi terhadap perubahan tersebut serta meneliti apakah kebijakan strategi diversifikasi yang diputuskan oleh manajemen sudah benar dan cocok dengan kondisi internal perusahaan.
Dengan menggunakan analisis SWOT, Five Forces Porter dan AHP penulis melakukan penelitian terhadap permasalahan tersebut. SWOT memetakan Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman yang berada disekitar perusahaan, sedangkan dengan Five Forces Porter akan didapat posisi relatif perusahaan terhadap para pesaing dalam industri sejenis, dimana datanya diperoleh dengan melakukan pengamatan dan wawancara terbatas. Sedangkan AHP akan merupakan alat terakhir yang digunakan adalah hasil pengamatan para ahli yaitu yang se level atau satu level di atas penulis dalam struktur organisasi perusahaan. Namun dalam pengisian kuesioner tersebut penulis juga menyertakan pihak diluar perusahaan dalam industri yang sejenis dengan maksud agar didapat hasil yang lebih objektif.
Dari analisis yang dilakukan, diperoleh hasil penelitian yang menyatakan bahwa perusahaan sebenarnya tidak atau belum dalam kondisi untuk melakukan strategi diversifikasi, hal ini disebabkan oleh faktor internal yang masih lemah. Untuk itu disarankan agar perusahaan melakukan pembenahan internal secepatnya agar peluang yang sudah ada tidak hilang begitu saja."
T4728
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumiyarti
"Fenomena tentang pertumbuhan ekonomi telah lama menarik untuk diteliti. Beberapa teori pertumbuhan ekonomi muncul untuk mencoba menerangkan mengenai faktor penyebab terjadinya pertumbuhan ekonomi tersebut. Perkembangan terbaru dari teori pertumbuhan ekonomi adalah munculnya teori pertumbuhan baru atau teori pertumbuhan endogen. Salah satu hal yang menarik dari teori pertumbuhan endogen adalah adanya ekstemalitas dalam perekonomian. Ekstemalitas ini merupakan suatu sumber eksternal yaitu sumber lain di luar input yang digunakan, yang turut menjadi faktor panting penyebab terjadinya pertumbuhan ekonomi.
Dalam perekonomian terbuka dimana setiap negara selalu berhubungan dengan negara lain, ekstemalitas dapat muncul dari adanya hubungan perdagangan antar negara. Ketika dua negara mengadakan perdagangan dalam bentuk kegiatan impor dan ekspor barang akhir maupun barang antara, maka akan timbul adanya ekstemalitas yang berupa proses belajar. Proses belajar ini timbul dari pergerakan barang-barang yang secara tidak langsung membawa ide, stok pengetahuan dan teknologi yang terkandung pada barang-barang tersebut. Proses belajar (learning) yang berasal dari kegiatan perdagangan intemasional dikenal dengan istilah economy wide-trade induced learning by doing. Berhasilnya proses belajar tersebut pada sektor industri manufaktur akan menyebabkan meningkatnya tingkat pertumbuhan nilai tambah dan pada akhimya akan meningkatkan proporsi nilai barang yang dapat diekspor. Proses learning dalam hal ini lebih merupakan capital learning, yaitu learning yang terkait dengan penggunaan barang modal. Tesis ini secara khusus akan melihat tentang pengaruh dari sumber eksternal (ekstemalitas) dalam bentuk 'trade induced learning' terhadap pertumbuhan nilai tambah industri manufaktur Indonesia. Variabel trade induced learning (TL) dalam penelitian ini diwakili oleh rasio dari nilai impor dan ekspor mesin-mesin terhadap nilai tambah industri agregat.
Dengan menggunakan data industri agregat dan dua digit diperoleh beberapa kesimpulan. Pada tingkat industri dua digit diperoleh hasil bahwa baik sumber internal dari input yang digunakan maupun sumber eksternal berupa variabel trade induced learning berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pertumbuhan nilai tambah industri. Kontribusi sumber ekstemal variabel trade induced learning jauh lebih kecil dibandingkan dengan kontribusi sumber internal. Sementara pada tingkat industri agregat variabel trade induced learning secara statistik tidak signifikan untuk menentukan pertumbuhan nilai tambah. Kesimpulan yang berbeda ini menunjukkan bahwa belum terjadi proses belajar pada industri manufaktur secara umum. Proses belajar mungkin hanya terjadi pada sebagian kecil dari sub sektor industri dua digit. Belum terjadinya proses belajar inilah yang menyebabkan industri manufaktur masih berada pada tingkat skala hasil yang konstan, baik pada tingkat industri agregat maupun pada tingkat industri dua digit. Ini berarti bahwa pertumbuhan industri manufaktur Indonesia masih bertumpu pada pertumbuhan input yang digunakan. Variabel trade induced learning belum dapat berperan dan menjadi sumber bagi pertumbuhan total factor productivity pada industri manufaktur Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T7493
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustina Sugiharti
"Perusahaan Industri Make to Order dapat memulai produksi jika konsumen telah memastikan pesanannya. Kunci kompetitif dari industri Make to Order adalah kemampuan teknis, harga dan kemampuan untuk memenuhi saat pengiriman. Waktu pengiriman dapat dicapai apabila kita dapat membuat sistem pengurutan dan penjadwalan produksi yang baik untuk mengurangi keterlambatan. Pada penelitian ini algoritma quicksort digunakan dalam perancangan sistem komputerisasi penjadwalan produksi dengan menggunakan aturan pengurutan SPT, dimana pekerjaan yang waktu pengerjaannya terpendek dikerjakan lebih dulu.
Algoritma quicksort termasuk salah satu dari 10 algoritma terbaik pada abad ke-20. Ditemukan pertama kali oleh C.AR. Hoare pada tahun 1962. Quicksort sangat popular karena tidak terlalu sulit untuk diimplementasikan dan hasilnya sangat baik Quicksort juga merupakan contoh desain program yang baik untuk membagi dan menyelesaikan masalah pengurutan.
Penelitian ini memberikan kemudahan dalam penjadwalan produksi dan menghasilkan waktu operasi yang lebih efisien dibandingkan dengan sebelumnya.

Make to Order industry begin the production while customers have decided their orders. The competitive keys of Make to Order industry are technical capabilities, price and reliability to meet delivery time. Delivery time can be achieve if we can build a good sequencing and schedulling system to reduce tardiness. In this research, quicksort algorithm is used to desing a computerized production schedule using SPT (shortest processing time) priority dispatching.
Quicksort is listed as one of the top 10 algorithms of the 20th century. It was discovered by C.AR. Hoare in 1962. Quicksort is popular because it is not difficult to implement and it is generally very good. It is also a good example of program design. That is follows the divide and conquer strategy to sort out the number.
This research offered an easy way to build production schedule and resulted more efficient operation times than before.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T7648
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amy Ramadhani
"Terdapat dua metode dalam menentukan biaya produksi pada perusahaan manufaktur yaitu absorption costing dan variable costing. Pada metode absorption costing, biaya produksi tetap ikut diperhitungkan sebagai komponen persediaan dan baru dibebankan ketika penjualan terjadi. Pada metode variable costing, biaya produksi tetap tidak diperhitungkan sebagai komponen persediaan dan dibebankan pada periode terjadinya. Perhitungan menurut kedua metode tersebut akan mengakibatkan hasil laba operasi yang berbeda. Laporan Magang ini akan membahas mengenai penentuan biaya produksi dengan kedua metode tersebut pada PT A yang merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi pestisida.
Hasil laporan menunjukkan bahwa selain penentuan harga produksi dengan metode absorption costing yang sudah diterapkan oleh PT A, penghitungan biaya produksi dengan metode variable costing juga sebaiknya dilakukan. Hal ini berguna untuk membantu manajemen dalam melakukan perencanaan laba jangka pendek, pengendalian biaya produksi tetap yang lebih baik, dan pengambilan keputusan jangka pendek.

There are two methods in determining production cost: absorption costing method and variable costing method. In absorption costing method, all fixed manufacturing costs are included as inventoriable cost and charged when the sale occurs. In variable costing method all fixed manufacturing costs are excluded from inventoriable cost and charged in the incurred period. Both will result in different operating income. This Internship Report will discuss the determination of production cost by the two methods on PT A, a manufacturing company that produces pesticides.
This report concludes that beside the determination of production cost with absorption costing method that have been implemented by PT A, determining production costs with variable costing method should also be made. It is useful for management in planning short-term profit, controlling fixed manufacturing costs, and short-term decision-making.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andrew Hedy Tanoto
"ABSTRAK
Resmed Holdings adalah salah satu pemain besar di pasar Sleep Apnea Diagnostic (SAD). Mereka mengembangkan, manufaktur, dan menyebar-luaskan alat untuk mengdiagnosa dan merawat obstructive sleep apnea (OSA) atau gangguan pernapasan lainnya. Esai ini menyediakan analisis mendalam mengenai faktor-faktor eksternal dan internal yang berkontribusi dalam perkembangan dan posisi Resmed di pasar SAD.
Analisis eksternal yang disediakan di esai ini membahas tentang faktor-faktor politik, global, teknologi, sosial budaya, ekonomi, dan tren demografi. Faktor-faktor ini terbukti membuka peluang besar untuk peralatan OSA dengan bertambahnya pengetahuan dan edukasi tentang SAD disorder. Dengan bertambahnya rata-rata usia dari populasi di dunia, semakin banyak permintaan untuk peralatan OSA dan merekapun bersedia untuk membayar biaya yang dibutuhkan. Tidak hanya analisis faktor-faktor tersebut, analisis 5 Kekuatan Persaingan menurut Porter pun dilakukan untuk mengevaluasi seberapa menarik pasar SAD secara keseluruhan. Pada akhir analisis, dapat ditarik konklusi bahwa pasar SAD umumnya menarik; namun, keadaan ini mungkin berubah di masa depan dengan adanya kompetitor-kompetitor baru yang bermunculan.
Untuk mengadakan analisis internal, Value Chain atau rantai nilai Resmed di evaluasi, bersama dengan bagaimana sumber daya dan kemampuan Resmed berkontribusi dalam pembentukan keunggulan kompetitif. Penelitian dan pengembangan adalah faktor yang sangat penting dikarenakan tahap ini memberikan pengetahuan yang dapat mengkreasikan keistimewaan pada produk Resmed. Logistik dalam negri yang dilakukan Resmed adalah membangun kerjasama dengan pemasok barang untuk memastikan harga dan pengiriman barang yang tepat waktu. Ditambah lagi dengan ekspansi global, edukasi tentang OSA, menyediakan layanan pelanggan yang memuaskan, dan garansi yang Resmed lakukan, maka Resmed mempunyai posisi yang superior di pasar. Sumber daya dan kemampuan Resmed harus berharga, langka, tidak dapat ditiru, dan tidak ada substitusi agar dapat menciptakan keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif Resmed terletak pada lisensi mereka yang diberikan oleh FDA yang membuat mereka satu-satunya produsen perangkat OSA rumahan. Kesimpulannya, Resmed berada dalam posisi yang stabil dengan peluang yang tinggi; namun, mereka harus berhati-hati dengan pendatang baru karena pasar mempunyai peluang-peluang besar.

ABSTRACT
Resmed Holdings is a major player in the Sleep Apnea Diagnostic (SAD) market. They develop, manufactures, and distributes equipment for diagnosis and treatment of obstructive sleep apnea (OSA) and other breathing disorders. This essay provides an in depth analysis of the external and internal factors that contribute to the growth and overall position of Resmed in the market.
The external analysis provided in this paper is a discussion regarding political, global, technological, socio-cultural, economic, and demographic trends. All these trends proved to provide great opportunities for OSA devices as more people are informed regarding this issue. As the average age of the world population increases, the need for OSA device increases and they are willing to pay the required expense for it. In addition to the trend analysis, the 5 Porter’s Competitive Forces Analysis is also done to evaluate the overall industry’s attractiveness. In conclusion, the industry is generally attractive; however, this might not prevail in the long run as new substitutes may emerge.
To conduct the internal analysis, Resmed’s Value Chain is analyzed, as well as how their resources and capabilities activities to its level of competitive advantage. Research and Development is of crucial importance for Resmed as it provides the initial knowledge to create a differentiated OSA device that suits its patients. As for its inbound logistics, it creates partnership with its suppliers to ensure lowest price and on time delivery of needed components.
Furthermore, Resmed continues to expand globally, educate people regarding SAD, and provide satisfactory customer service and warranty to ensure superior position in the market. Resmed’s resources and capabilities should be valuable, rare, inimitable, and non-substitutable for it to create a competitive advantage. Resmed’s competitive advantage lies in their license given by FDA which makes them the only home-OSA-device producer. In conclusion, Resmed is in a stable position with high opportunities; however, they should beware of new entrants coming in as the market is proven to be highly attractive. "
Depok: [Fakultas Ekonomi, ], 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Wirawan
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S36324
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Zahroh Naimah
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji relevansi nilai laba akuntansi dan nilai buku ekuitas dalam menjelaskan harga saham. Penelitian juga bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien respon laba akuntansi dan koefisien respon nilai buku ekuitas yaitu ukuran perusahaan, risiko perusahaan, struktur modal, persistensi Laba, laba negatif, profitabilitas perusahaan, pertumbuhan perusahaan, bias dalam akuntansi, dan periode pengujian.
Sampel penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta sejak tahun 1994. Pengujian dilakukan dengan regresi variabel informasi akuntansi yang terdiri dari laba akuntansi dan nilai buku ekuitas terhadap harga saham yang disesuaikan dengan kemungkinan adanya pasar yang tidak efisien dengan menggunakan data tahun 1997-2001. Penyesuaian terhadap kemungkinan adanya pasar yang tidak efisien dilakukan dengan mengadopsi model yang dikembangkan oleh Aboody et al (2002). Pengujian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien respon labs akuntansi dan koefisien respon nilai buku ekuitas dilakukan dengan meregresi laba akuntansi dan nilai buku ekuitas serta interaksi dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya terhadap harga saham.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa laba akuntansi dan nilai buku ekuitas berpengaruh positif terhadap harga saham. Hasil ini memperkuat hasil penelitian-penelitian sebelumnya bahwa laba akuntansi dan nilai buku ekuitas mempunyai relevansi nilai (Ohlson, 1995; Burgthaler dan Dichev, 1997, dan lain-lain). Laba akuntansi dan nilai buku ekuitas dapat digunakan untuk menjelaskan perubahan harga saham.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya bahwa koefisien respon Laba akuntansi lebih besar pada perusahaan besar (Chaney dan Jeter, 1992), perusahaan yang memiliki laba permanen (Ohlson, 1995; Collins dan Kothari, 1989; Barth et al, 1998; dan Ou dan Sepe, 2002), dan perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi dan mengalami pertumbuhan yang tinggi (Zhang, G, 2000). Koefisien respon laba dipengaruhi secara negatif oleh risiko perusahaan, konsisten dengan Collins dan Kothari (1989), Easton dan Zmijewski (1989) dan Barth et al (1998). Sesuai dengan studi terdahulu, koefisien respon laba lebih kecil pada perusahaan yang struktur modalnya terdiri dari sebagian besar hutang (Dhaliwal et al, 1991; Dhaliwal dan Reynold, 1994; dan Billings, 1999), perusahaan yang memiliki laba negatif (Jan dan Ou, 1995; dan Hayn, 1995), dan perusahaan yang menerapkan akuntansi yang konservatif maupun liberal (Beaver dan Ryan, 2000; dan Zhang X., 2000).
Hasil penelitian ini juga menunjukkan basil yang konsisten dengan studi terdahulu bahwa koefisien respon nilai buku ekuitas lebih besar pada perusahaan yang memiliki laba negatif (Jan dan Ou, 1995; Collins et al, 1997) dan lebih kecil pada perusahaan yang memiliki labs perrnanen (Ohlson, 1995; Ou dan Sepe, 2002), dan pada perusahaan yang menerapkan akuntansi yang konservatif maupun liberal (Beaver dan Ryan, 2000; dan Zhang X., 2000). Namun demikian, penelitian ini tidak memberikan dukungan atas pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan terhadap koefisien respon nilai buku.
Pada periode krisis moneter, koefisien respon nilai buku ekuitas secara signifikan lebih besar dibandingkan pada periode masa pemulihan. Penjelasannya adalah karena pada periode krisis moneter, banyak perusahaan yang mengalami kerugian atau laba negatif, sehingga informasi laba tidak bisa digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Akibatnya, informasi nilai buku ekuitas menjadi lebih relevan.
Hasil pengujian menunjukkan koefisien respon laba hasil regresi yang disesuaikan dengan kemungkinan adanya pasar yang tidak efisien secara signifikan lebih besar dari koefisien respon laba hasil regresi yang tidak disesuaikan. Kesimpulan dari pengujian ini menunjukkan bahwa pasar bereaksi terlalu rendah (under-react) terhadap informasi laba. Sebaliknya, hasil pengujian menunjukkan bahwa perbedaan koefisien respon nilai buku ekuitas tidak signifikan antara kedua regresi tersebut.

ABSTRACT
The objective of this study is to examine the value relevance of accounting earnings and book value of equity in explaining stock price. The study is aimed to identify the factors affecting earnings response coefficient and equity book value coefficient. The factors are firm size, risk, capital structure, earnings persistence, negative earnings, profitability, growth, bias in accounting, and period.
The sample included manufacturing companies listed in Jakarta Stock Exchange since 1994. The hypothesis testing use regression of accounting information variables (accounting earnings and book value of equity) as independent variable and adjusted stock price to a possibly inefficient market as dependent variable based on data from five years: 1997-2001. Adjustment of a possibly inefficient market is adopted from the model developed by Aboody et al (2002). The factors affecting earnings response coefficient and equity book value coefficient are examined by regression of accounting earnings and equity book value and interaction of the factors as independent variables and adjusted stock price as dependent variable.
The results show that accounting earnings and book value of equity are positively associated with stock price. This results support the prior studies that accounting earnings and book value of equity have value relevance (Ohlson, 1995; Burgthaler and Dichev, 1997, etc). Accounting earnings and book value of equity are useful to explain stock price changes.
The results of this study are consistent with previous studies that earnings response coefficient is greater in large firms (Chaney and Jeter, 1992), the firms that have permanent earnings (Ohlson, 1995; Collins and Kothari, 1989; Barth et al, 1998; Ou and Sepe, 2002), and the firms that have higher profitability and growth (Zhang, G, 2000). Earnings response coefficient is negatively affected by risk, consistent with Collins dan Kothari (1989), Easton and Zmijewski (1989) and Barth et al (1998). According to prior studies, earnings response coefficient is smaller in the firms that have more debt in its capital structure (Dhaliwal et al, 1991; Dhaliwal and Reynold, 1994; Billings, 1999), the firms that have negative earnings (Jan and Ou, 1995; Hayn, 1995), and the firms that have both conservative accounting or liberal accounting (Beaver and Ryan, 2000; Zhang X., 2000).
The results are also consistent with prior studies that show equity book value response coefficient is greater in firms that have negative earnings (Jan dan Ou, 1995; Collins et al, 1997) and smaller in the firms that have permanent earnings (Ohlson, 1995; Ou and Sepe, 2002), and the firms that have both conservative accounting or liberal accounting (Beaver and Ryan, 2000; Zhang X., 2000). Nevertheless, this research is not support the effect of firm size, profitability and growth to equity book value response coefficient.
In crisis period, equity book value response coefficient is significantly greater than in recovery period. In crisis period, much of the firms have negative earnings, so the earnings information is not useful as the basis of decision-making. So, the information of equity book value is more relevant.
The examinations show that earnings response coefficient that adjusted to a possibly inefficient market is significantly greater than unadjusted earnings response coefficient. These results indicate that market under-react to earnings information. Nevertheless, the results are indicating that the different of unadjusted and adjusted equity book value coefficient is insignificant.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
D552
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ario Kurnianto
"ABSTRAK
Kepemilikan mobil di kota besar semakin meningkat. Mobil tipe Low-MPV merupakan yang paling diminati di Indonesia, karena sesuai dengan karakteristik sebagian besar orang Indonesia yang suka berkumpul bersama keluarga. Tantangan utama bagi ATPM atau produsen adalah bagaimana mempertahankan kepuasan dan kesetiaan konsumen, dan untuk selalu memimpin pangsa pasar. Performa produk dan pelayanan merupakan suatu masalah yang perlu diperhatikan seorang manajer, karena performa produk dan pelayanan dapat mempengaruhi pola pikir seseorang dalam mengambil suatu keputusan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh sebuah model hubungan antar variabel-variabel pembentuk sistem konsumsi pada produk otomotif, terutama mobil tipe Low-MPV. Dimana model tersebut akan digunakan untuk melihat intensi perilaku konsumen dalam melakukan pembelian produk mobil tipe Low-MPV.

ABSTRACT
Ownership of cars in big cities is increasing. Low MPV type car is the most popular in Indonesia, in accordance with the characteristics of majority of Indonesian people who like to get together with their family. The main challenge for sole agent or the car manufacturers is how to maintain customer satisfaction and loyalty, and to always lead the market share. Products and services performance is an issue that needs to be considered by managers, for the performance of products and services can affect the mindset of a person in making a decision on buying the product. This study aims to obtain a model of the relationship between the variables consumption system forming in automotive products, especially the Low MPV type car. Where the model will be used to look at intention of consumer behavior in purchasing products of Low MPV type car."
2017
T48062
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>