Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112646 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sudjoko
"Pertumbuhan penduduk yang pesat saat ini menuntut tersedianya prasarana dan sarana kota termasuk bidang persampahan yang memadai dan perhatian yang lebih besar dari pengelolaan kota. Isu-isu pengelolaan sampah dewasa ini adalah belum efesien dan efektifnya pelayanan, disamping masih tingginya subtidi Pemerintah Daerah dalam pengelolaan sampah.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui dan mengidentifika ikan jenis pelayanan kebersihan (2) Mengetahui sejauh mana efesiensi & efektivitas pelayanan kebersihan di tinjau dari biaya transaksi ekonomi serta pendekatan sumber, proses dan saran (3) Menemukan model alternatif pengelolaan sampah dengan meiibatkan partisipasi sektor swasta (4) Memberikan rekomendasi terhadap delivery system yang lebih efesien dan efektif.
Dalam privatisasi mempunyai tujuan sedikit campur tangan pemerintah, lebih bersifat bisnis dan pengurangan beban pemerintah sehingga privatisasi akan lebih efektif dan efesien. Dalam Reinventing Government management tuntutan terhadap pelaku organisasi untuk mempunyai sikap inovasif dan sikap kewirausahaan.
Penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan beberapa bentuk perpaduan metode diskriptif yaitu survey kelembagaan dan analisis dokummenter, studi kasus terhadap kinerja swasta yang melaksanakan kontrak pelayanan sampah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan sampah merupakan mixed goods (kuadran 2) dengan ciri-ciri non excludable rival untuk sampah komersial industri dan pasar dan ini hanya meliputi 20,5 % timbulan sampah. Sedangkan pelayanan yang merupakan pure public goods dengan ciri-ciri, non excludable, non rival (kuadran 4) untuk sampah berasal dari rumah tinggal dan fasilitas umum meliputi 79,5 % timbulan sampah. Efesiensi dan efektivitas organisasi dilihat dari pendekatan sumber, proses dan saran masih belum optimal. Retribusi kebersihan baru menyumbang 5;96 % dari jumlah anggaran kebersihan. Model alternatif pengelolaan sampah saat ini masih PSP (Private Sector Participation) perlu dikembangkan lebih jauh menjadi PPP ( Public Private Partnership) atau kontrak konsesi.
Akhirnya penulis menyarankan agar momentum Regom ini perlu dilanjutkan dan dikembangkan sesuai action plan, kerangka hukum perlu dirubah, dari Dinas menjadi Perusahaan Daerah, serta usaha-usaha peningkatan produktivitas personil dengan meningkatkan teknologi dan metode kerja, usaha-usaha mereduksi volume sampah serta peningkatan peran serta masyarakat."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hamka Hendra Noer
"Tingginya aktivitas manusia dan lajunya pembangunan fisik oleh Pemerintah akan berdampak terhadap lingkungan hidup. Salah satu dampak yang dihasilkannya adalah hasil buangan dalam bentuk peningkatan jumlah sampah. Akumulasi kuantitas sampah di Kotamadya Gorontalo meningkat terus seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk baik disebabkan oleh tingkat kelahiran maupun oleh urbanisasi dari desa ke kota, dengan angka pertumbuhan penduduk 0,87 % per tahun. Jika permasalahan sampah ini tidak segera ditanggulangi, maka akan menimbulkan pencemaran dan akhirnya akan merusak lingkungan. Rusaknya lingkungan dapat menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan hidup. Kesadaran masyarakat perlu ditumbuhkan dalam penanganan masalah kebersihan ini, karena masalah kebersihan lingkungan bukan saja menjadi tugas dan kewajiban pemerintah daerah tetapi juga menjadi tugas dan kewajiban masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu partisipasi masyarakat sang at dibutuhkan dalam pelaksanaan, pengumpulan dan pengangkutan sampah dari rumah ke tempat penampungan sementara, terutama di daerah-daerah permukiman dengan kondisi jalan yang sempit dan hanya bisa dilalui gerobak sampah saja.
Berdasarkan hal di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk (1) mengetahui pola pengelolaan sampah yang dilakukan di Kotamadya Gorontalo, (2) mengetahui tingkat partisipasi masyarakat Kotamadya Gorontalo dalam pelaksanaan program kebersihan lingkungan, khususnya pengelolaan sampah permukiman, dan (3) mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarkat terhadap pelaksanaan program kebersihan, khususnya pengelolaan sampah permukiman. Penelitian ini dilakukan di Kotamadya Gorontalo di Kecamatan Kota Barat (Kelurahan Tornulabotao), Kecamatan Kota Selatan (Kelurahan Limba U - I dan Limba U - Il), dan Kecamatan Kota Utara (Kelurahan Pulubala). Pengambilan sampel dilakukan secara acak sistematis sebanyak 348 responden Kepala Keluarga. Dalam penentuan banyaknya jumlah responden pads tiap-tiap kelurahan, faktor pendidikan kepala keluarga di tiap kelurahan dijadikan acuan. Adapun variabel yang diteliti yaitu 'l variabel tidak bebas dan 7 variabel bebas. Variabel tidak bebas adalah partisipasi masyarakat dalam program kebersihan khususnya pengelolaan sampah. Sedangkan variabel babas (1) umur, (2) tingkat pendidikan, (3) pendapatan, (4) keadaan Iingkungan permukiman, (5) lamanya tinggal, (6) keberadaan halaman, serta (7) bimbingan dan penyuluhan.
Untuk mendapatkan data primer di lokasi penelitian, selain wawancara dengan kepala keluarga, juga dilakukan wawancara dengan instansi terkait yang dapat mendukung pelaksanaan penelitian ini. Sedangkan data yang dikumpulkan selain data primer, juga data sekunder yang ada hubungannya dengan penelitian. Pengolahan data primer dilakukan dengan 3 metode yaitu uji X2 (chi-square) untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel babas dengan variabel tidak babas. Uji korelasi spearman (rs) untuk mengetahui keeratan hubungan antara faktor-faktor pada variabel babas dan tidak babas. Selanjutnya untuk melihat signifikansi dari korelasi spearman (rs) dilakukan uji t. Tingkat signifikansi yang dipakai adalah 1 % (0,01) dan 5 % (0,05). Sedangkan data sekunder dipakai sebagai analisis komparatif penunjang pada data primer.
Dari basil penelitian terhadap 348 responden terhadap tingkat partisipasi masyarakat terhadap program kebersihan didapatkan reaksi terhadap halaman kotor, sang at tinggi (93,4 %); reaksi melihat orang membuang sampah sembarangan, tinggi (86,2 %); keikutsertaan dalam kerja bakti, sangat tinggi (94,3 %); mendukung gagasan mengenai kebersihan, sangat tinggi (89,7 %); kehadiran rapat untuk kegiatan kebersihan, sangat tinggi (96,0 %); membersihkan saluran 1 got, sangat tinggi (92,0 %); dan membayar retribusi, sangat tinggi (93,7 %). Untuk itu dapat disimpulkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program kebersihan di Kotamadya Gorontalo adalah sangat tinggi.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dari hasil perhitungan nilai chi-square (X2) dapat disimpulkan bahwa umur (13,391**), tingkat pendidikan (65,509**), pendapatan masyarakat (41,960**), keadaan Iingkungan permukiman (19,208**) berpengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah permukiman di Kotamadya Gorontalo. Sedangkan lama tinggal (8,361), keberadaan halaman rumah (2,839) serta bimbingan dan penyuluhan (3,361) tidak berpengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah permukiman.
Dari hasil perhitungan nilai korelasi Spearman (rs) dapat disimpulkan bahwa umur (0,120*), tingkat pendidikan (0,408**), pendapatan masyarakat (0,304**) dan keadaan Iingkungan permukiman (0,208**) berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi masyarakat, sedangkan lama tinggal (0,081), keberadaan halaman rumah (0,090) serta bimbingan dan penyuluhan (0,010) tidak berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi masyarakat.

The intense human activity and the rapid physical development by the government will have an impact to wards the environment. One of such an impact is the augmenting quantity of solid waste. The accumulating quantity of solid waste in Gorontalo is increasing along with the growing number of population caused both by birth rate as well as by urbanisation from village to town, and ended up with a population growth rate of 0,87 percent annually. If the solid waste problem is not immediately solved, it will cause pollution and finally destroy the environment. The destroyed environment will result in a decline in environmental quality Community awareness has to .be developed in order to handle this sanitation problem, because it is not only the local government responsibility but also the community in general. Therefore, community participation is highly needed in the implementation of collecting and transporting solid waste from houses to the nearest temporary disposal site particularly in residential areas with narrow roads where only waste carts could pass.
Based on the above mentioned matter, this research was carried out : (1) to ascertain the pattern of solid waste management in Gorontalo city, (2) to comprehend the level of community participation in Gorontalo city in implementing environmental sanitation programme, especially settlement solid waste management, and (3) to recognize the factors influencing the level of community participation with regard to the implementation of the sanitation programme, especially in settlement solid waste management. This research took place in Gorontalo city, Kota Barat sub district (Tomulabotao village), Kota Selatan sub district (Limba U - I and Limba U - II village), and Kota Utara sub district (Pulubala village). The sampling technique used was systematic random sample of 348 heads of families as respondents. In determining the number of respondents in every village, the education level of every head of family in each village became the determinant factor. The variables studied include 1 dependent variable and 7 independent variables. The dependent variable is community participation in the sanitation programme especially in solid waste management. Whereas the independent variables include (1) age, (2) education level, (3) income, (4) settlement environmental condition, (5) length of stay, (6) house yard, and (7) guidance and counselling.
To obtain the primary data in the research location, apart from interview with the heads of families, an interview with the institutions concerned is also undertaken and it could support the research process. In addition to the primary data, secondary data related to this research were also collected. The processing of primary data was carried out by 3 methods, including the X2 test (chi-square test) to recognize the influence of each independent variable to the dependent variable. Spearman correlation test is done to identity the solid relation between the factors included in independent variables and dependent variable. Furthermore, t test was undertaken to notice the significance of spearman correlation. The significance level used is 1 percent (0,01) and 5 percent (0,05). Whereas the secondary data is used as the supporting comparative analysis to the primary data.
The research results of 348 respondents with regard to the level of community participation concerning the hygiene programme, showed that there is a very high reaction towards dirty yard (93,4 percent), a high reaction of seeing people throwing solid waste at will (86,2 percent), a very high participation in cooperative work (94,3 percent), a very high response in supporting hygienic ideas (89,7 percent), a very high response in attending community meetings towards the implementation of the hygiene programme (96,0 percent), a very high activity in cleansing the canals (92,0 percent) and a very high awareness in paying retribution (93,7 percent).
Therefore, it can be concluded that the communityparticipation level in implementing the hygiene programme in Gorontalo is very high. In addition there are some factors influencing the community participation level as seen from the chi square (x) test results. And it can be affirmed that age (13,391**), education level (65,509**), income (41,960**), residential environmental condition (19,208**), give impact to the community participation level in managing domestic solid waste in Gorontalo. Whereas the length of stay (8,361), house yard condition (2,839) as well as guidance and information dissemination (3,361) don't give any impact to the community participation level in managing residential solid waste.
The spearman correlation (rs) test result disclosed that age (0,120*), education level (0,408**), income (0,304**), and residential environmental condition (0,208**) have obvious correlations with the community participation level. Whereas, length of stay (0,081), house yard (0,090) as well as guidance and counselling (0,010) don't have obvious correlations with community participation.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andie Pramudita
"Semakin bertambah pesatnya jumlah penduduk di kota, merupakan beban yang semakin berat bagl kota tersebut Apabila pertumbuhan penduduk kota yang sangat pesat jauh meninggalkan pertumbuhan fasilitas pe!ayanan yang disediakan, maka yang akan terjadi adalah kemerosotan kualitas kota. Kondisi yang terjadi saat ini bahwa di sebagian besar kota-kota di Indonesia adalah tidak tertanganinya permasalahan sampah katena rendahnya tingkat pelayanan di bidang kebersihan dan keindahan kota. Permasalahan sampah yang tidak tertangani banyak berakar dari pengelolaan sampah saat ini yang dilakukan dengan sistem terpusat, sehingga perlu dilakukan perubahan paradigma pengelolaan sampah menjadi sistem terdesentralisasl. Pada prinsipnya pengelolaan sampab harus dilakukan sedekat mungkin dengan sumbernya, rerutama diawali dengan proses pemilahan antara sampah organik dan anorganik di skala rumah tangga.
Pengelolaan sampah berbasis masyarakat dekat dengan sumbernya menjadi salah satu alternatif utama bagi pengelolaan sampah di kota. Metode pengelolaan sampah ini sebagian besar keberhasilannya ditentukan oleh partisipasi masyarakat berupa pemilahan sampah darl sumbernya dan daur ulang. Secara garis besar, partisipasi masyarakat pada program pengeloiaan sampah rumah tangga, termasuk kegiatan pemilahan dan mendaur ulang sampah dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor utama yaitu (1) informasi, (2) insetif, (3) Dukungan komunitas, serta (4) Akses ke program daur ulang.
Dari keempat faktor-faktor tersebut dilakukan pengembangan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat, sehingga diperoleh 3 (tiga) faktor yang bersifat internal. yaitu; (i) Persepsi kebersihan warga; (ii) Rasa kepemilikan warga; {iii) Harapan warga ke depan akan keberlanjutan program; dan 3 (tiga) faktor yang bersifat eksternal, yaiiu (i) Peran kepala kampung dan perangkat organisasl: (ii) Transfer pengetahuan pengelolnan sampah berbasis masyarakal; dan (iii} Ketersediaan infrastruktur alat.
Penelitian ini dilakukan sebngai scbuah studi kasus. dcngan lokasi yang rJipilih adalah Rawajati RW 03, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan. Penelitlan ini menguji faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah berbasls masyarakat khususnya da!am melakukan pemilihan sampah di skala rumah tangga. Metode penjelasan yang digunakan adalah deskriptif analitis, artinya bahwa temuan-temuan tidak hanya dijelaskan secara deskriptif, namun disertai dengan analisis penjelas, balk itu berupa analisis hubungan sebab akibat, analisis alas teori-teori terkait dan hasil-hasil penelitian sejcnis ataupun ana!isis peneliti berupa penjelasan kualitatif atas data kuantitatif yang diperoleh.
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa dalam menerapkan pcngelolaan sampah berbasis masyarakat pada suatu komunitas. maka yang lmrus dilakukan adalah: (i) Membentuk persepsi positif warga akan manfaat dari kebersihan melalui transfer pengetahuan: (ii) Menampung seluruh harapan-harapan dan aspirasi warga yang berkaitan dengan motivasi mereka untuk ikut berpartsipasi: (iii) Memperkuat institusi internal formal {RT/RW, PKK, dll} yang berperan sebagai penggerak dan pengendali warga; (iv) Menyediakan infrastrukur pengelo!aan sampah untuk mendukung warga berpartisipasi.

Rapid growth of urban population causes increasing burden to the city, When the
urban population growth goes further beyond the growth of service facilities that can be provided, it will result in the deterioration of urban quality of life. The current condition that happened in most big cities in lndonesia is the unsolved problem of solid waste disposal due to low level of service in urban cleanliness and beauty. The unsolved problem of solid waste is caused by the application of centralized system, so a new paradigm is needed for a decentralized system of solid wasted management. In principle, solid wasre management should be earried out as close as possible to the source, mainly started by segregation process of organics and inorganics materials at domestk leveL
Community-based solid waste management dose to the source becomes one main alternative tbr urban solid wasted management The success of this solid waste management method mostly determined by community participation in on-site solid waste segregation and recycling. Broadly, community participation in household solid waste management program. including solid wasted segregation nnd recycling activities are Influenced by 4 (four) main factors, those are: {I) Information, (2} lncentive, (3) CommuniLy support, also (4) Access to the recycling progmm.
The four influencing factors are developed into J (three) internal factors, those are: 0) Citizen's perception of cleanliness: (ii) Citizen's belonging of the neighborhood~ (iii) Citizen's expectation for the sustainability of the program; and 3 (three) external factors, those are: (i) Role of community leadership and the organization's personels; (ii) Knowledge transfer of community-based solid wasted management; and (iii) Availability of infrastructure and equlpments.
This research is carried out in the tbrm or a case study, and selected Rawajati RW 03, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan as the location of the study. The research investigates tbe the influencing factors of community participation in - community-based solid waste management, especially in solid wasted scgregarion at domestic scale. The explanation method applied in this research descriptive analysis, meaning that the research lindings will not be only explained in description but also followed by explanation analysis, either by causality relation analysis, related theories analysis, end similar study analysis. or qlllllitative analysis of the obtained quantitative data.
The result of this research is that in implementing community-based solid waste management, the measures should be taken arc: (l) Creating citizen·s positive perception on the advantage of cleanliness through transfer of knowledge: (ii) Accepting all citizct1s expectation and nspiration related to their motivation to participate (iii) Strengthening fotmal internal institutions (RT/RW, PKK. etc) that have roles to motivate and control the citizen; (iv) Providing solid wasted infrastructure to support citizen to participate.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T17708
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raditha Cahyani Isty Ningdiyah
"Sampah merupakan sisa dari suatu kegiatan sehari-hari manusia dan proses alam yang berwujud padat, keberhasilan pengelolaan sampah berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat merupakan segala bentuk keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah mulai dari proses prencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan faktor sosiodemografi, pengetahuan, dan faktor eksternal terhadap partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga di Kelurahan Batu Ampar, Jakarta Timur pada tahun 2023. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan menggunakan metode penelitian cross sectional dengan teknik pengambilan sampel stratified random sampling. Setelah dilakukan perhitungan besar sampel minimum menggunakan rumus uji hipotesis beda proporsi (Lemeshow, 1990) didapatkan besar sampel minimum sebanyak 114 sampel.  Hasil penelitian menyatakan bahwa mayoritas rumah tangga di Kelurahan Batu Ampar telah memiliki tingkat partisipasi tinggi dalam pengelolaan sampah rumah tangga yaitu sebanyak 60 responden (52,6%), dimana 54 responden lainnya (47,4%) memiliki tingkat partisipasi rendah dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Pada penelitian juga dinyatakan bahwa terdapat faktor yang memiliki hubungan signifikan dengan partisipasi pengelolaan sampah rumah tangga yaitu faktor sosiodemografi dan faktor eksternal. Faktor sosiodemografi yang memiliki hubungan signifikan dengan partisipasi masyarakat adalah usia (nilai p 0,009; OR 10,26), sedangkan faktor eksternal yang memiliki hubungan signifikan dengan partisipasi masyarakat adalah dukungan tokoh masyarakat (nilai p 0,002; OR 3,39). Untuk faktor sosiodemografi seperti jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan; pengetahuan; dan faktor eksternal berupa sarana prasarana tidak memiliki hubungan dengan partisipasi masyarakat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah variabel usia dan dukungan tokoh masyarakat memiliki hubungan yang signifikan dengan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga.

Waste is the residue of daily human activities and natural processes in solid form, the success of waste management is related to the level of community participation. Community participation is all forms of community involvement in waste management starting from the process of planning, implementation, to evaluation. The aim pf this research is to analyze the relationship between sociodemographic factors, knowledge, and external factors on community participation in household waste management in Batu Ampar Subdistrict, East Jakarta, in the year 2023. This study employs an analytic survey method using a cross-sectional research design with stratified random sampling as the sampling technique. After calculating the minimum sample size using the hypothesis test formula for the difference in proportions (Lemeshow, 1990), the minimum sample size was determined to be 114 samples. The research result indicated that majority of households in Batu Ampar Subdistrict have a high level of participation in household waste management, with 60 respondents (52,6%), while the remaining 54 respondents (47,4%) have a low level of participation. The study also states that there are factors significantly associated with household waste management participation, namely sociodemographic and external factors. Sociodemographic factors significantly associated with community participation are age (p-value 0,009; OR 10,26), while the external factors significantly associated with community participation is community leader support (p-value 0,002; OR 3,39). Sociodemographic factors such as gender, education, occupation, and income; knowledge; and external factors such as facilities do not have significant relationship with community participation. In conclusion, age and community leader support variable are significantly associated with community participation in household waste management."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia;Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Fithri Anni Bahar
"Masalah persampahan merupakan masalah yang kompleks dan saat ini masih menjadi masalah serius di kota-kota besar di Indonesia. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk maka bertambah pula aktifitas masyarakat yang selanjutnya akan meningkatkan timbulan sampah. Pemerintah daerah kewalahan dalam menangani masalah sampah karena peningkatan timbulan sampah tidak dibarengi dengan pertambahan sarana dan prasarana maupun daya tampung TPA.
Penelitian ini dilakukan untuk menyusun rencana pengelolaan sampah di Kota Depok tahun 2005-2025. Ruang lingkup penelitian ini adalah hanya terfokus pada pengelolaan sampah domestik tidak membahas tentang sampah Rumah Sakit atau sampah medis mulai dari rumah tangga sampai ke TPA. Pengembangan rencana pengelolaan tersebut dilakukan dengan melihat unsur masukan, proses dan keluaran. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kota Depok pada bulan Mei-Juni 2004.
Hasil penelitian menunjukkan jumlah produksi sampah saat ini 3.700 m3/hari sumber 88,3% merupakan sampah domestik dan sisanya bersumber dari pasar, toko, jalan dan sebagainya. Sebagian besar 72,97% merupakan sampah organik dan sisanya terdiri dari kayu, beling dan sebagainya. Sampai tahun 2004 cakupan pengelolaan sampah baru mencapai 48% dan sisanya dikelola sendiri oleh masyarakat.
Perencanaan pengelolaan jangka panjang atau 20 tahun ke depan, menekankan pada penanganan sampah di hulu. Maksudnya pemilahan atau recycling dilakukan di tingkat rumah tangga. Ibu-ibu rumah tangga diberi informasi tentang pemilahan sampah basah dan kering dengan wadah yang berbeda.
Pada pemukiman tidak teratur pelayanan sampah dilakukan dengan gerobak dari rumah ke rumah (75%), selanjutnya sampah tersebut akan dibawa ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Container dan di sana akan tereduksi sebesar 15%. Diharapkan sampah di TPS akan minimal dengan adanya kerjasama dengan pemulung dan para pemulung telah memiliki gudang tempat menyimpan barang bekas. Untuk pemukiman teratur pelayanan sampah tidak menggunakan gerobak tapi langsung dilayani oleh dump truk yang akan mengangkutnya ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Cipayung.
Hasil penghitungan, retribusi yang sesuai (mencapai impas) untuk tahun 2005 sampai 2025 adalah Rp. 5.500,- per bulan per kepala keluarga. Diharapkan dari perencanaan ini akan menghasilkan kebutuhan sarana dan prasana, pembiayaan dan sebagainya.
Dalam memasyarakatkan pengelolaan sampah di hulu diperlukan pendekataan pendidikan kesehatan, baik pendekatan pendidikan individu, dengan sasaran individu melalui murid-murid sekolah. Pendidikan kelompok dengan sasaran kelompok, misalnya kelompok pengajian, kelompok arisan dan sebagainya, serta pendidikan kepada masyarakat luas, dengan sasaran masyarakat bias dilakukan melalui pemutaran film layar tancap, pemutaran slide, penyebarluasan brosur, pamflet, striker dan sebagainya.
Ada beberapa saran yang perlu dilakukan adalah pengelolaan sampah di hulu perlu dikembangkan sehingga dapat meminimalkan sampah baik di TPS maupun TPA. Perlu dilakukan penyuluhan dan pendidikan kepada masyarakat tentang cara pemilahan sampah basah dan kering sehingga masyarakat peduli terhadap lingkungan. Untuk pemerintah daerah perlu memberdayakan pemulung dalam pengelolaan sampah terutama di TPS.

Waste problem is still be the complex problem and till recently being a serious problem in the big city in Indonesia. In a procession with addition of population, their activity also being more complex and causes the waste in the environment. The region government face difficulties to handling the waste problem because the waste in heaps, and unfortunately do not accompanied with the facility and quantity of tools.
This research have an objective to arranged a plan to processing wastes on Depok City in 2005 - 2025, and focused on handling and processing domestic wastes, and waste of Hospital or medicine wastes was excluded. The process involved from home to the Final Collecting Place (TPA). Developing a processing plan efforted with watch closely the input, the process and the output. This research located on Depok City and have done on Mei until] Juni 2004.
Results of this research shows that waste production quantity right now is 1700 M31day, 88,3 % domestic wastes dan 11,7 % remaind from store, market, road and so on. The big portion of this waste (72,97%) is organic waste and and the rest is woods, porcelain etc. Until 2004, the waste processing only reach 48%, and the rest is processed by the community with traditional process.
Long term processing planning or 20 years forward, focused on handling waste from upper course. Sortation and recycling start from household. The mothers give the information how to sortation the wet waste and the dry waste on the different container.
On the uncoordinated district, waste service doing with cart from one home to another (75%), on the next stage, the wastes brought to the throwing place (TPS). On the TPS, the waste being reduction until 15%. Cooperation with the waste collector (pemulung), can minimizing the wastes on TPS, and also the waste collector already have a storehouse to collect the exuse things. On the arranged district, waste service do not use the cart, but directly serviced by the dump truct, and carried to The Final Collecting Place (TPA) on Cipayung.
Calculation result, the precise retribution ( reach impass) to 2005 until 2025 Rp. 5.500,- per month per head of household. From this plan, we hope that the need for facility and retribution can be realize.
Acoording to socialitation the waste processing from upper course, we need an health educational approach, as an individual being the target trough the student. Group educational which the group per se be the target, and education for the community, through the arisan, group based on religion (pengajian), and so on. Education for community can be effort with dostribution of pamflet, movie, brosur, sticker, etc.
There are some advise to be done, waste processing from upper course need to be more explorated to minimizing wastes both in TPS or TPA. Elucidation and education to the community must be take as a routine programmed, give the information how to separating the dry waste and wet waste, so the community really care and aware about health and environtment. To the region government, we still need to resources the waste collector, specially on TPS.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13113
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Budiarti
"Dalam menjalankan perannya sebagai pelayan publik, pemerintah sebagai aktor pembangunan dihadapkan pada berbagai masalah yang terjadi dalam masyarakat. Sebagai upaya menjawab permasalahan tersebut, maka pemerintah mengeluarkan kebijakan atau program-program pembangunan untuk mencapai tujuan tersebut. Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Implementasi kebijakan pengelolaan limbah/sampah terpadu ini dibuat mengingat Kota Tangerang selatan merupakan kota mandiri pasca pemekaran daerah dari Kabupaten tangerang. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskripsi. Informasi yang diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam dengan narasumber yang mempunyai pengetahuan tentang kebijakan dan implementasi kebijakan. Pengelolaan sampah yang sebelumnya merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Tangerang, tidak lagi merupakan urusan pemerintah kabupaten, tetapi menjadi urusan Pemerintah Kota Tangerang Selatan, karena sudah mempunyai instansi sendiri yang menangani masalah sampah yaitu Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman (DKPP). Penelitian ini bertujuan untuk membahas implementasi kebijakan pengelolaan sampah di kota baru tersebut. Dari hasil penelitian, implementasi kebijakan pengelolaan sampah di kota baru tersebut belum berjalan maksimal karena masih adanya berbagai kendala.

In carrying out its role as public servants, government as development actors are faced with various problems that occur in society. In an effort to answer these problems, the government issued a policy or development program to achieve those goals. Implementation of the policy in principle is the way to a policy can achieve its goals. Implementation of waste management policy/integrated waste is made considering the Tangerang City South is an independent city after the regional expansion of Tangerang Regency. This research uses qualitative research approach to the description. Information obtained by conducting in-depth interviews with sources who have knowledge of policy and policy implementation. Waste management that were previously the responsibility of the Tangerang regency government, no longer a government business distric, but the affairs of South Tangerang City government, because it already has its own agencies that deal with waste that is Department of Hygiene, Landscaping and Cemetery (DKPP). This study aims to discuss the implementation of waste management policy in the new city. From the research, implementation of waste management policy in the new town is not running maximum because there still exists a variety of conctraints."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andika Prima Sari
"Tesis ini membahas kebijakan pengelolaan sampah sebagai sumber energi alternatif dalam kerangka ketahanan daerah dengan studi kasus di TPST Regional Bantargebang. Metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sesuai dengan amanat UU Nomor 18 Tahun 2008, TPST telah menggunakan teknologi tinggi dan tepat guna, dimana gas methan yang dihasilkan dapat menjadi bahan bakar pembangkit listrik. Manfaat dari kebijakan tersebut antara lain terjaminnya pengelolaan TPST yang ramah lingkungan, menggerakan perekonomian lokal, pemberdayaan masyarakat, kompensasi bantuan tunai, dan perbaikan infrastruktur yang pada akhirnya memberikan dampak positif bagi terciptanya ketahanan daerah yang kondusif.

The purpose of this thesis is to discussed the waste management policy as alternative energy in the frame of regional resilience on TPST Regional Bantar Gebang. In the research, the writer decides to use the qualitative method with data collection interview, observation, and documentation study. The result of this Thesis indicate that appropriate with mandate UU No 18 tahun 2008, TPST used high level technology with efficiency and effectiveness, where Methane gas able to be fuel of power station. The Policies benefit are to gives warranty management of TPST with environmental safety, Stirring up local economies and human resources, the grant in aid as a compensation and the last infrastructure aids which is give a positive effect for a secure regional resilience program."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Enri Damanhuri
Bandung: ITB Press, 2011
628.4 ENR t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Syafitri
"Pengelolaan sampah yang tidak baik dapat menjadi sumber berkembang biaknya mikroorganisme penyebab penyakit. Diare merupakan salah satu penyakit yang rentan terjadi sebagai dampak dari pajanan sampah tersebut.Tujuan utama penelitian ini adalah menganalisis dampak pengelolaan sampah terhadap prevalensi diare pada balita. Studi kohort retrospektif yang dilakukan pada 120 balita yang terpilih secara acak pada dua wilayah penelitian, yakni RW 06 Kelurahan Abadijaya (terpajan) dan RW 16 Keluarahan Bhaktijaya (tidak terpajan), Kota Depok.
Peneliti melakukan pendataan menggunakan kuesioner dan observasi di lapangan untuk mengetahui kondisi pengelolaan sampah serta prevalensi diare pada balita di wilayah tersebut. Setelah itu dilakukan uji chi-square dilanjutkan dengan analisis regresi logistik ganda untuk mengetahui variabel pengelolaan sampah yang paling berpengaruh terhadap kejadian diare pada balita.Hasil studi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara upaya daur ulang dengan RR = 3,669 (95 % CI : 1,278-10,553) dan posisi wadah sampah keluarga RR = 7,017 (95 % CI: 1,29- 3,09) terhadap kejadian diare pada balita.
Hasil analisis multivariat menunjukkan posisi wadah sampah keluarga adalah variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian diare pada balita setelah dikontrol oleh variabel daur ulang sampah. Peneliti menyarankan agar pemerintah meningkatkan sosialisasi dan fasilitas bagi masyarakat untuk menerapkan pengelolaan sampah yang baik terutama peletakkan wadah sampah di luar rumah. Selain itu juga perlu dilakukan pelatihan upaya daur ulang dan prinsip 3R lainnya yang dapat diterapkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Poor Waste management can be a breeding source of microorganisms cause the disease . Diarrhea is a disease that occurs in toddlers susceptible as a result of exposure to waste. Waste management consists of technical and nontechnical aspects, which of each has directly and indirectly effect to the relationship between waste and the incidence of diarrhea. The purpose of this research is to khow the impact of waste management on the prevalence of diarrhea in toddlers. Study design used was a retrospective cohort.
Researchers conducted an assessment of the condition of the community waste management in two areas that have been grouped into the exposed ( managed by goverment) and unexposed (managed by community). Each are of study taken 60 respondents families that have toddlers so that the number of respondents used was 120 respondents. Researchers used a questionnaire to collect data and observations in the field to determine the condition of waste management as well as the prevalence of diarrhea in children under five After the chi-square test reserchers used multiple logistic regression analysis to determine the variables most influential waste management on the incidence of diarrhea in toddlers.
The results of the study showed that no significant relationship exists between the recycling effort [RR = 3,669 (95 % CI : 1,278-10,553)] and the position of the family waste receptacle [RR = 7,017 (95 % CI: 1,29-3,09)] with the incidence of diarrhea in toddlers. Multivariate analysis showed the position of the familywaste receptacle is the most influential variable on the incidence of diarrhea in infants after controlled by variable recycling bins.Suggestion of this study that the government must be improve socialization and facilities for the community to implement better waste management, especially laying waste containers outside the home. It is also necessary to trainings recycling efforts and other 3R principles that can be families applied in life in order to reduce.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42324
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Sarijaya
"Masalah sampah erat sekali kaitannya dengan jumlah penduduk kota yang bermukim, dan berkaitan pula dengan bentuk kehidupan, kegiatan dan usaha dari penduduk itu. Oleh karena itu sampah merupakah salah satu masalah yang dihadapi oleh kota-kota metropolitan, besar dan sedang bahkan telah meniadi permasalahan nasional.
Pencemaran paling utama di Indonesia ialah pencemaran oleh limbah domestik terutama yang berasal dari rumahtangga. Oleh karena luasnya daerah pencemaran dan besarnya jumlah korban, maka pengelolaannya amat pelik dan harus diberi prioritas utama.
Namun begitu, upaya mengatasi permasalahan sampah tidak akan terselesaikan oleh pemerintah saja, melainkan masyarakat perlu juga diajak berperanserta secara aktif. Bagi Kotamadya Palembang, misalnya untuk menunjang Palembang BARI (Bersih Aman Rapih dan Indah) peranserta masyarakatnya sangat perlu digerakkan secara sungguh-sungguh.
Berdasarkan pengamatan dini yang dilakukan di Kelurahan 23 Ilir Kecamatan Ilir Barat I Kotamadya Palembang pada awal bulan Januari 1995, keberadaan sampah padat yang banyak berserakan di tanah patut diduga disebabkan oleh peranserta masyarakat yang relatif rendah.
Secara teoritis, rendah atau kurangnya peranserta masyarakat dalam pengelolaan sampah terkait dengan faktor-faktor seperti; umur, pendidikan, pekerjaan, lama tinggal, daerah asal dan pendapatan.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah "random sampling" tanpa pengembalian. Pengumpulan data diperoleh dengan jalan wawancara berstruktur, observasi, dan studi dokumentasi. Dalam mengolah data digunakan pendapatan prosentase tampilan, kategorisasi. Adapun analisis data menggunakan distribusi frekuensi, rumus statistik nonparametrik, Khi kuadrat (X2), koefisien kontingensi C, koefisien phi (Phi Coefficient), dan varian cramer (Cramer's V).
Dari hasil penelitian yang dilakukan selama kurang lebih lima bulan, mulai Maret sampai dengan Juli 1995, diperoleh beberapa temuan sebagai berikut:
I. Sampah yang berserakan di tanah, selokan dan di sungai bila tidak ditanggulangi dapat menyebabkan permasalahan atau gangguan lingkungan antara lain; timbul perasaan tidak estetik, kotor, menjijikan dan masalah kesehatan. Disamping itu sampah yang berserakan di tanah tadi akan dikais oleh pemulung, binatang dan cenderung akan masuk ke selokan dan menyumbatnya sehingga akan terjadi banjir.
II. Dari hasil penelitian terhadap 105 responden, diparoleh gambaran bahwa;
a) tingkat pendidikan masyarakat dari SD sampai ke Perguruan Tinggi,
b) tingkat pendapatan keluarga sebagian besar dibawah Rp.200.000, yaitu 72,38%
c) sebagian besar pekerjaan penduduk adalah non PNS.
d) usia sebagian besar di atas 40 tahun.
e) lama tinggal antara 16 sampai 20 th ada 39%.
f) daerah asal didominasi oleh penduduk pendatang 64,8%.
III. Uji terhadap hipotesis menuniukkan bahwa:
a. Dari hasil jawaban responden dan pengamatan penulis maka hipotesis umum tentang relatif rendahnya peranserta masyarakat'di Kelurahan 23 Ilir Palembang dalam pengelolaan sampah dapat dilihat sebagai berikut:
1. Dari hasil penelitian bahwa ada 78,1% responden yang tidak membayar retribusi sampah sedangkan hanya 21,9% responden yang membayar retribusi sampah.
2. Dari hasil pengamatan bahwa kecilnya angka ketidak hadiran responden menghadiri pertemuan tentang kebersihan yaitu nol persen.
3. Dari hasil pengamatan bahwa kecilnya angka responder yang tidak melakukan kegiatan bersama-sama atau gotong royong yaitu nol persen.
4. Dari hasil penelitian bahwa terdapat 53,33% responder yang tidak mengetahui tentang Peraturan Daerah mengenai kebersihan dan 46,67% yang mengetahui tentang Peraturan Daerah tersebut.
b. Dengan menggunakan of = 0,01, hipotesis kerja tentang adanya perbedaan yang signifikan antara peranserta masyarakat di Kelurahan 23 Ilir dengan menggunakan program SPSS/PC+V3.0 terhadap uji Statistik Chi Square maka ada faktor-faktor yang mempengaruhinya sebagai berikut:
- Usia, tidak berarti.
- Pendidikan, berarti.
- Jenis pekerjaan, berarti.
- Lama tinggal, tidak berarti.
- Daerah asal, tidak berarti.
- Pendapatan, berarti.
V. Pengawasan yang kurang atau tidak efektif dari petugas LKMD atau Kelurahan 23 Ilir terhadap pengelolaan sampah atau kebersihan dalam rangka melaksanakan Perda No.3 Tahun 1981 jo. Perda No.8 Tahun 1997 tentang Penyelenggaraan Kebersihan, Keindahan, Kesehatan Umum dan Ketertiban Kota atau yang dikenal dengan Palembang kota BAPI (bersih, aman, rapih dan indah). Tidak dilakukan penyuluhan kebersihan oleh DKK dan ada 78,09% responden yang melanggar Peraturan Daerah di atas dengan membuang sampah sembarang dan membakar sampah, yang membuang sampah ke TPS ada 21,91. Dan ada 67,61% yang tidak mempunyai tempat pewadahan sampah sementara di rumahnya maupun di depan rumahnya."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>