Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 184297 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Bachruddin Ali Akhmad
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan, pertama menemukan konstruksi isu kampanye politik oleh media lokal mandiri dan lokal berjejaring dan perbedaan antar dua media terkait hal tersebut. Kedua, menemukan frame primordialisme dalam kontestasi calon Gubernur yang dibangun oleh media lokal mandiri dan lokal berjejaring dan perbedaan di antara dua media terkait hal tersebut. Ketiga, menjelaskan kaitan antara frame media yang terbangun dengan karakteristik lembaga media dan proses produksi media.Penelitian ini menggunakan kerangka berpikir yang berangkat dari konsep-konsep primordialisme, dihubungkan dengan konsep konstestasi politik lokal, teori model menejemen media, teori konsentrik, teori tekanan pada komunikator media. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui analisis framing model Entman, in depth interview dengan pihak yang terkait dengan proses produksi dan studi literatur untuk sumber-sumber skunder. Informan penelitian berjumlah empat belas orang..Hasil penelitian menemukan bahwa media dalam dinamika politik lokal di era reformasi memframe unsur primordialisme dalam dua bentuk: diferensiasi dan asosiatif. Frame diferensiasi, membingkai unsur primordialisme untuk memberikan penonjolan bahwa kandidat yang diberitakan memiliki karakter yang berbeda dengan kandidat lainnya. Frame asosiatif, menggunakan unsur primordialisme untuk memberikan penonjolan dengan mengasosiasikan kandidat seorang yang mempunyai kapasitas ulama. Dalam penelitian ini ditemukan konsep primordialisme digunakan dalam dua frame . Pertama, sebagai keterikatan atas dasar lsquo;domisili rsquo; dan lsquo;rekam jejak pengabdian pada publik rsquo;, sebagai inisiasi lsquo;membawa rsquo; unsur primordialisme kearah soft primordialism. Kedua, sebagai keterikatan atas dasar suku atau kelahiran yang akan cenderung akan membangkitkan loyalitas komunal, sebagai hard primordialism. Frame yang dilakukan oleh media ditemukan memiliki kaitan dengan kelembagaan media, yaitu lsquo;Kalimantan Post rsquo; cenderung menjalankan ldquo;model semi public sphere rdquo;, Media ini lebih menonjolkan isu rasional. Sedangkan lsquo;Radar Banjarmasin rsquo; menjalankan model pasar, isinya mengusung isu primordialisme sebagai komoditas

ABSTRACT
Purpose of this study, first to find the construction of political campaign issues by local independent media and local networking media, and the differences between each media related to this issues. Second, to find the frame of primordialism in the contestation of governor candidates that constructed by local independent media and local networking media, and the differences between each media related to this issues. Third, to explain the relationship between the media frame that constructed with the characteristics of media institutions and media production process.This study uses a framework that originates from primordial concept, related to the concept of local political contestation, media management model theory, concentric theory, pressure theory on media communicator. This study is descriptive qualitative. The data collection technique used is through Entman Model Framing Analysis, in depth interview with parties that related to production process and literature study for secondary sources. With a total of 14 informants.The result found that the media in the local political dynamics in reform era was framing primordialism element in two forms differentiation and associative. Differentiation frame, framing the elements of primordialism to provide a projection that the candidate who was preached has a different character with the other candidates. Associative frame, using elements of primordialism to provide a projection by associating a candidate who has the capacity of clerics. This study found the concept of primordialism is used in two frames. First, as an attachment on the basis of lsquo domicile rsquo and lsquo track record of public service rsquo , as the inititation of lsquo bringing rsquo primordialism element towards soft primordialism. Second, as a tribal or birth attachment that would tend to generate communal loyalty, as hard primordialism. Framing by the media have been found to be related to media institutions, which is lsquo Kalimantan Post rsquo tend to run lsquo semipublic sphere model rsquo , this media is more accentuated rational issues. While lsquo Radar Banjarmasin rsquo runs the market model, which its content carries the primordialism issues as a commodity."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
D2332
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Hamad
Jakarta: Granit, 2004
302.23 Ham k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Hamad
"Selama kampanye Pemilu 1999 umumnya media massa Indonesia mengkonstruksikan partai politik ibarat grup musik; dan menjadikan para tokohnya sebagai selebritis. Pada masa itu, koran-koran nasional menggambarkan partai politik sebagai alat pengumpul massa. Sementara fungsi parpol sebagai perantara (broker) dalam suatu bursa ide-ide (clearing house of ideas) dalam kehidupan berdemokrasi tidak terlihat dalam pengkonstruksian tersebut. Menariknya, hal itu terjadi dalam kondisi dimana setiap media memiliki motivasi yang berbeda-beda, entah itu ideologis, idealis, politis, ataupun ekonomis, dalam membuat berita politik.

During the 1999-campaign period generally the mass media in Indonesia constructed political parties like a music group; and present the politicians acts as celebrities. At that time, national newspapers describe political parties as the instrument to harvested masses. Meanwhile the political party functions, as broker within the clearinghouse of ideas in the democratic lives didn?t appear within the political party?s discourse. In spite of the media have different interests one each other in news making the political parties, such as ideological, idealism, political, and economic or market factors.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Hamad
"Selama kampanye Pemilu 1999 umumnya media massa Indonesia mengkonstruksikan partai politik ibarat grup musik; dan menjadikan para tokohnya sebagai selebritis. Pada masa itu, koran-koran nasional menggambarkan partai politik sebagai alat pengumpul massa. Sementara fungsi parpol sebagai perantara (broker) dalam suatu bursa ide-ide (clearing house of ideas) dalam kehidupan berdemokrasi tidak terlihat dalam pengkonstruksian tersebut. Menariknya, hal itu terjadi dalam kondisi dimana setiap media memiliki motivasi yang berbeda-beda, entah itu ideologis, idealis, politis, ataupun ekonomis, dalam membuat berita politik.

During the 1999-campaign period generally the mass media in Indonesia constructed political parties like a music group; and present the politicians acts as celebrities. At that time, national newspapers describe political parties as the instrument to harvested masses. Meanwhile the political party functions, as broker within the clearinghouse of ideas in the democratic lives didn?t appear within the political party?s discourse. In spite of the media have different interests one each other in news making the political parties, such as ideological, idealism, political, and economic or market factors."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2004
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Himmatul Aliyah
"Kebijakan pemerintah di bidang pendidikan Nasional yang senantiasa mengundang kontroversi sejak diluncurkan adalah kebijakan ujian nasional. Kontroversi ini salah satunya disebabkan perbedaan interpretasi terhadap Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yang menjadi landasan bagi penyelenggaraan Ujian Nasional. Pemerintah mengeluarkan kebijakan ujian nasional sebagai salah satu cara untuk meningkatkan mutu pendidikan di tanah air. Mutu pendidikan Indonesia sendiri dilaporkan berkualitas rendah. Laporan PISA tahun 2003 menyatakan siswa Indonesia berkualitas rendah dalam kemampuan Baca, matematika, dan IPA untuk rata-rata usia 15 tahun (SLTP dan SLTA). Menurut lembaga penelitian internasional ini Indonesia masih rnenduduki urutan terendah dari 41 negara di dunia.
Kebijakan ujian nasional mengundang banyak protes dan kritikan. Media massa sebagai saluran informasi masyarakat turut andil dalam polemik dan kontroversi yang terjadi. Dengan pemberitaan yang dikonstruksikan oleh media, masyarakat mendapatkan gambaran mengenai kebijakan ujian nasional dari proses konstruksi realitas yang dibangun media massa dengan menggunakan strategi pengemasan berita. Penggambaran media itu dapat dilihat dari berita yang ditampilkan semisal korban ujian nasional yang tidak lulus, demo menentang ujian nasional dan ekses lain dari ujian nasional baik positif maupun negatif.
Salah satu media massa yang berperan aktif dan konsisten dalam pemberitaan mengenai kebijakan ujian nasional adalah Surat Kabar Kompas. Dalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah teks pemberitaan di surat kabar Kompas. Bentuk teks yang tersaji kepada khalayak tentunya sudah mengalami proses konstruksi sesuai dengan kebijakan media tersebut.
Dengan menggunakan pendekatan kualitatif penelitian ini berfokus pada observasi data berupa teks dan wacana pemberitaan kebijakan ujian nasional serta dilakukan wawancara mendalam dengan wartawan peliput UN dalam memperoleh gambaran produksi suatu berita. Berpijak pada paradigma konstruktivisme dan perspektif konstruksi realitas sosial dari Berger dan Luckmann juga ringkasan mengenai konstruksi realitas dari Littlejohn, penelitian ini bertujuan menggambarkan konstruksi realitas yang ditampilkan media massa dalam mewacanakan kebijakan ujian nasional.
Untuk membantu membedah konstruksi yang dibangun media terhadap pemberitaan atau wacana kebijakan ujian nasional digunakan salah satu metode dari analisis wacana yaitu model analisis framing dari Pan dan Kosicki yang mempunyai perangkat struktur seperti sintaksis, skrip, tematik dan retorik.
Dari hasil analisis ditemukan kecenderungan keberpihakan surat kabar Kompas terhadap pihak yang kontra terhadap ujian nasional. Dalam menentukan narasumber kompas cenderung memberikan porsi kepada partai politik tertentu dalam setiap skema beritanya. Pembingkaian terhadap ujian nasional yang dilakukan Kompas cenderung menampilkan ekses negatif dari kebijakan ujian nasional. Dalam wawancara mendalam dengan salah satu wartawan peliput ujian nasional, ditemukan sikap pribadi yang kontra terhadap kebijakan pemerintah tersebut, ditemukan pula proses pembentukan pemberitaan sehingga tersaji untuk khalayak.
Penelitian ini bukan untuk menyalahkan apa yang sudah dilakukan media tersebut dan menyalahkan apa yang dilakukan pemerintah, tetapi hanya untuk menggambarkan proses konstruksi realitas yang dilakukan oleh media massa terhadap kebijakan ujian nasional serta untuk menemukan pola pembingkaian dan kecenderungan ideologi dibalik konstruksi realitas yang disajikannya.
Hasil penelitian ini diharapkan berimplikasi praktis pada pekerjaan yang berhubungan dengan media massa diantaranya pekerjaan Public Relation, selain itu diharapkan memberikan manfaat akademik dan manfaat praktik bagi masyarakat, media dan pemerintah dalam komunikasi melalui media massa."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22399
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Hamad
"Dalam situasi transisi politik tahun 1999, munculnya kebebasan berpolitik, yang ditandai dengan berdirinya banyak partai, di satu sisi, memicu munculnya kembali aliran-aliran ideologi partai seperti ketika Indonesia menganut sistem liberal 1955-1959. Kebebasan pers yang hampir tanpa batas pasca reformasi, di sisi lain, menghidupkan lagi "panggilan sejarah" media massa Indonesia yang telah memasuki era industri.
Pertautan antara keduanya pers dan partai politik-dalam situasi transisional itu tentu menjadi sangat khas. Bagi pers, berbagai kemungkinan bisa terjadi dalam meliput partai-partai politik : lebih berorientasi pada semangat ideologis, idealis, politik ataukah lebih mementingkan ekonomi --hal-hal mana yang ingin ditemukan dalam penelitian ini.
Dengan menggunakan analisis wacana kritis sebagai metode pembacaan terhadap berita-berita sembilan parpol selama kampanye Pemilu 1999, ternyata 10 koran yang diteliti menunjukkan pencitraan dan orientasi pemberitaan yang berbeda di antara mereka. Mereka memanfaatkan tanda-tanda bahasa (membangun wacana) dalam mengembangkan pencitraan tersebut tempat dimana motif yang mereka miliki bersembunyi : motif ideologis, idealis, politis dan ekonomi tadi.
Untuk pengembangan politik yang sehat (demokratis) pola pengkosntruksian parpol yang terlalu berorientasi pada kepentingan kelompok sealiran saja maupun yang sangat mengutamakan nilai jual berita, jelas bukan isyarat yang baik. Hal ini seyogyanya menjadi bahan pertimbangan bagi pers Indonesia untuk peliputan-peliputan parpol di masa yang akan datang. Untuk para pengkritisi pers, penelitian seperti ini dapat diperkaya untuk memastikan dijalankannya tanggung-jawab sosial oleh pers atau pelaku komunikasi lainnya (pengiklan, humas, politisi, dan sebagainya)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Jauza Alayya
"Peristiwa terorisme memiliki nilai berita dan tidak mungkin dilewatkan oleh media. Pemberitaan terorisme dalam pandangan kritis tidaklah bebas nilai melainkan dipengaruhi banyak hal termasuk kepentingan dan ideologi media. Peran media dalam pemberitaan terorisme tidak hanya menyampaikan dan menyediakan informasi, melainkan mengkonstruksi realitas melalui wacana media yang menghasilkan wacana publik. Penelitian ini berupaya untuk menggambarkan wacana terorisme oleh media Jawa Pos pada peristiwa terorisme tahun 2018, sekaligus berupaya untuk menjelaskan faktor apa saja yang berpengaruh dalam pembentukan wacana. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode analisis wacana kritis milik Fairclough yakni melalui tahapan analisis teks, analisis praktik diskursif, sampai dengan analisis sosial budaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pemberitaan terorisme tahun 2018, 1) Surat kabar Jawa Pos memiliki ketertarikan khusus terhadap isu terorisme, 2) Pro pemerintah, yakni fokus pada menyoroti tindakan sekaligus keberhasilan pemerintah dalam menangani aksi terorisme, yang secara tidak langsung merupakan upaya Jawa Pos untuk mengkonstruksi realitas tertentu yakni mengarahkan agar publik mempercayai bahwa pemerintah telah melakukan banyak hal dan aksi terorisme ditangani dengan baik oleh pemerintah, 3) Pemberitaannya dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni faktor individu, rutinitas media, organisasi media, ekstra media, dan ideologi media. Ideologi media tercatat sebagai faktor yang memegang peranan paling penting pada terciptanya wacana pro pemerintah melalui pemberitaan yang disajikan, dan 4) Pemberitaan terorisme versi Jawa Pos telah dijalankan dengan memegang prinsip jurnalisme positif sekaligus melakukan upaya counter-terrorism.

Terrorist events have news value and cannot be ignored by the media. Reporting on terrorism in a critical view is not value-free but is influenced by many things including media interests and ideology. The role of the media in reporting on terrorism is not only conveying and providing information, but also constructing reality, namely through media discourse to produce public discourse. This study attempts to describe the terrorist discourse carried out by the Jawa Pos during the 2018 terrorism incident, while at the same time trying to describe the factors that influence the formation of this discourse. The research was conducted using the Fairclough critical discourse analysis method, namely through the stages of text analysis, analysis of discursive practices, to socio-cultural analysis. The results of the study show that in reporting on terrorism in 2018, 1) Jawa Pos has special interest in the issue of terrorism, 2) Jawa Pos is pro-government, focus on highlighting the actions and success of the government in dealing with acts of terrorism, which is indirectly an attempt by Jawa Pos to constructing a certain reality, namely directing the public to believe that the government has done many things and terrorism issue are well handled by the government, 3) Terrorism news are influenced by several factors, namely individual factors, media routines, media organizations, extra media, and media ideology. Media ideology is recorded as the factor that plays the most important role in the creation of pro-government discourse through the news it presents, and 4) The Jawa Pos version of terrorism reporting is also carried out by upholding the principles of positive journalism and counter-terrorism."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>