Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 78811 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nina Mutmainah
"Studi ini memfokuskan diri pada remaja. Dalam era ekonomi kapitalistik, remaja dengan status sosial ekonomi tinggi adalah segmen pasar penting. Di satu sisi, mereka akan menempati posisi strategis di masyarakat. Di sisi lain, remaja elite kota besar merupakan pasar potensial bagi banyak barang konsumen, sehingga cenderung dirangsang untuk konsumtif. Dalam hal ini, hendak dilihat bagaimana remaja mengalami sosialisasi nilai melalui media yang dekat dengan mereka, yakni majalah remaja. Peneliti mengambil majalah remaja terbesar, Gadis, sebagai objek penelitian. Gadis diperkirakan membangun gagasan konsumerisme karena sejumlah hal. Sebagai majalah yang tumbuh pesat secara bisnis, Gadis berhubungan erat dengan kapitalisme global yang membutuhkan konsumen untuk menyerap barang konsumen produksi mereka. Media ini akan turut memfasilitasi proses penerimaan terhadap produk produk tersebut serta gaya hidup yang mendukungnya melalui pembentukan gagasan "menjadi konsumen yang seharusnya" di mata kaum muda. Penelitian ini ingin menjawab pertanyaan: (1) bagaimana Gadis membangun gagasan tentang konsumerisme bagi khalayaknya? dan (2) landasan ideologis bagaimana yang melatarbelakangi Gadis dalam memproduksi gagasan tersebut? Penemuan tentang kandungan nilai-nilai konsumerisme serta konteks ideologis yang menyertainya dilakukan melalui analisis wacana kritis Fairdough. Untuk analisis teks digunakan analisis framing dengan konsep Gamson dan Modigliani. Penelitian dilakukan terhadap 16 nomor Gadis edisi 2000, tahun yang mewakili periode 1990-an, saat gagasan perdagangan bebas sudah lebih diterima. Diduga, pada era tersebut, promosi konsumerisme lebih meningkat dibanding waktu sebelumnya. Dari analisis teks terlihat bahwa Gadis mempromosikan gagasan konsumerisme. Majalah ini membangun bingkai-bingkai seperti "belanja", "idola", "materi sebagai ukuran", "instant", dan "koleksi barang", yang semuanya menggambarkan karakterislik budaya konsumer. Majalah Gadis lahir dari perusahaan media besar dan sejak kelahirannya selalu menjadi majalah remaja terbesar (dan segi brand, readership, dan serapan ikian). Gaya penyajiannya khas remaja masa kini, menampilkan keceriaan, banyak menggunakan bahasa Inggris serta menampilkan budaya populer Barat kesukaan remaja (khususnya film dan musik). Karena ditujukan bagi remaja putri, muatannya juga banyak mengulas masalah mode, kecantikan, dan perawatan tubuh. Watak Gadis yang telah menjadi industri bertemu dengan lingkungan tempat majalah ini dan pembacanya tumbuh. Gadis dan pembacanya hidup dalam konteks sosial-ekonomi yang makin kapitalistik dan liberal. Ideologi ini menjadikan tumbuhnya budaya konsumtif dalam masyarakat, budaya yang justru dikembangkan dan dipelihara oleb pemerintah, karena gaya hidup ini menyuburkan watak bisnis dalam sistem ekonomi yang makin liberal dan pragmatis sejak akhir tahun 1980-an. Dengan mempromosikan konsumerisme, Gadis menjadikan remaja pembacanya masuk dalam kondisi yang digambarkan Alan Wells sebagai `konsumerisme parasibk'. Kaum remaja ini "dididik" untuk berpartisipasi dalam `budaya konsumsi' ala negara maju. Dalam hal ini, Gadis mempromosikan gaya hidup elite yang hanya meniru gaya konsumsi negara maju, tanpa mengadopsi sistem nilai yang mendasari konsumerisme itu yang sebenarya mengagungkan nilai-nilai kewiraswastaan. Gadis menjalankan peran sebagai bridgehead (jembatan) yang menjalin semacam "kerja-sama" antara elite negara maju dan elite negara berkembang (yakni remaja pembacanya). Gadis menyajikan apa yang menjadi simbol budaya di Barat. "Kedekatan terhadap Barat" yang diciptakan Gadis, meminjam analisis Galtung, membuat elite Pinggiran (pembaca, remaja kelas menengah ke atas) merasa sejajar dengan kaum elite di negara maju dalam komunitas elite dunia.

This study focuses on teenagers. In the era of capitalist economy, teenagers with high socioeconomic status are an important market segment. On the one hand, they will occupy a strategic position in society. On the other hand, elite teenagers in big cities are a potential market for many consumer goods, so they tend to be stimulated to be consumptive. In this case, we want to see how teenagers experience value socialization through media that is close to them, namely teen magazines. The researcher took the largest teen magazine, Gadis, as the object of research. Gadis is estimated to build the idea of ​​consumerism for a number of reasons. As a magazine that is growing rapidly in business, Gadis is closely related to global capitalism that requires consumers to absorb the consumer goods they produce. This media will also facilitate the process of accepting these products and the lifestyle that supports them through the formation of the idea of ​​"being a proper consumer" in the eyes of young people. This study wants to answer the questions: (1) how does Gadis build the idea of ​​consumerism for its audience? and (2) what ideological basis underlies Gadis in producing this idea? The discovery of the content of consumerist values ​​and the accompanying ideological context was carried out through Fairdough's critical discourse analysis. For text analysis, framing analysis was used with the concept of Gamson and Modigliani. The study was conducted on 16 issues of Gadis, edition 2000, a year representing the 1990s, when the idea of ​​free trade was more accepted. It is suspected that in that era, the promotion of consumerism increased more than before. From the text analysis, it can be seen that Gadis promotes the idea of ​​consumerism. This magazine builds frames such as "shopping", "idols", "material as a measure", "instant", and "collection of goods", all of which describe the characteristics of consumer culture. Gadis magazine was born from a large media company and since its birth has always been the largest teen magazine (and in terms of brand, readership, and absorption of information). The presentation style is typical of today's teenagers, showing cheerfulness, using a lot of English and displaying popular Western culture that teenagers like (especially films and music). Because it is aimed at teenage girls, its content also discusses many issues of fashion, beauty, and body care. The character of Gadis, which has become an industry, meets the environment in which this magazine and its readers grow. Gadis and its readers live in a socio-economic context that is increasingly capitalistic and liberal. This ideology has led to the growth of a consumer culture in society, a culture that is actually developed and maintained by the government, because this lifestyle fosters a business character in an increasingly liberal and pragmatic economic system since the late 1980s. By promoting consumerism, Gadis makes its teenage readers enter a condition that Alan Wells describes as `parasibk consumerism'. These teenagers are "educated" to participate in the `consumption culture' of developed countries. In this case, Gadis promotes an elite lifestyle that only imitates the consumption style of developed countries, without adopting the value system underlying consumerism which actually glorifies entrepreneurial values. Gadis plays the role of a bridgehead who establishes a kind of "cooperation" between the elite of developed countries and the elite of developing countries (namely its teenage readers). Gadis presents what has become a symbol of culture in the West. The "closeness to the West" created by Gadis, borrowing Galtung's analysis, makes the elite of the Pinggiran (readers, upper middle class teenagers) feel on par with the elite in developed countries in the world's elite community.
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T342
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atika Noviasti
"Tulisan ini membahas fenomena tas Hermès di Indonesia dan kaitannya dengan paradigma konsumerisme menurut pemikiran Jean Baudrillard. Konsumerisme sendiri merupakan gejala yang terjadi saat tindakan membeli menjadi sebuah kebutuhan. Gejala ini terjadi dalam masyarakat modern yang tersimulasi oleh media massa hingga pusat perbelanjaan. Masyarakat membeli sebuah objek karena dilandasi oleh nilai tanda dan nilai simbol yang terdapat pada objek tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Tulisan ini menunjukkan bahwa nilai tanda dan nilai simbol yang terdapat pada tas Hermès mempengaruhi keputusan masyarakat Indonesia untuk membeli tas tersebut.

This paper is based on a phenomenon of Hermès bag in Indonesia and its relation to Jean Baudrillard’s concept of consumerism. Consumerism is a phenomenon that occurs when the action of buying becomes a need. This phenomenon happens to the modern society which is simulated by mass media up to shopping centre. People have a tendency to buy a thing based on its sign value and symbol value. This paper shows that the sign value and symbol value of Hermès bag can influence the Indonesian’s decision to buy the bag.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mursiatno
"Sejak tahun 1991 Pemerintah memberlakukan ketentuan untuk mencantumkan label peringatan kesehatan pada produk rokok. Pemahaman sasaran terhadap pesan diharapkan dapat mendukung upaya pencegahan akibat buruk bahaya rokok. Namun disisi lain peningkatan jumlah perokok memperlihatkan kenaikan jumlah yang cukup mengkhawatirkan terutama pada remaja. Untuk mengetahui sejauhmana label peringatan kesehatan tersebut dibaca dan dimengerti oleh remaja maka diadakan studi dengan sasaran remaja/pelajar. Penelitian ini berdasar pada konsep Fishbein bahwa efek komunikasi tergantung sejauhmana komunikasi itu diperhatikan, difahami dan diterima.
Study ini merupakan crossectional survey, menggunakan 235 responden pada 6 SMU di Jakarta Timur yang diperoleh melalui simple random sampling. Untuk pengumpulan data digunakan kuesioner berisi atribut obyek sikap.
Dalam penelitian ini responden diminta informasinya yang berkaitan dengan atribut-atribut keyakinan atau yang diyakini dan atribut-atribut evaluasi terhadap obyek sikap berupa label peringatan kesehatan.
Hasil penelitian selanjutnya dikonfersikan pada 5 skala yaitu Sangat positip, positif, Netral, Negatif dan sangat negative.
Hasil memperlihatkan bahwa sikap responden adalah diantara negative dan sangat negative. Hal ini memperlihatkan bahwa responden mempunyai nilai yang negative terhadap obyek sikap dengan artian bahwa remaja / pelajar tidak mempunyai perhatian tentang keberadaan label peringatan kesehatan ataupun pemahaman terhadap isi pesan yang disampaikan. Analisa deskriptip memperlihatkan rendahnya pengetahuan akan bahaya akibat merokok dan ketidak pahaman tentang hubungan antara rokok dan penyakit yang ditimbulkannya.
Rekomendasi penelitian adalah bahwa kajian akademis perlu dilakukan agar dapat diperoleh upaya yang maksimal dalam rangka upaya pencegahan akibat bahaya rokok , secara praktis perlunya fihak terkait untuk meninjau kembali tentang pencantuman label peringatan kesehatan.
Kelemahan penelitian ini adalah jumlah responden yang kurang mencukupi apabila hendak digeneralisasikan kedalam populasi.serta sulitnya mengembangkan aribut-atribut sikap disebabkan dimensi sikap yang begitu luas."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14329
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qoriroh Annisa Tartillah Firdausy
"ABSTRACT
Topik yang dibahas dalam penelitian deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif ini adalah pengaruh dari fenomena belanja online terhadap budaya konsumerisme di Rusia pada tahun 2013-2017 dan bertujuan untuk mengetahui masyarakat Rusia dalam menyikapi hidup hemat sebagai dampak dari krisis ekonomi pada tahun 2009 dan pengaruh tren belanja online terhadap pola konsumsi masyarakat Rusia di tahun 2013-2017. Permasalahan dalam penelitian ini dianalisis menggunakan teori masyarakat konsumsi dari Jean Baudrillard 1998 dan pendekatan teori budaya populer oleh John Storey 2003. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa belanja online menjadi gaya hidup masyarakat Rusia sebagai masyarakat dunia yang berusaha untuk mengikuti tren masa kini. Terjadinya krisis ekonomi pada tahun 2009 dan 2015 serta faktor teknologi dengan adanya penetrasi internet berdampak pada berubahnya pola konsumsi dari offline ke online, akan tetapi tidak merubah perilaku konsumtif dari konsumen Rusia. Hal tersebut dibuktikan dengan melonjaknya nilai penjualan ritel online yang sejalan dengan naiknya angka omset penjualan ritel, banyaknya jumlah ritel online dan meningkatnya jumlah konsumen belanja online di Rusia.
ABSTRACT
The topic is discussed in descriptive analyze research on qualitative approachment is the effect of online shopping phenomenon towards Russias consumerism culture in 2013 2017 and aims to identified Russians society in addressing the frugal life seems as the effect of the economic crisis in 2009 and the influenced of online shopping trends on consumption patterns of Russians society in 2013 2017. The problems in the researches were analyzed using the theory of consumer society by Jean Baudrillard 1998 and the popular cultural theory approached by John Storey 2003. The results of the research indicates that online shopping is becoming a lifestyle of Russian society as a world society that strives to follow the present trend. The economic crisis in 2009 and 2015, and technological factors with internet penetration have an impact on changing the consumption pattern from offline to online, but not to change the frugal behavior of Russian consumers. This is evidenced by the surge in the value of online retail sales in line with the rise in retail sales turnover, the number of online retails and the increasing number of online shopping consumers in Russia. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melly Trirahmi
"Majalah wanita, dengan karakteristiknya sebagai salah satu bentuk media massa cetak, diyakini banyak pihak sebagai media alternatif untuk mendapatkan informasi. Perilaku individu dalam menggunakan isi majalah wanita tertentu didasarkan pada kebutuhan psikologis dan sosial, pengharapan dan keyakinan/ nilai-nilai yang dipercayainya akan terpuaskan dengan mengonsumsi majalah wanita. KARTINI dan FEMINA, dua majalah wanita lokal di Indonesia, yang saling bersaing paling banyak dirujuk masyarakat pembaca di Indonesia. Dua majalah ini memiliki karakteristik yang hampir sama dan segmen pembaca yang kurang lebih serupa.
Tujuan penulisan tesis ini adalah untuk mengetahui pola konsumsi dan gratifikasi khalayak terhadap majalah wanita: Analisis di kalangan pembaca majalah wanita KARTINI dan FEMINA di Jakarta Selatan. Secara khusus ingin melihat karakteristik pembaca KARTINI dan FEMINA, pola penggunaan, rubrikasi yang diminati, gratifikasi yang dicari (GS) dan yang diperoleh pembaca (GO).
Metode penelitian yang digunakan kuantitatif dengan menggunakan survai dengan populasi perempuan dewasa, pernah membaca kedua majalah dalam dua bulan terakhir, tinggal di Jakarta Selatan, minimal SLTA dan masuk kelas menengah atas. Penarikan sampel random sampling. Jumlah sampel 144 orang.
Kerangka teori yang digunakan mengacu pada pendekatan Expectancy-Value terhadap gratifikasi media (Palmgreen dan Rayburn, 1985): dalam mengonsumsi media, seseorang berpegang pada keyakinan (belief) bahwa kebutuhannya akan terpenuhi dan ditanjutkan dengan penitaian (evaluasi), positif atau negatif. Data dianalisis dengan teknik faktor analisis dan diskriminan. Didukung dengan T -Test untuk membandingkan rata-rata harapan dari penilaian respanden atas 5 variabel ekspektasi dan gratifikasi (Palmgreen dari Rayburn) dari kedua majalah: variabel surveillance, pengetahuan, manfaat pribadi, pengalihan dari kesenangan.
Karakteristik responden KARTINI dan FEMINA: 31-40 tahun, menikah, pendidikan perguruan tinggi, umumnya bekerja dengan rata-rata pengeluaran 1 - 2,5 juts rupiah per bulan. Rubrik yang diminati pada KARTINI adalah "Aktual?, "Feature? dan "Konsultasi"_ Sementara FEMINA: "Aktual', "Feature" dan ?Kewanitaan?. Faktor-faktor gratifikasi yang diharapkan pembaca KARTINI adalah faktor tentang informasi kewanitaan, hiburan, pengayaan pengetahuan dan wawasan terhadap problem yang ada di masyarakat. Sementara faktor yang diharapkan pembaca FEMINA adalah faktor informasi kewanitaan, info mengenai problem di masyarakat, pemahaman aktual dan mengisi waktu senggang.
Pembaca kedua majalah memiliki tingkat kepuasan (GS dan GO) yang lama dalam ke-3 variabel dan 5 variabel yang diukur: surveillance, pengetahuan dan manfaat pribadi. Sementara 2 variabel lainnya, yaitu pengalihan dan kesenangan, dipandang pembaca kurang penting. Implikasi akademik, studi Pamgreen mengenai "Nilai-Harapan? atau ?Expectancy -Value Theory" terhadap gratifikasi media terbukti dan dapat diterapkan. Sebagai rekomendasi praktis, untuk meningkatkan kepuasan pembaca, dalam mengelola manajemen isi redaksional, kedua majalah perlu memprioritaskan perhatian pada kebutuhan informasi berdasarkan karakteristik pembaca yang didapat dalam penelitian. Diharapkan, persentase pembaca dapat ditingkatkan, meski harus dipadu dengan strategi komunikasi pemasaran yang tepat sasaran. Karena terdapat persamaan akan gratifikasi yang diharapkan, yaitu kebutuhan akan informasi kewanitaan dan hal-hal aktual di masyarakat, pengelola kedua majalah harus memperkaya sumber daya agar isi informasi dapat diperkaya dan ditingkatkan kualitasnya.
Dilihat dari tingkat kepuasan pembaca, KARTINI dan FEMINA secara umum tidak perlu melakukan perubahan-perubahan signifikan pada ke-5 variabel yang ada. Ke-3 variabel (Pengetahuan, Pengawasan Ungkungan, Manfaat Pribadi) yang dianggap penting oleh pembaca telah dikelola dengan baik oleh KARTINI dan FEMINA. Namun 2 variabel yang kurang dikelola kedua majalah (Pengalihan dan Kesenangan), ternyata juga dianggap kurang penting oleh pembaca."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12320
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ririen Kusumawardhani
"Persaingan antar merek setiap produk semakin tajam dalam merebut konsumen. Produsen berlomba-lomba untuk membuat serta memasarkan produk mereka, khususnya produk-produk yang dikategorikan dengan 'consumer goods'(barang konsumsi). Kategori produk cologne di Indonesia sangat pesat perkembangannya, dan pengguna produk cologne ini cukup bervariasi, mulai dari anak-anak sampai dewasa. Produk Colonge ini dapat dikategorikan sebagai produk kecantikan/kosmetika.
Cologne termasuk dalam pilihan produk konsumsi remaja wanita karena cologne dipersepsikan sebagai salah satu produk yang mendukung penampilan mereka. Cologne memberikan keharuman dan membuat mereka menjadi lebih percaya diri. Bila dilihat dari sudut kuantitas saja, jumlah remaja di Indonesia jelas merupakan target pasar yang sangat potensial. Karena potensi ini pula maka para pemasar berlomba-lomba untuk merebutnya.
Produsen atau para pemasar berkewajiban untuk memahami konsumen, mengetahui apa yang dibutuhkan mereka, apa seleranya, dan bagaimana mereka mengambil keputusan. Apa yang tepat untuk target konsumen yang satu belum tepat untuk target konsumen lainnya. Salah satu strategi pemasaran adalah dengan menggunakan iklan.
Salah satu media bagi produsen untuk beriklan yang dianggap masih cukup efisien adalah Televisi. Tayangan iklan televisi saat ini sudah sangat banyak (cluttered). Tidak tertutup kemungkinan bagi pemirsa televisi memindahkan channel/saluran pada saat iklan berlangsung. Bagaimana iklan yang ditayangkan oleh produsen tersebut dapat mempengaruhi konsumennya, khususnya remaja. Bagaimana pemahaman dan sikap target market remaja ini terhadap iklan yang ditayangkan oleh produsen cologne merek Pucelle.
Subyek penelitian berjumlah 322 orang, terdiri atas remaja putri kelas 1 dan 2 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) yang dipilih dari 3 SLTP di Jakarta. Pengumpulan data dilakukan secara kuesioner, dengan metode penelitian survey.
Secara umum hasil pnelitian menunjukkan bahwa pemahaman dan sikap remaja terhadap ikian produk kosmetika pada target konsumen remaja wanita dipengaruhi oleh faktor-faktor kebutuhan mereka sendiri. Sedangkan tingkat konsumsi media, persepsi kreatif tentang ikian, terpaan ikian, proses pembelajaran pesan ikut mempengaruhi brand awareness produk tersebut pada target konsumen remaja wanita tersebut."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T22107
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Utami
"Upaya penanganan masalah kesejahteraan sosial merupakan tugas pokok dan fungsi Dinas Bintal dan Kesos Propinsi DKI Jakarta. Salah satu tugas pokoknya adalah menampung dan menyantuni warga yang berada di panti-panti sosial bagi warga yang tergolong terlantar dan tidak potensial. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka populasi PMKS di DKI Jakarta semakin meningkat. Hal ini menyebabkan panti-panti sosial kelebihan beban (over loaded), akibatnya mutu pelayanan belum seperti yang diharapkan. Jenis layanan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelayanan pada Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya Tebet. Permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah: Bagaimana persepsi pengguna jasa (Klien) terhadap kualitas pelayanan Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya Tebet ?
Dengan mengacu kepada pokok permasalahan di atas disusunlah tujuan penelitian sebagai berikut : Menjelaskan persepsi pengguna jasa (klien) terhadap kualitas pelayanan PSBR Taruna Jaya Tebet. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh klien yang tinggal di dalam Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya Tebet sejumlah 115 orang. Untuk mengukur sejauh mana kesenjangan (gap) antara persepsi dan harapan pengguna jasa, maka digunakan variabel sesuai dengan dimensi SERVQUAL yang dikemukakan oleh Zeithmal, Parasuraman dan Berry (1990) yaitu tangible, responsiveness, reliability, assurance dan empathy.
Penelitian menggunakan metode deskriptif dan evaluasi dengan hasil temuan sebagai berikut :
Hasil penjumlahan tingkat Persepsi dari keseluruhan dimensi adalah sebesar 5525 sedangkan hasil penjumlahan tingkat harapan adalah sebesar 7757. Dari angka tersebut maka kesenjangan antara persepsi dan harapan adalah -2232 yang artinya bahwa tingkat persepsi belum memuaskan seperti yang diharapkan.
Hal tersebut disebabkan oleh faktor internal dan ekstemal. Faktor-faktor internal meliputi : rendahnya mutu sumber daya manusia, lemahnya manajemen, pengorganisasian dan kepemimpinan. Sedangkan faktor-faktor eksternal, diantaranya ; kebijakan pimpinan yang lebih banyak memberikan perhatian pada unsur staf, pemberian anggaran yang relatif terbatas, pembagian tugas dan tanggungjawab yang tumpang tindih dan tidak jelas, dan belum adanya tolok ukur baku untuk mengukur kinerja dinas, sehingga sulit diketahui tingkat efisiensi dan efektifitasnya.
Berdasarkan temuan-temuan dan hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, penulis menyarankan agar lebih memperhatikan dan memahami keinginan pelanggan yang membutuhkan layanan, dalam hal ini pelayanan di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jay a Tebet, Membangun kualitas layanan bukan hanya tugas individu, atau bagian tertentu dalam organisasi, tapi tugas semua individu dari organisasi yang pada gilirannya menuntut pembenahan organisasi. Kualitas merupakan sesuatu yang relatif, kompleks dan senantiasa berkembang, sehingga upaya-upaya untuk mengembangkan, mengimplementasikan dan mengendalikannya secara berhasil perlu dilakukan terus menerus, kontekstual, menyeluruh dan terpadu.

An effort to cope with social welfare issues has become the main tasks and functions of Service Office of Mental Guidance and Social Welfare, the special province of Jakarta. One of its main tasks is to accommodate and donate the residence of social center or those who are classified as homeless and impotence. Along with the increased population in the special province of Jakarta, their number has also increased. This has caused the available social centers overloaded resulting in poor service quality. The type of services referred to in this research is the services of Taruna Jaya youth social center, Tebet. The issues that are going to be analyzed in this research are: How are the perceptions of the customers towards the service quality of Taruna Jaya youth social center, Tebet?
By referring to the above matters, the objective of this research is as follows: clarifying the customers' perceptions towards the service quality of Taruna Jaya youth social center, Tebet. The respondents in this research are all customers staying in Taruna Jaya youth social center, Tebet which amount to 115 people. To measure the gap between the perceptions and the expectations of the customers, the variable of SERVQUAL stated by Zeithmal, Parasuraman and Berry (1990), that is, tangible, responsiveness, reliability, assurance and empathy is used.
The research uses descriptive and evaluative methods with the following results: The calculation result of the perception level from all dimensions amounts to 5525 as for the calculation of the result of expectation level amounts to 7757. From these figures the gap between perception and expectation is 2232, which means that the perception level is not yet satisfactory as expected. This is caused by internal and external factors. The former includes poor human resource quality, weak management, organization and leadership. As for the latter, among others, the management-policy-tends to pay more attention to the staff; the budget is relatively limited; there are overlapping and unclear tasks and responsibilities and the absence of standard parameter to measure service performance makes it difficult to identify the level of efficiency and effectiveness.
Based on the findings and the results obtained in this research the writer suggests that it is necessary to pay more attention to and to understand what the customers wants in the service provision in Taruna Jaya youth social center, Tebet. To build service quality is not only the task of an individual or certain departments in an organization, but it is the task of all individuals in the organization, which, in turn, requires institutional development. The quality is something that is relative, complex and always developed in nature. Therefore, an effort to develop, implement and control in a successful manner needs to be continuously, contextually, wholly and integrated made.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14015
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Octavia
"Mal merupakan tempat belanja favorit dan juga salah satu tempat rekreasi serta sarana bersosialisasi bagi masyarakat disekitarnya. Saat ini banyak pandangan negatif yang menyebut mal sebagai simbol masyarakat konsumtif dan tidak responsif terhadap masyarakat sekitar yang termasuk dalam kelompok menengah ke bawah. Pandangan semacam ini tentu beresiko menimbulkan reaksi penolakan masyarakat yang dapat merugikan pihak mal. Untuk menghindari akibat buruk dari image negatif ini, maka pengelola perlu menunjukkan sikap responsif dengan memperhatikan kebutuhan rekreasional dari konsumen kelompok menengah bawah.
Shopping merupakan kegiatan pergi ke toko atau tempat belanja. Tetapi kegiatan ini tidak selalu diikuti dengan perilaku membeli, karena tujuan shopping tidak selalu untuk membeli barang. Berdasarkan tipe needs yang mendasari, motivasi shopping dapat dikategorikan menjadi utilitarian (rasional) dan hedonic (emosional). Pemilihan tempat belanja merupakan fungsi dari karakteristik konsumen dan karakteristik tempat belanja. Karakteristik umum konsumen terdiri dari, lifestyle, kelas sosial, dan faktor demografis. Atribut terpenting dalam memilih tempat belanja adalah store image dan store atmosphere. Store image mencakup persepsi dan sikap konsumen terhadap toko tersebut berdasarkan atribut fungsional dan atribut psikologis seperti store atmosphere.
Penelitian dilakukan dengan wawancara terhadap 4 orang remaja pengunjung Mal 'X'. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa store image responden terhadap Mal 'X' tidak memenuhi karakteristik yang mereka harapkan, terutama yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hedonic. Pemecahan masalah yang disarankan adalah penyesuaian atribut- atribut store image dengan harapan dan kebutuhan konsumen. Penelitian konsumen yang berkelanjutan juga diperlukan sebagai upaya menyesuaikan mal dengan perubahan-perubahan perilaku konsumen di masa datang."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T38289
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanna Puspita
"Tugas Akhir dengan judul Rancangan Penelitian Persepsi Konsumen Remaja Putri terhadap Basic Fragrance Produk Baru (Studi Penetapan Brand Name, Communication Plan, dan Pricing) dibuat karena permasalahan yang dihadapi oleh PT. X. PT. X bermaksud membuat produk body care (perawatan tubuh), yaitu shower gel, hand & body lotion dan body splash cologne. Masing-masing jenis produk perawatan tubuh dibuat dalam lima varians fragrance (wewangian). PT. X menyadari adanya persaingan yang ketat dalam produk perawatan tubuh ini, mengingat bahwa produk ini sudah sangat menjamur di pasar. Oleh karena itu, PT. X merasa perlu untuk melakukan penelitian terhadap segmen pasar. Segmen pasar yang dibidiknya adalah wanita 12-21 tahun, dari berbagai strata sosial dengan berbagai macam gaya hidup. PT. X mempergunakan basic fragrance untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap wewangian yang menjadi ciri produk barunya tersebut. Penelitian persepsi konsumen akan dilakukan terhadap responden di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi_ Hasil yang diharapkan oleh PT. X dan penelitian ini adalah responden dapat memberikan rekomendasi tentang brand name (nama merek), communication plan (perencanaan komunikasi), dan pricing (harga) dari produk yang akan dibuat. Ketiga hal tersebut merupakan bagian dari unsur-unsur citra merek, di samping unsur-unsur lain yaitu produk itu sendiri, kemasan, dan distribusi.
Dengan memperhatikan berbagai hal yang berkaitan dengan citra merek dan kegiatan pemerekan, maka direkomendasikan bagi PT. X untuk mengadakan penelitian kualitatif; dengan metode utama Focused-Group Discussion (F GD) dan In-Depth Interview (IDI). Untuk memperkaya pengetahuan tentang responden, dipergunakan Daftar Isian Responden yang mencakup latar belakang, gaya hidup, konsep diri, dan pengalaman menggunakan produk perawatan tubuh. Sedangkan alat bantuan yang digunakan adalah Semantik Kepribadian Wewangian Penelitian dilakukan dalam 3 (tiga) tahap, yang masing-masing menghasilkan penajaman segmen, kepribadian wewangian, dan citra merek secara menyeluruh.

This Final Task, Research Design of Consumer's Perception to Basic Fragrance of New Product (Study for Determining Brand Name, Communication Plan, and Pricing), is written to answer problems faced by PT. X. PT. X wants to produce body care products, which are shower gel, hand & body lotion and body splash cologne. Each products has five variate in fragrance. Regarding to the amount of other bodv care products, PT. X awares of tight competition in body care market. Therefore, PT. X needs to hold research on market's segment. The targetted segment are female, 12-21 years old with any socio economic classes, whose live with any kind of life style. PT. X will use basic fragrance to find out consumer 's perception about the fragrance which is the special feature of the new products. Consumer's perception research will be given to respondents in Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi. PT. X expects respondents's recommendation about brand name, communication plan, and pricing of the those products as the result of the research. These three things are parts of brand image elements. The other elements are the product itself; package, and distribution.
Related to brand image and branding activities, it is highly recommended that PT. X can make a qualitative research with Focused-Group Discussion (FGD) and In-Depth Interview (IDI) as prime methods. To add acknowledge about respondents, they should jill in Respondents's Form which include respondent's background life style, self-concept, and experience in body care products usage add by Fragrance's Personality Semantics as aid instrument. Research conducted in 3 (three) steps in which each steps gives output: segment constrictions, fragrance personality, and brand image.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T37921
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Marketing strategy that concerns about comsumer behavior can generate a better strategy and output. Generally, consumer bahavior is affected both by inernal factors and also by externals factors...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>