Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 217322 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hanny Handiyani
"Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan hipotesis adanya hubungan peran dan fungsi manajemen kepala ruangan dengan faktor keberhasilan kegiatan pengendalian infeksi nosokomial (IN). Metoda yang digunakan adalah deskriptif analitik yang dilakukan secara cross sectional.
Uji regresi logistik binary digunakan untuk menganalisis hubungan antara peran dan fungsi manajemen kepala ruangan dengan faktor keberhasilan kegiatan pengendalian IN. Uji regresi logistik digunakan untuk melihat variabel independen mana yang paling berhubungan dengan keberhasilan kegiatan pengendalian IN dan melihat variabel karakteristik mana yang menjadi variabel confounding.
Responden penelitian adalah total populasi kepala ruang rawat inap berjurnlah 43 orang. Instrumen peneliti kembangkan dari teori manajemen keperawatan dan pengendalian IN untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan pengendalian IN dengan menggunakan skala Likert. Sedangkan untuk mengukur pengetahuan tentang IN digunakan pertanyaan dengan pilihan ganda, Instrumen telah diuji validitas dan reabilitasnya di RSP Persahabatan Jakarta.
Hasil penelitian setelah diuji dengan program komputer menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara peran dan fungsi manajemen karu dengan faktor keberhasilan kegiatan pengendalian IN. Peran dan fungsi tersebut dinilai secara komposit dengan force model karena tidak ada variabel yang paling berhubungan dengan keberhasilan kegiatan pengendalian IN. Sedangkan karakteristik karu yang menjadi variabel confounding adalah usia dan lama kerja sebagai kepala ruangan. Dari analisis multivariat tanpa force milel didapatkan bahwa karu yang melakukan fungsi perencanaan yang baik berpeluang meningkatkan keberhasilan pengendalian IN sebesar 8,997 kali dibandingkan dengan karu yang melakukan fungsi perencanaan kurang baik setelah dikontrol oleh usia dan masa kerja sebagai karu. Karu yang melaksanakan fungsi pengarahan dengan baik berpeluang meningkatkan keberhasilan pengendalian IN sebesar 2I,411 kali dibandingkan dengan karu yang berfungsi pengarahan kurang baik setelah dikontrol oleh usia dan masa kerja sebagai karu.
Rekomendasi untuk pihak manajer keperawatan rumah sakit agar meningkatkan peran dan fungsi kepala ruangan sebagai manajer terdepan di ruang rawat melalui dukungan kebijakan dan fasilitas yang mendukung upaya tersebut.
Daftar bacaan: 52 (1981-2002).

This study was aimed to proof the hypothesis and analyzing the correlation between the role and function of management head nurse and the achievement of nosocomial infection control activities. The descriptive analytical method with cross sectional approach was used in this study. The binary regression logistic test was used to analyze the correlation between the variables. To further analyze the most correlated variables, particularly to identify the confounding variables, the regression logistic test was utilized. The respondents of this study were the total population of 43 nurse managers in in-patient department of Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital.
The instrument of this study was a Likert Scale questionnaire to identify the achievement of the nosocomial infection control activities and a multiple-choice questionnaire to identified the knowledge of head nurse. The instrument was developed from the theories of nursing management and nosocomial infection control and was tested for reliability and validity in Persahabatan Hospital Jakarta.
The findings of this study if used force model showed that there was a significant correlation between the role and function of management head nurse and the achievement of nosocomial infection control activities. The confounding variable of the characteristics of head nurse was the age and working experience of head nurse. After the confounding variables of age and the working experience were controlled, Multivariate analysis without force model showed that the head nurse who performed their planning function effectively could increase the achievement of nosocomial infection control 8,977 times more than the head nurse who did not perform their planning function effectively. Furthermore, the head nurse who performed their directing function effectively could increase the achievement of nosocomial infection control 21,411 times more than the head nurse who did not perform their directing function effectively.
Based on the results, it is recommended that the head nurse as the front line of managers in the hospital to improve their role and function in controlling nosocomial infection.
Bibliography: 52 (1981-2002).
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2003
T2836
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erwin
"Dalam merespon tantangan yang dihadapi rumah sakit pada era global, maka kepala ruang rawat inap sebagai manajer tingkat bawah dituntut kemampuannya dalam mengelola sumber daya yang ada untuk meningkatkan produktivitas. Melakukan tugas atau pekerjaan yang mengacu pada uraian tugas kepala ruang rawat inap merupakan produktivitas waktu kerja kepala ruang rawat inap, selain itu karakteristik kepala ruang rawat inap dan faktor iklim kerja serta faktor manajerial kemungkinan merupakan faktor yang menentukan produktivitas waktu kerja kepala ruang rawat inap.
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta merupakan RS rujukan nasional yang ada di Indonesia, sehingga mempunyai konsekuensi logis terhadap mutu pelayanan yang diberikan. Hasil pengkajian dan analisa terhadap aspek manajemen keperawatan yang dilakukan terdahulu, didapatkan data belum adanya penggunaan manajemen waktu dalam proses perencanaan asuhan keperawatan sehingga belum diketahui produktivitas waktu kerja kepala ruang rawat inap dan faktor apa saja yang berhubungan dengan produktivitas waktu kerja kepala ruang rawat inap tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara karakteristik biografi, faktor iklim kerja, dan faktor manajerial yang terdiri dan komunikasi dan kepemimpinan dengan produktivitas waktu kerja kepala ruang rawat inap. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional. Sampel penelitian ini adalah seluruh kepala ruang rawat inap yang berjumlah 46 orang. Instrumen penelitian dikembangkan sendiri oleh peneliti yang meliputi kuesioner I tentang karakteristik kepala ruangan yang terdiri dari 6 item pertanyaan dan kuesioner IIA tentang faktor iklim kerja yang terdiri dari 18 item pemyataan dan kuesioner IIB tentang faktor manajerial yang terdiri dari komunikasi 15 item pemyataan dan kepemimpinan 15 item pernyataan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas waktu kerja kepala ruang rawat inap belum optimal, dengan rata-rata kegiatan produktif yang dilakukan oleh kepala ruang rawat inap sesuai dengan perannya adalah sebesar 64,76%, dan melaksanakan kegiatan asuhan keperawatan langsung sebesar 11,13%, sedangkan kegiatan tidak produktif 24,11%. Proporsi kegiatan produktif yang terbanyak dilakukan adalah menghadiri rapat (14,65%) dan kegiatan yang paling sedikit adalah mengatur kebersihan (2,15%). Hasil analisis bivariat dengan uji Anova dan uji beda dua mean, tidak satu pun sub variabel karakteristik biografi kepala ruangan yang berhubungan secara bermakna dengan produktivitas waktu kerja kepala ruang rawat inap. Hasil analisis bivariat dengan uji Pearson product moment, variabel iklim kerja memiliki hubungan yang bermakna dengan produktivitas waktu kerja dengan nilai r = 0,385, dan faktor manajerial yang berhubungan dengan produktivitas waktu kerja adalah komunikasi dengan nilai r 0,350. Berdasarkan hasil analisis multivariat dengan uji regresi liner ganda didapatkan bahwa iklim kerja merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan produktivitas waktu kerja kepala ruang rawat inap kemudian diikuti oleh faktor pendidikan.
Berdasarkan hasil penelitian ini, .direkomendasikan kepada pihak manajemen RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo untuk:
l) Membuat petunjuk teknis pelaksanaan masingmasing uraian tugas kepala ruangan,
2) Perlu dikembangkan lagi penerapan metode penugasan keperawatan tint pada setiap ruang rawat inap,
3) Memberikan pelatihan manajemen keperawatan dan program magang di ruangan bagi calon kepala ruangan, memfasilitasi kepala ruangan yang sudah mengikuti pelatihan agar dapat menerapkannya,
4) Membuat perpustakaan keliling dan mengembangkan program bedah buku,
5) Perlu meningkatkan iklim kerja di ruangan dengan mempertimbangkan dan meninjau kembali perhatian dan penghargaan yang diberikan. Perlu dilakukan penelitian lanjut dengan waktu observasi yang lebih panjang, sehingga siklus uraian tugas yang dilakukan bulanan dapat tercakup dan menggunakan rancangan kuasi eksperimen dengan jumlah sampel yang lebih besar.
Daftar Pustaka: 69 (1971 - 2002)"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
T10665
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achirman
"ABSTRAK
Nama Mahasiswa:AchirmanProgram Studi:Magister Kepemimpinan dan Manajemen KeperawatanJudul Tesis:Hubungan Fungsi Manajemen Kepala Ruang Dengan Kelengkapan Dokumentasi Pasien Resiko Jatuh Di Rumah Sakit Pusat Pertamina Jakarta Abstrak Pencegahan pasien risiko jatuh harus dilakukan dengan baik di rawat inap dan menjadi tanggung jawab perawat secara individu dan manajemen keperawatan terutama kepala ruangan dan harus terdokumentasikan. Penelitian ini membahas tentang hubungan fungsi manajemen kepala ruang dengan kelengkapan dokumentasi pasien risiko jatuh. Penelitian ini adalah penelitian analitik korelatif dengan metoda penelitian cross sectional yaitu menganalisis data hasil deskripsi fungsi manajemen kepala ruang dan pelaksanaan dokumentasi dan mencari hubungan antara variabel tersebut satu satuan waktu dan sampel dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana sebanyak 109 orang dan 109 file pasien dengan risiko jatuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan uji korelasi pearson untuk data numerik dan uji t-independent untuk data kualitatif serta uji regresi linear untuk multivariatnya. . Hasilnya adalah fungsi manajemen secara keseluruhan terdapat hubungan dengan kelengkapan dokumentasi tetapi kekuatannya sedang. p=0,002, r=0,288 . Fungsi manajemen yang ada hubungan dengan kelengkapan dokumentasi adalah pengorganisasian p=0,001, r=0,325 , pengaturan staf p=0,000, r=0,360 , pengarahan p=0,023, r=0,218 dan pengendalian p=0,015, r=0,233 . Faktor karakteristik yang ada hubungan dengan kelengkapan dokumentasi adalah jenis kelamin p=0,029 dan usia p=0,035, r=0,202 dan masa kerja p=0,78, r=0,169 . Pada pemodelan multivariat hanya sekali pemodelan karena setelah dimasukkan kedalam model multivariat hanya fungsi pengaturan staf yang p < 0,05. Sehingga fungsi manajemen yang paling dominan mempengaruhi kelengkapan dokumentasi adalah pengaturan staf p=0,045; B=0,131 Penelitian ini merekomendasikan untuk meningkatkan kelengkapan dokumentasi dengan menerapakan dokumentasi secara komputerisasi dan meningkatkan fungsi manajemen kepala ruang pada fungsi pengendalian dengan memasukkan unsur kelengkapan dokumentasi sebagai penilaian kinerja staf. Kata kunci : Fungsi manajemen, dokumentasi, pasien risiko jatuh

ABSTRACT
AbstractPrevention of falls risk patients should do well in inpatient and are the responsibility of individual nurses and nursing management, especially the head of the room and must be documented. This study discusses the relationship head space management functions with complete documentation of the patient 39 s risk of falling. This research is an analytic study correlative to the method of cross sectional research is to analyze the data of the description of management functions of head space and the implementation of documentation and look for relationships between these variables one unit of time and sample in this study were nurses and as many as 109 people and 109 files of patients at risk of falls , The results showed that the Pearson correlation test for numerical data and independent t test for the qualitative data as well as linear regression to multivariat, The result is an overall management function there is a relationship with the completeness of the documentation but its power was. P 0.002, r 0.288 . Management functions in connection with the completeness of the documentation is organizing p 0.001, r 0.325 , staffing p 0.000, r 0.360 , direction p 0.023, r 0.218 and control p 0.015, r .233 . Characteristic factors in connection with the completeness of the documentation is gender p 0.029 and age p 0.035, r 0.202 and age p 0.78, r 0.169 . In multivariate modeling modeling only once because once incorporated into the multivariate model only functions that staffing arrangements...
"
2017
T47088
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Lestari
"Pendahuluan: Perawat memiliki peran penting dalam mencegah meningkatnya angka kejadian stunting salah satunya yaitu memberikan asuhan keperawatan. Upaya Meningkatkan asuhan keperawatan pada pasien risiko stunting yang berkualitas dibutuhkan peran dan fungsi manajemen kepala ruangan.
Tujuan: Untuk mengidentifikasi hubungan peran dan fungsi manajemen kepala ruang dengan implementasi program stunting dan wasting.
Metode: Menggunakan rancangan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan Teknik purposive sampling dengan sampel 110 perawat yang bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bekasi dengan kriteria inklusi perawat pelaksana yang bekerja pada ruangan yang menangani kasus risiko stunting dan wasting dengan masa kerja minimal 1 tahun tidak dalam tugas belajar, tidak dalam masa cuti dan bersedia menjadi responden. Instrumen penelitian terdiri dari peran kepala ruang, fungsi manajemen kepala ruang dan implementasi program stunting dan wasting yang disebarkan pada responden melalui tautan google form. Hasil uji validitas dan reliabilitas instrument nilai r = 0.313 – 0.818 dan cronbach’s alpha = 0.922- 0.945.
Hasil: Ada hubungan antara peran kepala ruang dengan implementasi program stunting dan wasting dengan kekuatan sedang dan arah positif (p = 0,0001, r = 0,484), demikian juga ada hubungan fungsi manajemen kepala ruang dengan implementasi program stunting dan wasting dengan kekuatan kuat dan arah positif (p = 0,0001, r = 0,510). Faktor yang paling mempengaruhi implementasi program stunting dan wasting yaitu fungsi pengorganisasian (niali koefisien Beta = 1,351), fungsi pengendalian (nilai koefisien Beta = 1,120) dan peran interpersonal (nilai koefisien Beta = -1,137).
Kesimpulan: Peran dan fungsi manajemen kepala ruang berhubungan dengan implementasi program stunting dan wasting. Faktor yang paling mempengaruhi implementasi program stunting dan wasting adalah fungsi pengorganisasian. Rekomendasi yang diberikan yaitu meningkatkan peran dan fungsi kepala ruang dalam implementasi program stunting dan wasting untuk mengoptimalkan implementasi program stunting dan wasting dan peningkatan implementasi program stunting dan wasting pada tahap implementasi keperawatan.

Introduction: Nurses have an important role in preventing the increase in the incidence of stunting, one of which is providing nursing care. Efforts to improve quality nursing care for patients at risk of stunting require the role and management function of the head nurses. Objective: To identify the relationship between the role and function of head nurses management and the implementation of the stunting and wasting program. Method: Using a cross sectional design. Sampling used purposive sampling technique with a sample of 110 nurses who worked at the Bekasi Regency Regional General Hospital with the inclusion criteria being executive nurses who worked in rooms that handle stunting and wasting risk cases with a minimum work period of 1 year, not on study assignments, not on leave. and willing to be a respondent. The research instrument consisted of the role of the head nurses, the management function of the head nurses and the implementation of the stunting and wasting program which was distributed to respondents via a Google form link. The results of the validity and reliability test of the instrument value r = 0.313 - 0.818 and Cronbach's alpha = 0.922- 0.945. Results: There is a relationship between the role of the headnurses and the implementation of the stunting and wasting program with moderate strength and a positive direction (p = 0.0001, r = 0.484), likewise there is a relationship between the management function of the head nurses and the implementation of the stunting and wasting program with strong strength and positive direction (p = 0.0001, r = 0.510). The factors that most influence the implementation of stunting and wasting programs are the organizing function (Beta coefficient value = 1.351), the control function (Beta coefficient value = 1.120) and interpersonal roles (Beta coefficient value = - 1.137). Conclusion: The role and management function of the head nurses is related to the implementation of the stunting and wasting program. The factor that most influences the implementation of the stunting and wasting program is the organizing function. The recommendations given are increasing the role and function of the head nurses in implementing the stunting and wasting program to optimize the implementation of the stunting and wasting program and increasing the implementation of the stunting and wasting program at the nursing implementation stage"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julia
"ABSTRAK
Kanker atau tumor ganas adalah penyakit dimana terjadi perubahan mekanisme pertumbuhan dan proliferasi sel. Salah satu manifestasi kanker adalah nyeri. Nyeri kanker merupakan gejala utama yang paling sering dikeluhkan oleh pasien, untuk itu perlu penanganan nyeri kanker dengan baik oleh tenaga kesehatan khususnya perawat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengetahuan perawat tentang manajemen nyeri kanker di Rumah Sakit Pemerintah di Jakarta. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif, dengan non-probability sampling, dengan metode consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 56,7% perawat memiliki tingkat pengetahuan dalam kategori cukup. Penelitian ini merekomendasikan peningkatan pengetahuan perawat melalui pelatihan manajemen nyeri pada pasien kanker.
ABSTRACT
Cancer or malignant tumor is a disease in which there is a change in the mechanism of cell growth and proliferation. One of the manifestations of cancer is pain. Cancer pain is the main symptom that is most often complained of by patients, for that it is necessary to handle cancer pain properly by health workers, especially nurses. This study aims to describe nurses' knowledge about cancer pain management in Government Hospitals in Jakarta. This research uses descriptive research, with non-probability sampling, with consecutive sampling method. The results showed that 56.7% of nurses had a level of knowledge in the sufficient category. This study recommends increasing the knowledge of nurses through pain management training in cancer patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elvi Oberty
"Manajer keperawatan berperan penting dalam memotivasi perawat. Penelitian cross sectional pada 276 perawat pelaksana di tiga RS TNI ini bertujuan untuk melihat pelaksanaan peran dan fungsi manajemen kepala ruangan, dan hubungannya dengan motivasi kerja perawat pelaksana. Hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan antara peran manajemen kepala ruangan (interpersonal, informational, dan decisional) dengan motivasi kerja perawat pelaksana di RSPAD Gatot Soebroto (p<0,001) dan RSAU dr.Esnawan Antariksa (p<0,005). Berbeda dengan di RSAL Mintohardjo yang berhubungan dengan motivasi kerja perawat pelaksana hanya peran interpersonal (0,001) dan informational (p=0,002). Fungsi manajemen kepala ruangan (perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan dan pengendalian) berhubungan dengan motivasi kerja perawat pelaksana di RS TNI (p<0,042). Variabel yang paling dominan mempengaruhi motivasi kerja perawat pelaksana di RSPAD Gatot Soebroto adalah fungsi perencanaan, di RSAL Dr. Mintohardjo adalah fungsi pengendalian, di RSAU dr. Esnawan Antariksa adalah fungsi pengarahan. RS perlu meningkatkan kemampuan manajerial kepala ruangan melalui peningkatan strata pendidikan dan pelatihan manajemen keperawatan yang berkesinambungan.

Implementation of the head nurse's management roles and functions of will bring accomplishment in the management of nursing services. This study used crosssectional method to involve sample of 276 nurses of three military hospitals using proportional random sampling method. The results showed that there was a significant relationship between the role of head nurse management (interpersonal, informational and decisional) and the work motivation of nurses at the Gatot Soebroto army hospital (p<0,001) and dr. Esnawan Antariksa air force hospital (p<0.005). However work motivation in Dr. Mintohardjo navy hospital is only associated with interpersonal (p=0,001) and informational roles (p=0,002). There was a significant relationship between the head nurse functions of management (planning, organizing, staffing, directing and controling) and the work motivation of nurses (p<0,042) at the military hospitals. The most dominant variable affecting nurses' work motivation in Gatot Soebroto hospital was planning function, while in Dr. Mintohardjo hospital was controlling function and finally in dr. Esnawan Antariksa hospital was directing function. It is important for hospital leaders to improve managerial skills of head nurse by increasing the level of education and continuous training of nursing management."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T36790
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriana Dewi
"Perawat berperan penting sebagai pemutus rantai infeksi untuk menurunkan angka kejadian infeksi yang didapat di rumah sakit (HAIs). Penelitian deskriptif korelatif ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran pengaruh karakteristik, peran kepemimpinan, dan fungsi manajemen kepala ruang terhadap perilaku perawat dalam memutus rantai infeksi. Penelitian pada 130 perawat menunjukkan faktor yang mempengaruhi perilaku perawat (melalui kuesioner) dalam memutus rantai infeksi adalah peran interpersonal (p=0.001, OR=7.07, 95% CI 2.25;22.2), peran pengambilan keputusan (p=0.004, OR=4.7, 95% CI 1.7;13.0), dan fungsi pengorganisasian (p=0.001, OR=21.46, 95% CI 7.2;63.9). Faktor yang paling mempengaruhi perilaku perawat dalam memutus rantai infeksi adalah fungsi pengorganisasian (p=0.001, OR=0.047, 95% CI 0.016;0.139). Kepala ruang berperan sebagai role model untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat untuk berperilaku baik dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit.

Nurses have an important role to break the chain of infection in decreasing Healthcare Associated Infections (HAIs) in hospital. The aim of this descriptive of correlation research is to get the description of characteristic, role of leadership, and the function of head nurse management toward nurse’s behavior in breaking the chain of infection. This research involves 130 nurses showed that the influencing factors of nurse’s behavior (through the quesionnare) in breaking the chain of infection are the interpersonal role (p=0.001, OR=7.07, 95% CI 2.25;22.2), the decision maker role (p=0.004, OR=4.7, 95% CI 1.7;13.0), and the organizing function (p=0.001, OR=21.46, 95% CI 7.2;63.9). The result showed that the dominant factors of the nurse’s behavior in breaking the chain of infection is organizing factors of the head nurse (p=0.001, OR=0.047, 95% CI 0.016;0.139). Head nurse is a good role model in increasing the knowledge and skill of nurse to behave well in order to prevent and control the infection in hospital."
2013
T36021
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rofiqoh
"Demam merupakan gejala yang sering dialami anak dengan penyakit infeksi. Kondisi demam tinggi berdampak merugikan anak. Demam tinggi membuat anak tidak nyaman dan orang tua cemas serta meningkatkan kebutuhan kalori dan cairan. Oleh karena itu dibutuhkan asuhan keperawatan model konservasi. Penulisan Karya Ilmiah Akhir ini bertujuan memberikan gambaran kegiatan pelaksanaan praktik residensi ners spesialis anak, gambaran aplikasi model konservasi dalam asuhan keperawatan demam pada anak yang mengalami penyakit infeksi. Model Konservasi Levine berfokus pada konservasi energi, integritas struktrur, personal dan sosial untuk mencapai keutuhan. Berdasarkan 5 kasus yang dibahas, intervensi yang diberikan untuk trophicognosis peningkatan suhu tubuh (demam) antara lain mengupayakan penurunan suhu tubuh, mempertahankan lingkungan sejuk dan nyaman, meningkatkan istirahat, memberikan asupan cairan dan nutrisi adekuat serta menurunkan kecemasan anak dan orang tua menggunakan konsep family centered care. Model Konservasi dapat diterapkan dalam asuhan anak demam. Disarankan untuk lebih meningkatkan upaya konservasi integritas personal dan sosial melalui pendidikan kesehatan pada keluarga.

Fever is a symptom that is often experienced by children with infectious diseases. High fever conditions adversely affects children. High fever makes the child uncomfortable and parent’s anxiety and also increase calorie and fluid needs. Therefore, the child needs nursing care such as conservation model by Levine. This scientific final assignment to provide an overview of the implementation of the activities of child specialist nurse practice, an overview of applications of conservation models in nursing care of fever in children with infectious diseases. Levine Conservation Model focuses on energy conservation, structure integrity, personal and social to achieve wholeness. Based on 5 cases discussed, interventions given to trophicognosis increased body temperature (fever), which are to seek a decrease in body temperature, maintaining comfortable environment, improve rest, provide adequate nutrition and fluid intake as well as decrease the anxiety of children and parents using the concept of family-centered care. Conservation Model can be applied in the care of fever children. It is recommended to further enhance the conservation of personal integrity and social health through the family education."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cicilia Ika Wulandari
"Kepala ruangan memiliki tugas memanajemen konflik, mendeteksi konflik dan menyesuaikan gaya kepemimpinan sesuai dengan situasi dan kondisi dalam berkolaborasi. Manajemen konflik interdisiplin yang tidak efektif menyebabkan kondisi kerja tidak sehat yang dapat mengakibatkan penurunan kualitas perawatan pasien. Penelitian ini berfokus mendeskripsikan makna pengalaman kepala ruangan dalam penerapan manajemen konflik interdisiplin. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Partisipan adalah 12 perawat usia 39-55 tahun yang berpengalaman menjabat sebagai kepala ruangan minimal 3 tahun.
Teridentifikasi 6 tema yaitu komunikasi efektif secara terintegrasi merupakan bentuk pencegahan konflik interdisiplin, pandangan negatif terhadap profesi keperawatan dan beban kerja yang tinggi merupakan hambatan kepala ruangan dalam menerapkan manajemen konflik interdisiplin, kepala ruangan dituntut memiliki wawasan luas dan supel untuk mencegah terjadinya konflik dengan dokter, kepala ruangan bertugas melakukan koordinasi dan negosiasi untuk mencegah konflik interdisiplin, cara kepala ruangan menyelesaikan konflik disesuaikan dengan beratnya masalah, kepala ruangan menciptakan lingkungan kerja yang kondusif untuk mencegah terjadinya konflik interdisiplin.

Head nurse has task of managing the conflict, detecting conflict and adjusting the leadership style according to the circumstances in collaboration. Ineffective management of interdisciplinary conflicts leads to unhealthy working conditions that can lead to deterioration in the quality of patient care. This study aimed to describe the head nurse experience about the application of interdisciplinary conflict management. This study used qualitative study with phenomenology approach which the data collected through a indepth interview. Participants were 12 nurses aged 39 55 years who served as head nurse at least 3 years.
Identified 6 themes that effective communication on integrated can prevention of interdisciplinary conflict, negative view of the nursing profession and high workload is the obstacle of the head nurse for applying interdisciplinary conflict management, head nurse must have extensive knowledge and friendly to prevent conflict with the doctor, the head nurse doing coordination and negotiation to preventing interdisciplinary conflict, the way head nurse resolve conflict adjusted the severity of the problem, the head nurse creates a conducive working environment to prevent interdisciplinary conflict.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T51238
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Januaty
"Infeksi aliran darah banyak terjadi pada pasien yang terpasang kateter vena sentral. Infeksi sistemik mengakibatkan lama rawat karena memerlukan terapi pengobatan yang panjang dan berdampak pada mahalnya biaya perawatan. Perilaku perawat yang sesuai dengan standar prosedur operasional dapat mencegah terjadinya infeksi aliran darah mulai dari pemasangan, perawatan, dan pencabutan kateter vena sentral.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran perilaku perawat dalam pencegahan infeksi aliran darah melalui kateter vena sentral di ruang perawatan intensif. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode cross sectional terhadap 107 perawat di sebuah RS di Jakarta diambil dengan teknik simple random sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat yang berperilaku baik dalam pencegahan infeksi aliran darah melalui kateter vena sentral sebesar 54,2%. Hasil penelitian ini merekomendasikan penambahan informasi dan pelatihan mengenai CVC bundle pada perawat serta penyusunan dan sosialisasi standar prosedur operasional tentang perawatan dan pencabutan kateter vena sentral, termasuk desinfektan yang digunakan.

The infections in bloodstream often occur in patient with Central Venous Catheter (CVC). Systemic infection can result in longer hospitalization due to requiring lengthy treatment therapy and has an impact on the higher cost of treatment expenses. Appropriate nurse behavior standards of operational procedures can prevent bloodstream infections starting from the CVC insertion preparation, CVC maintenance, and CVC removal.
The purpose of this research was to describe the behavior of nurses in the prevention central line associated with bloodstream infections in intensive care. This research is a descriptive research using cross sectional method involving 107 nurses in the hospital in Jakarta. The respondents were taken by using simple random sampling.
The result of this study, showed that the behavior of nurses in the prevention of bloodstream infections related to Central Venous Catheter is good behavior 54,2%. This research recommends the importance of the provision of information and training on CVC bundle in nurses, as well as the promotion of standards operational procedures about CVC maintenance and removal, including disinfectant used."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S61708
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>