Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 184493 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Yenny Puspitasari
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26695
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Katarina Damayanti
"Latar Belakang: Target angka keberhasilan pengobatan TB MDR/TB RR 2015 adalah ≥ 75 %. Angka keberhasilan pengobatan menurut WHO tahun 2013 adalah 52%. Kesenjangan antara target dan pencapaian masih sangat besar.
Metode: Penelitian cross sectional/potong lintang berdasarkan data rekam medis pasien TB MDR yang sudah ada hasil pengobatan sejak Januari 2013 sampai dengan Desember 2016. Hasil: Dari 409 pasien TB MDR di RSUP Persahabatan keberhasilan pengobatan 61,4% dengan hasil akhir pengobatan sembuh 243 subjek (59,4%), pengobatan lengkap 8 subjek (2%), meninggal 44 subjek (10,8%), loss to follow up 106 subjek (25,9%) dan gagal 8 subjek (2%). Pada penelitian ini 243 subjek (59,4%) laki-laki dengan rerata umur 38,79 ± 11,887 tahun, mayoritas gizi kurang dan terdapat pengobatan TB sebelumnya, resistensi terbanyak RHES dan efek samping terbanyak efek samping sedang (kelompok 2). Faktor umur, riwayat penggunaan alkohol dan komorbid DM mempunyai hubungan bermakna terhadap hasil akhir pengobatan (p<0,05). Riwayat penggunaan alkohol merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap hasil akhir pengobatan.
Kesimpulan: Keberhasilan pengobatan TB MDR di RSUP Persahabatan adalah sebesar 61,4% dan faktor yang berhubungan bermakna adalah umur, riwayat penggunaan alkohol dan terdapatnya komorbid DM.

Background: The target of treatment success rate of MDR TB/RR TB in 2015 is ≥ 75 %. The success rate in WHO 2013 is 52%. The gap between target and achievement is still very large.
Method: A cross sectional design based on medical record data of MDR TB patients who have been treatment outcomes from January 2013 to December 2016.
Result: Of a total 409 MDR TB patients at Persahabatan Hospital succes rate of treatment is 61,4% with the final outcome consist of cured 243 subjects (59,4%), complete treatment 8 subjects (2%), death 44 subjects (10,8%), loss to follow up 106 subjects (25,9%) dan failed 8 subjects (2%). Patients in this study were male 243 subjects (59,4%) with mean age of subjects 38,79 ± 11,887 years old, majority is malnutrition and had previous TB treatment, the most resistance is RHES and the most side effects is moderate. The age, alcohol user and comorbid DM were found to have significant relationship to treatment outcomes (p<0,05). The alcohol user is the most influential factor to the treatment outcomes.
Conclusion: The success rate of treatment outcome of MDR TB in Persahabatan hospital is 61,4% and associated factors is the age, alcohol user dan comorbid DM. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Hartono
"Penelitian-penelitian terdahulu mengenai hubungan imbal hasil saham dan laba telah mengidentifikasi beberapa faktor yang sifatnya spesifik perusahaan yang diyakini mempengaruhi hubungan imbal hasil saham-labs. Namun nampaknya laba yang dilaporkan hanya mampu menjelaskan sebagian kecil dari variasi imbal basil saham.
Penelitian ini mencoba untuk menganalisis sebagian besar faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan imbal hasil saham dan laba. Regresi berstruktur pohon yang mampu melakukan analisa penyekatan secara rekursif mengindikasikan bahwa perubahan laba per saham dasar, rasio book to market dan total akmal yang mempengaruhi imbal hasil saham dan mempengaruhi hubungan imbal hasil saham dan laba.
Hasil analisis regresi linear dengan melibatkan variabel-variabel yang diidentifikasi oleh regresi berstruktur pohon ternyata mampu menerangkan variasi dari imbal hasil saham dengan lebih baik daripada model tanpa variabel-variabel tersebut.
Dalam penelitian ini juga dianalisis kemampuan regresi berstruktur pohon dalam melakukan segmentasi data. Hasil analisis menunjukkan bahwa regresi berstruktur potion mampu mengelorapokkan observasi ke dalam kelompok-kelompok observasi sehingga memudahkan bagi analis untuk mengenali karakteristik dan tiap saham.
Uji konsistensi dilakukan untuk mengetahui apakah hasil penelitian ini cukup konsisten dengan mengubah cara pengukuran imbal hasil saham. Hasil uji konsistensi menunjukkan bahwa hasil penelitian ini cukup konsisten."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T20240
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uha Suliha
"ABSTRAK
Latar belakang masalah adalah bahwa :
Program pernberantasan tuberkulosis telah dimulai secara intensif sejak tahun 1969 melalui kegiatan vaksinasi BCG, penemuan & pengobatan penderita, penyuluhan kesehatan serta evaluasi. Tingginya angka prevalensi tuberkulosis di Indonesia menunjukkan bahwa upaya pemberantasan belum mencapai hasil yang diharapkan. Kegagalan pengobatan tuberkulosis paru lebih banyak disebabkan oleh faktor non rnedis dari pada faktor medis.
Beberapa penelitian menemukan bahwa kegagalan pengobatan disebabkan oleh faktor perilaku penderita itu sendiri dimana penderita tidak patuh berobat.
Pengobatan jangka pendek selama 6 bulan saat ini merupakan pengobatan yang sedang diterapkan dalam upaya pemberantasan tuberkulosis di Indonesia. Rumah Sakit Persahabatan sebagai pusat rujukan penderita tuberkulosis paru telah menggunakan pengobatan jangka pendek dengan paduan obat anti tuberkulosis RHZ, secara khusus belum pernah mengadakan penelitian tentang perilaku kepatuhan datang kontrol penderita dengan pengobatan jangka pendek tuberkulosis paru
Yang dimaksud perilaku kepatuhan datang kontrol dalam penelitian ini adalah patuh/tidak patuh penderita terhadap anjuran untuk datang kontrol ke poliklinik selama 6 bulan pengobatan. Disebut patuh bila datang kontrol secara kontinu setiap bulan selama 6 bulan pengobatan, dan disebut tidak patuh bila tidak datang kontrol, terlambat lebih dari 2 minggu, datang kontrol tetapi tidak kontinu.
Tujuan penelitian untuk 1) Mengetahui apakah ada hubungan pengetahuan, sikap, persepsi, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan jadwal kontrol berobat pada penderita tuberkulosis paru baik yang patuh maupun yang tidak patuh datang kontrol. 2). Mengetahui apakah ada pengaruh faktor pengetahuan, sikap, persepsi, pendidikan, pekerjaan,pendapatan serta faktor jadwal kontrol berobat terhadap perilaku kepatuhan datang kontrol.
Disain penelitian adalah cross-sectional. Penelitian dilakukan di poliklinik unit paru Rumah Sakit Persahabatan. Sampel adalah penderita baru tuberkulosis paru pada bulan Agustus-September-Oktober 1990 dengan pengobatan jangka pendek, berusia 15 tahun keatas, pada saat penelitian berdomisili di wilayah DKI Jakarta.
Pengolahan data menggunakan komputer dengan program SPSS. Dilakukan uji statistik kemaknaan dengan chi square dan uji multiple logistic regression.
Hasil penelitian ini adalah : 1). Pengetahuan secara keseluruhan dan pengetahuan tentang gejala batuk lebih dari 2 minggu, usaha agar sembuh, lamanya pengobatan ada hubungan dengan perilaku kepatuhan datang kontrol. Pengetahuan secara keseluruhan berpengaruh terhadap perilaku kepatuhan datang kontrol dengan kontribusi 1.7610. 2). Sikap secara keseluruhan tidak ada hubungan sedangkan sikap terhadap datang kontrol sesuai ketentuan, ternyata ada hubungan dengan perilaku kepatuhan datang kontrol. Sikap secara keseluruhan tidak berpengaruh, sedangkan sikap terhadap datang kontrol sesuai ketentuan berpengaruh terhadap perilaku kepatuhan datang kontrol dengan kontribusi 4.2934. 3). Jadwal kontrol berobat ada hubungan dan berpengaruh terhadap perilaku kepatuhan datang kontrol dengan kontribusi 3.1240. 4). Persepsi, pendidikan, pekerjaan, pendapatan ternyata tidak ada hubungan dan tidak berpengaruh terhadap perilaku kepatuhan datang kontrol. 5). Power adalah 62.82% .
Dari hasil penelitian ini dapat disampaikan saran kepada pengelola PKMRS rumah sakit Persahabatan hkususnya di poliklinik unit paru agar penyuluhan kesehatan kepada penderita tuberkulosis paru lebih ditekankan pada materi tentang gejala batuk lebih dari 2 minggu, usaha agar sembuh dan lamanya pengobatan.
Selanjutnya saran disampaikan kepada team dokter poliklinik unit paru Rumah Sakit Persahabatan agar program pengobatan selama 6 bulan diinformasikan kepada penderita sampai dengan menentukan jadwal kontrol berobat secara tertulis, jadwal tersebut merupakan lembaran kartu yang waktunya telah disepakati antara dokter dan penderita. Kartu jadwal tersebut dibuat rangkap dua, masing-masing untuk dibawa penderita dan dilampirkan pada dokumen medik.
Kepada ternan sejawat yang berminat kiranya dapat mengadakan penelitian lanjutan untuk 1). mencari jawaban mengapa penderita yang pengetahuan tinggi lebih banyak yang tidak patuh dan mengapa penderita yang mengetahui jadwal kontrol lebih banyak yang tidak patuh. 2). mencari faktor lain yang mempengaruhi perilaku kepatuhan datang kontrol dimana dalam
penelitian ini belum dapat diidentifikasi mengingat dari persamaan logistic regression didapat nilai constant= 0.1711.
Daftar bacaan : 51 (1965 .. 1990)"
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramonasari Nazahar
"ABSTRAK
Tuberkulosis (TB) paru masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Perilaku kepatuhan/keteraturan berobat merupakan kunci utama dalam pemberantasan penyakit ini. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor yang mempunyai hubungan dengan perilaku kepatuhan berobat penderita TB paru.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempunyai hubungan dengan perilaku kepatuhan berobat penderita TB paru yang berobat di Poli Paru Rumah Sakit Persahabatan Jakarta. Penelitian dilaksanakan pada bulan September dan Oktober 1996. Desain penelitian adalah cross sectional. Populasi penelitian adalah semua penderita TB paru yang berobat pada bulan September dan Oktober; sedangkan sampel yang diambil berjumlah 128 orang, merupakan seluruh penderita TB paru yang berobat di Rumah Sakit Persahabatan Jakarta, yang mendapat pengobatan jangka pendek dengan paduan OAT dan sudah teratur datang korrtrol ulang sesuai anjuran dokter selam 3 sampai 5 bulan. Perilaku kepatuhan dibagi dalam dua kategori yaitu patuh dan kurang patuh dilihat dari tanggal kedatangan. Pengumpuian data dilakukan oleh peneliti sendiri dengan cara wawancara langsung dengan penderita TB paru, berpedoman pada kuesioner yang telah dibuat.
Hasil analisis univariat membuktikan bahwa sebanyak 81 orang (63,2%) kurang patuh berobat dan yang patuh berobat 47 orang (36,8 %). Hasil analisis bivariat terhadap B variabel bebas dengan variabel terikat, ternyata menghasilkan 2 variabel yang mempunyai hubungan bermakna (p <0,05). Pertama, yaitu antar variabel pengetahuan dengan perilaku kepatuhan berobat , nilai Odds Ratio 2,63 (95% CI:1,14-20,66 p=0,026), yang berarti bahwa diantara responden yang kurang patuh berobat ternyata mereka yang berpengetahuan kurang mengenai penyakit TB Paru akan berperilaku 2,6 kali lebih sering tidak datang kontrol ulang sesuai anjuran dokter dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan baik. Kedua, yaitu antara variabel jarak dengan perilaku kepatuhan berobat dengan nilai Odds Ratio= 2,74 (95%Ci: 1,19-6,33 p=0,014) menunjukkan bahwa diantara responden yang kurang patuh berobat ternyata mereka yang merasa jarak tempat berobatnya jauh, mempunyai kemungkinan 2,7 kali lebih sering tidak datang kontrol ulang sesuai anjuran dokter dibandingkan dengan responden yang merasa jarak tempat berobatnya dekat.
Hasil analisis multivariat dengan metoda regresi logistik dari 8 variabel bebas yang diambil sebagai model, temyata hanya satu variabel yang mempunyai hubungan bermakna ( p< 0,05), yaitu jarak dengan nilai Odds ratio 2,8 p=0,01. ini membuktikan bahwa setelah terjadi interaksi antar variabel, ternyata hanya variabel jarak mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perilaku kepatuhan berobat penderita TB paru. Model regressi yang dibuat ternyata dapat menjelaskan sebanyak 69,5 % variasi kepatuhan berobat sebagai dependen variabel, yang sangat dipengaruhi oleh jarak tempat berobat.
Dengan demikian dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa jarak (Km, waktu dan kemudahan) untuk mencapai tempat berobat merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam mempengaruhi perilaku kepatuhan berobat penderita datang kontrol ulang sesuai anjuran dokter, dengan tidak menyampingkan faktor faktor lainnya.
Meningkatkan motivasi dengan kunjungan rumah oleh petugas secara berkala minimal 1-2 kali dalam masa pengobatan dan mendekatkan pelayanan kesehatan (merujuk ke puskesmas terdekat) untuk pengobatan selanjutnya merupakan suatu afternatif yang terbaik. Tentunya dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan di Puskesmas yang diharapkan minimal mendekati sama dengan pelayanan di Poli Paru Rumah Sakit Persahabatan Jakarta. Disamping itu perlu meningkatkan pendidikan kesehatan kepada penderita TB paru yang disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan pengetahuannya tentang penyakit TB paru.
Factors with Relationship to Medical Compliance Behavior of Patients with Lung Tuberculosis at the Jakarta Persahabatan Hospital in 1996Lung Tuberculosis (TB) is still a serious public health problem in developing countries, including Indonesia. Medical compliance is the key to the control of this disease. Therefore it is important to know factors which has relationship with medical compliance of TB patients.
The goal of this research is to find out factors which have relationship with compliance behavior of TB patients who are treated on a short term program with anti tuberculosis medication at the Jakarta Persahabatan Hospital. The research was performed in September and October 1996, using a cross sectional approach. The population consist of all patients treated on a short term program with anti tuberculosis medications at the Jakarta Persahabatan Hospital on September and October 1996. Purposive sampling resulted in a total of 128 samples, all lung TB patients who were treated on a short term program with anti tuberculosis medications and did comply with medical regimens for 3 to 6 months. Compliance were devided into two categories, compliance and noncompliance to consistancy and regularity in time of monthly check up according to doctor's advise. Data were collected by the researcher herself by means of a quetinnaire with previously fixed respons options.
Statistical univariate analysis shows that 81 patients (63,2%) do not comply and 47 patients (36,8%) do comply with medical regimens. Bivariate analysis between the eight independent varibles (knowledge, attitude, perseption, distance from medical facility, availability of medications in the Pharmacy, health provider's attitude, relative's attitude and colleage friend's attitude) with the dependent variable (compliance) resulted that only two variables has significant relationship ( p<0,05 ), which are: Between knowledge with medical compliance with Odds Ratio of 2,63 (95% CI; 1.14 - 20.66, p=0.026), which means that among noncompliers those with low knowledge about tuberculosis, its prevention and control, will behave 2.63 times more often neglect doctor's advise to follow the medical regimens, compared to those with good knowledge.
1) Between distance to health facility with medical compliance with Odds Ratio of 2.74 (95% Cl; 1.19 - 6.33, p=0.014), which means that among the noncopliers those patients who feel the distance is far, will behave 2.74 times more often neglect doctors advise to follow the medical regimens, compared to those who feel the distance is short.
2) Multivariate analysis with logistic regression between the eight independent variables with the dependent variable (compliance behavior) shows that only one variable, which is between the distance to health facility with medical compliance has a significant relationship (OR 2.8; p=0.01). This means that after interaction within the independent variables and dependent variable, only "distance" has the strongest influence toward medical compliance of TB patients. The regression model explains that 69.5% variation of medical compliance as dependent variable are influenced by "distance". This conclude that in this research, distance (in Km, time spend and convenience) to reach the health facility is the most important factor which influence compliance with medical regimens of TB patients, without neglecting other factors.
Patient compliance can be improved by regular visits (1-2 times during medical treatment) of health personnel and also referral to the closest Heath Center may solve distance problems. Heath education to be match with patient's education and knowledge is another task to improve compliance of TB patients.
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Via Dolorosa Halilintar
"Kanker Payudara KPD merupakan jenis penyakit Kanker dengan risiko insidensi mortalitas tertinggi di Indonesia. Tesis ini membahas tingkat kepatuhan dan faktor ndash; faktor yang mempengaruhi kepatuhan pengobatan pasien Kanker Payudara KPD yang menjalani terapi hormonal dengan Tamoxifen pada pasien RS Kanker Dharmais tahun 2018. Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan desain potong lintang cross-sectional. Penelitian diikuti oleh sebanyak 109 orang responden. Tingkat kepatuhan pengobatan dinilai melalui kuesioner MARS-5 yang dimodifikasi. Karaktersitik sosiodemografi dan klinis diperoleh dari wawancara dengan menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepatuhan pengobatan KPD dengan Tamoxifen adalah 90,9 dengan proporsi pasien yang patuh adalah 75,2 82 dari 109 orang. Umur pasien, pendapatan, tingkat pendidikan, pemberian informasi dan edukasi tentang pengobatan, dan tingkat pengetahuan pasien mempunyai pengaruh yang bermakna dalam mempengaruhi tingkat kepatuhan pengobatan. Analisis multivariat menunjukkan bahwa Umur responden, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan merupakan faktor yang paling berpengaruh dan menentukan tingkat kepatuhan pengobatan. Tingkat Pendidikan merupakan variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap kepatuhan pengobatan. Melalui penelitian ini disarankan untuk memberikan perhatian khusus untuk pasien ndash; pasien dengan karakteristik tertentu seperti pasien dengan tingkat pendidikan atau berpendapatan rendah.

Breast Cancer BC is. type of cancer disease with the highest incidence of mortality in Indonesia. The focus of the study was to determine the level of adherence and factors influencing the adherence of the treatment of BC patients undergoing hormonal therapy with Tamoxifen in patients with Dharmais Cancer Hospital in year 2018. The study is an observational study with. cross sectional design. The study was followed by 109 respondents. Medication adherence levels assessed via questionnaire MARS. modified. Sociodemographic and clinical characteristic obtained from interviews using questionnaires.
The results showed that the medication adherence level of KPD with Tamoxifen was 90.9 with the proportion of adherent patients was 75.2 82 of 109 patients. Patient age, income, education level, information and education about treatment, patient 39. level of knowledge have. significant influence on the level of medication adherence. Multivariate analysis showed that the age of respondents, level of education, level of knowledge is the most influential factor and determine the level of treatment adherence. Education level is the variable that has the greatest effect on medication adherence. Through this study, it is advisable to pay particular attention to patients with certain characteristics such as patients with low education or low income levels.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
T51466
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ira Candra Kirana
"ABSTRAK
Upaya pengendalian TB-MDR telah dilakukan, namun hasil akhir pengobatan pasien TB-MDR masih menjadi permasalahan terkini yang perlu diselesaikan. Di Indonesia, terjadi penurunan success rate pasien TB RO sejak lima tahun terakhir, yaitu kisaran 68-46, sedangkan hasil pengobatan buruk lebih fluktuatif dan masih tinggi yaitu kisaran 28-47. Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran dan faktor yang berhubungan dengan hasil pengobatan pasien TB-MDR di Indonesia. Data yang digunakan adalah data pasien TB-MDR yang berusia 15 tahun yangmemulai pengobatan antara Januari 2013-Desember 2015 dan teregister dalam e-TB Manager. Didapatkan 1.683 kasus dengan 49,7 pasien sembuh, 2,7 lengkap, 14,1 meninggal, 4,4 gagal, dan 29,1 loss to follow up.Analisis bivariat dilakukan untuk mengidentifikasi faktor yang berhubungandenganhasil pengobatan buruk kematian, gagal, atau loss to follow up. Faktor risiko terhadap hasil pengobatan buruk adalah usia 45 tahun RR 1.32; 95 CI 1.20-1.46, resistansi OAT lini 1 RR 34.1; 95 CI 8.24-141.0, resistansi OAT lini 1 lini 2 dan/atau florokuinolon RR 32; 95 CI 7.9-134.0, kavitas paru RR 1.21; 95 CI 1.00-1.44, interval inisiasi pengobatan >30 hari RR 1.11; 95 CI 1.00-1.24, dan tempat tinggal di desa RR 1.15; 95 CI 1.02-1.30. Sedangkan faktor protektor terhadap hasil pengobatan buruk adalah paduan standar RR 0.73; 95 CI 0.59-0.91.

ABSTRACT
Efforts to control MDR TB have been done, but treatment outcome of MDR TB patients remains a current issue that needs to be resolved. In Indonesia, success rate was declining in the last five years, from 68 46 , whereas poor treatment results are more fluctuate and still high at 28 47. This cohort retrospective study was conducted to analyze the characteristics and factors influencing treatment outcomes of MDR TB patients in Indonesia. This research was use data from e TB Manager and included all MDR TB patients who were ge 15 years and starting treatment between January 2013 and December 2015. Overall, 1.683 MDR TB patientswere included,49.7 recovered, 2.7 complete treatment, 14.1 died, 4.4 treatment failure, and 29.1 loss to follow up. A bivariate analysis was used to identify risk factors for poor treatment outcomes, which were defined as death, treatment failure, or loss to follow up. The risk factors for poor treatment outcome were age above 45 years RR 1.32, 95 CI 1.20 1.46, patients who are resistant first lines TB drugs RR 34.1 95 CI 8.24 141.0 and first lines TB drugs 2nd lines injection and or fluoroquinolone RR 32 95 CI 7.9 134.0, lung cavity RR 1.21, 95 CI 1.00 1.44, treatment initiation interval 30 days RR 1.11 95 CI 1.00 1.24, and residence in rural areas RR 1.15 95 CI 1.02 1.30. While the protector factor for poor treatment outcome is standardized regimen RR 0.73 95 CI 0.59 0.91."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>