Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138853 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Haryono
"Reservoar pada lapangan XYZ ini merupakan reservoar limestone globigerina berumur pertengahan - akhir miocene dengan ketebalan mencapai 140 meter, dan telah terpenetrasi oleh sumur XYZ dengan hasil berupa akumulasi gas. Seismik atribut dapat diaplikasikan untuk mengidentifikasi keberadaan gas tersebut. Studi ini difokuskan pada integrasi inversi seismik dan analisis kuantitatif dekomposisi spektral dengan tujuan lebih lanjut untuk menentukan perhitungan cadangan hidrokarbon.
Inversi model based digunakan untuk menunjukan keberadaan reservoar yang memiliki porositas tinggi, dimana pada kasus ini daerah yang memiliki porositas 40-47 % menghasilkan nilai impedansi akustik yang relatif lebih rendah sekitar 4400-5500 (m/s)(gr/cc). Lebih lanjut, dekomposisi spektral CWT digunakan untuk mengidentifikasikan keberadaan dari reservoar hidrokarbon berdasarkan anomali frekuensi rendah dan atenuasi energi pada frekuensi tinggi. Pada studi ini frekuensi rendah berada pada 10-20 Hz dan frekuensi tinggi 30 - 40 Hz. Frekuensi 10Hz mampu merepresentasikan anomali frekuensi rendah dengan diikuti oleh atenuasi pada frekuensi yang lebih tinggi yaitu 20, 30 dan 40 Hz. Pada studi ini, analisis atenuasi dilakukan secara kuantitatif dengan pendekatan metode rasio spektral, dimana nilai gradien frekuensi dapat berasosiasi dengan faktor kualitas (Q). Pada zona reservoar didapatkan nilai Q rendah berkisar 25-30 yang mengindikasikan terjadi atenuasi yang kuat dalam medium tersebut. Nilai Q dapat memisahkan dua reservoar gas, dan zona air. Keberadaan air akan mengurangi nilai Q hingga mencapai 10.
Analisis lebih lanjut untuk memisahkan dua unit reservoar maka dilakukan krosplot antara parameter porositas dan tekanan. Hasil krosplot menunjukan bahwa nilai Q akan bertambah seiring dengan bertambahnya tekanan,. Nilai Q akan berkurang seiring dengan bertambahnya porositas, akan tetapi, nilai Q akan lebih sensitif dengan keberadaan fluida cair.
Hasil integrasi antara inversi seismik dan analisis kuantitatif dekomposisi spektral dapat membantu dalam mengkarakterisasi reservoar berdasarkan sifat fisiknya sehingga memudahkan dalam memetakan penyebaran secara lateral dengan tingkat keyakinan yang tinggi. Berdasarkan penyebaran secara lateral telah dilakukan perhitungan cadangan dengan menggunakan simulasi montecarlo sebesar 152.3 bcf.

Reservoir XYZ field is a Mid-late Miocene of Globigerina Limestone with 140 meters of thickness. It has been penetrated by XYZ well with contained of gas accumulation. Seismic attributes can be applied to identify the presence of gas. This study focused on the integration of seismic inversion and quantitative analysis of spectral decomposition in order to define the calculation of hydrocarbon reserves.
Model based inversion used to indicate the existence of reservoirs that have high porosity, which in this case regions with 40-47% porosity value of acoustic impedance is relatively low at about 4400-5500 (m / s) (g / cc). In addition, Spectral decomposition CWT used to identify hydrocarbon reservoir with low frequency anomaly and attenuation of energy in higher frequency. In this study, low frequency at 10 - 20 Hz and high frequencies at 30 - 40 Hz. Frequency 10 Hz able to represented the low frequency anomaly and followed by attenuation in higher frequency 20, 30, and 40 Hz. In this study quantitative analysis of attenuation performed by the spectral ratio method approach, where the frequency gradient can be associated with quality Factor Q. In the reservoir zone has low Q value around 25 - 30 indicating a strong attenuation occurs in that medium. Q values can separate two gas reservoir, and water zones. The presence of water will reduce the value of Q up to 10.
Further analysis for separation of two reservoir unit is performed by crossplot between porosity and pressure parameters. The results showed that the value of Q will increase along with increasing Pressure. Q values decreased with increasing Porosity. However, the value of Q will be more sensitive to the presence of liquid fluid.
The result of the integration between seismic inversion and quantitative analysis of the spectral decomposition can aid in reservoir characterization based on its physical properties, making it easier to map the lateral distribution with a high level of confidence. Based on the lateral distribution, Reserve calculation has been performed using Montecarlo simulations and resulted 152.3 bcf of reserve."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T30076
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hardius Usman
Jakarta : Grasindo, 2004
331.31 USM p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rr Asyurati Asia
"Meningkatnya populasi lansia di dunia termasuk Indonesia merupakan dampak dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang kesehatan dan sosial ekonomi. Keadaan ini mengakibatkan bertambahnya berbagai penyakit lanjut usia termasuk gigi dan mulut. Berbagai faktor risiko yang muncul seiring proses penuaan mengakibatkan hilangnya gigi geligi. Akan tetapi faktor risiko yang paling berperan dengan kehilangan gigi di Indonesia masih belum diketahui. Tujuan penelitian ini memperoleh indeks prediksi kehilangan gigi berdasarkan faktor-faktor risiko. Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol pada 208 lansia berusia >60 tahun, 82 subjek kasus dengan kehilangan gigi >12 dan 126 kontrol dengan kehilangan gigi < 12. Mayoritas subjek adalah perempuan 82,7%; usia >65 tahun 53,9%; pendidikan menengah 51,9%, kebersihan mulut sedang 51,2%, pendarahan gusi ringan 44,4%; penghasilan rendah 94,7%; periodontal indeks berat 61,2%; tekanan darah tinggi 79,8%; fungsi kognitif normal 74,5%; dugaan diabetes melitus 22,6%; perilaku baik 52,4%; kepadatan tulang normal 81,6%, kehilangan perlekatan gingiva baik 62,9%, aktivitas sehari-hari normal 90,4%. Model akhir yang didapat adalah dugaan diabetes melitus, perilaku, dugaan demensia, kehilangan perlekatan sedang dan buruk memiliki hubungan dengan kehilangan gigi pada lansia. Penelitian ini menghasilkan suatu indeks prediksi kehilangan gigi dengan faktor risiko yang paling berperan terhadap kehilangan gigi pada lansia.

The expanding population of elders in Indonesia and worldwide influenced by the advances in science and technology, especially the health and socio-economic progress. The aging process results in susceptibility to infection of the oral cavity resulting in loss of teeth. The aim of this study was to develop and test a model of tooth loss prediction index based on risk factors. A case-control study was conducted among 208 elders aged above 60 years old, 82 subjects who had lost more than 12 teeth were participated as case group while 126 subjects who had lost 12 or less teeth were participated as control group. At examination, 53.9% of participants were aged above 65 years old, with 82.7% females, 51.9% were middle educated, 51.2% have moderate oral hygiene level, 44.4% have mild level of gingival bleeding, 94.7% have low income, 61.2% have severe periodontal index, 79.8% having hypertention, 74.5% having normal cognitive function, 22.6% diabetes melitus, 52.4% having good oral health behavior, 81.6% with normal bone density, 62.9% good level of gingival attachment loss, 90.4% having normal daily activity. Logistic regression analyses demonstrated that diabetes melitus, oral health behavior, cognitive function, moderate and severe level of gingival attachment loss were associated with tooth lost. The study produced a tooth loss prediction index based on risk factors most responsible for tooth loss in elderly.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosi Kusuma Eriwati
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
PGB 0618
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Vanessa
"Latar Belakang: Prakiraan usia memiliki peran yang sangat penting dalam dunia hukum dan forensik terkait permasalahan kasus eksploitasi anak di bawah umur di Indonesia. Prakiraan usia menggunakan gambaran radiologis tulang vertebra servikalis pada sefalometri dengan menilai prakiraan usia skeletal telah dilakukan oleh beberapa penelitian terdahulu, namun belum pernah dilakukan pada populasi di Indonesia. Tujuan: Untuk mengetahui kesesuaian prakiraan usia skeletal vertebra servikalis dan usia gigi terhadap usia kronologis subjek penelitian. Metode: Pengukuran parameter dilakukan pada sampel data sekunder gambaran radiografis sefalometri dan panoramik pada dua kelompok sampel, yaitu sebanyak 100 orang dengan rentang usia 9-18 tahun dan kelompok kedua sebanyak 10 orang dengan rentang usia 9-11 tahun, dimulai dengan rumus prakiraan usia skeletal vertebra servikalis yang dihasilkan melalui regresi linier berganda pada kelompok pertama (n=100 orang). Selanjutnya dilakukan uji perbedaan one-way ANOVA dan uji kesesuaian Bland Altman terhadap prakiraan usia skeletal vertebra servikalis dan usia gigi terhadap usia kronologis serta pengujian selisih prakiraan usia pada kelompok kedua(n=10 orang) Hasil: Uji One-way ANOVA menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna secara statistik antar semua pengukuran usia (p<0.05), sedangkan hasil uji Bland Altman menunjukkan selisih rerata antara prakiraan usia skeletal vertebra servikalis dan usia kronologis sebesar 0,0000 ± 1,34 tahun, lebih kecil jika dibandingkan dengan selisih rerata antara prakiraan usia gigi dan usia kronologis sebesar 0,0937 ± 1,37 tahun pada kelompok pertama. Hasil uji t tidak berpasangan pada nilai selisih rata-rata vertebra servikalis sebesar 1,04 tahun dan usia gigi pada 2,52 tahun. Kesimpulan: Prakiraan usia skeletal vertebra servikalis menunjukkan kesesuaian yang lebih baik terhadap usia kronologis dibandingkan usia gigi terhadap usia kronologis.

Background: Age estimation plays important role in law enforcement and forensics related to the under age / children exploitation issue in Indonesia. Age estimation using radiographs of cervical vertebrae in cephalometry by estimating its skeletal age had been carried out in several previous studies, but has never been done in populations in Indonesia. Objective: To study the agreement of cervical vertebrae skeletal age estimation and dental age with the chronological age of the research subject. Methods: Measurement of parameters was performed on secondary data samples of cephalometric and panoramic radiographs consist of two groups. The first group were 100 people with 9-18 year old range and the second group were 10 people with 9-11 year old range. Starting from the skeletal age estimation of cervical vertebrae was generated using multiple linear regression analysis (n=100 people). Furthermore, a one-way ANOVA and Bland Altman's agreement test were conducted to the cervical vertebrae skeletal age estimation, dental age, and chronological age. Independent t test was conducted to test the delta of the second group (n= 10 people) Results: One-way ANOVA test showed no significant differences statistically among all age estimations (p <0.05), while the Bland Altman test showed mean difference of 0.0000 ± 1.34 years between the skeletal age estimation of cervical vertebrae and chronological age, which is lower compared to the mean difference between the dental age estimation and chronological age 0.0937 ± 1.37 years from the first group. Followed with independent t test from the delta of skeletal-chronological was 1,04 years and dental-chronological was 2,52 years. Conclusion: The skeletal age estimation of cervical vertebrae shows better agreement with chronological age compared to dental age with chronological age."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cynthia Michelle Anggraini
"Studi ini fokus membahas tentang variasi anatomis normal pada mukosa oral. Tujuan dari studi ini dalah untuk menentukan prevalensi dan distribusi lesi pada 312 pasien yang mengunjungi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Studi ini dilakukan dengan survei epidemiologi dan menggunakan pendekatan potong lintang. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat 7 (2,2%) pasien dengan leukoedema, 69 (22,1%) pasien dengan fordyce granules, dan 207 (66,3%) pasien dengan linea alba pada mukosa oral mereka. Semua lesi lebih banyak ditemukan secara bilateral. Leukoedema dan fordyce granules lebih banyak ditemukan pada pria, sedangkan linea alba lebih banyak pada wanita. Leukoedema dan fordyce granules paling banyak ditemukan pada kelompok usia 69-76 tahun, sedangkan linea alba paling banyak ditemukan pada usia 13-20 tahun.

This study is focused on variations of anatomic structures of oral mucosa. The purpose of this study is to determine the prevalence and the distribution of these lesions in 312 patients who visited University of Indonesia Dental Hospital according to the location, age and gender. This study has been done by cross sectional descriptive epidemiological survey. The result showed that there were 7 (2.2%) people who had leukoedema, 69 (22.1%) people who had fordyce granules, and 207 (66.3%) people who had linea alba on their oral mucosa. All lesions were more common in bilateral location. Leukoedema and fordyce granules were more common among males, while linea alba were more common among females. Leukoedema and fordyce granules had the highest prevalence in 69-76 years age-group, while linea alba was highest in 13-20 years age-group."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mindya Yuniastuti
"Latar Belakang
Penentuan usia seseorang memegang peranan penting dalam kedokteran forensik, tidak hanya untuk identifikasi tubuh, tetapi erat pula kaitannya dengan tindak kejahatan dan kecelakaan (1). Akibat dari tindak kejahatan dan kecelakaan ini, tidak jarang ditemukan kerangka manusia atau korban yang sulit diidentifikasi. Banyak prosedur dapat ditempuh dalam menentukan usia seseorang antara lain dari penutupan sutura tengkorak, penyatuan epifisis, dan diafisis tulang panjang, permukaan simfisis pubis serta dari gigi geligi seseorang (2,3,4,5,6,7,8,9,10,11).
Penentuan usia didasarkan pada gigi geligi seseorang menjadi sangat penting artinya terutama jika bahan lain yang diperlukan untuk identifikasi telah rusak, misalnya pada kasus kebakaran, kecelakaan pesawat terbang, atau telah terjadi proses pembusukan tubuh seseorang (7, 12). Pada keadaan tersebut biasanya gigi geligi merupakan jaringan satu-satunya yang relatif masih utuh (7,8,9), sehingga struktur maupun morfologinya tidak berbeda dengan orang hidup. Hal ini dapat terjadi karena gigi geligi dilapisi oleh email, yang merupakan jaringan tubuh yang paling keras (13,14,15). Oleh karena itu, perkiraan usia dan gigi geligi dapat merupakan sumbangan informasi yang amat berguna dalam hal penentuan usia tersebut, sehingga akan lebih memudahkan para ahli forensik melakukan identifikasi usia secara tepat (16).
Untuk menentukan atau memperkirakan usia didasarkan pada gigi geligi , ternyata gambaran radiografis memegang peranan penting (15,17, 18,19). Dengan foto radiografis dapat diketahui antara lain gambaran pertumbuhan gigi, urutan erupsi dan kalsifikasi gigi, yang semuanya berguna selain di bidang kedokteran gigi forensik, juga antropologi dan arkeologi, dalam kaitannya dengan identifikasi usia. Di bidang arkeologi ini biasanya gambaran radiografis digunakan untuk perkiraan usia pada penemuan sejumlah besar rangka, meskipun hal ini umumnya jarang digunakan untuk dasar pemeriksaan rutin (16). Selain itu, dengan foto radiografis identifikasi dapat dilakukan dengan mudah, cepat dan tepat (18,19). Dan berbagai jenis foto radiografis, yang banyak digunakan adalah foto panoramik, karena dengan foto tersebut akan diperoleh seluruh gambaran gigi sulung maupun gigi tetap pada rahang atas dan bawah dengan jelas.
Beberapa penelitian tentang perkiraan usia berdasarkan gambaran radiografis pertumbuhan gigi telah dilakukan, namun penelitian gigi molar 3 rahang bawah masih langka. Beberapa kemungkinan langkanya penelitian ini disebabkan karena waktu erupsi gigi molar 3 sangat bervariasi dibandingkan dengan gigi lainnya (20,21). Penelitian tentang perkiraan usia berdasarkan pertumbuhan gigi molar 3 rahang bawah saja, akan mendapatkan kisaran usia yang pendek yaitu antara 14 - 20 tahun, sehingga hubungannya dengan identifikasi usia sangat terbatas.
Pembentukan akar gigi molar 2 rahang bawah sudah dimulai pada usia antara 7-8 tahun (22,23). Oleh karena itu gabungan penelitian tentang pembentukan akar gigi molar 2 dan molar 3 rahang bawah akan mempunyai kisaran usia yang lebih lebar, sehingga penggunaannya untuk identifikasi usia seseorang lebih luas.
Pada saat ini di Indonesia belum banyak acuan untuk memperkirakan usia dari gambaran radiografis gigi geligi. Yang menjadi masalah sekarang adalah bagaimana mendapatkan data dasar untuk pedoman memperkirakan usia berdasarkan gambaran radiografis gigi geligi. Sehubungan dengan hal itu, dilakukan penelitian perkiraan usia dari gambaran panoramik radiografis dengan metode pengukuran panjang dan stadium pertumbuhan gigi molar 2 dan molar 3 rahang bawah. Dengan mengukur panjang gigi dan mengetahui stadium pertumbuhan gigi tersebut di atas, dapat diketahui perkiraan usia seseorang. Penelitian ini dilakukan bertitik tolak dari landasan pemikiran bahwa :
Gambaran radiografis merupakan cara yang tepat untuk mengetahui pertumbuhan gigi (1,16,17,21,24). Dengan membuat foto panoramik radiografis bisa diperoleh gambaran gigi geligi pada seluruh rahang. Selain itu prosedur pembuatannya cepat dan murah.
Gambaran radiografis gigi molar rahang bawah biasanya lebih jelas dibandingkan dengan gigi molar rahang alas . Hal ini disebabkan tidak adanya struktur lain di rahang bawah dibandingkan dengan rahang atas. Karena itu dengan memilih pertumbuhan gigi molar 2 dan molar 3 rahang bawah untuk perkiraan usia, diharapkan akan mendapatkan gambaran yang lebih jelas, sehingga perkiraan usia diharapkan bisa lebih akurat."
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Warneri
"Pemantauan kondisi adalah cara pemeliharaan yang sangat efektif agar kondisi permesinan dapat terpantau secara terus - menerus. Pemantauan kondisi melalui analisis getaran merupakan cara lain dalam menentukan kondisi permesinan, sehingga dalam menganalisis getaran perlu diketahui karakteristik dari getaran bagaimana sifat, letak, serta akibat yang didapat bila sudah terlihat pada spektrum getaran.
Melalui pemantauan kondisi ini bisa terlihat perkembangan kerusakan pada komponen serta bisa diramalkan kapan komponen itu diganti melalui besarnya amplitude yang terlihat pada spektrum getaran ditiap pengukurannya.
Hasil spektrum getaran dari tiap pengukuran bisa terlihat perkembangannya pada grafik kecenderungan getaran yang merupakan hasil keseluruhan spektrum getaran, karena getaran ini adalah energi yang merambat sehingga kondisi secara keseluruhan dari kondisi permesinan bisa terpantau.
Dari hasil analisis pada kompresor dan kotak roda gigi terlihat komponen yang menunjukkan kerusakan, jadi secara teori komponen yang terus bergerak dan bergesekan memiliki kecenderungan terjadi kerusakan. Untuk selanjutnya pemahaman terhadap getaran pelu dikaji lebih dalam karena setiap komponen yang bergerak memiliki frekuensi pribadi yang belum semuanya bisa terdeteksi secara keseluruhan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S37843
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Depok: Departemen Farmasi FMIPA-UI, 2006
615.4 ANA
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>