Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108464 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hanafi
"Tenaga kerja informal dimanfaatkan oleh pabrik pembekuan hasil laut seperti ikan, udang, cumi, rajungan, skalop pada tahap pembersihan sebelum proses pembekuan. Tenaga kerja informal umumnya mengeluh gatal pada tangan dalam bentuk dermatitis kontak, berobat dengan biaya sendiri. Tenaga kerja ini diupah secara harian.
Pada bulan Desember 1999 dilakukan pemagangan di pabrik pembekuan hasil laut "A" Jakarta selama satu bulan lebih. Merupakan studi kasus dengan tahapan identifikasi permasalahan, intervensi, evaluasi.
Identifikasi permasalahan dengan teknik kriteria matriks, didapatkan dermatitis kontak pada delapan responden dari lima belas tenaga kerja informal yang seluruhnya wanita. Prevalensinya 53,33%. Pajanan yang dialami yaitu faktor fisik berupa trauma mikro dari bagian tubuh hasil laut. Tekanan, gesekan bagian tubuh hasil laut dan alat bantu proses pembersihan. Kotoran lumpur hasil laut, pecahan es batu, suhu dingin, air, kaporit. Waktu dan rentetan kontak dialami tenaga kerja ini. Diagnosis dermatitis kontak berdasarkan anamnesis dan gambaran Minis. Bila dibandingkan dengan sebelas orang tenaga kerja tetap wanita yang tidak mengerjakan proses pembersihan, prevalensi dermatitis kontak 9,09%. Uji Fisher's Exact didapatkan p = 0,024. Pekerjaan proses pembersihan berisiko menimbulkan dermatitis kontak.
Prioritas intervensi berdasarkan teknik kriteria matriks. Penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan tentang penyakit dermatitis kontak serta upaya pencegahannya. Uji t berpasangan didapatkan p < 0,01.
Pemakaian sarung tangan dan pengobatan dapat menurunkan kasus dermatitis kontak tenaga kerja informal di pabrik "A".

Informal workers are used by the company to freeze marine source such as fish, shrimp, squid, crab, scallop, in cleaning process before freezing takes place. Informal workers usually experience some itchy on their hands which are in forms of contact dermatitis, cured with own expenses. These workers are paid daily.
In December 1999 for more than one months. There's an industrial training done at freezing company "A". It is a case study with problems identification, intervention and evaluation processes.
Problems identification with matrix technical criteria results in contact dermatitis on 8 from 15 informal workers respondents which all are women. The prevalence is 53,33 %. Exposed is physical factor in forms of micro trauma from parts of marine source body. Pressure, scratch from marine source body and cleaning processing tools. Mud in marine source, ice cube piece, cold temperature, water, calcium hypochlorite. These workers also experience time and continuous contact. Contact dermatitis diagnose is based on anamnesis and clinical background. Compared to another 11 fixed women workers who do not do cleaning, contact dermatitis prevalence is 9,09 %. Statistic test Fisher's Exact shows p = 0,024. Cleaning process is therefore due to contact dermatitis risks.
Intervention priority is chosen based on matrix technical criteria. Seminar can develop knowledge about contact dermatitis disease and the prevention efforts. Statistical test show p<0, 01.
The usage of personal protection equipment such as gloves and cure can reduce cases for contact dermatitis informal workers in factory "A".
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002
T2748
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ella Nurlailawati
"Penelitian dilakukan di salah satu pabrik yang memproduksi plastik kemasan di Jakarta pada bulan Oktober - Desember 2012. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat risiko pada setiap proses kerja di pabrik ini. Penanganan bahan kimia yang tidak baik serta minimnya pengetahuan terkait K3 membuat peneliti melakukan kajian analisis risiko untuk menemukan potensi bahaya dan risiko yang signifikan memajan pekerja selama bekerja di pabrik. Metode penelitian menggunakan standar AS/NZS 4360:2004 semi kuantitatif, dengan penilaian risiko mengacu pada penilaian risiko Fine (1971).
Hasil perhitungan yang didapat, tinta warna memiliki potensi risiko tertinggi untuk basic risk level sebesar 1800. Tertinggi kedua adalah medium tinta, toluene, etil asetat, pemutih serta bijih plastik sebesar 1500. Berkenaan dengan level risiko yang dihasilkan, dibuat rekomendasi menggunakan engineering control, administrative control, human control, serta program K3 bersifat promotif dan preventif.

The study was conducted in one of the factory that produces plastic packaging in Jakarta in October-December 2012. The research objective was to determine the level of risk in any work in this factory. Factory was not treated substance of chemicals as well as it supposed to do. The lack of knowledge related to occupational health and safety also made the condition worst. It made researcher conducted a risk analysis to find potential hazards and significant risks for workers in the factory. The research method uses standard AS/NZS 4360:2004 semi-quantitative. Risk assessment refers to Fine (1971).
The calculation results obtained, ink color has the highest potential risk of 1800 (basic risk level). The second highest is the medium of ink, toluene, ethyl acetate, bleach and plastic ore by 1500 (basic risk level). A recommendation was made by researcher to use engineering controls, administrative controls, human control, and occupational and safety program such as promotive and preventive program.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S44252
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lukman Hakim
"Penelitian ini membahas tentang analsis perilaku berisiko pada pekerja bengkel las sektor informal di jalan raya ciomas kota Bogor. Tujuan dibuatnya penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku berisiko yang terjadi di Bengkel Las Informal. Populasi yang digunakan adalah 6 (Enam) pekerja Bengkel Las Informal dari 6 (Enam) Bengkel Las Informal.
Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan metode kualitatif. Tekhnik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan observasi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori ABC yang menyatakan bahwa PErilaku dipengaruhi oleh faktor Anteseden dan Konsekuensi.
Hasil penelitian menemukan bahwa kurangnya kepedulian, persepsi, pengawasan yang buruk, tidak adanya peraturan, ketersediaan APD, dan adanya sanksi dan penghargaan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku berisiko pekerja.

This study discusses about analysis on the risk behavior of workers in the informal sector welding ciomas Street Bogor city. Objective of this study was to describe the risk behaviors that occurred in Informal Welding shop. The population used is 6 (Six) Workshop Las Informal workers from 6 (Six) Informal Welding shop.
This research is a case study with qualitative methods. Techniques of data collection was conducted through in-depth interviews and observation. The theory used in this study is the ABC theory which states that behavior is influenced by Antecedents and Consequences factors.
The study found that a lack of awareness, perception, poor supervision, lack of regulations, availability of PPE, and the existence of Punishment and rewards are all factors that influence the behavior of workers at risk.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52567
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yohannes N.P.
"Ruang lingkup dan metodologi
Pajanan panas merupakan salah satu faktor risiko yang terdapat pada pabrik pembuatan tabung LPG. Dampak yang ditimbulkan dari pajanan panas adalah tenaga kerja banyak mengeluarkan keringat sehingga mengalami kekurangan cairan bila tidak diimbangi dengan minum yang cukup. Keadaan ini bila berlangsung lama akan mengakibatkan supersaturasi urin dan memudahkan terjadinya kristal dalam urin antara lain adalah kristal kalsium oksalat.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui manfaat pemberian air minum terhadap kristal kalsium oksalat urin tenaga kerja yang terpajan panas di pabrik LPG X Jakarta. Penelitian ini menggunakan disain studi intervensi dengan memberikan penyuluhan dan air minum kepada 16 orang tenaga kerja yang dipilih secara purposif. Dilakukan pengumpulan data panas lingkungan kerja menggunakan index suhu bola basah(ISBB), dan beberapa variabel subyek seperti umur, lama kerja, beban kerja, pendidikan, pengetahuan, dan kebiasaan minum yang didapatkan dari wawancara dan kuesioner. Pengukuran berat badan, keluhan subyektif, dan kristaI kalsium oksalat sebelum dan sesudah intervensi.
Hasil dan kesimpulan:
Panas lingkugan kerja berkisar antara 27.42 - 29.34°C ISBB, beban kerja fisik tenaga kerja katagori sedang. Didapatkan keluhan subyektif: rasa haus 100%, tidak nyaman 50%, cepat lelah 37.50%, tidak semangat 18.75%, pusing 12.50%, penurunan berat badan berkisar antara 0.1-0.6 kg, hasil pemeriksaan kristal kalsium oksalat urin tenaga kerja 56.25% meningkat menjadi 75% setelah terpajan panas.
Terjadi perubahan bermakna (p<0.05) kristal kalsium oksalat urin tenaga kerja terpajan panas setelah dilakukan intervensi dengan penyuluhan dan pemberian air minum.

Heat exposure is one of the risk factors of manufacturing the LPG cylinder. The effect of heat exposure will make the workers get sweat profusely, which may let them be dehydrated if they do not drink enough water. If this condition happens for quite long time, it will make super-saturation urine, which may easily cause a crystallization of urine such as calcium oxalate crystal.
The point of this study is to find out the benefit of giving drink water to the urinary calcium oxalate crystal of the worker who heat exposure at the factory of LPG X Jakarta. We use an intervention - Study design, by giving lectures and ask 16(sixteen) workers, who had chosen purposefully, to drink some water. We also collect some data, of the hot temperature of the field, by using WBGT, and some subject variable such as: ages, working period, working load, education, knowledge and drinking water attitude, which are collected from interviews and questioners. The weight, subject complaint and calcium oxalate crystal urine of the worker are also noted before and after the intervention.
Result and conclusion
Study finding showed that the temperature working area range, about 27.42-29.34°C WBGT. Subject complaint were thirsty 100%, discomfort 50%, fatigue 37.50%, headache 12.50%, loss body weight 0.1-0.6 kg, and crystallization of the worker urine is growth from 56.25% to 75% after heat exposure.
There is significant result (p<0.05) of urinary calcium oxalate crystal of the worker after this intervention and lectures, and after giving them some drinking- waters."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T10343
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Masyitha Muis
"Latar Belakang dan Tujuan :
Pemadam kebakaran merupakan sumber daya manusia. Mereka senantiasa dihadapkan dengan berbagai masalah, seperti beban kerja kerja kualitatif dan kuantitatif, tanggung jawab tugas, dan sebagainya. Semua masalah ini dapat merupakan stresor kerja yang akan berdampak pada kesehatan jiwa pemadam kebakaran. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara stresor kerja dengan psikopatologi di kalangan pemadam kebakaran.
Metode :
Penelitian ini menggunakan disain studi potong lintang (cross sectional) terhadap 175 subjek penelitian yang terdiri dari petugas pemadam kebakaran. Analisis dilakukan dengan cara analisis bivariat, dilanjutkan dengan analisis multivariate regresi.
Hasil dan kesimpulan :
Stresor pada petugas pemadam kebakaran didominasi oleh beban kualitatif dan tanggung jawab. Prevalensi psikopatologi pada petugas pemadam kebakaran adalah 29,7 %. Ada hubungan bermakna antara beberapa faktor karakteristik subjek dan lifestyle (OR 3,36 - 8,69). Juga terdapat hubungan yang bermakna antara stresor kerja dengan psikopatologi (OR.2,70 - 16,45). Pada analisis multivariate, stresor kerja yang ada hubungan bermakna dengan psikopatologi adalah stresor tanggung jawab. Karakteristik subjek dan lifestyle yang ada hubungan bermakna dengan psikopatologi adalah variabel pangkat/golongan dan kebiasaan rekreasi.
Analysis of the Relationship between Occupational Stressors and Psychopathology of Fire Fighters in East Jakarta
Background and Objectives:
Fire fighters are human resources. They are often confronted with many problems such as qualitative overload, quantitative overload, job responsibilities, and contaminated risk. All of the problems are occupational stressors which result in mental health of fire fighters. The purpose of this study is to find the relationship between occupational stress and psychopathology among fire fighters in East Jakarta.
Methods:
This study design was a cross sectional design with a sample of 175 subjects. Collected data was processed using bivariate analysis and multivariate analysis.
Results and Conclusions:
Stressors of fire fighters were dominated by qualitative overload and job responsibility. Prevalence of psychopathology on fire fighters are 29,7 %. There were significant relationship between many factors of subject characteristics and lifestyle with psychopathology (OR 3,36 - 8,69). A significant relationship between occupational stress with psychopathology was also found in this study (OR.2,70 -16,45). By multivariate analysis, responsibility stressor was the only occupational stress which has significant relationship to psychopathology. Subject characteristic and lifestyle with significant relationship to psychopathology was stratum in the work place and recreation.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T11291
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Dwi Pratiwi
"Munculnya kecelakaan kerja yang tidak sedikit pada pekerja bidang konstruksi dimana tingkat kecelakaan yang terjadi dari tingkat kecelakaan minor sampai kecelakaan yang fatal sangat mungkin terjadi di pekerjaan konstruksi. Dampak yang ditimbulkan dari kecelakaan kerja pun tidak sedikit, selain kerugian yang harus dialami korban berupa kecacatan atau meninggal, perusahaan pun mengalami kerugian biaya sebagai kompensasi. Dimana perilaku tidak Aman dari pekerja merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja di sektor konstruksi. Penilaian ini bertujuan untuk meninjau perilaku berisiko pekerja konstruksi terhadap terjadinya kecelakaan kerja di proyek pembangunan Fasilitas Rekreasi dan Olahraga (GOR) Boker Ciracas PT. Waskita Karya tahun 2009.
Penilaian ini dilakukan dengan melakukan survey, observasi, serta wawancara dimana tools yang digunakan berupa kuisioner. Hasil survey berdasarkan enam indikator utama sebagai penilaian untuk perilaku. Didapat bahwa jumlah pekerja yang berperilaku kerja tidak aman 35 orang (48.6 %), orang dan jumlah pekerja yang berperilaku kerja aman sebanyak 37 orang (51.4%). Adapun variabel yang dinilai meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu pengetahuan, persepsi, motivasi serta kepatuhan. faktor eksternal yaitu ketersediaan fasilitas/sarana dan prasarana, peraturan dan kebijakan perusahaan, pengawasan, komunikasi."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sophianita GTA
"Toluen telah digunakan sebagai bahan pelarut di Percetakan "X". Bersamaan dengan itu pada tenaga kerja terjadi keluhan berupa mata berair, sesak nafas, batuk pilek, lelah, dan iritasi kulit. Di Percetakan "X", data mengenai kadar toluen di lingkungan kerja dan kadar asam hipurat urin sebagai indikator terpajannya tenaga kerja dengan toluen belum ada. Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian mengenai kadar toluen di lingkungan kerja, besar nilai kadar asam hipurat urin dengan faktor-faktor risiko yang mempengaruhinya serta efek kesehatan akut yang di timbulkan.
Dalam penelitian ini digunakan studi potong lintang dengan memperhatikan perbedaan tingkat pajanan toluen di tempat kerja. Jumlah sampel yang diambil adalah total sampel berjumlah 135 orang, yaitu pada bagian printing 75 orang dan bagian gudang 60 orang. Data penelitian ini diperoleh berdasarkan observasi, status medis, kuesioner, wawancara, dan pemeriksaan kesehatan. Untuk kadar toluen di lingkungan kerja dianalisis dengan cara metoda 1510, Issue 2 dari NIOSH. Analisis deskriptif antara tenaga kerja di bagian printing dan gudang meliputi karakteristik subjek penelitian, kadar asam hipurat urin,dan efek kesehatan akut. Analisis regresi multipel dilakukan untuk melihat hubungan antara karakteristik subjek penelitian dengan kadar asam hipurat pulang kerja dan untuk melihat hubungan antara karakteristik subjek penelitian dengan peningkatan kadar asam hipurat urin. Sedangkan analisis regresi logistik dilakukan untuk melihat hubungan antara karakteristik subjek penelitian dengan efek kesehatan akut, dan hubungan antara kadar asam hipurat urin pulang kerja dengan efek kesehatan akut.
Kadar toluen di lingkungan kerja bagian printing berkisar antara 82 ppm sampai 120 ppm dengan Time Weighed Average (TWA) 90,05 ppm, sedangkan di bagian gudang berkisar antara 52 ppm sampai 67 ppm dengan TWA 50,48 ppm. Kadar rata-rata toluen di udara pada bagian printing dan gudang secara statistik berbeda bermakna (p=0,000), dan telah melampaui nilai ambang batas. Pada umunmya tidak terdapat perbedaan bermakna antara karakteristik subjek yang bekerja di bagian printing maupun gudang kecuali lama kerja (p=0,01) dan pendidikan (p=0,012). Untuk kadar asam hipurat urin awal waktu kerja dan pulang kerja, peningkatan kadar asam hipurat urin, dan efek kesehatan akut antara bagian printing dan gudang secara statistik berbeda bermakna (p=0,000). Hubungan antara karakteristik subjek penelitian dengan peningkatan kadar asam hipurat urin yang berkorelasi kuat yaitu faktor umur (p=0,001); lama kerja (p=0,004) dan kebiasaan merokok (p=0,005). Hubungan antara karakteristik subjek penelitian dengan peningkatan kadar asam hipurat urin pulang kerja yang berkorelasi kuat juga faktor umur (p=0,005); lama kerja (p=0,000) dan kebiasaan merokok (p=0,001), untuk lama kerja yang dihubungkan dengan nilai (¦Â:-0,29) terlihat bahwa makin lama kerja, maka kadar asam hipurat urin pulang kerja semakin rendah.
Sedangkan risiko terjadinya efek kesehatan akut berdasarkan karakteristik subjek penelitian didapatkan faktor umur (OR;2,55;CI;0,99-6,79), lama kerja (OR:1,84;CI:0,84-3,94) dan kebiasaan merokok (OR;18,7;CI;7,62-68,10). Risiko terjadinya efek kesehatan akut dengan kadar asam hipurat urin pulang kerja ¡Ý 0,99 gr/L didapatkan secara statistik berbeda bermakna, dibandingkan dengan kelompok tenaga kerja dengan kadar asam hipurat urin pulang kerja < 0,99gr/L (OR:7,6; CI:3,47-16,95). Gejala-gejala efek kesehatan akut yang ditimbulkan seperti : mata berair, sesak, lelah, reaksi kulit dan batuk.
Kesimpulan:
Kadar toluen di lingkungan kerja, baik di bagian printing maupun di bagian gudang Percetakan "X", di atas nilai ambang batas menurut Kep Menaker RI/1977 (NAB=50 ppm). Kadar asam hipurat urin yang didapat masih di bawah indeks biologis (1,6 gr/L). Karakteristik subjek penelitian yang berpengaruh pada bagian printing dan gudang adalah lama kerja dan pendidikan. Faktor- faktor yang mempengaruhi kinetik toluen di dalam tubuh adalah umur, lama kerja, dan kebiasaan merokok. Pengaruh efek kesehatan akut dengan kadar asam hipurat urin pada tenaga kerja terlihat berbeda bermakna antar kelompok pada titik potong (cut off point) 0,99 gr/L.
The Correlation between the Level of Hippuric Acid with the Acute Health Effect among the Workers Who Exposed By Toluene at the Printing Company "X" Jakarta 2002
Background:
Toluene has been used as a solvent in the printing company "x". According with it, many effects have been arisen such as: eye irritation, respiratory disfunction, cough, sore nose and throat, fatigue, skin irritation. Nevertheless in the printing company "x", the data about toluene exposure and biological monitoring indicator (hippuric acid) have not been available. As consequence, the printing company "x" studied to find the toluene exposure in the working area and determine the level of the hippuric acid in urine of workers, influencing factors and also acute health effects.
Methods:
The cross sectional study was used as an approach to look at the hippuric acid level in workers urine and its correlation with acute health effect. The total sample method was used to involve 135 people that consisted of 75 people in printing area and 60 people in ware house area. The data were collected by observation, medical record, questionnaire, interview, and physical examination. The level of toluene exposure was analyzed with NIOSH methods 1510, Issue 2. Descriptive analysis was applied to look at the printing department and the ware house department worker characteristics, the level of the hippuric acid and acute health effects. The multiple regressions was used to find the correlation between characteristic and the level of hippuric acid after shift and also to find the correlation between characteristic of workers and the increasing of the level of hippuric acid. In line with the analysis, the regression logistic analysis was used to find the correlation between the levels of hippuric acid after working with the acute health effect.
Result:
The range level of toluene in printing area 82 ppm - 1 20 ppm, with the time weighted average (TWA) was 90,05 ppm. In the ware house area the level of toluene were 52 ppm - 67 ppm, with the time weighted average (TWA) was 50,48 ppm. The mean of the exposure of toluene in printing department and ware house department are statically significant different (p=0,000). In general, there was no difference in term of worker characteristics between the printing department and ware house department, except the job time length (p=0,01) and educational level of workers (p=0,012). Level of hippuric acid were statistically significant different between the printing department and the ware house department such as: before and after shift (p=0,000), the increasing of hippuric acid (p=0,000), and acute health effect (p=0,000).
The study found that the level of hippuric acid both before and after work, the increasing of hippuric acid during work, and acute health effects were statistically significant different (p=0,000) between those who work for the printing department with those who work for the ware house department. The level of after work hippuric acid has a strong correlation with age (p=0,001), job time length (p=0,004) and smoking habit (p=0,005). The correlation between job time length with hippuric acid level was - 0,29. Meanwhile, workers who were ¡Ý 40 years old showed a 2,55 fold risk of acute health effect, (OR:2,55;CI: 0,99-6,79), who experienced < 60 month job time length had a 1,84 fold risk (OR: 1,84; CI: 0,84-3,94), and who had smoking habit had 18,7 fold risk of acute health effect (OR:18,7 ; CI: 7,62-68,10). Further more, workers whose their after work hippuric acid level 0,99 gr/L showed a 7,6 fold risk of acute health effect. The symptom of the acute health effect included: eye irritations, respiratory distress, fatigue, cough and skin irritation.
Conclusion:
The level of toluene in the work place in the printing area and the ware house area at the printing "x" were higher than threshold limit value according to Kep. Menaker/ 1977 (TLV=50 ppm), and the increasing value of hippuric acid still below in the permissible biological index of hippuric acid in urin (TLV= 1,6 gr/L). The characteristics are consisted of significantly influence the increasing of hippuric acid as age, job time length, smoking habit, and IMT. Finally, the acute health effect in workers were found significant different between group of workers who have the hippuric acid level which its cut off point is 0,99 gr/L.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T11290
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Latief
"Pada industri konstruksi, permasalahan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting. Jenis, sifat, kondisi dan lokasi pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi yang sering cenderung berbahaya mengakibatkan tingkat kecelakaan kerja yang terjadi pada pekerjanya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan industri lainnya. Di Amerika, 85% kecelakaan kerja yang terjadi diakibatkan kerena kecerobohan manusia, (unsafe acts) dan 15% karena kondisi lingkungan kerja yang tidak aman (unsafe cinditions) (Clough and Sears, 1994). Kejadian kecelakaan kerja, tidak hanya akibat dari satu penyebab melainkan akibat kombinasi berbagai aktor. Karena dengan terjadinya kecelakaan kerja akan berakibat menurunnya produktivitas tenaga kerja yang dampaknya negatif bagi perusahaan. Oleh karena itu dibutuhkan suatu penanganan terhadap risiko kecelakaan, salah satunya adalah dengan menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis kecelakaan yang terjadi di proyek konstruksi serta factor penyebabnya dan penerapan safety management pada perusahaan kontruksi dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Metode penelitian yang digu nakan adalah dengan AHP (Analytical Hierarchy Process) dan pendekatan risiko.Berdasarkan analisa yang telah dilaksanakan, maka dapat diketahui bahwa risiko kecelakaan kerja yang terjadi pada proyek konstruksi adalah kejatuhan/tertimpa benda dari ketinggian dan faktor risiko penyebab terjadinya kecelakaan kerja yang dominan disebabkan oleh faktor manusia, yaitu karena kurang disiplinnya tenaga kerja dalam mematuhi ketentuan mengenai K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), salah satunya perihal penggunaan APD (Alat Pelindung Diri). Penerapan safety management yang paling berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja adalah pada saat pelaksanaan dan pengawasan K3. Dengan melakukan penerapan Manajemen K3 secara konsisten akan membuat suatu industri konstruksi akan semakin produktif dan mampu menghadapi persaingan yang semakin ketat.

In construction industry, safety problems are very important things. Characteristic, condition and location of activity in construction project with inclined danger have potensial to accident happens more occur than another industry. At America, 85% accident accur because unsafe acts and 15% because of unsafe conditions (Clough and Sears, 1994). The accident occur, not only because one risk safety factor but because the combination some risk safety factor. If the accident happen it can be decrease of labour productivity and have the negative impact for the construction company. That?s why we need some kind of solution about this accident risk, one of those is health & safety management system in working environment.
This thesis is made to know different kind of accident that happen in construction project and its root cause and also for applying safety management in construction industry in order to improve productivity. Here we use AHP (Analytical Hierarchy Process) and risk approach as research method s. According to the research, then we can know that most accident risk that could happen in construction project is fall things down from height and the most cause is human error, which is undicipliner in health and safety management, an d one of them is in using of safety equipment. Safety management can be very usefull for job productivity. Doing the health and safety management consistently will improve productivity in construction industry.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Dariana
"Pabrik sepatu merupakan suatu industri pengolahan yang pekerjanya hampir seluruhnya wanita dimana pekerja di bagian stitching athletic bekerja dengan kepala menunduk menghadap mesin kerja. Pada saat kepala maju kedepan diperlukan kekuatan untuk keseimbangan kepala dan bila ini berlangsung lama akan timbul kelelahan otot yang berakibat nyeri. Oleh karena itu dilakukan penelitian ini dengan tujuan mengetahui prevalensi serta faktor-faktor yang berhubungan dengan nyeri tengkuk.
Disain penelitian adalah penelitian potong lintang dengan jumlah sample 251 yang diambil secara random sampling. Data penelitian didapat dari data medical check up, anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan nyeri tekan pada daerah sub occipital, tes kompresi menurut Lhermittet, dan pengukuran-pengukuran antara lain pengukuran sudut fleksi leher menggunakan flexible curve, antopometri, tinggi meja dan penerangan.
Hasil penelitian:
Didapatkan prevalensi nyeri tengkuk sebesar 55.4%. Faktor-faktor yang berhubungan dengan nyeri tengkuk adalah umur (p = 0.006) dan fleksi leher (p = 0.000). Faktor yang paling berperan adalah fleksi leher (p = 0.000. OR - 4.58).
Kesimpulan:
Dari penelitian ini secara statistik terbukti bahwa fleksi leher berhubungan dengan timbulnya nyeri tengkuk dimana pada fleksi ≥ 20° mempunyai risiko 4.58 kali lebih besar dari pada fleksi < 20°. Perlu adanya penyuluhan atau pelatihan bagi pekerja tentang cara kerja yang ergonomis dan gerakan-gerakan senam ringan untuk mengurangi keluhan nyeri tengkuk. Oleh karena itu untuk mencegah dan mengurangi prevalensi nyeri tengkuk perlu pemahaman dan kerjasama yang baik dari manajemen, pekerja, perawat dan dokter perusahaan serta instansi terkait.
Relation between Neck Flexion and Neck Pain in Woman Workers of Stitching Athletic Division, Shoe Factory in Tangerang
The shoe factory is a manufactory industry where most workers are women. The workers from stitching athletic division usually work with bowing forward. If the head is bent forward muscle strength is needed to maintain the position. In long period this condition leads to muscle fatigue including neck pain. Based on above situation, the research is carried out to assess the prevalence and factors influencing neck pain.
Design research is cross sectional study with amount of 251 samples and randomly selected. The research data are compiled from medical check-up, anamnesis, physical examination, pain pressure examination on sub occipital area , compression test according Lhermitte and other measurements, such as : angle measurement of neck flexion using flexible curve, anthropometry, high' of table and lighting.
Result:
Prevalence of neck pain 55.4%. The neck pain is associated with age (p = 0.006) and neck flexion (p=0.000). The neck flexion is a main factor to deal with the neck pain.
Conclusion:
The research shows that neck pain is statistically associated with neck flexion where neck flexion > 20° has 4.58 greater risks than neck flexion ≤ 20°. Training and counseling on ergonomics of work ethic and light relaxation are needed by the workers in order to reduce neck pain. Awareness and collaboration among management, workers, nurses, company doctors and integrated sector is essential aspect to prevent and minimize prevalence of neck pain of employees.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T11287
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>