Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3810 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Edy Saefrudin
"Meskipun taman nasional berperan penting dalam mendukung aktivitas manusia, kesadaran masyarakat masih rendah karena mereka umumnya mengabaikan dan meremehkan manfaat dari hutan. Kondisi ini meningkatkan tekanan terhadap lingkungan. Tujuan dari studi ini adalah untuk meninjau beberapa studi terdahulu, menentukan metode yang tepat dan menyusun panduan penilaian ekonomi dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Meskipun taman nasional ini memiliki keunikan, taman nasional ini dinilai terlalu rendah oleh studi terdahulu. Kelebihan dari Metode Penilain Kontingensi membuat metode ini sesuai untuk diterapkan pada manfaat konservasi keanekaragaman hayati dan air. Apilkasi sebelumnya dari Metode Biaya Perjalanan menyarankan bahwa manfaat rekreasi dari TNGGP dapat dinilai dengan metode ini. Taksiran Nilai yang didapat dari penerapan metode yang disarankan dapat membantu pemerintah dan pengelola TNGGP dalam pengalokasian sumber daya untuk meningkatkan perlindungan terhadap taman nasional ini.

Although national park plays an important role in supporting human activities, people?s awareness still remains low because they are often neglected and underestimate forest benefits. This condition leads to more pressures on the environment. The objective of this study is to review several previous studies, to determine the suitable method and to construct total economic valuation guidelines of the Gunung Gede Pangrango National Park (GGPNP). Although, this national park has unique features, it was undervalued previous studies. Advantages of Contingent Valuation Method make this method suitable to be applied in biodiversity conservation and watershed values. Moreover, Travel Cost Method previous applications suggest that recreational benefit in GGPNP can be evaluated using this method. The estimated value provided by application of the proposed method is supposed to help the government and GGPNP management allocating their resources to increase this national park protection."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T38633
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khaerul Amri
"Tesis ini membahas komodifikasi lingkungan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) di dalam pengelolaan ekoturisme. Ekoturisme sebagai bentuk wisata alam dengan tujuan utama pelestarian alam pada akhirnya justru menimbulkan masalah dalam proses konservasi yang dijalankan dan bahkan menjadi ancaman terhadap keberlangsungan lingkungan alam di TNGGP. Di samping itu, permasalahan di TNGGP tidak hanya menyangkut bahasan lingkungan, tetapi juga pembahasan mengenai strategi dalam bernegosiasi dan berkontestasi di antara para pemangku kepentingan di dalam ruang yang menjadi kawasan ekoturisme. Data diperoleh dengan pendekatan etnografi termasuk wawancara mendalam di kawasan Cibodas dan Gunung Putri sebagai pintu masuk pendakian, dan di Gunung Gede, selama bulan April-Mei 2017. Hasil penelitian menunjukkan bagaimana praktik berjualan yang berkontestasi terhadap otoritas Balai Besar di TNGGP setidaknya berperan sebagai alternatif pendapatan masyarakat sekitar kawasan konservasi untuk mengalihkan perhatian mereka dari pekerjaan yang tidak ramah lingkungan. Di samping itu, masyarakat sekitar melalui negosiasi dan resistansi dapat menutupi celah yang ditinggalkan oleh pemangku kepentingan yang mempunyai otoritas karena terbatasnya sumber daya manusia dalam mengelola ekoturisme pendakian gunung. Masyarakat sekitar menunjukkan bagaimana mereka mempunyai peran-peran yang cukup signifikan dalam pengelolaan pendakian gunung dan menjaga taman nasional.

This research discusses the commodification of environment in Mount Gede Pangrango National Park on ecotourism management. Instead of to conserve nature, ecotourism carried out in TNGGP causes problems on conservation proses and even becomes a threat to the sustainability of nature in TNGGP. Moreover, problem in TNGGP is not only about environment issues, but also discussions about strategies in negotiating and contesting among stakeholders in the space that become ecotourism area. The data was collected by ethnography approach including in depth interview in Cibodas and Gunung Putri area as climbing entrance, and on Mount Gede, on April-May 2017. The results show how the practice of selling which contested the authority of Balai Besar in TNGGP at least become an alternative income for the community around conservation area to divert their attention from jobs that damage the environment. Beside that through negotiation and resistance, the surrounding communities can cover the gap left by stakeholders who have authority because of limited human resources in managing mountaineering ecotourism. Surrounding community showed that they have significance roles in managing mountaineering and preserving national park."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
T53414
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tun Susdiyanti
"Penelitian ini bertujuan menganalisis pengembangan program Corporate Social Responsibility (CSR) berdasarkan observasi dilapangan dan merekomendasikan strategi yang tepat dalam mengimplementasikan CSR di Pengelolaan Taman Nasional (PTN) Cianjur Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Metode kerja dalam penelitian ini meliputi tahap evaluasi menggunakan kerangka konseptual dengan analisis deskriptif serta rekomendasi teknis dan tahap penyusunan rekomendasi strategi menggunakan analisis SWOT.
Hasil analisis SWOT, program CSR di PTN Cianjur adalah agressive (poin 2,22;1,75) merupakan posisi yang strategis. Usulan strategi pengembangan yang dapat diterapkan yaitu meningkatkan pemahaman masyarakat, meningkatkan partisipasi masyarakat usia produktif, optimalisasi penggunaan dana, dan meningkatkan kinerja penyuluh, Polhut, PEH dan operator dalam pelaksanaan kegiatan CSR."
Bandung: Unisba Pusat Penerbitan Universitas (P2U-LPPM), 2017
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jauhar Nurandyo
"Latar belakang dari penelitian ini adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementrian Kehutanan terkait perluasan hutan konservasi melalui taman nasional dan berdampak secara signifikan kepada masyarakat sekitar hutan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kegiatan adaptasi yang dilakukan oleh Kelompok Tani Hutan Satria Mandiri, yaitu salah satu komunitas masyarakat yang adaptasinya dikatakan berhasil karena tidak kembali merambah hutan sebagai dampak positif pendampingan dan bantuan yang diberikan oleh taman nasional Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian yaitu deskriptif. Informan dalam penelitian ini terdiri dari anggota dan ketua Kelompok Tani Hutan Satria Mandiri, tokoh utama pendampingan yang juga direktur Negri Kopi, serta salah satu karyawan Negri Kopi yang berperan di bagian pemasaran. Penelitian ini menggambarkan tentang bagaimana proses petani beradaptasi untuk mempertahankan penghidupannya dan memanfaatkan berbagai kelebihan yang mereka miliki untuk mencapai sustainable livelihood. Penelitian ini menyarankan kepada pemerintah lokal, untuk mendukung dan membantu promosi dari berbagai produk yang menjadi komoditas utama masing-masing kampung seperti Kampung Pojok dengan kopi, ataupun Kampung Sarongge dengan ekowisata, sebagai bentuk apresiasi atas usaha petani dalam beradaptasi dengan perluasan wilayah Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP).

The background of this research is the policy issued by the Ministry of Forestry on expanding conservation forest through national parks which has a significant impact on the communities surrounding the forest. This research aims to describe the adaptation activities which is conducted by Kelompok Tani Hutan Satria Mandiri, one of the forest community that was said to be successful because they did not return to the forest as a positive impact of the assistance and aid by external parties and the National Park itself. This research uses a qualitative method with a descriptive type of research. Informants on this research were chosen using snowball sampling technique. It consists of members and leader from the Satria Mandiri Forest Farmers Group and their partners who assist them in adaptation, who are also the chief directors of the Negri Kopi. This thesis discusses how Kelompok Tani Hutan Satria Mandiri way of adaptation and livelihood strategy are able to protect their livelihood, utilizing their advantages to reach sustainable livelihood. In an effort to a better understanding the adaptation of Kelompok Tani Hutan Satria Mandiri, this research uses the Household Livelihood Framework (HLS).
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyadi Cokroharjono
"ABSTRAK
Tanah longsor sebagai gejala alam merupakan salah satu penyebab yang bisa merusak hutan lindung pada kawasan Taman Nasional gunung Gede-Pangrango (Tamnas GEPANG).
Sehingga sangat relevan, suatu penelitian untuk menentukan teknik mengidentifikasi lokasi tanah longsor potensial, agar bisa diambil sikap yang tepat.
Tanah longsor berkait erat dengan stabilitas lingkungan alami. Stabilitas lingkungan alami terpengaruh oleh beberapa aspek gejala atau fenomena alami. Maka untuk mengidentifikasi potensi lokasi tanah longsor, perlu diungkap lebih dahulu gejala-gejala alami yang mempengaruhi stabilitas lingkungan.
Untuk itu dikembangkan konsep Potensi Kerapuhan Lingkungan Alami (PKLA), yaitu himpunan dalam kesatuan ruang dari kekuatan, sifat, dan keadaan gejala alam yang secara potensial mempunyai daya merusak terhadap lingkungan hidup.
Ada empat variabel yang secara potensial mempengaruhi stabilitas lingkungan, yaitu keterjalan lereng (XI), intensitas hujan (X2), tekstur tanah (X3), dan tutupan vegetasi (X4).
Da1am rangka menelaah bahwa PKLA merupakan indikator lokasi tanah longsor potensial, dilakukan dengan pendekatan ilmu lingkungan. Pendekatan yang dikembangkan dari kombinasi pendekatan ekologi dengan pendekatan geografi ini, bertumpu pada prinsip interdisiplin, prinsip spatial, serta prinsip orientasi kedepan.
Prinsip interdisiplin mengakomodasikan konsep-konsep yang ada pada geografi fisik, geologi, geomorfologi, ilmu tanah, ekologi, dan klimatologi.
Prinsip spatial atau prinsip ruang menghendaki digunakannya peta sebagai alat analisis.
Prinsip orientasi kedepan menghendaki dilakukannya peramalan wilayah (regional forecasting).
Nilai PKLA (pkla) atau nilai kumulatifnya dihitung dengan menggunakan teori himpunan (set theory), yang aplikasinya menggunakan diagram Venn. Dengan teknik tumpang tindih {super impose), nilai-nilai PKLA (pkla) secara hierarkis dikembangkan dari PKLA (pkla) berdimensi satu, menjadi PKLA (pkla) berdimensi dua, lalu meningkat menjadi PKLA (pkla) berdimensi tiga, dan terakhir menjadi PKLA (pkla) berdimensi empat. Dari proses ini akan diperoleh jumlah konstribusi PKLA (pkla) elemen dari masing-masing dimensi terhadap pembentukan PKLA universe. Di samping itu dapat pula dihitung bobot konstribusi relatif pkla masing-masing himpunan bagian (sub-das). Ternyata hanya sub-das yang mempunyai bobot konstribusi surplus yang mempunyai potensi tanah longsor.
Tanmnas GEPANG yang terbentuk oleh 40 sub-das, ternyata 26 sub-das diantaranya, mempunyai potensi tanah longsor; sepuluh sub-das mempunyai potensi tanah longsor tinggi, dua belas sub-das nempunyai potensi tanah longsor menengah, empat sub-das mempunyai potensi tanah longsor rendah.
Potensi tanah longsor bisa menjadi faktual atau menjadi kenyataan bila rezim hujan menunjukkan sifatnya yang ekstrim. Ini bisa terjadi pada bulan-bulan Desember atau Januari yaitu pada saat terjadi hujan maksimum. Dan lebih besar kemungkinannya untuk terjadi pada bulan-bulan Maret atau April yaitu pada saat hujan maksimum sekunder.
Namun ada fakta lingkungan yang menarik, yaitu pada tempat-tempat di mana hujan menunjukkan peranan kuat untuk menjadikan massa tanah tidak stabil yang di satu pihak memungkinkan terjadinya longsoran,maka peranan tutupan vegetasi di tempat itu dalam menjaga kestabilan massa tanah, yang di pihak lain mencegah terjadinya longsoran juga kuat.
Ini menunjukkan bahwa lingkungan alami pada hakekatnya selalu menjaga keseimbanganya sendiri.
Dalam hal ini sikap mendasar yang perlu diambil adalah minimal menjaga keseimbangan yang ada.
Namun lebih bijaksana bila keseirrbangan itu diubah dengan kecenderungan peranan tutupan vegetasi sebagai faktor yang menjaga kestabilan massa tanah diperkuat fungsinya. Ini berarti bahwa. wi.layah hutan lindung perlu diperluas, terutama pada sub-das - sub-das yang mempunyai potensi tanah longsor tinggi.

ABSTRACT
Potential Natural Environment Fragility As An Indicator For Potential Landslide Location:The case of Mount Gede-Pangrango National ParkAs a natural phenomenon, landslide is one of the causes which is capable of damaging the protected forest in the area of Mount Gede-Pangrango National Park {Tamnas GEPANG). It is so relevant that a research should be conducted for discover a technique of identifying the potential landslide location in order to be to take correct measures.
Landslide is closely related to natural environment stability. Several indicative aspects or natural phenomena influence the natural environment stability. Therefore, in order to identify potential landslide location, it is necessary to reveal the national-phenomena, which influence the environment stability.
Therefore, a concept of Potential Natural Environment Fragility - (PNEF), whish is a system of power, character, and a state of natural phenomena having potentially damaging force against environment, is developed.
There are four variables viz.; slope steepness (X1), rainfall intensity (X2), soil texture (X3), and vegetation covering (X4).
In analyzing that PNEF is used as an indicator for potential landslide location, an approach using environmental science is conducted. The approach, which is developed from ecological a geography cal approach, is based-on interdisciplinary principles, spatial principle, and future-oriented principle.
The interdisciplinary principle constitutes concepts prevailing in physical geography, geology, geomorphology, pedology, ecology and climatology.
The spatial principle needs the use of maps as means of analysis. The future-oriented principle calls for regional forecasting complementation.
M EE' value or its cumulative value is calculated by using a set theory whose application uses Venn's Diagram- By employing superimpose technique, the PNEF values are hierarchically developed from PNEF of one dimension to PNEF of two dimension, then increased to PNEF of three dimension, and finally to PNEF of four dimension.
From this process, total contribution of elemental PNEF from respective dimension to the formation of universal PNE will be obtained. Apart from that, the relative contribution quality of PNEF from each sub catchments area can be calculated. It appears that only sub-catchments area having the surplus contribution quality- has landslide potential.
GEPANG National Park comprising 40-sub catchments area, 26 out of with have landslide potential. The have high landslide potential; the other twelve have medium, and the other four low landslide potential.
The landslide potential may turn into reality when rainfall shows its extreme characteristics. Under the circumstances it can hap pen in the month of December or January when the rainfall reaches its peak. And more likely, it can take place in the month of March or April at the time when the rainfall is at its secondary maxi nun.
Nevertheless, there is an-interesting environmental feature, that at places where on the hand rainfall plays an important role in forming unstable mass of land, landslide is likely occur, but on the other hand the vegetation covering at the identical places keeps the stability of the mass of land and thus prevents landslide-probability.
This shows that natural environment, properly speaking, always keeps its own equilibrium.
For this reason, a fundamental attitude towards this particular case necessarily to be taken is at least to keep the existing equilibrium.
However, it will be recommendable if the equilibrium is altered to an inclination that the role of vegetation covering as a functional factor which preserves-the land mass stability is stimulated.
Consequently, it means that protected forest areas should be enlarged, especially in the catchments areas which have high landslide potential.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yani Krishnamurti
"ABSTRACT
The national park concept allows the utilization of conservation areas for tourism purposes. Without proper management, this could create conflict between objectives, where the utilization objectives may, very often, produce negative impact for other objectives. Tourism infra-structure development, especially the establishment of a footpath and other supporting facilities can cause both direct and indirect change on vegetation community and soil. A footpath and all activities that go with it constitute a potential disturbance regime because it became the entry point for propagules alien Species from ecosystems outside the conservation zone. The main issues being studied are : 1. How does the footpath affect the understory vegetation in a forest located in the Gede-Pangrango Mountain National Park; 2. What factors are influential on the widening of the footpath in Gede-Pangrango Mountain National Park; 3. How does the occurrence of footpath influence the soil in the forest along it length in the Gede-Pangrango Mountain National Park. The objective of this study is to know the impact of a footpath on the soil and understory vegetation as well as factors influencing the widening of the footpath.

ABSTRAK
Konsepsi taman nasional memperkenankan adanya pemanfaatan kawasan konservasi untuk kaperluan pariwisata. Tanpa pengelolaan yang baik, hal ini dapat menimbulkan konflik antar tujuan dimana seringkali tujuan pemanfaatan dapat nwmberikan dampak negatif bagi tujuan yang lainnya. Pembangunan prasarana pariwisata terutama pembangunan jalan setapak dan fasilitas pendukung lainnya dapat menyebabkan perubahan secara langsung maupun tidak langsung terhadap komunitas vegetasi dan tanah. Jalan setapak dengan segala aktivitas di dalamnya merupakan sumber gangguan yang potensial karena menjadi jalan masuknya benih dari ekosistem di luar kawasan konservasi. Masalah pokok yang diteliti adalah: 1. Apakah jalan setapak mempengaruhi vegetasi tumbuhan bawah di hutan yang terdapat di kawasan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango; 2. Faktor-faktor apakah yang berpengaruh terhadap lebar jalan setapak di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango; 3. Apakah jalan setapak mempengaruhi tanah di hutan sepanjang jalan setapak di Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jalan setapak terhadap tanah dan vegetasi tumbuhan bawah serta faktor faktor yang berpengaruh terhadap lebar jalan setapak."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitryana Rahayu
"Program rehabilitasi owa jawa (Hylobates moloch) di Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Javan Gibbon Center (JGC) bertujuan untuk memulihkan kondisi kesehatan dan perilaku sebelum direintroduksi ke alam liar. JGC telah mereintroduksi pasangan owa jawa Sadewa dan Kiki pada Juni 2013 di Gunung Puntang, Pegunungan Malabar, Bandung Selatan. Akan tetapi, Sadewa dan Kiki berpisah setelah direintroduksi. Berpisahnya pasangan yang telah direintroduksi diduga karena kurang kuatnya pair bonding antarpasangan. Penelitian mengenai perilaku pasangan owa jawa telah dilakukan di JGC dengan menggunakan metode scan sampling dan ad libitum sampling terhadap 10 owa jawa. Pengambilan data dilakukan pada bulan Oktober--November 2013 sejak pukul 06.00--16.00 wib dengan interval pengambilan data 5 menit. Perilaku pasangan yang diamati meliputi perilaku sosial (afiliatif dan agonistik), proximity, vokalisasi, dan perilaku harian (locomotion, makan, istirahat, stereotypic behavior, dan perilaku lainnya). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa P2 memiliki perilaku sosial tertinggi (9,03% ± 0,29), kemudian P1 (4,16% ± 0,19), P3 (0,97% ± 0,09), dan Adhy-Cika (0,83% ± 0,09), namun P1 memiliki pair bonding yang lebih kuat karena telah berhasil melakukan kopulasi dan memiliki anak. P1 dan P2 memiliki persentase aktivitas harian dan sosial yang tidak jauh berbeda dengan Sadewa- Kiki dan Septa-Echi yang sudah direintroduksi, sehingga penyebab berpisahnya Sadewa-Kiki bukan karena tidak memiliki pair bonding.

Rehabilitation program in Javan Gibbon Center (JGC) aims to restore physical and behavior condition before release. JGC has reintroduced Sadewa and Kiki on June 2013 in Puntang, Malabar, South Bandung, but they split after reintroduced. Separation of the pair of gibbon after release occurred due to lack of pair bonding. Study about behavioral and pair bonding of javan gibbon in rehabilitation center was conduct on October--November 2013 at the JGC. Data were collected from 06 am to 04 pm using 5-min scan sampling to record social behavior (positive affiliation and agonistic), proximity, vocalization, and daily activities (locomotion, feeding, resting, & stereotypic behavior). The result from this observation indicate that P2 has a higher social activities than P1, but P1 have a strong pair bonding, because they succeeded copulation and give birth an offspring. From this study I conclude that P1 and P2 have a similar percentage of social behavior and daily activities with Sadewa-Kiki and Septa-Echi, pair bonding is not the cause of the split."
2014
S54456
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Noval Isnaeni
"Karya Akhir ini membahas tentang bagaimana sudut pandang kriminologi lingkungan dalam kasus Pencurian Cacing Sonari yang terjadi di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Cacing yang diambil merupakan hewan tidak dilindungi namun habitatnya berada pada wilayah konservasi yang dilindungi. Selain itu para pelaku kasus pencurian cacing Sonari yang dalam proses perburuannya merusak kawasan konservasi seluas 50 hektar, namun pelaku yang tertangkap hanya divonis hukuman 2 bulan 21 hari penjara dan denda sebanyak 100 ribu rupiah. Peneliti menggunakan teori kejahatan lingkngan dan kejahatan terorganisr untuk mengidentifikasi kasus ini. selain itu peneliti menggunakan tools dalam teori pencegahan kejahatan situasional untuk memberikan saran kegiatan apa yang dapat dilakukan pihak TNGGP untuk meningkatkan keamanan wilayah konservasinya. Peneliti melihat bahwa Pencurian Cacing Sonari merupakan salah satu bentuk kejahatan lingkungan yang terorganisir, namun penanganan kasus ini secara legal dirasa kurang efektif karena dasar penghukuman yang diberikan kurang sesuai dengan kejahatan yang dilakukan

The focus of this Project is discusses about the perspective of environmental criminology in the Sonari Worm Theft case that occurred in Gunung Gede Pangrango National Park (TNGGP). The worms is not protected animals but their habitat is in the conservation areas which is protected. the perpetrators of the Sonari worm theft case which in the process of hunting destroyed a 50-hectare conservation area, but the perpetrators arrested were only sentenced to 2 months 21 days in prison and fined as much as 100,000 rupiahs. Researchers used the theory of environmental crime and organized crime to identify this case. In addition, researchers use tools in situational crime prevention theory to advise what activities can be done by TNGGP to improve the safety of their conservation areas. Researchers Identify this case as a form of organized environmental crime, but how the officers handled this case was felt to be less effective because the basis of the punishment given was not in accordance with the crime committed"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Morris, Percy A.
New York: Ronald Press, 1957
597.8 MOR b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>