Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6251 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Depok: Universitas Indonesia, 2004
341.52 ARB
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Winardi
Bandung: Remadja Karya, 1986
330.122 WIN k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Komalasari
"Sejak merosotnya harga migas dunia pada awal tahun 1980-an, Indonesia tidak dapat lagi mengandalkan sektor migas sebagai sumber pembiayaan pembangunan. Oleh karena itu dilakukan upaya penggalian sumber dana dari sektor non-migas. Salah satu langkah yang ditempuh oleh pemerintah adalah meningkatkan penerimaan pajak.
Dalam rangka meningkatkan penerimaan dari pajak tersebut, pemerintah telah beberapa kali melakukan. reformasi pajak, baik yang menyangkut pajak pertambahan nilai (PPn), pajak penghasilan (PPh) maupun jenis pajak lainnya. Khusus untuk PPb, pada tahun 1983 melalui UU No. 7/1983 dan UU No. 10/1994 pemerintah melakukan perubahan ketentuan pemungutan PPh.
Dari segi penerimaan pemerintah, ketentuan baru tersebut diharapkan akan meningkatkan penerimaan pemerintah. Namun demikian perlu dilihat lebih jauh lagi bagaimana pengaruh perubahan tarif PPh tersebut terhadap pembangunan ekonomi secara keseluruhan, yakni terhadap pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan dan stabilitas ekonomi.
Bertolak dari permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari dan menyusun suatu model keseimbangan umum (computable general equilibrium = CGE) untuk Indonesia untuk menganalisis akibat perubahan tarif PPh terhadap pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan dan stabilitas ekonomi.
Untuk mengetahui hal itu, melalui Model CGE yang disusun tersebut dilakukan pengamatan terhadap variabel-variabel utama ekonomi malcro. Variabel tersebut adalah output, konsumsi, investasi, penerimaan pemerintah, pendapatan masyarakat dan distribusinya, tingkat harga dan neraca perdagangan.
Mengingat terdapat kaitan yang sangat komplek antara variabel-variabel di dalam ekonomi makro dan terdapat berbagai macam jenis kebijaksanaan perpajakan, maka untuk menghindari kompleksitas pembahasan diperlukan batasan-batasan. Pada tulisan ini, pembahasan hanya terbatas untuk melihat alabat perubahan ketentuan tarif PPh dan batas pendapatan kena pajak atas penghasilan rumah tangga, terhadap pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan dan stabilitas ekonomi di Indonesia.
Untuk menangkap seluruh variabel yang diamati dan melihat kaitan antar variabel tersebut, salah satu sistem data dan perangkat statistik yang dapat digunakan adalah model keseimbangan umum kuantitatif (computable general equilibrium = CGE). Model CGE yang akan digunakan adalah modifikasi model keseimbangan umum yang dikembangkan oleh Lewis (1991). Modifikasi terutama dilakukan pads parameter tarif PPh untuk kelompok kelompok rumah tangga.
Sesuai dengan tujuan yang telah diuraikan pada Sub-bab 1.2, dilakukan simulasi terhadap parameter tarif pajak pengbasilan yang terdiri dari 3 (tiga) skenario. Rincian lebih lanjut tentang skenario tersebut disajikan pada Bab IV."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sigit Budi Purwatmoko
"Penyakit ISPA merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian balita, dan salah satu usaha untuk menurunkannya adalah penanganan yang tepat pada balita tersebut, Yaitu dengan melihat pola pencarian pengobatan yang dilakukan oleh ibu dengan balita penderita ISPA, salah satu faktor yang mempengaruhi pencarian pengobatan adalah status ekonomi keluarga, dan faktor ini merupakan indikator kemampuan keluarga secara ekonomi, semakin bailk status ekonomi keluarga tersebut semakin mampu memenuhi kebutuhan kebutuhan biaya pelayanan kesehatan.
Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya pengaruh tingkat sosial ekonomi dan jaminan biaya pelayanan kesehatan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan untuk balita yang menderita ISPA tahun 2001. Penelitian tentang pengaruh tingkat ekonomi dan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pencarian pengobatan untuk balita yang menderita ISPA dengan desain penelitian yaitu cross sectional. Data yang dipergunakan adalah Survei Sosial Ekonomi Nasionai 2001 (SUSENAS 2001) yang meliputi hasil seluruh propinsi di Indonesia. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional.
Lingkup analisis ini adalah balita yang mengalami salah satu atau lebih gejala penyakit Infeksi Saluran Pemapasan Akut. Variabel yang dianalisis terbatas pada variabel yang terdapat pada penelitian SUSENAS 2001 yaitu tingkat ekonomi, umur ibu, umur ayah, umur anak, jumlah anggota ruznali tangga, jumlah balita, nomer unit, pendidikan ibu dan ayah, pekerjaan ibu dan ayah, daerah tempat tinggal, jenis kelamin anak, jaminan pembiayaan kesehatan dan gangguan aktifitas.
Dari hasil analisis diketahui bahwa tidak semua balita ISPA dibawa berobat ke pelayanan kesehatan dan tingkat ekonomi berpengaruh dengan pencarian pengobatan, dimana keluarga dengan tingkat ekonomi kurang berpeluang 1,42 kali, keluarga dengan tingkat ekonomi sedang berpeluang 1,65 kali, keluarga dengan tingkat ekonomi cukup berpeluang 1,56 kali dan keluarga dengan tingkat ekonomi tinggi berpeluang 2,09 kali untuk menggunakan pelayanan kesehatan bagi balita ISPA dibandingkan ibu yang mempunyai tingkat ekonomi rendah setelah dikontrol oleh faktor pendidikan ibu. Adapun faktor lain yang terbukti mempunyai efek konfonder adalah pendidikan ibu. Artinya bahwa semakin tinggi tingkat ekonomi keluarga, semakin tinggi peluang untuk mencari pengobatan ke pelayanan kesehataan.

The Influence of Economics Status to Medication Seeking For Under-Fives with ARI, Year of 2001Acute respiratory infection (ARI) disease is one of main causes of under-five's mortality and morbidity, one of the efforts to reduce under-five's mortality and morbidity is the right actions to taking care of ARI, that is by observing the medication seeking pattern for under-fives with ARI among mothers. One of factors that influence medication seeking is economics status of family which is the indicator on family ability economically, the more well on economics status of family the more better ability to fulfill the needs on health care cost.
Objective of this study is to find out the influence of social economical level and healthcare service charge security to health care utilization for under-fives with ARI year of 2001. This study is using cross sectional design, the data that has been used is from National Survey on Social and Economical Status 2001 (SUSENAS 2001) which including all results from all provinces in Indonesia.
Scope of this analysis is under-fives which experienced one or more symptoms of Acute Respiratory Disease. Analysis has done only in variables which found in SUSENAS 2001, which are economics status, mother's age, father's age, number of family members, number of under-five, order, parents' education, parents' knowledge, neighborhood, child's gender, health charge security, and activity disorder.
The analysis has found that not all under-fives with ARI taken to health service and the economics status is influencing medication seeking, where family with low economics status has chance 1,42 tines to get ARI, family with middle economics status has chance 1,65 times and family with high economics status has chance 2,09 times in using health service for under-fives with AR1 compared to mother who has low economics status after controlled by mother's education factor. Other factor which proven to has confounding effect is mother's education, which mean the more higher of mother's education the more higher the chance of medication seeking to health services.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T 12832
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edison Hulu
"ABSTRAK
Tujuan studi ini adalah menganalisis dampak kebijakan ekonomi makro terhadap inflasi dan distribusi pendapatan di Indonesia dengan menggunakan model komputasi keseimbangan umum sebagai alat analisis. Laju inflasi diukur dan perbedaan indeks harga umum dalam dua periode yang berbeda. Sedangkan distribusi pendapatan diukur dari rasio antara pendapatan rumah tangga berpenghasilan rendah dan pendapatan rumahtangga berpenghasilan tinggi. Dalam studi ini dilakukan analisis dampak perubahan dari tujuh buah instrumen kebijakan ekonomi makro, yaitu tarif, suku bunga deposito, rasio cadangan wajib, penawaran uang, pajak tak langsung, pajak penghasilan rumahtangga, dan upah. Model dalam studi ini memiliki beberapa ciri, antara lain: mempunyai konsistensi sektoral; mengandung persamaan tingkah laku; memberlakukan variabel harga secara endogen; mampu menjelaskan proses alokasi kegiatan ekonomi menurut institusi; mencakup beberapa keseimbangan parsial yang dikenal dalam model ekonomi makro, seperti: keseimbangan pasar barang, pasar tenagakerja, pasar uang, dan keseimbangan perdagangan luar negeri, sehingga berbagai kebijakan ekonomi makro pemerintah, seperti: kebijakan fiskal, moneter, dan upah dimungkinkan dianalisis dalam model; dan asumsi-asumsi yang digunakan dalam model memungkinkan harga untuk bervariasi secara babas. Model ini adalah hasil modifikasi dari studi Feltenstein (1984), Werin (1990), dan Lewis (1994). Untuk kasus Indonesia, studi ini cukup relevan dilihat dan beberapa aspek, antara lain, untuk menganalisis kebijaksanaan: (a) yang ditujukan untuk menekan laju inflasi; dengan rendahnya laju inflasi dalam negeri maka daya saing barang ekspor nonmigas di pasar dunia cenderung semakin meningkat; (b) yang berorientasi pada peningkatan perturnbuhan ekonomi; (c) penghapusan atau pengurangan tarif terhadap komoditi impor menurut sektoral yang pada umumnya ditujukan untuk mendorong agar industri-industri dalam negeri lebih kompetitif, melalui studi ini dapat diketahui manfaatnya dilihat dari aspek lain, khususnya terhadap inflasi dan distribusi pendapatan; (d) yang relevan memperbaiki kinerja pemerataan yang sedang digalakkan pemerintah saat ini; (e) pemberdayaan fungsi pajak untuk tidak hanya sebagai sumber penerimaan pernerintah semata tetapi untuk tujuan penstabilan dan perbaikan kinerja distribusi pendapatan; (f) pemberdayaan instrumen kebijakan moneter dalam menunjang peningkatan efisiensi kegiatan sektor keuangan; dan (g) yang mendukung penentuan harga yang diarahkan semakin besar kepada mekanisme pasar. Dari hasil studi ini dapat diperoleh beberapa kesimpulan:
1.Beberapa kebijakan yang dianalisis dalam studi ini selain dapat menekan laju inflasi juga dapat memperbaiki distribusi pendapatan. Kebijakan-kebijakan tersebut, yaitu: penurunan tarif, pengurangan pajak tak langsung, dan progresifitas pajak penghasilan.
2.Kebijakan kedua adalah yang memberikan dampak menekan laju inflasi dan yang berdampak negatif terhadap distribusi pendapatan. Kebijakan-kebijakan tersebut, yaitu: peningkatan suku bunga dan rasio cadangan wajib.
3.Sedangkan kebijakan lainnya memberikan dampak bervariasi terhadap inflasi dan distribusi pendapatan. Kebijakan-kebijakan tersebut, yaitu: a) peningkatan penawaran uang dapat memacu inflasi dan berdampak negatif terhadap distribusi pendapatan; b) peningkatan upah secara serentak pada semua status tenaga kerja dapat meningkatkan laju inflasi tetapi tanpa perbaikan terhadap distribusi pendapatan; c) peningkatan upah yang terfokus pada tenaga kerja kasar tidak berpengaruh pada laju inflasi tetapi berdarnpak positif terhadap perbaikan distribusi pendapatan; dan (d) menghapus pajak penghasilan pada semua kelompok rumahtangga tidak memberi dampak pada laju inflasi dan distribusi pendapatan.
Dalam menghubungkan berbagai hasil studi di atas dengan upaya dalarn perumusan kebijaksanaan perlu diperhatikan beberapa keterbatasan studi, antara lain: (i) fenomena ekonorni saat ini (tahun 1997) sangat jauh berbeda dengan fenomena ekonomi pada tahun 1993 yang digunakan sebagai basis data dalam model, khususnya dengan adanya krisis moneter yang melanda beberapa negara termasuk Indonesia; (ii) konstruksi model masih sangat sederhana dan masih belum menjangkau faktor-faktor non-ekonomi yang seyogianya dipertimbangkan dalam merumuskan kebijaksanaan ekonomi; (iii) karena data tidak tersedia, maka beberapa parameter dalam model diestimasi menggunakan metode non-survey, yang dapat mempengaruhi akurasi hasil studi; (iv) cakupan kegiatan ekonomi dalam model masih terbatas pada sektor formal, dan belum mencakup sektor informal; serta (v) hasil kalkukasi model masih mengandung bias sebesar 2% dibandingkan dengan data aktual.
Dari hasil studi ini dapat ditarik beberapa saran kebijakan ekononu, antara lain:
(1) Upaya untuk menurunkan tarif secara umum mungkin perlu didorong lebih cepat dari jadual yang telah ditetapkan pemerintah. Hal ini didulcung oleh hasil studi yang menunjukkan bahwa penurunan tarif dapat menekan laju inflasi dan pada saat bersamaan memperbaiki distribusi pendapatan;
(2) Studi ini menunjukkan bahwa ada kebijakan-kebijakan ekonomi makro yang tujuannya, antara lain, untuk mengendalikan laju inflasi, tetapi ternyata berdarnpak negatif terhadap distribusi pendapatan, seperti peningkatan suku bunga dan rasio cadangan wajib. Oleh karena itu perlu dilakukan penanganan yang lebih hati-hati pada kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut agar tidak memberi kesan bahwa kebijakan-kebijakan ekonorni makro kita mengabaikan pemerataan.
(3) Kebijakan upah menunjukkan bahwa harus ada pembedaan perlakuan terhadap berbagai status tenagakerja, dan tidak dilakukan secara umum. Hal ini dapat menjadi masukan dalam penetapan gaji buruh untuk lebih memperhatikan pada status tenagakerja. Masukan ini didukung oleh hasil studi ini yang secara khusus menunjukkan bahwa peningkatan upah yang terfokus kepada tenagakerja kasar juga dapat memperbaiki distribusi pendapatan tanpa mempengaruhi inflasi.
(4) Dalam reformasi sistim perpajakan lebih lanjut mungkin perlu dipertimbangkan untuk mengurangi pajak tak langsung dan peningkatan progresifitas perpajakan. Karena studi ini menunjukkan bahwa hal-hal tersebut tidak hanya memperbaiki distribusi pendapatan tetapi dapat menekan laju inflasi.
Sekalipun model dalam studi ini teiah memenuhi syarat yang dipandang relevan untuk analisis inflasi dan distribusi pendapatan, tetapi tidak berarti bahwa tanpa kelemahan. Kelemahan-kelehaman tersebut yang dapat dijadikan bahan pernikiran mengenai studi sejenis di masa depan, antara lain, yaitu: (a) studi Mahi (1996) menunjukkan bahwa dalam model komputasi keseimbangan umum, variabel penawaran tenagakerja dapat diperlakukan sebagai variabel endogen, sehingga interaksi penawaran tenagakerja dapat tertangkap dalam model, ini tidak dilakukan dalam model ini; (b) dalam studi ini analisis portfolio harta uang rumahtangga masih terbatas pada dua bentuk, yaitu dalam tabungan deposito dan dalam uang tunai. Dalam situasi saat ini, pilihan portfolio rumahtangga cukup banyak, seperti: asuransi, saham, reksa dana, obligasi pemerintah, obligasi luar negeri, valuta asing, dan berbagai surat berharga lainnya. Jika unsur-unsur tersebut tercakup dalam model, maka dalam struktur model perlu disisipkan pasar bursa, pasar valuta asing dan pasar surat-surat berharga, baik yang diterbitkan di dalam negeri maupun di luar negeri. Integrasi pasar bursa, valas, asuransi, dan berbagai pasar surat berharga lainnya dalam model, dapat dijadikan sebagai salah satu topik studi lanjutan; Dan (c) model komputasi keseimbangan umum dalam studi ini adalah model statis. Jika struktur model disusun menjadi model dinamis dengan memperlakukan waktu sebagai salah satu variabel, maka penggunannya untuk analisis kebijakan ekonomi akan lebih baik lagi."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
D94
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Artwick, Bruce A.
Englewood Cliffs: Prentice-Hall, 1980
621.381 9 ART m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bliven, Bruce
New York: Henry Holt and Company, 1956
973.33 BLI b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Grant, Bruce, 1925-
Hilversum: Uitgeversmaatschappij W. de Haan, 1965
BLD 959.8 GRA i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>