Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149240 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
"Study on the growth response of picrasma javanica blume seedling to different shading intensities and medium was conducted at the experimental garden of treub laboratory, research centre for biology, LIPI from June to December 2007...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Diah Shofianingrum
"Keladi tikus [Typhonium flagelliforme (Lodd.) Bl.] adalah salah satu tanaman yang secara empiris telah digunakan sebagai obat batuk, radang kulit, radang tenggorokan dan sebagai ekspektoran serta akhir-akhir ini tengah dikembangkan sebagai terapi alternatif untuk pengobatan kanker. Dalam rangka meningkatkan mutu obat tradisional, dilakukan upaya standardisasi simplisia dan ekstrak herbal. Pada penelitian ini dilakukan penetapan beberapa parameter standar ekstrak etanol herba keladi tikus yang meliputi parameter spesifik, non spesifik dan pola kromatografi lapis tipis. Berdasarkaan hasil penelitian didapat data parameter spesifik, antara lain rendemen ekstrak dari daerah Bogor 16,76%, Yogyakarta 16,93% dan Sidoarjo 18,01%, kadar senyawa larut dalam air ekstrak dari Bogor 11,70, Yogyakarta 13,53% dan Sidoarjo 12,37%, kadar senyawa yang larut dalam etanol ekstrak dari Bogor 0,83%, Yogyakarta 0,99% dan Sidoarjo 2,00%. Untuk parameter non spesifik didapat susut pengeringan ekstrak dari Bogor 19,50%, Yogyakarta 14,21% dan Sidoarjo 16,58%, kadar abu total ekstrak dari Bogor 10,23%, Yogyakarta 11,43%, dan Sidoarjo 8,63%, kadar abu tidak larut dalam asam ekstrak dari Bogor 1,07%, Yogyakarta 0,81 dan Sidoarjo 1,32%, kadar air ekstrak dari Bogor 20,30%, Yogyakarta 11,43% dan Sidoarjo 17,03%, sisa pelarut etanol 0,21%. Pola kromatografi lapis tipis diperoleh dengan menggunakan fase gerak toluena-etil asetat (93:7) dan penampak bercak asam sulfat 5% dalam etanol. Pada kromatograf sebelum disemprot dengan penampak bercak, pada pengamatan di bawah sinar UV 365 nm terlihat bercak berfluorescensi kuning pada Rf 0,54. Setelah disemprot dengan asam sulfat 5% dalam etanol dan dipanaskan terlihat 3 bercak, bercak 1 berwarna merah muda (Rf 0,90), bercak 2 berwarna kuning oranye (Rf 0,79) dan bercak 3 berwarna ungu (Rf 0,36). Pada sinar ultraviolet panjang gelombang 254 nm dan 365 nm tampak 4 bercak yang berfluoresensi kuning (Rf 0,90, 0,79, 0,54 dan 0,36). Pengamatan kromatografi lapis tipis densitometer menghasilkan pola kromatogram pada panjang gelombang 254 nm dan 365 nm. Pola spektrum serapan yang dihasilkan dari ketiga daerah tersebut hampir sama.
Typhonium flagelliforme (Lodd.) Bl. is known as one of the herbal medicine that has been used empirically to cure cough, sore throat inflamation, pyoderma, as an expectorant and now a days as alternative therapies for cancer. To increase the quality of traditional medicine, the plant and the herbal extract should be standardized. In this research, determination of parametric standard for ethanolic extract for Typhonium flagelliforme has been done such as specific and non specific parametric , also the thin layer chromatograms. The results showed that ethanolic extract of Typhonium flagelliforme from three region of Indonesia (Bogor, Yogyakarta and Sidoarjo) consist closely parametric value. Specific parametric which had been detemined was rendement value extract from Bogor 16,76%, Yogyakarta 16,93% and Sidoarjo 18,01%, water soluble extractive extract from Bogor 11,70%, Yogyakarta 13,53% and Sidoarjo 12,37%, ethanolic soluble extractive extract from Bogor 0,83%, Yogyakarta 0,99% and Sidoarjo 2,00%. While non specific parametric showed the lost of drying extract from Bogor 19,50%, Yogyakarta 14,21% and Sidoarjo 16,58%, total ash content extract from Bogor 10,23%, Yogyakarta 11,43% and Sidoarjo 8,63%, acid insoluble ash extract from Bogor 1,07%, Yogyakarta 0,81% and Sidoarjo 1,32%, water content extract from Bogor 20,30%, Yogyakarta 19,88% and Sidoarjo 17,03%, solvent residue 0,21%. The thin layer chromatograms and the densitometer thin layer chromatograms spot was developed using mobile phase of toluene-ethylacetate (93:7) and sulfuric acid 5% in ethanolic sprayer. In observation at 365 nm UV wavelength gave spot with yellow fluorescens with Rf 0,54. Observation of the thin layer chromatograms gave three spots after the layer have been sprayed with sulfuric acid 5% in ethanol and heated, spot 1 with pink colour (Rf 0,90), spot 2 with orange colour (Rf 0,79) and spot 3 have purple colour (Rf 0,36). While observation at 254 nm and 365 nm ultraviolet wavelength gave four spots of yellow fluorescens (Rf 0,90, 0,79, 0,54 and 0,36). Observation using the densitometer 254nm and 365 nm gave chromatograms which the spectrum of absorption from three region is almost the same."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32793
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ratna Yuniati
"ABSTRAK
Eucalyptus urophyl la S.T. Blake dikenal dengan nama
Ampupu, diprioritaskan perlanamannya dalam program HTI karena
sifatnya yang baik untuk kayu industri. Simbiosis antara
akar tanaman dengan jamur ektomikoriza dapat meningkatkan
daya tahan hidup bibit di lapangan.
Pemberian tablet spora ektoinikoriza dengan kadar 0,2 -
1,0 g dalam media tuinbuh bibit mempengaruhi pertumbuhan dan
mutu bibit E. urophylla. Parameter pertumbuhan yang diukur
seteiah 3 bulan periakuan adalah: tinggi tanaman, diameter
batang, berat basah dan berat kering tajuk, akar, dan
tanaman secara keseluruhan. Sedangkan untuk mengetahui mutu
bibit digunakan perhitungan Indeks Mutu Bibit (1MB).
Dari hasil penelitian terlihat pertumbuhan bibit yang
terbaik diperoleh pada perlakuan dengan kadar 0,6 g ektomikoriza
yaitu 74,5 g berat basah total tanaman dengan
berat kering 25,3 g. 1MB tertinggi dihasilkan dari perlakuan
dengan kadar ektomikoriza 0,6 g yaitu 1,24.
Uji perbandingan berganda pada 0,05 menunjukkan
bahwa parameter pertumbuhan kelompok kontrol berbeda nyata
dengan parameter pertumbuhan pada semua kadar perlakuan.
Sedangkan antar periakuan terdapat beda nyata antara
pasangan perlakuan dengan kadar 0,2 g dengan 0,6 g; dan
pasangan 0,6 g dengan 1,0 g."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1992
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Gita Maharani Rosa Wibowo
"Tanaman hias syngonium podophyllum menunjukkan variasi warna daun yang terbagi menjadi tiga, yaitu merah muda, kombinasi merah muda-hijau, dan hijau. Berdasarkan ketiga variasi tersebut, merah muda adalah warna daun yang paling diminati masyarakat. Intensitas cahaya matahari diduga berpengaruh terhadap variasi warna daun S. podophyllum. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh intensitas cahaya terhadap variasi warna daun S. podophyllum. Syngonium podophylllum ditanam di dalam naungan paranet berbentuk kubus dengan kerapatan berbeda sebagai representasi intensitas cahaya yang diterima tanaman. Terdapat tiga perlakuan kerapatan paranet, yaitu 45%, 65%, dan 85%. Ketiga tanaman perlakuan dibandingkan terhadap tanaman kontrol yang ditumbuhkan tanpa naungan paranet. Pengambilan data berupa data kualitatif dan data kuantitatif dilakukan terhadap setiap tanaman. Data kualitatif berupa variasi bentuk dan warna daun, sedangkan data kuantitatif berupa pertumbuhan tanaman, kadar pigmen daun, dan parameter lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh naungan paranet terhadap kemunculan warna daun S. podophyllum. Naungan paranet 85% memiliki tanaman dengan jumlah daun berwarna merah muda yang paling banyak dan laju pertumbuhan yang paling tinggi. Sementara itu, naungan paranet 65% menunjukkan peluang paling besar pada kemunculan daun berwarna kombinasi merah muda-hijau. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui faktor internal yang paling berpengaruh terhadap perubahan warna daun S. podophyllum

The ornamental plant Syngonium podophyllum displays leaf color variations that are divided into three categories: pink, pink-green combination, and green. Among these variations, the pink color is the most preferred by the community. It is believed that the intensity of sunlight affects the leaf color variations of S. podophyllum. A study was conducted to determine the effect of light intensity on the leaf color variations of S. podophyllum. Syngonium podophyllum plants were grown under cube-shaped shade nets with different densities to represent the received light intensity. Three shade net densities were used as treatments: 45%, 65%, and 85%. These three treatment plants were compared to a control plant grown without shade net. Data were collected for each plant, including qualitative data such as leaf shape and color variations, and quantitative data such as plant growth, leaf pigment content, and environmental parameters. The research results indicate that shade nets have an influence on the appearance of leaf colors in S. podophyllum. The 85% shade net density resulted in the highest number of pink-colored leaves and the fastest growth rate. Meanwhile, the 65% shade net showed the highest probability of the pink-green combination leaf color. Further research is needed to determine the internal factors that have the most significant impact on the leaf color changes in S. podophyllum"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>