Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 202938 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Fahrul Safrizal
"Tulisan ini membahas mengenai bentuk fasad dan elemen-elemen fasad bangunan sekolah kolonial modern di Kota Yogyakarta tahun 1900 sampai 1940. Dalam kajian arkeologi, fasad bangunan merupakan salah satu bentuk peninggalan masa kolonial yang memiliki keistimewaan dan keunikan tersendiri yang mengandung nilai penting dan sejarah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk fasad dan elemen- elemen fasad bangunan-bangunan sekolah kolonial di kota Yogyakarta, serta faktor-faktor apa yang mempengaruhi suatu bentuk fasad bangunan sekolah. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dari bentuk dan gaya bangunan, dengan tahapan penelitian terdiri dari pengumpulan data, pengolahan data dan penafsiran data. Hasil yang diperoleh dari penelitian menunjukkan bahwa semua fasad bangunan-bangunan sekolah memiliki keunikan dengan adanya pengaruh dari perpaduan gaya Eropa dan gaya Lokal. Selain itu terdapat kesamaan pada semua bentuk fasad sekolah yaitu berbentuk persegi panjang, namun memiliki perbedaan pada detail dan elemen-elemen fasad ( atap, dinding, jendela, pintu, lubang- lubang angin atau ventilasi dan hiasan atau ornamen) bangunannya yang di pengaruhi oleh faktor waktu, keletakkan atau lokasi, dan historis.

This paper will discusses about the facades and element of the facades of modern colonial school buildings in Yogyakarta from 1900 to 1940. In archaeological studies, the facades are a form of heritage from the colonial period which has its own peculiarities and uniqueness which contains historical and important values. This study aims to determine the form of facades and facade elements of colonial school buildings in the city of Yogyakarta, as well as what factors influence a form of school building facades. The method used in this research is descriptive analysis of form and style, with the research stages consisting of data collection, data processing and interpretation. The results obtained from the study show that all school building facades are unique with a combination of European and local styles. In addition, there are similarities in the shape of the facade, which is rectangular, but has differences in the details and elements of the facade (roofs, walls, windows, doors, vents and ornament) of the building which is influenced by time, place or location, and historical factors."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Susilantini
Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebuadayaan, 2014
347.05 END s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Frial Ramadhan Supratman
"Kota Cirebon pada awal abad ke-20 menghadapi berbagai problema. Salah satu problema yang dihadapi oleh Kota Cirebon adalah masalah kesehatan. Masalah ini sebenarnya bukanlah masalah baru bagi Kota Cirebon. Pada masa sebelumnya Kota Cirebon pernah mengalami gangguan kesehatan seperti munculnya wabah penyakit malaria pada tahun 1805. Permasalahan itu berlanjut ketika Kota Cirebon ditetapkan sebagai Gemeente pada tahun 1906. Permasalahan itu ditimbulkan oleh ekologi alami, kebijakan pemerintah hingga kebiasaan masyarakat. Hal itu memunculkan bebrbagai penyakit. Dua penyakit yang muncul pada awal abad ke-20 di Kota Cirebon adalah malaria dan pes. Untuk membrantas penyakit-penyakit yang ada maka pemerintah dan masyarakat bekerjasama untuk menanggulanginya. Penanggulangan itu berupa pembentukan DVG, pembentukan rumah sakit dan poliklinik, pengobatan, perbaikan kampung dan infrastruktur hingga memperjuangkan kesehatan dalam Dewan Kota.;

Cirebon city in early tweentieth century had several problems. The one of problems in Cirebon city was the health problem. Its was not a new problem for city. In previous time, Cirebon city had a health problem such as the emergence of malaria pleague in 1805. Its problem continued when Cirebon city appointed as Gemeente in 1906. The problem caused by natural ecology, government policy and society custom. These made several diseases. The two diseases in Cirebon city at the early tweentith century is malaria and pes. To extirpate diseases government and society worked together to tackled it such as the emergence of DVG, the formation of hospital and polyclinic, development of kampung and infrastructure, and fighted for health at city assembly."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S46069
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Sifa Fauziah
"Depok merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki kisah sejarah akibat kolonialisme. Kawasan Depok Lama merupakan saksi dari kisah sejarah Depok pada masa kolonial. Hingga sekarang ini masih terlihat bangunan-bangunan dengan arsitektur masa kolonial yang dijaga keasliannya oleh masyarakat. Beberapa di antaranya resmi ditetapkan sebagai cagar budaya dan lainnya masih dalam proses kajian pemerintah. Namun karena kebutuhan ruang yang semakin meningkat, bangunan cagar budaya menjadi rawan dalam pengalihfungsian. Berdasarkan pada permasalahan tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji mengenai proses keruangan perubahan bangunan cagar budaya peninggalan masa kolonial di Kota Depok dengan melihat faktor berupa penggunaan lahan, cara hidup, dan jarak bangunan ke jaringan transportasi. Tahun data penggunaan lahan yang digunakan adalah 1901, 1938, 1999, dan 2019. Fungsi bangunan diklasifikasikan menjadi sarana pemerintahan, fasilitas umum, dan rumah tinggal. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan analisis triangulasi dan spasial. Kemudian hasil yang ditunjukkan dalam penelitian ini adalah bangunan dengan fungsi rumah tinggal lebih cepat mengalami perubahan jika dibandingkan dengan fungsi lainnya karena dekat dengan jalan arteri dan kepemilikannya masih pribadi sehingga lebih mudah berubah ke arah komersial. Bangunan dengan fungsi fasilitas umum lebih terjaga karena sudah ada SK dari pemerintah serta memiliki jarak paling jauh dari jalan arteri.

Depok is one of the cities in Indonesia which has a history of colonialism. Depok Lama area is a witness to the historical story of Depok City during the colonial period. To date, there are still buildings with colonial architecture that have been preserved by the community for their authenticity. Some of them are officially declared as cultural heritage and others are still in the process of being reviewed by the government. However, due to the increasing need of space, cultural heritage buildings are prone to land conversion. Based on these problems, the purpose of this study is to examine the spatial process of changes in cultural heritage buildings from colonial period in Depok City by considering factors such as land use, way of life, and distance of buildings to the transportation network. The years of land use data used are 1901, 1938, 1999, and 2019. Building functions are classified into government facilities, public facilities, and houses. The method used in this research is a qualitative method with triangulation and spatial analysis. The results obtained from this study are buildings with residential functions undergo changes quicker compared to other functions because they are closer to arterial roads and their ownership is still private so it is easier to change into a commercial direction. Building with public facilities functions are preserved better because there is a decree from the government and have the farthest distance from the arterial road."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fauzi Rachman
"Tugas akhir ini membahas perkembangan perbaikan sanitasi kota Bandung pada periode 1918-1929. Perbaikan sanitasi meliputi pembangunan infrastruktur pengadaan air bersih seperti pompa air dan pipa ledeng, penataan ulang tata kota, dan program perbaikan kampung-kampung pribumi oleh pemerintah kota Bandung. Meskipun pembangunan kota Bandung pada masa kolonial didasarkan terhadap pertimbangan pragmatis yaitu memberi kenyamanan bagi penduduk  “Eropa”, namun dalam penelitian ini akan diperiksa juga bagaimana dampaknya pembangunan sanitasi ini terhadap masyarakat pribumi kota Bandung. Penelitian menggunakan sumber primer berbentuk catatan resmi pemerintahan kolonial yang berupa Uitbreidingsplan Noord Bandoeng yang disusun oleh pemerintah kota Bandung, serta artikel-artikel yang berasal dari berbagai edisi De Preanger Bode dan Bataviaasch Nieuwsblad. Arsip didapatkan dari arsip yang disediakan oleh situs Delpher, KITLV dan Colonial Architecture EU, beserta sumber sekunder yang berbentuk penelitian terdahulu mengenai kota Bandung dan distribusi fasilitas air bersih di Hindia Belanda. Penelitian menemukan bahwa perjuangan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh pribumi dalam perbaikan sanitasi untuk masyarakat pribumi berhasil dalam skala yang terbatas.

This thesis discusses the development of sanitation improvements in the city of Bandung in the period 1918-1929. improvements in sanitation includes the construction of water-procuring infrastructure such as water pumps and plumbing, reorganization of city planning, and a program to improve indigenous kampung by the Bandung city government. Although the development of the city of Bandung during the colonial period was based on pragmatic considerations, namely providing comfort for the "European" population, this research will also examine the impact of this sanitation development on the indigenous people of the city of Bandung. The research uses primary sources in the form of official colonial government records in the form of Uitbreidingsplan Noord Bandoeng compiled by the Bandung city government, and articles from various editions of De Preanger Bode and the Bataviaasch Nieuwsblad. Archives were obtained from archives provided by the online sites Delpher, KITLV and Colonial Architecture EU, along with secondary sources in the form of previous research regarding the city of Bandung and the distribution of clean water facilities in the Dutch East Indies. The research found that the struggle carried out by indigenous figures to improve sanitation for indigenous communities was successful on a limited scale."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pranalendro Muliawan
"Media penyimpanan yang digunakan di bank memiliki beberapa variasi diantaranya lemari besi dan Safe deposit box. Penelitian ini mengambil koleksi lemari besi dan Safe deposit box di Museum Bank Mandiri. Koleksi Lemari besi dan Safe deposit box menjadi objek penelitian karena memiliki keunikan dalam pembuatan, penggunaan dan bahan materi media tersebut. Analisa penelitian menitikberatkan pada bentuk, ruang, dan waktu. Penelitian dilakukan dengan observasi, analisis, dan interpretasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis media penyimpanan pada masa kolonial dan untuk mengetahui fungsi dari media penyimpanan tersebut.

Storages which used in bank has several variations including the vault and safe deposit box. This study takes the collection of vault and safe deposit box at the Bank Mandiri Museum. The vault and the safe deposit box was the research object because it has uniqueness in making, using and the resource materials. The main research analysis focuses on form, space, and time. The research was done by observation, analysis, and interpretation. This study intended to find the types of storage media in the colonial period and to find the function of the media."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S53419
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Septiadi
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan memberikan gambaran umum tentang sistem pertahanan benteng di Sumedang. Objek yang diteliti adalah benteng kolonial pada awal abad ke-20. Benteng di Sumedang menjadi objek penting sebagai sarana pertahanan dalam kaitannya dengan Jalan Pos, Bandung, dan pemerintah pusat Kabupaten Sumedang. Pertahanan tersebut dimotivasi oleh keberadaan Benteng Benteng Palasari, Benteng Koentji, Pintu Air Raga Diem, Bunker Pasir Raja, Bunker Pasir Kolecer, Bunker Darmaga, Bunker Darmaga, Bunker Baterai, dan Bunker Pasir Kiara.

This study aims to explain and provide a general description of the fort defense system in Sumedang. The object under study was the colonial fort at the beginning of the 20th century. The fort in= Sumedang became an important object as a means of defense in relation to Jalan Pos, Bandung, and the central government of Sumedang Regency. The defense was motivated by the presence of Benteng Palasari Fortress, Koentji Fortress, Diem Raga Gates, Sand Raja Bunkers, Kolecer Sand Bunkers, Darmaga Bunkers, Darmaga Bunkers, Battery Bunkers, and Kiara Sand Bunkers."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
David Nugroho Akbar Karsten
"Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan arena sosial pedalangan wayang kulit Yogyakarta. Perhatian tentu saja diberikan kepada para dalang wayang kulit di Yogyakarta, khususnya para dalang yang memiliki dua orientasi gaya pedalangan yang berbeda. Perbedaan orientasi inilah yang pada akhirnya menjadi dua kekuatan yang memberikan warna di dalam kancah wayang kulit di Yogyakarta. Walaupun berbeda, keduanya ternyata memiliki perannya masing-masing yang menguatkan keberadaan wayang kulit di Yogyakarta, dan kemudian menciptakan sebuah keselarasan. Untuk menjelaskan fenomena tersebut, tulisan ini memuat sejarah dan kondisi saat ini wayang kulit di Yogyakarta,serta profil dari dua dalang yang menjadi representasi dari masing-masing orientasi gaya pertunjukan. Data diperoleh selama melakukan penelitian melalui keterangan yang diberikan oleh beberapa informan, termasuk kedua dalang tersebut. Penelitian dilakukan di daerah Yogyakarta dalam kurun waktu lebih kurang enam bulan dan teknik pengumpulan data yang dipakai selama melakukan penelitian adalah wawancara mendalam dan observasi terlibat dengan mengikuti kegiatan sehari-hari para informan.

This Thesis aimed to describe the social arena of Yogyakarta’s shadow puppetry. The focus is given to the shadow puppeteers in Yogyakarta, especially to them who have two different orientations of playing style. These differences, finally, have become two strengths which colored the arena of Yogyakarta’s shadow puppet. Even though they are different, they have taken their own roles that strengthen the existence of Yogyakarta’s shadow puppet, and made it to be in harmony. In explaining this phenomenon, this thesis discusses the history and the latest situation of Yogyakarta’s shadow puppetry, and the profile of two shadow puppeteers who represent two different orientations of performance style. The data was obtained from the information shared by informants during the research, including those two shadow puppeteers. The research was conducted in Yogyakarta within a period of about six months and to collect the data, the researcher used in-depth interviews and participant observations by performing daily activities with them."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S44470
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>