Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 33055 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fanny Yunita Sari
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Brigitta Bayurina Dewanti
"Penulisan dilakukan dengan cara menganalisa data-data yang dikumpulkan dari buku-buku dan tulisan yang bgerkaitan dengan masalah. Data-data mengenai upacara Obon berasal dari berbagai buku panduan, diantaranya: Nihon No Matsuri, Tate Shakai No Ningen Kankei, ancestor Worship in Contemporary Japan, Bukyo Minzoku Jiten. Berdasarkan analisa dapat diuraikan mengenai upacara obon sebagai bagian dari religi orang Jepang menjadi sarana atau faktor yang mempererat kekerabatan dalam keluarga. Upacara pemujaan leluhur telah dilakukan oleh orang Jepang sejak dahulu dan merupakan tradisi yang hingga kini masih dijalankan. Di dalam upacara obon ini terjadi hubungan timbal balik di antara arwah leluhur dan keturunannya, di mana para arwah membutuhkan doa dan makanan yang diberikan melalui upacara, sedangkan keturunannya membutuhkan bimbingan dan perlindungan dari leluhurnya dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Dengan adanya berbagai pemujaan leluhur sejenis obon yang umumnya dilakukan secara berkelompok dan bersifat kekeluargaan menjadi mengakar dalam kehidupan religi orang Jepang dan menjadi sarana untuk melestarikan tradisi yang ada. Di samping itu upacara ini telah berperan sebagai faktor dalam mempererat kekerabatan dalam keluarga."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S13506
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hesti Nurhayati
"Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan metode kajian kepustakaan dan observasi lapangan yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana sebuah budaya costume role-p1ay bernama kosupure (cosplay) tumbuh di kalangan anak muda urban Jepang (sejak tahun 1980-an) dan berkembang sebagai budaya populer Jepang yang menyebar ke berbagai negara hingga saat ini (2010). Analisis dilakukan dengan menggunakan teori budaya populer John Storey dan dibantu oleh teori tiga kategori budaya popular Jepang Yoshio Sugimoto.
Dari analisis data, disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang mendorong kepopuleran budaya cosploy ini, yaitu: 1) faktor anak muda urban Jepang yang pada dasarnya senang mengeksplorasi hobi melalui street fashion dan street performance; 2) faktor media massa yang mendukung aktifitas street fashion dan street performance tersebut; 3) faktor keseriusan pemerintah Jepang dalam mendukung industri kreatif termasuk manga, anime, video game dan fashion; 4) karakteristik cosplay yang tidak menunjukkan adanya unsur pemberontakan terhadap nilai-nilai umum yang ada di masyarakat, dan dukungan kekuatan produk-produk industri budaya massa seperti manga, anime, video game dan fashion/trend, khususnya Harajuku style juga menjadikan cosplay dapat bertahan lama dan berkembang luas hingga saat ini.

This research included a qualitative research by using literature review method and field observations in order to find out how kosupure (cosplay), a costume role-play culture that grew among young people in urban Japan (since 19805) and developed as Japanese popular culture that has spread to many countries recently (2010). The analysis was done by using John Storey?s theory of popular culture and assisted by Yoshio Sugimoto?s theory about the three categories of Japanese popular culture).
By analyzing the data, concluded that there are several factors that driving the popularity of this cosplay culture, there are: 1) the Japanese urban youth factor that basically like to explore their hobby through street fashion and street performance, 2) the mass media factor that supports the activities of street fashion and street performance, 3) the Japanese government?s seriousness factor in supporting the creative industries including manga, anime, video games and fashion; 4) characteristics of cosplay which showed no element of rebellion against the common values that exist in society, and the support of industrial mass culture products such as manga, anime, video games and fashion/trend, especially Harajuku style, that also make cosplay being long-lasting and widespread until today.
"
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2010
T33274
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yuanita Tanuwijaya
"Skripsi ini membahas upacara minum teh di Cina. Pembahasan meliputi tata cara, jenis, bentuk, dan bahan dasar upacara minum teh di Cina. Upacara minum teh di Cina yang dibahas dalam skripsi ini adalah Upacara Teh Taois (��������) dan Upacara Teh Wu-Wo (��������) dengan metode penyajian teh yang paling umum digunakan adalah Gongfu Cha (������). Berdasarkan keseluruhan definisi kebudayaan dapat disimpulkan bahwa upacara minum teh merupakan sebuah hasil karya dan penelitian yang telah dilakukan oleh masyarakat Cina, yang kemudian diteruskan turun-temurun oleh anggota masyarakat lainnya. Tradisi upacara minum teh di Cina juga memiliki tata cara dan aturan-aturan tersendiri yang mengandung nilai estetika, spritual, dan moral. Tradisi dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya tersebut dihubungkan dengan definisi kebudayaan yang meliputi seni sastra, seni rupa, seni musik, seni pahat, dan pengetahuan filsafat sebagai sebuah kesatuan dalam the body of art. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa upacara minum teh merupakan bagian dari kebudayaan Cina.

This thesis discuses the tea ceremony in China which covers the method, variety, form, and basic ingredients. The tea ceremonies analyzed in this thesis are the Taoist Tea Ceremony (��������) and Wu-Wo Tea Ceremony (��������) with the Gongfu Cha (������) as the most common tea serving method. Based on the whole definition of culture, it can be concluded that the Chinese tea ceremony is a form of art and research that has been conducted by the Chinese society which furthermore passed on from generation to generation and amongst the other member of society. The tradition of tea ceremony in China also possesses its own methods and rules that embodied the aesthetic, spiritual, and moral value. The tradition and values contained in the ceremony also linked with the definition of culture that covers the art of literature, music, sculpture, philosophy, and fine arts unified in the body of art. Thus, the tea ceremony can be concluded as a part of Chinese culture."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S13098
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Triperdana
"Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan perkembangan wanita penghibur di Jepang yang difokuskan pada persamaan dan perbedaan antara yūjo dan geisha. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif analitis berupa pemaparan dan penguraian data-data relevan yang diperoleh melalui studi kepustakaan dan kemudian dianalisis. Teori yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah teori perubahan yang dikemukakan oleh Thomas R. Rochon.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di dalam perkembangan wanita penghibur di Jepang terdapat beberapa persamaan dan perbedaan antara yūjo dan geisha. Hal ini dilihat melalui analisis perubahan nilai, pengenalan nilai baru, dan penghubungan nilai dalam proses pendidikan, cara kerja, dan penampilan.

This study aims to explain the development of women of pleasure in Japan which focused on the comparison between yūjo and geisha. This study conducted using analytical descriptive method by presenting and elaborating relevant data gathered from literature approach and analyzing them. Theory used for this analysis is theory of change presented by Thomas R. Rochon.
Analysis conclusion shows that in the development of woman of pleasure in Japan there are several similarities and differences that can be found between yūjo and geisha. This can be observed through analysis of value conversion, value creation, and value connection on education process, way of working, and appearance.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S52498
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Maria Teresia. Ikhtisar skripsi sbb. : Data yang digumakan diperoleh melalui studi kepustakaan. Dalam menganalisa perubahan penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Piotr Sztompka. Sedangkan untuk peranan penulis menggunakan teori Paul B. Horton dan Chester L. Hunt serta teori Lewis A., Coser dan Bernhard Rosenberg.Geisha sebagai salah satu bentuk profesi penghibur di Jepang yang muncul pada jaman Edo, sesuai dengan statusnya, memilki peranan sebagai penghibur yang mengandalkan keahlian seninya. Peranan lainnya dalam masyarakat yaitu sebagai penghibur publik melalui pementasan tarian unuk umum pada sebuah teater (kaburenjo) yang diselenggarakan setiap tahunnya. Di Luar hal ini, geisha sebagai penghibur juga memiliki status sebagai prostitusi walaupun bukan merupakan prostitusi murni. Hal ini dapat dilihat dari hubungan geisha dengan dannanya. Peranan mereka dalam hal ini, hampir seperti prostitusi pada umumnya, yaitu memberikan pelayanan seks dengan pelanggannya, hanya saja sangat jarang dilakukan. Geisha pada akhirnya jaman Edo telah menginjak masa popularitasnya. Peranan mereka saat itu cukup penting dalam masyarakat yaitu sebagai patokan dalam mode bagi kaum wanita dan sebagai pusat pengetahuan sosial."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S13735
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilma Sawindra Janti
"Skripsi ini membahas mencoba untuk membahas kebudayaan Jepang dari sudut iklim, yang didasarkan atas tulisan seorang fisuf terkenal di Jepang yaitu Watsuji Tetsuro. Ia menulis tentang iklim yang terangkum dalam karangannya yang berjudul Fudo atau iklim pada tahun 1978. Setelah membaca buku tersebut, penulis merasa tertarik untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana hubungan antara iklim dan karakter manusia dari suatu daerah tertentu"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S13577
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Savitri
"After Japanese taking over Indonesia from the Dutch, they have built military bases across the country. Every one of it is completed with adjunct comfort station, a place for serving Japanese army's biological needs. Comfort station is filled with Indonesian women called jugun-ianfu. Jugun-ianfu is a form of concentrated systematic rape. Jugun-ianfu is a value system that Japanese brought to Indonesia. And yet, it is a form of crime that Japanese conduct to Indonesian women. It is an ideal value system for Japanese, not Indonesian women. They have tried to impose their culture values over Indonesian women. Culture hegemony is a term that never discussed comprehensively in jugun-ianfu discourse. It was only explain about victim's condition, Indonesian's social condition and jugun-ianfu's related law process. This research's purpose is to discuss how jugun-ianfu could be seen as Japanese culture hegemony over Indonesia.
This research utilizes qualitative method in order to yields descriptive data as a result. Thus could represent Japan's social condition before and after their presence in Indonesia, Indonesia's social condition and form of hegemony which Japanese have creates. The data has divided to primary and secondary. Primary data obtained from deep interview with Mr. Mardiyono (late Mrs. Mardiyem's son), Mr. Budi Hartono (late Mrs. Mardiyem's lawyer), and Dwi Mulyatari (Indonesian History tutor staff at Cultural Science Faculty, University of Indonesia). Then the secondary data obtained from literatures and newspaper clipping related to jugunianfu."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Fakultas Sastra UI, 1978
306.052 UNI p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ike Iswary Lawanda
Jakarta: ILUNI Kajian Wilayah Jepang Press, 2009
306.952 IKE k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>