Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134029 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Grasindo, 1995
302.45 IND
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Reza Rustam
"ABSTRAK
Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif dengan metode kajian kepustakaan dan studi lapangan yang bertujuan untuk mengetahui dinamika kehidupan mantan kenshusei asal Indonesia ketika bekerja disektor perikanan Jepang.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kurang tersosialisasinya dengan baik kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Jepang melalui JITCO (Japan International Training Coorpoation). Sehingga dalam penelitian ini bisa disimpulkan bahwa mekanisme proses pemagangan belum sepenuhnya transparan sejak keberangkatan hingga penempatan kenshusei di Jepang, terutama yang berkaitan dengan sosialisasi JITCO yang belum merata atau meluas. Transparansi perihal kontrak kerja, upah kerja, hak dan kewajiban peserta magang juga tidak tersosialisasikan dengan baik dan tujuan dari alih teknologi belum tercapai secara maksimal. Kebanyakan pekerja magang terkonsentrasi pada perusahaan kecil dan menengah yang pekerjaannya mempunyai sifat 3K (Kitanai, Kitsui , dan Kikien) yang juga merupakan pekerjaan yang di kurang di minati oleh orang Jepang, selain itu kenshusei Indonesia di sektor perikanan mendapatkan upah yang lebih murah.

ABSTRACT
This research is a descriptive research using literature and field studies which aims to understand the dynamics of former Indonesian kenshusei life while working on Japanese fisheries sector.
The result of this research showed that there is a lack of socialization in the policies issued by Japanese government through JITCO. Therefore, based on this research, it can be concluded that internship process mechanism has not been fully transparent from the departure until the placement of kenshusei in Japan, primarily related to the socialization of JITCO that is not evenly distributed or widespread. Transparency concerning employment contracts, employment wage rights and obligations of trainees is also not socialized very well, and the goal of the technology transfer has not reached its maximum Most of the interns are concentrated in small and medium enterprises whose nature of work is 3D (Dirty, Dangerous and Demeaning) which is also a kind of work that is less desirable by the Japanese. Besides that, Indonesia's kenshusei on fisheries sector receive lower wages."
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Junita Kartono
"Sebagai makhluk sosial, setiap manusia memiliki hasrat dan berupaya menjalin hubungan dengan manusia lain. Kualitas hubungan yang dijalin menentukan sejauhmana hidup manusia menjadi bermakna, memuaskan, dan produktif.
Keintiman dalam hubungan sosial merupakan sumber utama kenyamanan dan pertahanan terhadap krisis sepanjang siklus kehidupan (Sloan & L?Abate, 1985, dalam Turner & Helms, 1991). Relasi yang hangat Sangat dibutuhkan oleh kaum remaja yang mengalami transisi fisik, psikologis, dan sosial. Hubungan yang dekat dan mesra dengan orang lain dapat dijalin melalui pernikahan atau dengan persahabatan. Dalam penelitian ini penulis memusatkan perhatian pada hubungan persahabatan karena persahabatan dapat dijalin oleh berbagai individu dari herhagai tahapan usia dan orang-orang yang telah menikahpun masih membutuhkan kehadiran sahabat.
Persahabatan bukanlah sekedar keadaan, melainkan suatu perasaan yang mendalam dan dapat disadari namun sukar dilukiskan dengan kata-kata (Pogrebin, 1987). Menurut Block (1981, dalam Soekandar, 1989) persahabatan sukar didefinisikan secara tepat karena setiap individu memiliki konsep yang berbeda tentang persahabatan sehingga tidak ada standar yang tepat untuk semua orang.
Untuk memahami persahabatan, diperlukan pengetahuan tentang model atau sistemnya, yang disebut pola persahabatan. Pola persahabatan terdiri dari atribut, proses, dan fase persahabatan. Atribut persahahatan adalah sifat yang menjadi ciri khas atau unsur-unsur yang penting dan saling terkait yang mewarnai persahabatan. Atribut-atribut persahabatan meliputi rasa suka timbal balik, keterbukaan, loyalitas atau komitmen, kepercayaan, kesetaraan dan kemiripan, penghormatan dan kebebasan terhadap sahabat, dan pertukaran bantuan. Yang dimaksud dengan proses persahabatan adalah berbagai pemikiran (kognitif), perasaan atau reaksi emosi (afektif) dan tingkah laku yang terjadi selama berlangsungnya persahabatan. Sedangkan fase-fase persahabatan adalah pembentukan, pemeliharaan, dan pemutusan persahahatan (Hartup, 1975; Pogrebin, 1987: Becker, 1992: Blieszner & Adams, 1992: Fisher & Adams, 1994).
Penelitian ini diadakan untuk memperoleh gambaran lebih luas mengenai atribut dan proses persahabatan. Fase-fase persahabatan tidak diteliti karena akan memakan waktu yang cukup lama-sehingga memerlukan studi longitudinal. Sebagai tambahan, diteliti pula permasalahan utama yang dirasakan oleh para mahasiswa dan mahasiswi perantau, yang akan mewarnai pola persahabatan mereka.
Subjek penelitian ini adalah para mahasiswa dan mahasiswi perantau di Universitas Indonesia, dengan pertimbangan adanya pengaruh usia (Blieszner & Adams, 1992) dan kebutuhan pribadi terhadap pola persahabatan (McAdams, 1982, dalam Brehms, 1991). Dalam hal ini peneliti melihat pentingnya peran sahabat dalam meringankan tekanan-tekanan yang dirasakan oleh para mahasiswa dan mahasiswi selaku kaum remaja yang mengalami berbagai perubahan fisik, emosi, dan sosial. Selain itu, peran sahabat menjadi lebih penting lagi bagi para mahasiswa dan mahasiswi perantau yang dituntut untuk menyesuaikan diri dengan efektif pada lingkungan sosial budaya yang baru dan asing. Kondisi-kondisi lingkungan fisik, biologis, psikologis, dan budaya yang asing bagi mereka akan menimbulkan kebutuhan-kebutuhan pribadi yang beragam pula, yang selanjutnya akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku mereka dalam kontak sosial, khususnya persahabatan.
Penelitian yang bersifat deskriptif ini dilakukan dengan angket dan wawancara terstruktur. Angket digunakan untuk menggali permasalahan utama yang dirasakan oleh para mahasiswa dan mahasiswi perantau di UI, sedangkan lembar wawancara digunakan untuk memperoleh gambaran tentang atribut dan proses persahabatan. Data-data yang diperoleh dianalisa secara kuantitatif dan kualitatif.
Dari hasil angket DPM diperoleh 3 permasalahan utama yang paling banyak dirasakan oleh para mahasiswa dan mahasiswi perantau ialah :(1) Penyesuaian Studi: (2) Psikologis pribadi; dan (3) Cita-cita karir masa depan. Permasalahan utama yang dirasakan oleh para subjek secara langsung atau tidak langsung memang mewarnai atribut, proses, dan kelangsungan persahabatan mereka.
Berdasarkan hasil wawancara terstruktur, diketahui bahwa yang memhedakan antara sahahat dan teman adalah tingkat keterbukaan, sahabat dipandang sebagai sumber bantuan (fungsi utama), rasa aman, perhatian, menambah wawasan pergaulan, dan tempat pencurahan perasaan. Atribut-atribut persahabatan meliputi (1) rasa suka timbal balik dan kedekatan yang timbul arena adanya keterbukaan, toleransi, perhatian, empati, kepekaan, dan kemampuan bergaul; (2) kesetaraan dan kemiripan yang dianggap penting adalah dalam hal agama, usia, pandangan/visi, hobby, sifat, tingkat sosial ekonomi, keluarga, pendidika, dan kecerdasan; (3) keterbukaan atau pengungkapan diri tampak dalam membicarakan masalah pribadi, studi, keluarg, pergaualan, keuangan, pengalaman sehari-hari, masa depan, dan juga soal-soal keagamaan; (4) kepercayaan merupakan hal yang penting ada dalam persahabatan mereka, dan bentuk-bentuk umumnya adalah menceritakan dan menjaga rahasia, kesiapan membantu, dan ketidajengganan minta bantuan; (5) loyalitas atau komitmen didefinisikan sebagai kepercayaan, keikutsertaan sahabat dalam kegiatannya, dan kerelaan membela sahabat; (6) penghormatan dan kebebasan terhadap pendapat sahabat terwujud dalam anggapan bahwa sahabat adalah penting sebagai salah satu masukan yang kemudian menjadi bahan pertimbangan dalam memutuskan sesuatu, namun tidak sampai mendominasi kehidupan atau menenggelamkan pendapat mereka sendiri; (7) saling bantu yang tampil dalam persahabatan para mahasiswa dan mahasiswi perantau meliputi bantuan dukungan semangat, saran-saran, perhatian, penghiburan, pandangan (dalam agama, dan sebagainya), tenaga , waktu, dan uang.
Sedangkan proses-proses persahahatan adalah (1) proses kognitif yang terdiri dari konsep dan harapan tentang persa- habatan, sahabat, dan diri sendiri: (2) proses afektif berupa merasa bebas mengungkapkan diri, lebih berempati, puas, percaya, berkomitmen untuk meneruskan hubungan (reaksi-reaksi emosi positif), atau acuh tak acuh (reaksi emosi negatif): (3) proses-proses tingkah laku yang mencakup meningkatnya komunikasi, keakraban, pengekspresian afeksi (tingkah laku positif), atau berkurangnya komunikasi dan pertukaran bantuan (tingkah laku negatif).
Secara umum, penelitian ini bertujuan memberikan sedikit sumbangan bagi khasanah penelitian tentang persahahatan yang belum banyak didalami. Secara khusus, penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang atribut, proses, dan kelangsungan persahabatan, serta pengaruh permasalahan utama yang dirasakan oleh subjek penelitian terhadap persahabatannya.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berarti bagi peneliti lain, menambah pengetahuan pembaca, sebagai awal upaya preventif terhadap permasalahan remaja pada umumnya, dan mahasiswa perantau khususnya, serta mendorong timbulnya ide-ide penelitian baru."
Depok: Universitas Indonesia, 1996
S2534
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Almira Intan Nurrahma
"Terrace House merupakan reality show Jepang yang menampilkan kehidupan laki-laki dan perempuan Jepang yang tinggal dalam satu rumah megah. Namun, berbeda dengan reality show lainnya, Terrace House tidak dipenuhi drama dan pesertanya tidak selalu mempunyai tujuan untuk menemukan pasangan. Para peserta perempuan juga tidak menampilkan stereotip perempuan Jepang yang lemah lembut dan pasif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana perempuan Jepang direpresentasikan dalam reality show Jepang Terrace House. Penulis menggunakan teori representasi Stuart Hall (1997) sebagai konsep dasar dan teori gender Oakley (1972) serta konsep gender stereotip Yoko Sugihara dan Emiko Katsurada (2000) dengan metode analisis deskriptif dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa representasi perempuan yang melawan stereotip gender tetapi di saat bersamaan sesuai dengan stereotip gender. Reality show ini dapat dilihat sebagai refleksi terhadap masyarakat Jepang saat ini dengan partisipasi perempuan karier yang meningkat namun kesengjangan gender yang masih sangat tinggi.
Kata kunci: feminin, gender, reality show, representasi, stereotip

Terrace House is a Japanese reality show that shows the lives of Japanese men and women living in one magnificent house. However, unlike any other reality shows, Terrace House is not full of drama and the participants do not always have the goal to find a partner. The female participants also do not present the stereotypes of meek and passive Japanese women. This study aims to see how Japanese women are represented in Japanese reality show Terrace House. The writer uses the representation theory from Stuart Hall (1997) as the basic concept and gender theory from Oakley (1972) as well as the stereotypical gender concepts from Yoko Sugihara and Emiko Katsurada (2000) with descriptive analysis methods. The results showed that women's representation opposes gender stereotypes but at the same time is in line with gender stereotypes. This reality show can be seen as a reflection of current Japanese society with increased participation of career women but still a very high gender gap.
Keywords: feminine, gender, reality show, representation, stereotypes
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Monika Dwi Koesetyowati
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana ibu tunggal Jepang ditempatkan dalam kebijakan negara khususnya menyangkut kebijakan bagi keluarga ibu tunggal yaitu Jidō Fuyō Teate (tunjangan pengasuhan anak). Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui apa saja permasalahan yang dihadapi ibu tunggal di Jepang serta bagaimana cara mereka mengatasi permasalahan tersebut.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemerintah Jepang telah berpartisipasi dalam menempatkan ibu tunggal pada kebijakan keluarga melalui dukungan materi berupa tunjangan pengasuhan anak. Di samping itu, pemerntah juga memberikan dukungan non materi dengan memberikan preferensi untuk menggunakan pusat pengasuhan anak (hoikuen) bersubsidi dan juga program ketrampilan yang mendukung ibu tunggal agar mandiri secara ekonomi. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa ibu tunggal di Jepang mengalami permasalahan ekonomi dan sosial yang berbeda-beda dengan menggunakan berbagai cara untuk mengatasi permasalahan tersebut.

ABSTRACT
This study aims to determine how Japanese single mothers placed in the state policy especially regarding policies for single mother families, named Jidō Fuyō Teate (dependent children’s allowance). In addition, this study also aims to find out what are the problems faced by single mothers in Japan and how they cope their problems.
Results of this study indicate that the Japanese government has participated in putting single mothers on family policy through material support in the form of child care allowances. In addition, government also provide non-material support by giving preference to use a subsidized hoikuen (child care center) and job skills training programs that support single mothers in order to become economically independent. This study also showed that single mothers in Japan faces different economic and social problems with different ways to overcome these problems."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Wilyan
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang perilaku konsumsi dan produksi anime otaku dalam novel ringan Saenai Heroine no Sodatekata yang berbeda dari perilaku produksi dan konsumsi sebagaimana dipahami oleh masyarakat pada umumnya. Menggunakan teori narration-driven consumption oleh Eiji Otsuka dan database-driven consumption oleh Azuma Hiroki, penulis mengkaji novel ringan ini dengan metode deskriptif analisis, membandingkan bagaimana perilaku anime otaku ditampilkan dalam novel ini dengan anime otaku dalam dunia nyata dan bagaimana perilaku mereka berbeda dari masyarakat pada umumnya.

ABSTRACT
This thesis explains about consumption and production behaviour of anime otaku in light novel series Saenai Heroine no Sodatekata. The writer analyses the consumption and production behaviour of Japanese geek and its differences from normal form of consumption and production. Utilising narration driven consumption theory by Eiji Otsuka and database driven consumption theory by Azuma Hiroki, the writer applies these theories to the light novel and compared it with real life anime otaku behaviour, furthermore shows the differences of consumption behaviour between casual people compared with anime otaku. "
2017
S68115
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andani Fauzita Vidyandari
"[ABSTRAK
Penelitian ini membahas peranan Kaitenzushi dalam bidang kuliner Jepang, dan pengaruhnya
terhadap perkembangan hidangan sushi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan
peran Kaitenzushi dalam merubah sushi dari makanan mewah yang terbatas menjadi
makanan informal dan dapat dikonsumsi oleh berbagai pihak. Metode yang dipakai adalah
metode analisa deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kaitenzushi berhasil
mempopulerkan hidangan sushi dan merupakan cerminan budaya efektivitas dan efisiensi
dari masyarakat Jepang dalam bidang kuliner.ABSTRACT This study discusses the role of Kaitenzushi in Japan?s culinary culture, and its influences on
the development of sushi. The purpose of this study is to explain the role of Kaitenzushi in
transforming sushi from a luxurious and limited dish to into an informal and accessible for
everyone. This study uses the method of descriptive analysis research. The result of this study
is that Kaitenzushi succeeded at popularizing sushi dishes and is a reflection of Japanese
efficiency and effectiveness in the culinary culture.;This study discusses the role of Kaitenzushi in Japan?s culinary culture, and its influences on
the development of sushi. The purpose of this study is to explain the role of Kaitenzushi in
transforming sushi from a luxurious and limited dish to into an informal and accessible for
everyone. This study uses the method of descriptive analysis research. The result of this study
is that Kaitenzushi succeeded at popularizing sushi dishes and is a reflection of Japanese
efficiency and effectiveness in the culinary culture., This study discusses the role of Kaitenzushi in Japan’s culinary culture, and its influences on
the development of sushi. The purpose of this study is to explain the role of Kaitenzushi in
transforming sushi from a luxurious and limited dish to into an informal and accessible for
everyone. This study uses the method of descriptive analysis research. The result of this study
is that Kaitenzushi succeeded at popularizing sushi dishes and is a reflection of Japanese
efficiency and effectiveness in the culinary culture.]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
TA-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
"Sejak peralihan minat pekerjaan dari sektor pertanian ke sektor industri pada tahun 1955, pekerjaan sebagai sarariman mulai menjadi pilihan untuk banyak masyarakat Jepang karena paradigma yang berkembang dalam masyarakat Jepang waktu itu adalah bekerja sebagai sarariman memberikan jaminan terhadap kesejahteraan di masa depan, kestabilan, dan keamanan kerja dari pemecatan. Paradigma yang berkembang tersebut adalah hasil dari penerapan sistem manajemen perusahaan Jepang. Namun seiring jatuhnya bubble economy pada awal tahun 1990-an, budaya korporasi di perusahaan Jepang mulai berubah karena adanya pergeseran dalam penerapan sistem manajemen perusahaan Jepang yang mulai mengadaptasi gaya manajemen perusahaan Barat. Ditambah dengan berubahnya kualitas hidup masyarakat Jepang, kedua hal tersebut melatarbelakangi bergesernya paradigma yang berkembang di masyarakat Jepang mengenai sarariman. Pergeseran paradigma tersebut walaupun tidak mempengaruhi minat masyarakat untuk menjadi sarariman, namun secara tidak langsung menimbulkan pengaruh dalam hal minat kerja yang semakin bervariasi, berubahnya motivasi dan etas kerja, serta mempengaruhi cara pandang kaum muda Jepang terhadap masa depan."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S13871
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salman Alfarizi
"[ ABSTRAK
Dalam tulisan ini akan membahas sifat sadisme dan masokisme dalam novel Utsukushisa to Kanashimi toyang dikarang oleh Kawabata Yasunari.Penulis akan melihat sifat masokisme dan sadisme dalam berbagai aspek. Yang menjadi Objek analisis dalam tulisan ini adalah tokoh Keiko. Penulis akan menjabarkan kecenderungan sifat sadisme dan masokisme yang terjadi dalam setiap interaksi tokoh Keiko dengan Tokoh lain.

ABSTRACT
In this paper will discuss the nature of sadism and masochism in Utsukushisa to Kanashimi to novel written by Yasunari Kawabata. I see the nature of masochism and sadism in various aspects. Which becomes object of analysis in this paper is a character Keiko. The author will describe sadism and masochism tendencies that occur in every interaction Keiko figure with other figures., In this paper will discuss the nature of sadism and masochism in Utsukushisa to Kanashimi to novel written by Yasunari Kawabata. I see the nature of masochism and sadism in various aspects. Which becomes object of analysis in this paper is a character Keiko. The author will describe sadism and masochism tendencies that occur in every interaction Keiko figure with other figures.]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Febrian
"Penelitian ini membahas mengenai identitas remaja Jepang yang dibangun melalui wacana-wacana yang bergerak saling melengkapi dan membutuhkan satu sama lain, dalam nama idola pop, musik pop Jepang atau J-pop, dan fashion remaja Jepang, serta remaja Jepang itu sendiri. Media pun diperkenalkan sebagai pihak yang berkepentingan dalam hubungan-hubungan yang terjadi di dalam wacana, mengenalkannya ke permukaan dalam wacana-wacana berada di dalam hubungan. Kekuasaan adalah alat yang digunakan untuk melakukan penelitian atas wacana-wacana yang terjadi atas nama identitas. Kekuasaan yang dimaksud bukan bentuk pengekangan ataupun kekuasaan terpusat yang dimiliki hanya oleh satu orang atau satu kelompok. Foucault, menjelaskan kekuasaan sebagai suatu model strategis canggih dalam suatu masyarakat tertentu, yang dibentuk dari kekuasaan-kekuasaan mikro yang terpisah-pisah. Remaja mencari identitas, idola pop menggunakan gaya hidupnya sebagai idealisme akan identitas, musik pop berperan sebagai perwakilan identitas idola, dan fashion sebagai gaya hidup yang dapat dicermati secara visual, adalah wacana-wacana penting yang terbentuk di dalam suatu jaringan kekuasaan. Disampaikan secara giat oleh media demi terperolehya keuntungan, yang mana keuntungan atas pencapaian identitas oleh remaja termasuk di dalamnya, suatu kesadaran atas pemerolehan gaya hidup yang diterangkan dalam wacana kekuasaan.
Dari penelitian mengenai identitas remaja Jepang, melalui pemahaman kekuasaan, diperoleh kesimpulan bahwa wacana sebagai pengetahuan, adalah hal yang dipentingkan di dalam kekuasaan. Wacana yang berusaha menjelaskan mengenai identitas yang diinginkan remaja Jepang, erat dengan kebebasan dan kebaruan, dapat dipahami secara lebih mendalam, dan dipilah-pilah melalui wacana-wacana lain yang berkepentingan dengannya. Wacana-wacana tersebut saling berhubungan satu sama lain, dan mampu berlipat ganda ke dalam wilayah penyebaran yang baru, yang secara keseluruhan berada di dalam jaring kekuasaan. Nama-nama baru atas identitas dengan demikian muncul, dan dapat dijelaskan kembali melalui kekuasaan yang tertuang dalam wacana-wacana.

The focus of this study is Japanese youth identities which derive from texts through Japanese pop idols, pop music or known as J-Pop, youth fashion, and the youth themselves. Media as well is related in the texts, the one who have interest and need in youth, produce or reproduce texts in relations with others texts. Power is used as tools to explain identity texts. Power itself is not about repressive or one controlled system. What Foucault means by power is not an exclusively negative force. Foucault define power as one concept based on knowledge make uses of knowledge, a strategical system in one society analysis. Youth seeks identities, pop idols use lifestyle as idealism of such identities, pop music role as pop idols identity, and fashion used by idols as visual lifestyle, are the important texts which related one to another in power relations. Media use these texts in purpose of finding benefits based on youth identity. Youth themselves have their own will to find their own identity through knowledge about identity, and vice versa, which these relations can be explained in power knowledge relations.
From this study, can be concluded that texts as knowledge, is one of the important things to make power works. Texts explain youth identity, filled with freedom and feel of new things, related to many other youth texts, are in position ofpower relations. These texts related to each other, can be spread or double in new field of knowledge and texts, which still inside power relations. New names of identity will come from texts, again explainable by the use of power and its realtions.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T20198
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>