Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 193486 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I Wayan Mardana
"Teknologi Kereman adalah suatu hasil rekayasa sosial dalam bentuk inovasi pada program pembangunan peternakan yang bertujuan untuk meningkatkan produksi sekaligus peningkatan kesejahteraan sosial komunitas petani ternak sapi Bali dan peningkatan kemampuan serta keberdayaan kelembagaan masyarakat pedesaan baik lembaga sosial maupun lembaga ekonominya. Perubahan struktur mata pencaharian bisa muncul akibat kesamaan kepentingan dalam mengadopsi teknologi baru sehingga muncul mata pencaharian baru dan komunitas baru.
Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : mengapa terjadi perubahan struktur mata percaharian pada petani dan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya perubahan struktur mata pencaharian pada petani?
Secara umum yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mencari jawaban mengapa terjadi perubahan struktur mata pencaharian pada petani dan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya pcrubahan struktur mata pencaharian petani .
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Adapun teknik pengumpulan datanya adalah melalui studi kepustakaan, survey dan wawancara. Responden dalam penelitian ini adalah penduduk yang memelihara sapi Bali dengan menggunakan teknologi kereman sebanyak 100 orang sedangkan informan adalah mereka yang terlibat dalam program pembangunan peternakan di kabupaten Gianyar dan di Kecamatan Gianyar dengan jumlah informan 10 orang yang terdiri dari Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Gianyar dan staf Camat Gianyar dan Penyuluh Pertanian Lapangan, Kepala Desa, Tokoh Masyarakat serta pengurus dan anggota kelompok tani ternak sapi Bali di Desa Tulikup.
Dari hasil survey terhadap responden dan wawancara dengan informan dapat disimpulkan bahwa telah terjadi perubahan struktur mata pencaharian petani yang diakibatkan oleh adanya kesamaan kepentingan dalam mengadopsi teknologi kereman pada pemeliharaan sapi Bali, sehingga sebanyak 52 % responden memilih menjadi petani/peternak sapi kereman sebagai mata pencahariannya yang mana sebelumnya hanya 34 % saja. Disamping itu masuknya teknologi kereman juga memunculkan sistem kekerabatan baru dan sistem ekonomi baru. Dari data empinik dilapangan ditemukan adanya komunitas baru yang terdiri dari beberapa dadia (ikatan keluarga besar dalam tatanan masyarakat Bali) yaitu kelompok tani ternak sapi Bali yang memiliki aturan tersendiri dan terbentuknya mekanisme sistem pemasaran serta siruktur lembaga ekonomi (pasar) baru yaitu bursa lemak yang merupakan pasar ternak pedesaan yang terpisah dengan pasar desa, pasar kecamatan maupun pasar hewan di kabupaten yang telah ada.
Dari hasil penelitian ini dapat disarankan agar dalam aplikasi teknologi kereman sebagai suatu pemberdayaan komunitas yang menyebabkan terjadinya perubahan struktur mata pencaharian petani khususnya dan masyarakat pedesaan pada umumnya, sedapat mungkin dihindari terjadinya kesenjangan sosial baik didalam perbedaan kepemilikan ternak(sapi) maupun perbedaan penguasaan dan pemahaman terhadap teknologi.
Dalam hal ini diperlukan adanya pembinaan yang lebih intesif oleh instansi teknis baik melalui latihan-latihan keterampilan, studi banding ke kelompok lain yang lebih berhasil maupun upaya pemberdayaan didalam memperoleh modal usaha yang nantinya dibagikan secara adil kepada anggota kelompok yang berminat dan berkemampuan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T4700
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Esti Lestarini
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
S7571
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djakaria M. Nur
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
T39144
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sunarti
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1990
307.72 SUN m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sumilah
"Lokasi industri diarahkan pada tempat yang serasi dengan perkembangan daerah dilihat dari Sumber Daya, Tenaga Kerja, Jaringan Transportasi, Modal, Pasar, Suasana Industri dan Ketenteraman Sosial Politik. Berdasarkan hal tersebut di atas, pemerintah Kabupaten Bogor menetapkan Kawasan Citeureup, daerah yang masih terisolir dan belum padat penduduknya menjadi kawasan industri. Dengan alasan dekat dengan bahan mentah, dekat ke pasar lokal, ke pasar nasional maupun internasional, pengembangan jalan transportasi, menarik tenaga kerja di perkotaan. Adanya industri di suatu tempat akan menimbulkan perubahan terhadap ruang. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk membandingkan perubahan penggunaan tanah, mata pencaharian dan kwalitas rumah sebelum dan sesudah adanya industri dan dengan ketiga aspek tersebut di atas. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini, korelasi peta, dan skala nilai. Setelah dilakukan analisa diperoleh ringkasan sebagai berikut; Yang berkurang tanah persawahan, tanah kebun campuran dan tanah tegalan. Yang bertambah tanah perkebunan, tanah perkampungan dan tanah industri. Perubahan mata pencaharian sebagai berikut ; tenaga kerja petani menurun, pedagang bertambah, muncul tenaga kerja buruh kasar, jasa angkutan bertambah, muncul tenaga kerja industri."
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1987
S33319
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irsan
"Tulisan ini memusatkan perhatian pada perubahan mata pencaharian penduduk Bumi Agung di kawasan objek wisata Way Belerang. Hal ini dilihat dari strategi-strategi yang diciptakan dan dikembangkan oleh warga masyarakat dengan adanya pembangunan pariwisata. Mata pencaharian hidup masyarakat Bumi Agung sejak masuknya pembangunan pariwisata memperlihatkan perubahan dominan, dimana beralihnya masyarakat dari yang semua berkebun menjadi pedagang dan wiraswasta ( Data statistik Kelurahan Bumi Agung, 2004). Pembangunan pariwisata yang dimaksud di sini adalah pembangunan pariwisata di kawasan objek wisata Way Belerang yang berada di kelurahan Bumi Agung Kabupaten Lampung Selatan. Pariwisata dalam hal ini merupakan salah satu unsur pembangunan. Masuknya suatu unsur baru ke dalam masyarakat, akan membawa keadaan tidak seimbang dalam masyarakat tersebut, dalam keadaan ini Para warga masyarakat akan melakukan koreksi dengan cara memodifikasi pola-pola tradisional, atau pola yang baru diterima atau memodifikasi kedua-duanya. Penyesuaian unsur baru dalam masyarakat tersebut dapat berlangsung harmonis, adaptif dan pergeseran-pergeseran bahkan konflik (Bee, 1973). Pembangunan pariwisata merupakan sektor penting yang terus dikembangkan pemerintah dan menjadi sektor andalan dalam menunjang pembangunan. Terbukanya objek wisata di kelurahan Bumi Agung, telah membuka pintu bagi terbukanya akses daerah ini dengan dunia luar, antara lain dengan akses pariwisata, yakni dengan kunjungan pendatang atau pengunjung wisata yang semakin bertambah jumlahnya. Disamping itu juga dengan terbukanya jalan lintas sumatera, dan berkembangnya berbagai sarana transportasi, membuat hubungan mereka dengan dunia luar semakin intensif.
Penelitian ini dipengaruhi oleh pendekatan prosessual. Manusia dilihat sebagai makhluk yang aktif, kreatif dan manipulatif dalam menghadapi lingkungannya. Pendekatan ini tidak melihat perubahan secara linear melainkan melihat apa yang berubah dan yang tidak berubah, serta mekanisme dan proses yang berlangsung hingga ada hal yang berubah, ada yang tidak. Untuk melihat proses adalah pada peristiwaperistiwa yang saling berkaitan satu sama lain secara berkesinambungan (Moore dalam Winarto, 1999). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif ( Denzin& Lincoln, 2000). T'eknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan, wawancara dan wawancara mendalam. Informan dalam penelitian ini berjumlah 40 orang, informan terdiri dari aparat pemerintah, tokoh masyarakat, dan masyarakat yang terkait dengan masalah penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi bukanlah perubahan total, ini menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi adalah bervariasi. Ini diperlihatkan bahwa masyarakat tidak meninggalkan sepenuhnya pekerjaan lama mereka yakni berkebun, dan menyebutnya sebagai tabungan lama, disamping mereka tetap mengembangkan jenis pekerjaan baru lainnya di kawasan wisata, ini dilihat sebagai sebuah strategi atas pilihan-pilihan yang diambil. Perubahan yang bervariasi ditunjukkan juga oleh adanya kelompok masyarakat cepat menanggapi perubahan, yang lambat dan bahkan ada yang menolak perubahan itu sendiri, meski penelitian ini tidak menfokuskan kepada penolakan terhadap perubahan tersebut, namun tidak menafikan bahwa hal itu terjadi. Kelompok masyarakat yang cepat menanggapi perubahan adalah masyarakat yang hubungannya dengan dunia luar cukup intensif dan ditunjang dengan pendidikan yang memadai. Kelompok masyarakat yang lambat menanggapi perubahan adalah kelompok masyarakat yang perlu belajar dari pengamatan dan pengalaman orang lain terlebih dahulu dengan waktu yang lama. Masyarakat yang menolak adanya perubahan adalah generasi tua, yang menolak pembangunan pariwisata yang berakibat negatif bagi kelangsungan kehidupan keagamaan dan adat setempat.
Ditunjukkan bahwa masyarakat mengadopsi pengetahuan baru dan mengkreasikannya dengan pengetahuan lokal mereka. Ini dilihat dari bagaimana mereka ietap mempertahankan pekerjaan mereka sebagai pekebun dan sementara itu mengembangkan mata pencaharian baru. Proses ini terjadi dengan cara dimana masyarakat menginterpretasi, memodifikasi, melakukan pengamatan, memperbandingkan dan belajar dari pengalaman."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14406
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herawati
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S33547
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titing, Bernadus William
"Pembangunan industri plywood yang bernaung dibawah PT Artika (Optima Inti hadir daiam kehidupan masyarakat Desa Waisarisa tahun 1983 adalah merupakan Iangkah strategi dari pemerintah pusat melalui kebijakan dalam pembangunan ekonomi. Tujuan dari pembangunan industri ini yaitu secara internal untuk pemanfaatkan sumber daya alam dalam peningkatan devisa negara dan menjaiin hubungan kerja sama eksport import, juga memilki tujuan eksternal yaitu membuka Iapangan kerja bagi masyarakat Indonesia secara nasional dan mengurangi angka pengangguran Serta meningkatkan kesejahteraan anggota masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perubahan mata pencaharian masyarakat setelah adanya industri, dengan mengambil studi kasus terhadap Iiama (5) orang warga dari Desa Waisarisa Kecamatan Kairatu Pulau Seram Kabupaten Seram Bagian Barat Propinsi Maluku. Pendekatan yang digunakan dalam rangka mendeskripsikan perubahan mata pencaharian masyarakat adalah pendekatan kualitatif.
Ditinjau dari penyebabnya, perubahan mata pencaharian Iama ke mata pencaharian baru, masyarakat teristimewa terhadap lima (5) orang warga yang menjadi fokus penelitian ini ada empat faktor utama antara Iain: (1) adanya pemanfaatan terhadap Iingkungan hutan dan laut, (2) adanya peluang untuk bekerja diperusahaan, (3) adanya Ionjatan penduduk yang berasal dari Iuar desa, dan (4) terciptanya sentral ekonomi yang ditunjang oleh sarana transportasi.
Keempat faktor dominan tersebut menyebabkan kelima informan tersebut untuk tidak Iagi terlibat dalam menjalankan mata pencaharian tradisional secara rutinitas dan justru dijadikan sebagai mata pencaharian sampingan dan memiiih beralih profesi atau menekuni mata pencaharian baru sebagai mata pencaharian pokok.
Perubahan mata pencaharian terhadap lima (5) warga Desa Waisarisa setelah adanya industri yang sudah berlangsung selama 21 tahun (tahun 1983-2004) telah memberikan pengaru daiam kehidupan keluarga kelima (5) informan antara lain (1) peningkatan pendapatan, (2) pelayanan kesehatan yang meliputi pengobatan secara baik melalui tenaga medis serta keterjangkauan fasilitas kesehatan dan kondisi kesehatan perumahan kelima informan yang meliputi standar kriteria BKKBN.
Mengacu pada hasil penelitian dan analisa, dapat disimpulkan bahwa kehadiran pembangunan industri plywood telah memberikan perubahan yang sangat signifikan terhadap warga masyarakat Desa Waisarisa pada umumnya dan kelima informan pada khususnya. Untuk itu perlu adanya upaya atau Iangkah strategi yang dilakukan oleh pihak pemerintah daerah (PEMDA) dan pihak perusahaan dalam menunjang mata pencaharian yang ditekuni oleh kelima (5) warga dalam menunjang kelangsungan hidup dirinya dan keluarga. Maka Iangkah yang ditempuh pihak pemerintah daerah (PEMDA) dan pihak perusahaan adalah pemberian ketrampilan secara teknis maupun nonteknis dalam menjalani mata pencaharian yang ditekuni serta memberikan pengetahuan tentang bagaimana cara mengelolah atau mengatur keuangan rumah tangga yang diperoleh dari aktintas mata pencaharian yang dijalani."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T22217
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Widya Utami
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tingginya angka kemiskinan pada petani dan buruh tani perkebunan teh yang menyebabkan adanya kondisi rentan untuk jatuh semakin miskin. Padahal komoditas teh merupakan salah satu potensi pertanian di Indonesia dan diminati pasar nasional maupun internasional. Kerangka mata pencaharian berkelanjutan digunakan dalam menganalisis konteks kerentanan yang dihadapi untuk membantu kelompok miskin tersebut agar lebih resilien dengan memanfaatkan aset yang dimilikinya. Penelitian ini membahas mengenai gambaran konteks kerentanan dan aset mata pencaharian yang dimiliki petani dan buruh tani teh di Desa Taraju. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Data penelitian dikumpulkan melalui wawancara mendalam semi terstruktur, observasi, dan studi dokumentasi. Wawancara melibatkan tiga belas (13) informan yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Adapun informan yang terlibat dalam penelitian ini terdiri dari Kepala Desa, Kasi Kesejahteraan, empat Kepala Dusun, satu tokoh masyarakat, dua petani teh, dan empat buruh tani teh. Penelitian yang dilaksanakan pada rentang waktu Oktober 2022 hingga Juni 2023 menjadi basic research dalam pengembangan Ilmu Kesejahteraan Sosial, khususnya terkait asesmen kondisi kemiskinan dalam rangka upaya pencegahan dan pengentasan kemiskinan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerentanan yang dihadapi adalah (1) guncangan berupa pandemi Covid-19, serangan hama, dan konflik sosial; (2) kecenderungan berupa upah rendah, keterbatasan modal, minimnya penghitungan biaya penyusutan, ketergantungan pada pinjaman dan bantuan, sulitnya regenerasi petani, serta perubahan cuaca, dan (3) perubahan musiman berupa penurunan produksi teh, biaya pemeliharaan tinggi, harga pucuk teh rendah, gaya hidup masyarakat terhadap konsumsi teh, serta ketimpangan penguasaan lahan. Adapun hasil penelitian berikutnya terkait aset mata pencaharian yang dimiliki adalah (1) aset sosial berupa rasa percaya antar warga dan pemimpin, norma dan nilai agama yang dipegang teguh, norma kesopanan antar sesama, sistem gotong royong dan musyawarah, tali persaudaraan/nasab yang dekat, organisasi masyarakat aktif, dan adanya kelompok tani; (2) aset finansial berupa upah, mata pencaharian alternatif, hewan ternak, dan tabungan; (3) aset manusia berupa pendidikan, kesehatan, dan pelatihan keterampilan; (4) aset fisik berupa adanya bangunan umum dan infrastruktur mendukung; (5) aset alam berupa lahan/kebun yang cocok untuk perkebunan teh, persediaan pangan, serta tipologi daerah dan suhu rendah.

The background of this research is the high poverty rate among tea farmers and laborers which causes a condition of vulnerable to fall into poverty. Even though the tea commodity is one of the agricultural potentials in Indonesia and is in demand by the national and international markets. The sustainable livelihood framework is used in analyzing the vulnerability context faced, to help these poor groups to be more resilient by utilizing their assets. This research discusses the description of vulnerability context and livelihood assets owned by tea farmers and laborers in Taraju Village, Tasikmalaya District, West Java. This study used a qualitative research approach with descriptive research methods. Research data were collected through semi-structured in-depth interviews, observation, and documentation studies. The interviews involved thirteen (13) informants who were selected using a purposive sampling technique according to predetermined criteria. The informants involved in this study consisted of the Village Head, Head of Welfare Section, four Hamlet Heads, one community figure, two tea farmers, and four tea farm laborers. The research which was carried out in the period from October 2022 to June 2023 became basic research in the development of Social Welfare Studies, particularly related to the assessment of poverty conditions in the context of efforts to prevent and alleviate poverty. The results study show that the vulnerabilities faced are (1) shocks in the form of the Covid-19 pandemic, pest attacks, and social conflicts; (2) tendencies in the form of low wages, limited capital, minimal calculation of depreciation costs, dependence on loans and assistance, difficulty for regeneration of farmers, and changes in weather, and; (3) seasonal changes in the form of decreased tea production, high maintenance costs, low price of tea shoots, people's lifestyle towards tea consumption, and inequality of land tenure. The next results of this research related to livelihood assets owned are (1) social assets in the form of trust between citizens and leaders, religious norms and values that are upheld, politeness norms between people, mutual cooperation and deliberation systems, close kinship/lineage, active community organizations, and the existence of farmer groups; (2) financial assets in the form of wages, alternative livelihoods, livestock, and savings; (3) human assets in the form of education, health, and skills training; (4) physical assets in the form of public buildings and supporting infrastructure; (5) natural assets in the form of land/gardens suitable for tea plantations, food supplies, as well as regional typologies and low temperatures."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>