Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 126046 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Aquarini Priyatna Prabasmoro
Yogyakarta: Jalasutra, 2006
305.42 AQU k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Aquarini Priyatna
Yogyakarta : Arti Bumi Intaran, 2018
305.42 AQU k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Storey, John, 1950-
Yogyakarta: Qalam, 2003
306.01 STO t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Andini Wijendaru
"ABSTRAK
Perkembangan global dalam bidang komunikasi dan budaya membawa serta perhatian pada ideologi, kesadaran, dan hegemoni. Manipulasi yang dilakukan terhadap informasi dan citra publik mengkonstruksikan suatu ideologi dominan yang kuat. Kekuasaan dominasi mereka berasal dari kemampuan politik atau ekonomi mereka untuk menyampaikan kepada masyarakat sistem ide yang mereka sukai. Penyajian berulang-ulang suatu ideologi yang terus menerus menunjukkan suatu budaya. Ideologi yang diwakili oleh bahasa dan diinterpretasikan melalui bahasa tersebut, kemudian diinterpretasikan dan digunakan oleh orang-orang dalam interaksi sosial sehari-hari. Transmisi ideologis itu kemudian mempengaruhi kesadaran khalayak melalui lembaga-lembaga yang kuat dalam masyarakat yang menyusupi dan mempengaruhi tindakan khalayak. Kesadaran mencerminkan pola representasi ideologis yang dominan dan meresap di mana-mana. Pengulangan tema-tema ideologis dapat mengirimkan ide-ide jauh ke dalam kesadaran individual dan khalayak. Dalam hal ini, PT Mugi Rekso Abadi Holding (MRA Group), sebuah institusi yang mengembangkan bisnis dengan mengutamakan leisure and entertainmenl mengulang tema ideologis yang dibawanya melalui perluasan bisnisnya ke bidang food and beverages, media, lifestyle and entertainmenl, dan automolive. Skripsi ini berusaha memberikan gambaran atas perluasan institusional (spasialisasi) MRA Group yang dapat dilihat sebagai suatu bentuk hegemoni dengan disebarkannya produk-produk budaya pop Amerika melalui unit-unit usahanya yang beragam, namun konsisten dengan konsep leisure and entertainmenl. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana spasialisasi MRA Group dapat dilihat sebagai suatu bentuk hegemoni dengan disebarkannya budaya pop, yang membawa nilai-nilai hiburan, melalui unit-unit usahanya atau Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif sebagai implikasi dari kerangka pemikiran yang dikemukakan, sehingga ketika menggunakan konsep tentang hegemoni, perlu pula dilihat kerja yang dianalisis dan memperoleh tidak hanya secara isi ideologi, tetapi juga yang lebih tersembunyi. Oleh karena itu, di samping melakukan analisis secara institusional terhadap MRA Group, juga dilakukan analisis semiotika terhadap budaya pop yang dibawa oleh produk-produk media MRA Group, yaitu lagu-lagu populer yang dibawa oleh Hard Rock FM dan MTV On Sky, serta gambar fotografis sampul majalah Kosmopolitan untuk mengetahui unsur-unsur budaya pop seperti apa yang disebarkan. Untuk menjelaskan hal-hal yang laten (tersembunyi) dari budaya pop tersebut, maka hasil analisis tersebut kemudian dikaitkan dengan perspektif Mands karena beberapa prinsip dasar dari analisis Marxis digunakan dalam penelitian ini, seperti alienasi, kesadaran palsu, dan hegemoni. Data diperoleh melalui wawancara dengan pihak MRA Group, Hard Rock FM dmMTVOn Sky, serta majalah Kosmopolitan, juga pengamatan terhadap isi media. Hasil penelitian menunjukkan bahwa spasialisasi MRA Group dapat dilihat sebagai suatu bentuk hegemoni karena melalui beragamnya unit usaha yang dikembangkannya, MRA menyebarluaskan budaya pop ke kalangan generasi muda kelas menengah perkotaan, yang tanpa disadari membawa ideologi plesir (pleasure) masuk ke dalam kehidupan kelompok tersebut. Hegemoni ini tampak dari: Pertama, ideologinya berlaku di mana-mana dengan melebarnya bisnis MRA ke berbagai bidang yang dijalaninya selama hampir sepuluh tahun (sejak 1992). Kedua, spasialisasi merupakan cara MRA untuk mempertahankan dan mengembangkan diri, sehingga upaya tersebut mempengaruhi dan membentuk alam pikiran generasi muda kelas menengah perkotaan melalui kebiasaan berlangganan bisnis MRA yang beragam. Ketiga, dengan spasialisasi, ideologi plesir yang dibawanya merupakan pengaruh budaya yang disebarkan secara sadar dan terus menerus selama bertahun-tahun, hingga kemudian meresap sedikit demi sedikit ke dalam kehidupan masyarakat. Ideologi plesimya ini semakin mudah menguasai masyarakat dengan semakin luasnya bisnis MRA. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa budaya pop yang dibawa oleh unit usaha media MRA adalah sebagai berikut: Dari analisis semiotika yang dilakukan terhadap gambar fotografis sampul majalah Kosmopolitan ditemukan bahwa gambar fotografis tersebut menghadirkan Amerika dalam masyarakat Indonesia melalui sosok wanita modem Barat yang berprofesi dalam industri budaya pop Amerika yang menampilkan realitas budaya masyarakat Amerika yang modem, terbuka, dan berani; realitas selebriti Amerika yang beraral dari kelas atas, terpandang den dengan kehidupan mewahnya; dan gambaran aturan berbusana dalam masyarakat Barat. Sementara itu, dari analisis semiotika musikal yang dilakukan terhadap lagu-lagu populer yang diputar di Hard Rock FM dan MTV On Sky ditemukan beragam aliran musik rock yang menampilkan imaji masyarakat Barat yang kreatif, inovatif, multikultural, bersemangat, teatrikal, gaya, riang-gembira, dan senantiasa berhubungan dengan pesta/ perayaan. Lagu hadir sebagai produk komersial dan commodity listening. Ketiga media yang hadir sebagai unit usaha media MRA ini mensosialisasikan ideologi plesir melalui majalah dan lagu-lagunya karena, baik majalah maupun lagu, hadir untuk mengalihkan perhatian orang dari situasi sosial dan politik mereka yang sesungguhnya dan untuk menyalurkan energi emosional mereka yang mungkin terpakai untuk isu-isu sosial dan politik. Diterimanya isi media tersebut oleh generasi muda kelas menengah perkotaan juga menandakan masuknya budaya pop Amerika sebagai bentuk dominasi terhadap budaya masyarakat Indonesia."
2001
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helena Satriani
"ABSTRAK
Pada bulan November 2001 Komite Kerja Sektor Keuangan DPRRl, memutuskan untuk melanjutkan program restrukturisasi lima Bank Swasta Nasional yaitu Bank Bali, Bank Universal, Bank Prima Express, Bank Artamedia serta Bank Patriot, melalui mekanisme merger. Adapun tujuan dari merger tersebut adalah untuk membentuk bank yang kuat struktur permodalannya, sehat dan kompetitif dalam mengoptimalkan fungsi intermediasinya. Proses tersebut selesai dilakukan secara keseluruhan pada tanggal 31 Maret 2003, ditandai dengan perubahaan nama perusahaan menjadi PT. Bank Permata, tbk. Mencermati dari proses merger tersebut terutama dalam proses penggabungan sumber daya manusianya, maka didapatkan suatu komposisi, mulai dari pengurus dan pengelola bank sampai dengan para karyawannya, yang berisi kumpulan sumber daya manusia yang beraneka ragam latar belakang budaya kerja mereka berdasarkan dari budaya perusahaan mereka sebelumnya. Masalah kultur perusahaan yang baru merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Kesalahpahaman dan kecemburuan antara staf dan pegawai satu bank asal sebelum merger dengan lainnya, yang disebabkan oleh budaya kerja yang berbeda-beda sebelumnya, akan menjadi sumber penyakit yang memunculkan berbagai masalah berat. Budaya perusahaan yang baru harus segera diperkenalkan guna menghindari hal tersebut diatas, karena pada dasarnya fungsi suatu budaya dalam suatu sosialisasi/organisasi adalah sebagai model-model bagi tindakan-tindakan penyesuaian diri dan gaya komunikasi yang memungkinkan orang-orang yang yang berinteraksi pada suatu saat tertentu. Peranan Humas Internal sangat diharapkan dalam memperkenalkan budaya baru tersebut Peranan itu sendiri dapat dilakukan dengan menerapkan suatu metode Perencanaan dan Manajemen Humas yang baik serta melalui penggunaan suatu mediakomunikasi yang tepat. Maka penelitian ini ingin mengkaji bagaimana Perencanaan dan Manajemen Humas Internal Bank Permata, yang berfungsi sebagai humas internal perusahaan, belum melaksanakan fungsinya tersebut dengan baik yang dilihat dari tidak adanya analisis situasi pada khalayak target sebagai bagian dari perencanaan humas serta tidak dilakukannya evaluasi kegiatan untuk menilai sejauhmana target atau tujuan dapat tercapai."
2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Roro Alia Tanti Prayukti
"Salah satu bentuk budaya fanservice dalam K-pop adalah komunikasi antara idola dan penggemar. Pada masa sebelumnya, komunikasi antara penggemar dan idola K-pop sering dilakukan secara satu arah dalam bentuk komunikasi tertulis melalui korespondensi. Setelah teknologi semakin berkembang, media sosial menjadi media yang digunakan sebagai sarana komunikasi antara idola K-pop dan penggemar dalam bentuk komunikasi dua arah, salah satunya komunikasi melalui aplikasi berbasis chat seperti layanan Bubble. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perubahan budaya komunikasi idola K-pop mempengaruhi hubungan parasosial idola K-pop dan penggemar. Penelitian ini menggunakan metode gabungan kuantitatif dan kualitatif. Kuesioner disebarkan melalui media sosial dan mendapatkan total 106 responden valid. Data kemudian diolah menggunakan analisis mean dan uji korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan dalam penggunaan aplikasi berbasis chat dengan hubungan parasosial antara idola K-pop dan penggemar secara signifikan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa frekuensi melakukan komunikasi melalui aplikasi berbasis chat, seperti layanan Bubble paling mempengaruhi afektif hubungan parasosial yang dirasakan penggemar.

One of the forms of fanservice culture in K-pop is communication between idols and fans. In the past, communication between K-pop idols and fans were done one-way through correspondence. As the technology advances, social media has become the medium for K-pop idols and fans to communicate in two way form, for example a communication through chat-based application such as Bubble service. The purpose of this study is to analyze the change of communication culture between K-pop idols and fans influenced their parasocial relationship. This study used a combined method of quantitative and qualitative. The questionnaire was spread through social media and received 106 valid respondents. The data then proceeded with a mean analysis and correlation test. Research results showed that there is a significant relation between using chat-based application with parasocial relationship between K-pop idols and fans. The research result also showed the frequency of doing communication through chat-based application like Bubble service affected the fans’ parasocial relationship affective."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1995
781.959 8 DLO p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>