"Budaya tradisional Jawa merupakan bagian dari kehidupan sosial masyarakat di Desa Tanggir dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak. Budaya ini dipegang teguh oleh masyarakatnya sebagai pedoman hidup dan petunjuk untuk menghadapi suatu keadaan. Cerita dalam novel ini menggambarkan tanggapan masyarakat Tanggir terhadap dinamika sosial-politik era modern pada tahun 1970-an yang terjadi di desanya. Di satu sisi, mereka masih menggunakan kepercayaan budaya tradisional Jawa dalam menghadapi isu tersebut. Analisis ini akan menggunakan pendekatan Sosiologi Sastra untuk menguraikan bagaimana muatan budaya tradisional Jawa digunakan untuk menghadapi dinamika akibat modernisasi dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak. Data yang digunakan adalah narasi dan dialog dalam novel yang berkaitan dengan fokus penelitian, yaitu aspek sosial-budaya dalam lingkungan masyarakat Tanggir. Hasil analisis terhadap novel Di Kaki Bukit Cibalak menunjukkan bahwa kepercayaan nrimo ing pandum, wahyu cakraningrat, nunut kamukten, cucuk emas, hingga mantra mengalami penyimpangan makna yang mengakibatkan penyimpangan sosial-politik. Meskipun demikian, kepercayaan “wani ngalah, luhur wekasane” diterapkan sesuai makna aslinya dan memberikan dampak positif. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa novel Di Kaki Bukit Cibalak menunjukkan sebagian besar budaya tradisional Jawa di Desa Tanggir berperan penting sebagai faktor pendorong munculnya dinamika sosial-politik.
.....The traditional Javanese culture is an integral part of the social life of the people in Tanggir Village, as depicted in the novel Di Kaki Bukit Cibalak. This culture is conducted by the society as a guide to face various situations. The story in this novel illustrates the response of the Tanggir community to the socio-political dynamics of the modern era in the 1970s that took place in their village. On one hand, they still adhere to traditional Javanese cultural beliefs for dealing with the issue. This analysis uses the Sociological Literature approach to delineate how the elements of traditional Javanese culture are utilized by the community to face the socio-political dynamics due to modernization in the novel Di Kaki Bukit Cibalak. This article uses the narratives and dialogues in the novel which is related to the research focus, namely the socio-cultural aspect within the Tanggir community. The analysis result of the novel Di Kaki Bukit Cibalak indicates the beliefs of nrimo ing pandum, wahyu cakraningrat, nunut kamukten, cucuk emas, and magic spell undergo a shift in meaning which result in socio-political deviations. Nevertheless, the beliefs of “wani ngalah, luhur wekasane” are applied according to their original meaning and have a positive impact. Thus, it can be concluded that the novel Di Kaki Bukit Cibalak shows that most of the traditional Javanese culture in Tanggir Village plays a significant role in driving the factor for the existence of socio-political dynamics."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024