Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 188113 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Hani Qonitah
"ABSTRAK
Penelitian mengenai pemanfaatan majalah abstrak di PUSTAKA Bogor dilakukan pada bulan Maret & April 1991. Tujuannya untuk mengetahui keberadaan dan fungsi majalah abstrak di PUSTAKA Bogor dalam menunjang kegiatan penelitian para peneliti Badan Litbang Pertanian, serta mengetahui faktor-faktor apa Baja yang mendorong dan menghambat para peneliti dalam mendayagunakan majalah abstrak. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner ke para peneliti di B Balai/Pusat Penelitian yang tersebar di wilayah Bogor dan sekitarnya. Hasilnya menunjukkan bahwa pada umumnya para peneliti pernah menggunakan majalah abstrak koleksi PUSTAKA dan berpendapat cukup lengkap dalam bidangnya masing-masing. Para peneliti menganggap kelebihan majalah abstrak yang utama adalah adanya abstrak atau keterangan singkat isi sehingga menghemat waktu pemakai. Informasi yang diperlukan peneliti untuk mendukung penelitian terutama adalah laporan penelitian. Lalu menyusul artikel majalah, makalah seminar, dan buku. Adapun cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan informasi dari majalah abstrak adalah dengan secara langsung mendatangi dan melihat di PUSTAKA, melalui pustakawan tempat bekerja dan melalui jasa informasi PUSTAKA. Umumnya peneliti menggunakan indeks subjek ketika menggunakan majalah abstrak, selain melakukan penelusuran seluruh subjek, dan menggunakan indeks pengarang. Faktor penghambat dalam menggunakan majalah abstrak adalah karena tidak lengkapnya literatur primer, selain lokasi yang jauh dari tempat bertugas, bahasa, cara pemakaian majalah abstrak dan tidak adanya bantuan petugas perpustakaan.

"
1996
S15109
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S38470
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Mulyani
"Yang melatarbelakangi dilakukan penenlitian tentang penggunaan Internet di perpustakaan: studi kualitatif tentang pemanfaatan Internet oleh pustakawan untuk kegiatan kepustakawanan, terutama adalah permasalahan tersebut belum pernah diteliti. Pertanyaan penelitian ini adalah apa fasilitas Internet yang digunakan oleh pustakawan, mengapa pustakawan menggunakan Internet, untuk kegiatan apa pustakawan menggunakan Internet, apa kendala yang dihadapi pustakawan dalam menggunakan Internet dan bagaimana pustakawan mengatasi kendala yang dihadapinya, serta apa dampak keberadaan Internet terhadap pustakawan?
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui fasilitas Internet yang digunakan berkenaan dengan kegiatan perpustakaan, mengetahui penggunaan Internet di perpustakawan oleh pustakawan, mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi pustakawan dalam memanfaatkan Internet sebagai sarana komunikasi dan sumber informasi, dan mengetahui upaya yang dilakukan pustakawan dan institusinya untuk mengoptimalkan pemanfaatan dan pemberdayaan Internet.
Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa pemanfaatan Internet di perpustakaan masih belum optimal. Internet hanya digunakan untuk melakukan seleksi buku dan jurnal. Sedangkan untuk kegiatan teknis lain, seperti pengolahan bahan pustaka, pustakawan menggunakan Internet hanya untuk menentukan subjek dan notasi klasifikasi. Sebagian besar pustakawan paling banyak menggunakan E-Mail dan Web untuk penelusuran dan penyebaran informasi.

The Usage Of The Internet: Qualitative Study Of The Usage Of The Internet By Librarian For Librarianship JobsResearch of the usage of the Internet by librarian for librarianship jobs has never been done before, this is the main reason why writer choose this subject for research. The question in this research are what does Internet facility that used by librarian, why does librarian use the Internet, what does for librarian use the Internet, what does constrain that faced by librarian in the use of the Internet and what kind the effort they could do to solve the problem in the use of the Internet facility for their jobs.
The objective of this study is to know Internet facility that used in the library, to identify the problems that faced by librarian in the usage of the Internet and the effort that could do by librarian to optimize in the usage of the Internet to support librarianship jobs.
The results of this research are the usage of the Internet in the library is not yet optimum. The usage of Internet only used only to book or journal selection. While for another technical activity such as book processing, librarian used the Internet only to looking for subject and classification number. Majority librarian in this research used E-Mail and Web to searching and dissemination information.
"
2001
T11820
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1983
S2012
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karnen Garna Baratawidjaja
"ABSTRAK
Latar belakang
Kemajuan teknologi dan industri yang dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan umat manusia, kadang-kadang justru dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, bahkan malapetaka. Debu mineral dan organik Industri yang terhirup para karyawan dan penduduk sekitar dapat menimbulkan berbagai gangguan saluran napas. Asma bronkial dapat timbul pada karyawan Industri logam, plastik, kayu, sabun, obat dan berbagai industri lainnya Ditaksir bahwa 2 % dari seluruh asma adalah akibat lingkungan kerja. Di Jepang, 15 % asma bronklal pada pria disebabkan akibat lndustri.
Bisinosis adalah penyakit saluran napas akibat kerja yang disebabkan penghirupan debu kapas, flax atau hemp yang dianggap sebagian peneliti sebagai asma dan oleh peneliti lainnya dibedakan dari asma. Kata bisinosis berasal dari perkataan Yunani byssos yang berarti fine flax atau fine linnen yang dihasilkan tanaman flax yang diakukan Proust pada tahun 1877 untuk pertama kali. Oliver pada tahun 1902 menggunakan istilah tersebut untuk gejala-gejala saluran napas dalam berbagai derajat akibat pemaparan debu kapas dan flax. Collis pada tahun 1909 menemukan keluhan serupa asma yang timbul sesudah bekerja hari Senin pada 74-91 % karyawan dari 31 pabrik tekstil di Blackburn yaitu pada 126 strippers dan grinders yang sekarang dikenal sebagai bisinosis.
Diagnosis bisinosis ditegakkan atas dasar gejala subjektif. Dalam bentuk dini bisinosis berupa dada rasa tertekan dan atau sesak napas pada hari kerja pertama sesudah hari libur akhir minggu (selanjutnya disebut hari Senin). Gejala khas yang hanya ditemukan pada bisinosis itu disebut Monday feeling, Monday fever, Monday morning fever, Monday morning chest tightness atau Monday morning asthma (1508,18,22,23) yang dapat menghilang bila karyawan meninggalkan lingkungan tempat kerjanya. Keluhan bisinosis tersebut diduga disebabkan oleh karena obstruksi saluran napas. Obstruksi yang terjadi setelah karyawan terpapar pada hari Senin disebut obstruksi akut. Bila karyawan tidak disingkirkan dari lingkungan kerjanya yang berdebu, obstruksi akut yang mula-mula reversibel akan menjadi menetap. Maka obstruksi saluran napas tersebut sudah ditemukan pada hari Senin sebelum karyawan terpapar. Obstruksi demikian disebut obstruksi kronik.
Antara tahun 1910-1932, angka kematian yang disebabkan oleh karena penyakit saluran napas pada karyawan ruang carding pabrik tekstil di Inggris yang masih sangat berdebu adalah dua kali lebih tinggi dibanding dengan karyawan dari bagian akhir pemintalan dan karyawan gudang. Rata-rata satu dari 10 karyawan ruang carding menunjukkan gangguan saluran napas yang berat. Pada tahun 1939, prevalensi bisinosis pada umumnya sudah menurun, tetapi pada karyawan bagian blowing dan carding hal tersebut masih merupakan masalah, sehingga pada tahun 1941 dl Inggris dikeluarkan peraturan kompensasi untuk bisinosis. Biaya untuk hal tersebut adalah yang tertinggi yang pernah dikeluarkan untuk penyakit akibat pemaparan debu sesuai Pneumoconiosis Act of Britain Penelitian bisinosis yang dilakukan di Manchester tahun 1950 pada 103 orang pria di atas 35 tahun yang terpapar sedikitnya 10 tahun dengan debu kapas, menemukan bisinosis derajat dini lanjut pada 52 % dan derajat berat pada 10 % karyawan.
Schilling pada tahun 1955 membagi bisinosis secara klinis yang ditandai dengan huruf C dalam derajat Cl dan C2. Kemudian Schilling dan Watford pada tahun 1963 menambahkan derajat C1/2 dan C3, sehingga derajat bisinosis dewasa ini dibagi dalam empat derajat sebagai berikut :
Derajat C1/2 : dada rasa tertekan dan atau sesak napas yang kadang-kadang timbul pada hari Senin.
Derajat Cl : dada rasa tertekan dan atau sesak napas pada setiap hari Senin.
Derajat C2 : dada rasa tertekan dan atau sesak napas pada hari Senin dan hari kerja lainnya.
Derajat C3 : derajat C2 disertai sesak napas yang menetap.
Berbagai penyakit akibat kerja serta permasalahannya telah banyak kita ketahui dari hasil penelitian epidemiologis. Klasifikasi bisinosis tersebut di atas telah membuka era baru, sehingga sejak tahun 1965 penelitian epidemiologis bisinosis sudah dilakukan di berbagai negara. Penelitlan-penelitian yang dilakukan adalah cross sectional dan prevalensi bisinosis yang ditemukan di berbagai negara bervariasi antara 2-90 % dan pada umumnya tergantung atas kadar debu lingkungan kerja.
Pada tahun 1974-1980 di Inggris masih didapatkan 770 karyawan dengan bisinosis derajat C2 dan C3 yang memperoleh kompensasi tetapi sejak tahun 1988 bisinosis telah dapat diturunkan menjadi 3,99 %. Bisinosis di Amerika Serikat pada tahun 1974 masih ditemukan pada 20-50 % karyawan ruang carding dan banyak di antara mereka yang sudah menunjukkan gangguan saluran napas yang berat. Setelah?."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989
D62
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Amarina Ashar Ariyanto
"ABSTRAK
Fishbein dan Ajzen menyatakan, intensi merupakan determinan langsung dari tingkah laku seseorang. Intensi yang dimiliki seseorang dapat diprediksi melalui 2 hal utama, yaitu sikap yang ia tampilkan dan Norma subyektif yang ia miliki, sedangkan dasar dari sikap dan norma subyektif adalah belief yang ia miliki. Setiap manusia memiliki hanya sedikit belief yang salient (mendasar), dan belief inilah yang menurut Fishbein dan Ajzen harus digali, karena dapat merefleksikan berbagai hal yang 'mendasar' sehubungan dengan tingkah laku yang ingin disoroti.
Penelitian ini dilakukan terhadap siswa dari 3 SLTA dan 3 STM yang tercatat sering berkelahi, dan seluruh responden dikelompokkan ke dalam 4 kelompok penelitian berdasarkan tingkat agresifitasnya, yaitu kelompok Tidak Agresif, Agresif 1 ( Agresif sedang), Agresif 2 (sangat agresif) dan Agresif 3 (ditahan).
Hasil penelitian yang diperoleh adalah intensi untuk terlibat dalam perkelahian pada kelompok Agresif (total) lebih ditentukan oleh Norma subyektif dan PBC daripada sikap yang mereka miliki. Ini berarti, siswa dari kelompok ini sangat memperhatikan pendapat dan tuntutan dari orang yang mereka anggap penting (significant others). Sebaliknya, pada kelompok tidak agresif peranan sikap jauh lebih besar daripada Norma subyektif dan PBC. Siswa dari kelompok ini tampaknya memiliki nilai pribadi yang cukup kuat, dan tidak mudah dipengaruhi orang lain. Bila ditinjau berdasarkan ke 4 kelompok penelitian, pada kelompok Tidak Agresif, Agresif sekali dan Ditahan, peranan sikap dan PBC lebih besar dari pada Norma subyektif. Sedangkan pada kelompok Agresif sedang, Norma subyektif lah yang lebih besar peranannya dibandingkan sikap dan PBC.
Kelompok penelitian memliliki belief yang tidak berbeda tentang terlibat dalam perkelahian dengan belief yang dimiliki masyarakat pada umumnya. Belief yang dinilai positif oleh mereka adalah menambah pengalaman,solider, menguji diri, memperluas pergaulan dan membela nama sekolah. Belief yang mereka nilai negatif adalah membalas dendam, tidak bertanggung jawab, dan ditangkap polisi. Kondisi yang mereka percayai dapat menghambat keterlibatan siswa pada perkelahian adalah kehadiran polisi, masa ujian dan ulangan serta adanya hukuman dari sekolah.
Intensi ke 4 kelompok penelitian untuk terlibat dalam perkelahian adalah kecil. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam intensi untuk terlibat antara kelompok Tidak agresif dengan Kelompok Ditahan. Intensi kelompok tidak agresif memang kecil, tetapi intensi kelompok ditahan jauh lebih kecil lagi dan perbedaan ini signifikan. Tampaknya pengalaman didalam tahanan merupakan sesuatu yang cukup 'traumatis', sehingga menimbulkan reaksi tingkah laku yang cukup 'kuat'."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>