Ditemukan 179340 dokumen yang sesuai dengan query
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
M. Dachyar
"The Design of Performance Assessment Model for Customer Relationship Management in Banking industries Using Analytic Hierarchy Process. Customer Relationship Management is an approach to organize company? interactions with customers that starts with a customer-centered point of view. Basically, the goals of adopting CRM are to increase customer retention and customer satisfaction. Previous researches had shown that retaining customers is more profitable than building new relationship with the customers. Therefore, in order to gain more customers, bank industries in Indonesia start to adopt CRM This condition results in increased emphasis on developing measures that are customer-centric and give managers a better idea of how their CRM policies and programs are working. In this research, a performance assessment model for Customer Relationship Management in banking industries is designed using Analytic Hierarchy Process. First the criteria and sub criteria as performance indicators are chosen and weighted by experts; the chosen criteria are Customer Knowledge, Customer Value, Customer Interaction, Customer Satisfaction, and Financial. Then an assessment model is constructed based on the chosen criteria and sub criteria. The result is a performance assessment model for Customer Relationship Management in banking industries."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
JUTE-19-1-Mar2005-94
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Lydia Martun
"Customer Relationship Management adalah pendekatan untuk mengorganisasi interaksi perusahaan dengan pelanggan yang dimulai dengan suatu sudut pandang berfokus pada pelanggan. Pada dasamya, alasan perusahaan mengadopsi CRM adalah untuk meningkatkan ketahanan pelanggan (customer relation) dan kepuasan pelanggan (customer satisfaction). Berbagai riset yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa mempertahankan pelanggan lama lebih menguntungkan daripada menarik pelanggan baru. Oleh karena ilu, dalam upaya memenangkan nasabah, industri perbankan nasional mulai menerapkan CRM. Hal ini juga memicu kebutuhan pengukuran kinerja CRM yang dapat memberikan gambaran kepada manajer bagaimana kebijakan dan program CRM bekerja.
Dalam penelitian ini dirancang model untuk melakukan penilaian kinerja Customer Relationship Management dalam industri perbankan dengan metode Analytic Hierarchy Process. Pertama-tama kriteria dan sub kriteria sebagai indikator kinerja CRM dipilih dan dibobotkan oleh para ahli, lalu dibuat model penilaian kinerja untuk CRM dalam industri perbankan berdasarkan kriteria dan sub kriteria tersebut. Hasil yang diperoleh adalah model penilaian kinerja untuk CRM dalam industri perbankan. Suatu contoh penilaian kinerja untuk altenatif bank dibuat untuk menjelaskan kegunaan model itu."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S50177
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Ricky Andriansyah
"Pemeringkatan industri rumah sakit berdasarkan kinerja merupakan sumber informasi yang berharga bagi berbagai stakeholder dalam industri tersebut. Agar pemeringkatan terhadap berbagai nlmah sakit dapat dilakukan, maka diperlukan identifikasi terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja rumah sakit. Kinerja setiap rumah sakit kemudian diukur relatif terhadap faktor-faktor tersebut kemudian dibandingkan dengan kinexja nlmah sakit lain untuk mengetahui peringkat suatu rumah sakit dalam industri rumah sakit secara keseluruhan.
Metode AHP (Analytic Hierarchy Process) digunakan untuk memexingkatkan rumah sakit berdasarkan kinerjanya. Langkah awal yang dilalcukan adalah mengidentiiikasi herbagai ul-curan kinerja rumah sakit yang dibagi ke dalam kriteria dan subkriteria. Perbandingan berpasangan kemudian dilalcukan untuk mengetahui bobot masing-masing kriteria dan subkriteria. Berikutnya dilakukan perhitungan lconsistensi pada setiap matriks perbandingan berpasangan sebagai bentuk valiclasi dari model yang telah terbentuk. Langkah akhir penyelsaian model adalah dengan membuat skala intensitas untuk setiap subkxiteria pada model.
Model pengukuran kinerja yang terbenmk terdiri dari delapan kliteria utama dan 34 subkriteria. Setiap matriks perbandingan berpasangan memiliki rasio konsistensi kurang dad 10%, sehingga model bersifat konsisten. Aspek-aspek kualitatif memiliki bobot lebih besar daripada aspelc kuantitalif dalam penentuan kinerja rumah sakit. Penclilian Icbih lanjut untuk menentukan interval skala intcsitas untuk masing-masing subkriteria masih diperlukan.
Hospital performance rating is valuable information for stakeholders of hospital industry. ln order to rate hospitals, we need to identiU factors that contribute to the overall performance of hospital, namely hospital performance measures. Perfomance of a hospital is then measured relative to the performance measures and is compared to another hospital’s performance. From the comparison process, we obtain hospital perfomiance rating within the industry.The Analytic Hierarchy Process is carried out to rate hospitals based on their performance. The iirst step is to identify hospital perfomiance measures that are divided into criteria and sub criteria. Pairwise comparison is then applied to generate weights for criteria as well as sub criteria. Next, consistency ratio calculation for each pairwise comparison matrix is needed to validate the performance measurement model. Finally, rating intensities are constructed for sub criteria in the model.As a result, performance measurement model for hospital rating consists of 8 criteria and 34 sub criteria. All of the pairwise comparison matrixes have consistency ratio value less than 10%, meaning that the model is consistent. It seems that qualitative performance measures affect hospital performance greater than quantitative performance measures, as can be seen from their relative weights."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S49981
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Djemi
"Industri farmasi merupakan salah satu industri yang memiliki banyak aturan yang ketat. Oleh sebab itu, proses pemeliharaan mesin-mesin dan fasilitas menjadi salah satu perhatian utama manajemen perusahaan. Saat ini, belum banyak penelitian yang dikhususkan untuk menilai kinerja manajemen pemeliharaan di industri farmasi. Melalui penelitian ini, penulis berusaha mencari, mengelompokkan, dan membobotkan kriteria utama dan subkriteria dalam penilaian kinerja manajemen pemeliharaan di industri farmasi. Responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah para manajer pemeliharaan di beberapa perusahaan farmasi yang beroperasi di Indonesia. Untuk melakukan pembobotan pada kriteria utama dan subkriteria digunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP).
Hasil akhir dari penelitian ini adalah model hirarki keputusan untuk penilaian kinerja manajemen pemeliharaan di industri farmasi yang berupa kriteria utama dan subkriteria penilaian beserta bobotnya. Untuk memperjelas penggunaan model hirarki keputusan tersebut, diberikan contoh model hipotesis berikut analisis sensitivitasnya.
Pharmaceutical industry is one of some high-regulated industries. that is why the maintenance of machines and facilities becomes highly concerned by the company management. today, there are only few researches on performance measurement of maintenance management in pharmaceutical industry. in this research, the writer search, classify and weight the criteria and sub criteria for measuring performance of maintenance management in pharmaceutical industry. respondents of this research are managers of soma pharmaceutical companies operating in indonesia. In order to weight the criteria and sub criteria, analytic hierarchy process (ahp) is used.The result of this research is a model of decision hierarchy for performance measurement of maintenance management in pharmaceutical industry, containing criteria and sub criteria with their weights. the implementation of the model is illustrated by an example of hypothesis model and its sensitivity nalysis."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S50018
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
A. Iwan Setiawan
"Persaingan dalam industri pertambangan yang ketat di Indonesia yang merupakan negara yang mempunyai potensi mineral ketiga terbesar di dunia membuat suatu perusahaan harus mengetahui faktor-faktor kunci yang menentukan keberhasilannya dalam bisnis. Selain itu perlu ada suatu model yang dapat menilai tingkat keberhasilan perusahaan itu dengan faktor-faktor itu sebagai indikator.
Dalam penelitian ini dirancang model untuk melakukan rating kinenja perusahaan pertambangan dengan metode Analytic Hierarchy Process. Pertama-tama kriteria dan sub kriteria sebagai indikator kinerja perusahaan pertambangan dipilih dan dibobotkan oleh para ahli pertambangan, lalu dibuat model rating untuk perusahaan pertambangan berdasarkan kriteria dan sub kriteria itu. Hasil yang diperoleh adalah model rating kinerja perusahaan pertambangan. Suatu contoh rating untuk perusahaan pcrtambangan batubara dibuat untuk menjelaskan kegunaan model itu.
The competition in mining industry in Indonesia, that has the third highest mineral potential in the world, is forcing the companies to understand the key factors of its business success. There is also a need for a model that can rate the companies’ success using the factors as indicators.In this research, a performance rating model for mining company is designed using Analytic Hierarchy Process. First, the criteria and sub criteria as performance indicators is chosen and weighted by mining experts, and then a rating model is constructed based on the criteria and sub criteria. The result is a performance rating model for mining company. An example of coal mining company rating is illustrated to explain the use of the model."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S50165
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Deby Andrea Sunyoto
"Badan Pusat Statistik adalah Lembaga Pemerintah Non-Kementerian yang mempunyai tugas untuk menyediakan data dan informasi statistik yang berkualitas. Hal ini merupakan tantangan bagi BPS untuk selalu meningkatkan mutu penyediaan data dan informasi statistik sekaligus mutu pelayanannya. Untuk melakukan perbaikan dan meningkatkan kualitas instansi maka perlu melakukan pengukuran performansi secara berkala sehingga dapat diketahui pencapaian terhadap visi dan misi.
Metode pengukuran kinerja organisasi BPS pusat menggunakan pendekatan dari 4 perspektif yaitu Perspektif Pelanggan, Perspektif Stakeholder, Perspektif Bisnis Proses, dan Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran. Penerjemahan strategi (visi dan misi) menghasilkan 14 sasaran strategis dan 20 KPI yang akan digunakan sebagai ukuran didalam scorecard serta 25 rencana aksi.
Hasil pembobotan kepentingan dengan menggunakan AHP diperoleh hasil lebih memfokuskan kepada perspektif proses bisnis internal 37,7%, perspektif pembelajaran & pertumbuhan 30,8%, kemudian perspektif pelanggan dan perspektif stakeholder yang memiliki kepentingan yang sama 15,7%.
Central Bureau of Statistics is a non-ministry government institution that has the task to provide statistical data and information quality. This is a challenge for the BPS to always improve the quality of the provision of data and statistical information as well as quality of service. To make repairs and improve the quality of institutions is necessary to conduct periodic performance measurement so that it can be seen the achievement of the vision and mission. Organizational performance measurement method using the approach of Connecticut from four perspectives: Customer Perspective, Stakeholder Perspective, Business Process Perspective, and Learning and Growth Perspective. Translating of strategy (vision and mission) to produce 14 goals of strategic and 20 the KPIs to be used as a measure in the scorecard and 25 action plans. The result of interest by using the AHP weighting obtained result is more focused on internal business process perspective 37.7%, learning & growth perspective 30.8%, then the customer perspective and the perspective of stakeholders who have interests similar 15.7%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S51799
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Soleh Ashari
"Revolusi industri 4.0 ditandai dengan dimulainya era digitalisasi dunia usaha. Kondisi ini menuntut semua sektor industri bertransformasi melalui digitalisasi proses bisnis. Advanced Metering Infrastructure (AMI) adalah representasi dari transformasi digital teknologi peralatan dan layanan pelanggan yang disampaikan oleh perusahaan utilitas di industri kelistrikan dan sekaligus merupakan inti dari sistem Smart Grid. Dengan dimulainya tahap komersialisasi infrastruktur AMI ke pelanggan di Jakarta, Perusahaan Listrik Negara atau PT PLN (Persero) selaku perusahaan pengelola usaha penyediaan tenaga listrik di Indonesia telah berhasil membangun ekosistem infrastruktur AMI pada tahun 2021. Komersialisasi pembangunan infrastruktur AMI dilakukan secara bertahap sesuai dengan target dan kemampuan pendanaan perusahaan. Diperlukan metode yang tepat dalam fase pengembangan ekosistem AMI agar PT PLN dan pelanggan dapat memaksimalkan fitur dan manfaat teknologi AMI di masa mendatang. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembuatan skala prioritas dalam hal pemilihan lokasi pembangunan ekosistem pelanggan AMI. Dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP), ditemukan metode pemilihan lokasi pembangunan ekosistem AMI dengan memprioritaskan beberapa hal. Berdasarkan expert judgement dengan total rasio inkonsistensi gabungan sebesar 0,01 diketahui bahwa PLN dapat memprioritaskan lima kriteria penentuan lokasi yaitu permasalahan penyalahgunaan energi listrik (C12) sebesar 10,3%, permasalahan piutang (Bad Debt) (C13) dengan 9,7%, Ketepatan GIS Mapping Pelanggan (C44) sebesar 8,9%, jumlah pelanggan per gardu (C42) sebesar 5,9%, dan kondisi dan aksesibilitas infrastruktur komunikasi (C46) sebesar 5,9% untuk mengoptimalkan ekosistem pelanggan Advanced Metering Infrastructure (AMI).
The industrial revolution 4.0 is marked by the commencement of the digitalization era of the business sector. This condition requires all industrial sectors to transform through the digitalization of business processes. Advanced Metering Infrastructure (AMI) is a representation of the digital transformation of equipment technology and customer service delivered by utility companies in the electricity industry and is at the same time the core of the Smart Grid system. With the start of the commercialization phase of AMI infrastructure to customers in Jakarta, the State Electricity Company or PT PLN (a limited liability company) as the company managing the electricity supply business in Indonesia has successfully built an AMI infrastructure ecosystem in 2021. The commercialization of AMI infrastructures takes place in stages in accordance with the company's targets and funding capabilities. The right method is needed in the development phase of the AMI ecosystem so that PT PLN and customers can maximize the features and benefits of AMI technology in the future Therefore, it is necessary to make a priority scale in terms of choosing the location for the development of the AMI ecosystem. By using Analytic Hierarchy Process (AHP) method, a method for selecting AMI ecosystem development location was found by prioritizing several things. Based on expert judgment with a total overall inconsistency value of 0.01 it is known that Jakarta's PLN must prioritize five subcategories are theft loss’s chance (C12) with 10,3%, corporation's bad debt problems (C13) with 9.7%, Customer GIS Mapping Accuracy (C44) by 8.9%, the number of customers per substation (C42) by 5.9%, and the Condition-Accessibility of Communication Infrastructure (C46) of 5.9% to optimize the Advanced Metering Infrastructure (AMI) customer ecosystem"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Lubis, Ade Amalia
"Proses akuisisi lahan merupakan salah satu proses terpenting dalam menentukan keberhasilan suatu proyek pembangunan tower Base Transceive Station (BTS). Akuisisi lahan tidak mudah dilakukan karena ada banyak pihak yang berkaitan dengan dengan perolehan izin pembangunan tower di lahan tersebut. PT SK, sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dalam penyediaan jasa pembangunan dan penyewaan tower BTS, mempercayakan pada vendor untuk melakukan akuisisi lahan. Oleh karena itu, untuk menunjang keberhasilan proyek pembangunan tower, dibutuhkan evaluasi kinerja kontraktor Sitac yang juga dapat digunakan untuk mengakomodasi pemilihan atau penunjukkan kontraktor untuk proyek selanjutnya. PT SK perlu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kerja kontraktor akusisi lahan, baik yang bersifat kualitatif, maupun kuantitatif. Selain itu, dibutuhkan suatu model yang dapat menilai kinerja vendor atau kontraktor akusisi lahan berdasarkan faktor-faktor tersebut tersebut. Dalam penelitian ini, akan dihasilkan suatu model rating kinerja kontraktor dengan menggunakan metode Analytic Network process (ANP), yaitu suatu metode pengambilan keputusan yang mempertimbangkan adanya berbagai macam hubungan ketergantungan dan timbal balik. Seluruh data yang digunakan untuk memperoleh model rating ini merupakan pendapat subyektif dari para pihak PT SK yang dianggap berpengalaman dalam menangani proyek pembangunan tower, termasuk shareholder PT SK. Proses pembuatan model ini dimulai dari pemilihan kriteria dan sub kriteria sebagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan kinerja kontraktor Sitac, penentuan hubungan antar sub kriteria dan kriteria, serta pembobotan kriteria dan sub kriteria tersebut. Penelitian ini juga menghasilkan contoh rating dan form untuk model tersebut yang dapat diaplikasikan PT SK untuk evaluasi kinerja kontraktor akuisisi lahan.
Site Acquisition (Sitac) is one of the most important process which may determine the success of Base Transceive Station (BTS) tower construction project. Site acquisition is not that easy to do, because there are many people who related in getting permittion for tower construction in that site. PT SK, a company which run a bussiness in providing BTS tower construction and rental, trusting their vendor for most of activities in site acquisition process. Therefore, to support the success of tower construction project, it needs site acquisition vendor performance evaluation which can also accomodate vendor selection for next project. PT SK should also identify factors which influence the success of contractor or vendor performance in site acquisition, both qualitative and quantitative. Beside that, it need a model to evaluate vendor or contractor performance based on those factors. In this research, it will be created a rating model for site aqcuisition vendor performance using the Analytic Network process (ANP), a decision making method that makes it possible for us to deal systematically with all kinds of dependence and feedback. All supported data which used to generate this rating model is derived from subjective decision by several experts in PT SK who experienced in tower construction project, including shareholder. Rating model construction is started from selecting criteria and sub criteria which influence the success of site acquisition contractor performance, identifying relationship between sub criteria and criteria, and then weighting those criteria and criteria. This research also generate rating sample and a form which can be applicated by PT SK in evaluating site acquisition contractor performance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S50329
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library