Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32656 dokumen yang sesuai dengan query
cover
London; New York: Edward Arnold, 1991
302.23 MAS
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Burton, Graeme
New York: McGraw-Hill, 2010
302.23 BUR m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Graber, Doris A.
Washington: Congressional Quarterly Press, 1980
302.2 GRA m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"The media and the public explores the ways a range of media, from the press to television to the Internet, have constructed and represented the public. Provides a new synthesis of recent research exploring the relationship between media and their publics Identifies ways in which different publics are subverting the gatekeeping of mainstream media in order to find a voice and communicate with others Situates contemporary media, public discourse and relationships in an historical context in order to show the origin of contemporary public/political engagement Creates a theoretical expansion on the role of the media in accessing or denying the articulation of public voices, and the ways in which publics are harnessing new media formats to produce richer and more complex forms of political engagement."
Chichester, West Sussex, U.K.: Wiley-Blackwell, 2010
e20395080
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Curran, James
London: Routledge, 2002
302.23 CUR m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Media sosial merupakan media untuk interaksi sosial, sebagai suatu rangkaian terus menerus tanpa henti di balik komunikasi sosial. Dipermudah dengan adanya teknik komunikasi yang dapat di akses dan di ukur di setiap tempat, media sosial mengubah cara berkomunikasi dan partisipasi politik secara subtansial. Pada saat yang sama, Jan H. Keitxmann, Kristopher Hermkens, Ian P. McCarthy, dan Bruno S. Silvestre menyusun kerangka media sosial yang mendefinisikan layanan media sosial dalam tujuh bagian: (1) identitas, (2) percakapan, (3) berbagi, (4) kehadiran, (5) hubungan, (6) reputasi, dan (7) kelompok). Kemudian, dalam terminologi partisipasi politik antara aktivis muda, media baru termasuk media sosial memberikan anggaran yang murah untuk (1) menginformasi, mensosialisasikan, atau berkampanye; (2) berkoordinasi antara partisipan; (3) merekrut dan memobilisasi partisipan, dan (4) membangun komunitas online dan keanggotaan partisipan politik secara virtual. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif khususnya dengan wawancara mendalam dengan aktivis mahasiswa intra dan ekstra kampus di Universitas Indonesia, studi ini memfokuskan pada temuan dan konfirmasi dari kerangka kerja media sosial dan segala aktivitas yang merupakan bagian dari partisipasi politik beranggaran rendah. Hasil studi ini kemudian dianalisis dan didiskusikan.

Social media are media for social interaction, as a superset beyond social communication. Enabled by ubiquitously accessible and scalable communication techniques, social media substantially change the way of communication and political participation. At the same time, Jan H. Kietzmann, Kristopher Hermkens, Ian P. McCarthy, and Bruno S. Silvestre develop the honeycomb framework of social media which defines the social media service into seven building blocks : (1) identity, (2) conversation, (3) sharing, (4) presence, (5) relationship, (6) reputation, and (7) group. In addition, in terms of political participation among youth activists, new media including social media give low budget for (1) informing, socializing, or campaigning; (2) coordinating among participants; (3) recruiting and mobilizing participants, and (4) developing online community and membership of political participant virtually. By using qualitative approach especially indepth interview with intra and extra campus activists in Universitas Indonesia, this study focuses to find and confirm the honeycomb framework of social media and any kinds of activities as a part of low budget political participation. The result of this study will be analyzed and discussed."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
MK-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Media berevolusi dengan perubahan teknologi komunikasi melalui mediamorphosis ke media baru. Hal yang sama terjadi dengan demokrasi yang berkembang dengan perkembangan kebebasan berekspresi dalam komunikasi dikenal sebagai "manusia tidak bisa tidak berkomunikasi". Dengan demikian, baik media dan demokrasi memanfaatkan dan melengkapi satu sama lain membuat mereka selalu bergantung satu sama lain. Setidaknya ada dua pandangan dari utopia dan distopia. Di satu sisi utopia mengatakan bahwa salah satu tujuan saat ini dirasakan adalah meningkatnya peran media baru sebagai biaya rendah partisipasi politik. Namun, pandangan dystopian mengatakan bahwa kita perlu menyadari kedua media dan demokrasi juga mengalami proses marketisasi dan mereka kadang-kadang tidak bisa deterministik antara satu sama lain dan mengungkapkan konspirasi politik. Oleh karena itu, ketika keinginan untuk membuat media baru sebagai suatu proses demokrasi untuk kesejahteraan masyarakat harus dibahas lebih lanjut.

Media evolve with changes of communication technology through mediamorphosis into new media. The same thing happened to democracy which evolve with the development of freedom of expression in communication known as "human can not not communicate". Thus, both the media and democracy utilize and complement each other making they always depend from one another. There are at least two views of the utopia and dystopia. On one side of utopia said that one of the perceived current interest is the growing role of new media as a low cost of political participation. However, dystopian view said that we need to realize both the media and democracy also undergone a process of marketization and they sometimes could not be deterministic between each other and reveal a political conspiracy. Therefore, when the desire to create a new media as a democratic process to the welfare of society should be discussed further."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
America: McGraw-Hill/Dushkin, 2001
302.23 TAK
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyanti Syas
"Penelitian ini mencoba melihat konsistensi peranan media massa dalam mengkritisi kinerja pemerintahan yang berkuasa. Seperti diketahui, setelah jatuhnya rezim Orde Baru (Orba) kehidupan media massa mengalami perubahan drastis terutama dari segi isi teks yang disajikannya. Apa yang tabu dibicarakan pada masa Orba menjadi hal yang lumrah diperbincangkan. Penggunaan Bahasa dengan eufemismenya dimasa Orba, kini disajikan dengan hujatan oleh sebagian besar media massa. Kekritisan dan ketajaman analisis yang disampaikan media jauh dari apa yang pernah dilakukan pada masa Orba.
Melalui analisis framing yang digunakan dalam penelitian ini, akan dilihat bagaimana dinamika atau konsistensi media massa dalam mengkritisi kinerja pemerintahan setelah lengsernya Soeharto, Sejauh mana ideologi politik media mempengaruhi dinamika framing yang dikemas dalam berita-berita yang disajikannya dari sudut pandang ekonomi politik media.
Aspek yang dikaji dalam penelitian ini adalah pemberitaan tentang kinerja pemerintahan Presiden BJ Habibie dan Abdurrahman Wahid dengan perspektif ekonomi politik. Pemberitaan yang diangkat adalah mengenai kebijakan pemerintah BJ Habibie mengenai penyelesaian masalah Timtim dan kebijakan pemerintahan Abdurrahman Wahid yang akan membuka hubungan dagang dengan Israel.
Secara metodologis, penelitian ini menggunakan pendekatan kritis dengan menerapkan analisis framing dan analisis intertekstual. Analisis framing dilakukan terhadap isi teks, dan analisis intertekstual dilakukan terhadap produksi dan konsumsi teks serta analisa terhadap praktek sosial budaya khususnya mengenai perkembangan kehidupan pers di Indonesia. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang lebih komprehensif mengenai proses produksi isi media.
Hasil penelitian menunjukkan adanya tiga bingkai yang digunakan Republika dalam menilai kebijakan Presiden Habibie dalam mengatasi masalah Timtim, yaitu Human Right, Universalitas dan Nasional Interest. Sedangkan dalam pemberitaan tentang kebijakan Presiden Abdurrahman Wahid, Harian Republika membingkai kasus tersebut dengan : Konstitusi dan HAM, Disintegrasi dan economic Interest. Lebih lanjut di temukan bahwa, pemberitaan tentang kebijakan Presiden Habibie dikemas Harian Republika dengan memberikan positive representation dan memberikan negative representation terhadap kebijakan Presiden Abdurrahman Wahid.
Positif representation terhadap kebijakan Habibie dikemas Republika dengan menggunakan catchphrase; pilihan terbaik, prestasi terbaik Habibie. dan tindakan Habibie sebagai penghormatan terhadap hak rakyat Timtim. Sedangkan depiction yang digunakan adalah; keberanian Habibie, sikap kenegarawanan, dan dosa sejarah portugal. Negative Representation yang diberikan pada kebijakan Presiden Abdurrahman Wahid dikemas Republika dengan menggunakan retorika yang mendelegitimasi kebijakan Presiden Abdurrahman Wahid. Kebijakan ini dinilai melalui metaphora yang digunakannya seperti; basa-basi diplomatik, tindakan yang gegabah, sikap arogan pemerintah serta menyakiti hati umat. Sedangkan depiction yang digunakan antara lain; tindakan brutal, pelecehan konstitusi, hubungan RI Israel adalah hubungan yang mubazir.
Lebih ekstrim lagi, jika kebijakan ini dijalankan, maka Republika memberikan consequences berupa; munculnya parlemen jalanan, tumbuhnya polarisasi dalam masyarakat, serta terganggunya hubungan dengan negara Arab lainnya. Sedangkan secara ekonomis efek yang ditimbulkan jika hubungan ini terealisasi adalah; timbulnya kerugian yang sangat besar di pihak Indonesia dan perbankan Yahudi akan memakan sebagian BUMN Indonesia.
Berdasarkan analisis framing yang dilakukan terhadap teks bahwa pada masa pemerintahan Presiden BI Habibie, Republika cenderung memberi bingkai positif terhadap kebijakannya. Sedangkan pada masa Pemerintahan Abdurrahman Wahid, Republika memberikan bingkai negatif dan cenderung mendelegitimasi kebijakan pemerintah, terutama mengenai akan dibukanya hubungan RI - Israel.
Hal ini, secara politis bisa dijalankan, bahwa antara Republika dengan BJ Habibie sebagai presiden pada waktu itu memang ada unsur kedekatan, dimana BJ Habibie adalah Ketua Umum Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI), organisasi yang melatarbelakangi lahirnya Republika. Jadi bisa dipahami apabila pembingkaian berita tentang kasus Timtim yang dibuat Republika adalah positif.
Pada masa Pemerintahan Abdurrahman Wahid, Republika lebih bersikap kritis. Dalam kebijakan mengenai hubungan RI-Israel, Republika sangat gencar memberitakan permasalahan ini dengan mengambil bingkai mendelegitimasi kebijakan presiden. Secara politis dapat dipahami, bagaimana hubungan antara Presiden dengan Harian Republika yang kurang harmonis. Sedangkan dari segi ideologis, apa yang menjadi kebijakan Abdurrahman Wahid memang bertentangan dengan garis ideologi Republika sebagai koran yang berideologi Islam Modernis. Dalam hal ini Republika mendukung suara mayoritas masyarakat muslim yang tidak menginginkan adanya hubungan RI-Israel dalam bentuk apapun. Ini dikarenakan, Israel adalah negara yang telah sering melakukan penghinaan dan penindasan terhadap bangsa Palestina dan ingin menjadikan wilavah suci umat muslim ini sebagai wilayah kekuasaannya.
Secara ekonomis, pembingkaian Republika di kedua kasus ini diharapkan dapat meningkatkan citra positif Indonesia di mata dunia internasional. Sehingga kepercayaan mereka terhadap Indonesia kembali pulih dan secara tidak langsung akan memulihkan perekonomian Indonesia yang selanjutnya berdampak pada perkembangan industri media massa."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T7021
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadyan Zaki Nugraha
"BAGIAN 1
Analisis Situasi: Remaja merupakan golongan penerus bangsa. Di masa-masa akhir menuju kedewasaan, mereka akan melakukan proses penetapan identitas diri, seperti ketertarikan terhadap intelektualitas. Media sebagai wadah pendidikan politik dinilai kurang dalam memberikan porsi pendidikan politik kepada remaja, yang merupakan generasi penerus bangsa.
BAGIAN 2
Manfaat dan Tujuan: Manfaat dari pembuatan Majalah KACAMATA yakni menjadi wadah bagi para remaja yang ingin saling berbagi ilmu mengenai politik. Majalah ini diharapkan dapat menciptakan remaja yang sadar dan kritis terhadap politik di tanah air, baik itu yang berkaitan dengan politik dalam negeri maupun luar negeri. Dengan adanya remaja yang tidak apatis dan mau berpartisipasi dan memperjuangkannya secara aktif dalam dunia politik di negara ini, menunjukkan bahwa ke depan, negara ini akan sangat maju dalam segala bidang.
BAGIAN 3
Prototipe yang Dikembangkan: Majalah KACAMATA merupakan majalah online yang mengadopsi konsep multimedia, sehingga tidak hanya teks saja, namun dalam majalah ini juga akan dihadirkan konsep video animasi, serta infografis. Sasaran majalah ini adalah remaja Indonesia berusia 17-22 tahun dengan Status Sosial Ekonomi A dan B. Majalah KACAMATA tersedia di situs www.kacamatamagazine.co.id
BAGIAN 4
Evaluasi: Pretest dan Evaluasi akan dilakukan menggunakan google docs yang akan disebarkan melalui email dan beberapa situs media sosial. Pretest dilakukan sebulan sebelum rilis, dan evaluasi dilakukan setahun sesudah rilis. 3 tahap evaluasi yakni input, output, dan outcome dilakukan untuk mengukur brand awareness, kualitas produk, dan kualitas kemasan majalah.
BAGIAN 5
Anggaran:
Investasi Awal : Rp 212.290.000
Total Pengeluaran Bulanan : Rp 76.050.000
Total Pengeluaran Setahun : Rp 912.250.000
Target Penerimaan Tahun Pertama : Rp 928.800.000
Target Penerimaan Tahun Kedua : Rp 962.800.000
BEP (Break Even Point) dicapai pada tahun ketiga

EXECUTIVE SUMMARY
CHAPTER 1
Situation Analysis: Teenagers are the future generation of this country. In the last years of reaching adulthood, they're having a finding identity process such the interest of intellect. media as a tool for political education is considered less in providing political education to the youth, as future generation, portion.
CHAPTER 2
Benefits and Goals: The benefits of making of KACAMATA magazine is a forum for young people who want to share knowledge about politics. The magazine is expected to create an aware and critical teens of the politics in this country, domestic and foreign politics. With the teenagers who are not apathetic and willing to participate and actively fight in politics of this country, shows that in the future, this country will be very advanced in all fields.
CHAPTER 3
Developed Prototype
KACAMATA Magazine is an online magazine that adopts a
multimedia concept, not just a text, but there will be also an
animation video and infographic. The target of this
magazine is Indonesian Teenagers age 17 to 22 with SEC is
A&B. KACAMATA magazine is available on site
www.kacamatamagazine.co.id
CHAPTER 4
Evaluation: Pre Test and Evaluation will be carried out using google docs which will be distributed via email and some social mediasites. Pre Test will be done a month before the release, while the evaluation conducted a year after the release. 3 stages of the evaluation, which is inputs, outputs, and outcomes was conducted to measure brand awareness, product quality, packaging and the quality of the magazine.
CHAPTER 5
Budget:
Initial Investment : Rp 212.290.000
Monthly Expenditures Total : Rp 76.050.000
Yearly Expenditures Total : Rp 912.250.000
First Year Revenue Target : Rp 928.800.000
Second Year Revenue Target : Rp 962.800.000
BEP is assume should be obtained in the third year
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>