Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5517 dokumen yang sesuai dengan query
cover
New York: John Wiley & Sons, 1994
R 616.852 2 Anx
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
New York: John Wiley & Sons, 1994
616.85 ANX
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
New York: John Wiley & Sons, 1994
R 616.852 2 ANX
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Joke Widya
1975
S2177
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fikry Firdaus
"[Latar Belakang: Kecemasan praoperatif mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pembiusan dan pembedahan. Saat ini belum ada instrumen spesifik untuk mengukur kecemasan praoperasi pada populasi Indonesia. Instrumen APAIS merupakan instrumen yang telah digunakan luas di dunia untuk mengukur kecemasan praoperatif. Penerjemahan, validasi dan reliabilitas instrumen APAIS pada populasi Indonesia merupakan tujuan penelitian ini.
Metode: Penerjemahan APAIS dilakukan dengan penerjemahan maju dan mundur. Sebanyak 102 pasien yang akan menjalani operasi elektif mengisi instrumen APAIS versi Indonesia satu hari sebelumnya. Validitas konstruksi dinilai dengan metode analisis faktor. Reliabilitas dinilai dengan konsistensi internal Cronbach’s Alpha.
Hasil: Sebanyak 102 pasien (42 laki-laki dan 60 perempuan) menjadi subjek penelitian penelitian ini. Analisis faktor dengan rotasi oblique menghasilkan dua skala yaitu skala kecemasan dan kebutuhan informasi. Hasil reliabilitas Cronbach’s Alpha skala kecemasan dan kebutuhan informasi APAIS versi Indonesia cukup tinggi yaitu 0,825 dan 0,863. Pasien dengan kebutuhan informasi tinggi menunjukkan kecemasan praoperatif yang lebih tinggi. Skala APAIS tidak berhubungan dengan jenis kelamin, riwayat operasi, jenis operasi atau jenis anestesi.
Simpulan: APAIS versi Indonesia sahih (valid) dan handal (reliable) untuk mengukur kecemasan praoperatif pada populasi Indonesia. Penelitian selanjutnya diperlukan untuk menentukan sensitivitas dan spesifisitas cut off point kecemasan pada populasi Indonesia.;Background: Preoperative anxiety has a significant effect on anesthesia and surgery. Currently there is no specific instrument for measuring preoperative anxiety in Indonesian population. APAIS have been used worldwidely to measure preoperative anxiety. Translation, validation and reliability of instrument APAIS in Indonesian population is the purpose of this study.
Methods: The translation was done in forward and backward translation. Total sample 102 patient undergoing elective surgery answered the Indonesian APAIS one day before operation. Construct validity was determined by factor analysis with oblique rotation. The internal consistency was evaluated by Cronbach’s alpha.
Results: A total 102 patient (42 men and 60 women) enrolled in this study. The two scales anxiety and need for information could be replicated by factor analysis. High reliability Cronbach’s alpha anxiety and need for information scale Indonesian APAIS respectively 0,825 and 0,863. Patient with high information needs showed higher preoperative anxiety. The APAIS scale are independent of sex, previous surgery, type of operation or type of anesthesia.
Conclusion: Indonesian APAIS proved to be reliable and valid instrument to measure preoperative anxiety in Indonesian population. Further research is needed to determine the sensitivity and specificity of Indonesian APAIS to get cut off point anxiety of Indonesian population., Background: Preoperative anxiety has a significant effect on anesthesia and surgery. Currently there is no specific instrument for measuring preoperative anxiety in Indonesian population. APAIS have been used worldwidely to measure preoperative anxiety. Translation, validation and reliability of instrument APAIS in Indonesian population is the purpose of this study.
Methods: The translation was done in forward and backward translation. Total sample 102 patient undergoing elective surgery answered the Indonesian APAIS one day before operation. Construct validity was determined by factor analysis with oblique rotation. The internal consistency was evaluated by Cronbach’s alpha.
Results: A total 102 patient (42 men and 60 women) enrolled in this study. The two scales anxiety and need for information could be replicated by factor analysis. High reliability Cronbach’s alpha anxiety and need for information scale Indonesian APAIS respectively 0,825 and 0,863. Patient with high information needs showed higher preoperative anxiety. The APAIS scale are independent of sex, previous surgery, type of operation or type of anesthesia.
Conclusion: Indonesian APAIS proved to be reliable and valid instrument to measure preoperative anxiety in Indonesian population. Further research is needed to determine the sensitivity and specificity of Indonesian APAIS to get cut off point anxiety of Indonesian population.]"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
16-24-39323511
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pramita Nastiti
"Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kecemasan pasien di ruang rawat ICU, di antaranya pengalaman dirawat di ICU itu sendiri serta lingkungan ICU yang banyak menimbulkan suara dari mesin dan monitor. Selain itu, pasien tidak mampu berkomunikasi secara lisan karena pemasangan endotracheal tube. Ketidakmampuan berkomunikasi ini membuat pasien merasa tidak berdaya, takut, kesepian, dan cemas. Untuk mengurangi dan mencegah kecemasan ini berkembang lebih lanjut adalah dengan menerapkan komunikasi terapeutik pada pasien. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional yang menggunakan purposive sampling dengan 69 responden. Sumber data merupakan data primer yang dikumpulkan peneliti menggunakan kuesioner. Data menggunakan analisa univariat dan bivariat dengan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukan gambaran komunikasi terapeutik mayoritas baik (60.9%). Gambaran tingkat kecemasan mayoritras ringan (56.5%). Hasil uji statistic Chi Square di peroleh nilai ? 0,000 (<0,05) artinya ada hubungan antara komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan pada masa penyepihan ventilator. Komunikasi terapeutik yang diterapkan oleh perawat efektif menurunkan kecemasan pasien dalam masa penyapihan ventilator. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pasien selama perawatan di ruang ICU.

Many factors can affect the patient's anxiety level in intensive unit, including the experience of being treated in the ICU itself and the ICU environment which generates a lot of noise from machines and monitors. In addition, the patient was unable to communicate verbally because of the endotracheal tube placement. This inability to communicate makes patients feel helpless, afraid, lonely, and anxious. To reduce and prevent this anxiety from developing further is to apply therapeutic communication to patients. The research to be conducted is a quantitative study with a cross-sectional design using purposive sampling with a total sample of 69 respondents. The data source is primary data collected by researchers using a questionnaire. Data analysis used univariate and bivariate analysis with chi-square. The results showed that the majority of the therapeutic communication images were good (60.9%). The description of the level of anxiety of the majority is mild (56.5%). The results of the Chi Square statistical test obtained ? 0.000 (<0.05) meaning that there is a relationship between therapeutic communication and anxiety levels during ventilator withdrawal. Therapeutic communication implemented by nurses is effective in reducing patient anxiety during ventilator withdrawal. Further research is needed to look at the factors that influence the patient's anxiety level during treatment in the ICU.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Nur Hidayah
"Kecemasan pada remaja dapat membawa remaja pada perilaku menyimpang dan gangguan kesehatan. Aktivitas fisik dapat mengalihkan kecemasan dengan menjadikan suasana hati menjadi lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya hubungan antara aktivitas fisik remaja dan tingkat kecemasan yang mereka alami. Pengukuran aktivitas fisik dilakukan menggunakan instrumen International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) dan Hamilton Anxiety Rating Scale for Anxiety (HARS).
Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif dengan tipe deskriptif korelatif dan pendekatan cross sectional terhadap100 remaja SMA kelas X dan XI yang dipilih dengan quota sampling. Data dianalisis dengan uji chi square.
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dan tingkat kecemasan (p=0,222;α=0,1). Kecemasan sedang berat lebih banyak dialami oleh remaja perempuan (p=0,417; CI: 95%). Peran bimbingan dan konseling di sekolah perlu ditingkatkan untuk membangun koping remaja dalam menurunkan kecemasan.

Anxiety among adolescent could lead to negative behavior and caused many health problems. Physical activity could distract the anxiety by enhancing the mood. The purpose of the study was to identify the correlation between physical activity and anxiety level of adolescent.
This study used cross sectional design and descriptive method with data accumulated by questionnaire given to 100 high school students grade X and XI were selected by quota sampling and analyzed by chi square test. International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) was used to measure activity level and Hamilton Anxiety Rating Scale for Anxiety (HARS) was used to measure anxiety level.
Based on correlation analysis, there were not significant correlation among anxiety level with physical activity (p= 0, 222, α= 0,1). Moderate to severe level of anxiety were more prevalent in girl adolescent (p=0,417; CI: 95%). Guidance and counseling in schools need to be improved to build positive coping to reduce anxiety.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S47455
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Dwi Heryani
"Latar Belakang: Gangguan ansietas di tempat kerja merupakan masalah yang serius. Secara global, sebanyak 14,9% atau 264 juta orang menderita gangguan ansietas. Mental health foundation di UK melaporkan adanya kejadian ansietas di tempat kerja sebanyak 12,8%. Ansietas di tempat kerja akan berdampak pada penurunan kemampuan kerja dan memperbanyak cuti sehingga diperlukan untuk mengetahui faktor penyebab ansietas di tempat kerja. Salah satu tantangan manajemen sumber daya manusia di abad ke-21 adalah masalah keseimbangan kehidupan kerja dan pekerjaan sedentari. Beberapa penelitian di dunia menunjukan bahwa pekerjaan sedentari dan keseimbangan kehidupan kerja berpengaruh pada kejadian ansietas di tempat kerja Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitis observasional dengan potong lintang untuk mengetahui hubungan antara pekerjaan sedentari dan keseimbangan kehidupan kerja terhadap ansietas di tempat kerja dengan menggunakan 6 Item Parker dari Job Stress Scale, International Physical Activity Questionnaire Short Form (IPAQ-SF) untuk menilai pekerjaan sedentari, dan kuesioner keseimbangan kerja adaptasi dari Fisher dkk (2009) yang telah tervalidasi. Besar sampel minimal pada penelitian ini dihitung menggunakan rumus perbandingan dua proporsi yaitu sebesar 109 sampel.  Hasil: Sebanyak 117 pekerja masuk ke dalam kriteria inklusi dan diikutsertakan dalam peneltian. Hasil memperlihatkan sebanyak 23 responden (19,7%) mengalami ansietas di tempat kerja kategori tinggi. Nilai rata-rata skala ansietas di tempat kerja yaitu 16,07 dengan nilai standar deviasi sebesar 4,647, sedangkan nilai rata-rata skala keseimbangan kehidupan kerja yaitu 46,83 dengan standar deviasi 8,815. Pekerja yang memiliki keseimbangan kehidupan kerja dimensi WIPL yang tinggi, yaitu pekerja yang merasa pekerjaan mengganggu kehidupan pribadinya memiliki risiko 3,16 kali lebih tinggi untuk mengalami ansietas di tempat kerja  (IK 1,19-8,38) dan dimensi PLIW yang tinggi, yaitu pekerja yang merasa kehidupan pribadi mengganggu pekerjaannya memiliki risiko 4,86 kali lebih tinggi untuk mengalami ansietas di tempat kerja (IK 1,84-12,85). Tidak terdapat hubungan signifikan antara pekerjaan sedentari dan ansietas di tempat kerja. Kesimpulan: Terdapat hubungan dimensi WIPL dan PLIW terhadap ansietas di tempat kerja. Hal ini dikarenakan adanya peran ganda dalam pekerjaan dan kehidupan pribadi sehingga menyebabkan terjadinya ansietas di tempat kerja. 

Background: Anxiety disorders have a prevalence rate of 14.9% among the worldwide population, whereas the Indonesian population has a prevalence rate of 6.1%. The mental health foundation in the UK reports that the incidence of anxiety in the workplace is 12.8%. An inadequate equilibrium between work and personal life has the potential to give rise to mental health conditions, such as workplace anxiety. The presence of workplace anxiety has been shown to have detrimental effects on productivity, as well as an increase in sick leave and financial costs for the company in question. The primary objective of this research is to examine the correlation between work-life balance and workplace anxiety within the context of Indonesia. Methods: This study is an observational analytical study with a cross-sectional design to determine the relationship between sedentary work and work-life balance on work anixety using the 6 items Parker from Job Stress Scale, International Physical Activity Questionnaire Short Form (IPAQ-SF) questionnaire to assess sedentary work, and the adaptive work balance questionnaire from Fisher et al. (2009) which has been validated. The sample size in this study was calculated using the ratio of two proportions, namely 109 samples. Results: A total of 117 workers met the inclusion criteria and were included in the study. The results showed that 23 respondents (19,7%) experienced severe anxiety at work. The average value of the work  anxiety scale is 16.07 with a standard deviation value of 4.647, while the average value of the work-life balance scale is 46.83 with a standard deviation of 8.815. Workers who have a high work-life balance on the WIPL dimension who feel that work interferes with their personal life, have a 3.16 times higher risk of experiencing work anxiety (CI 1.19-8.38) and a high PLIW dimension, who feel that their personal life interferes with their work have a 4.86 times higher risk of experiencing work anxiety (CI 1.84-12.85). There is no significant relationship between sedentary work and work anxiety. Conclusion: There is a relationship between WIPL and PLIW dimensions on anxiety at work. This is due to the dual roles in work and personal life, causing work anxiety."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Butet Agustarika
"ABSTRAK
Prevalensi gangguan mental emosional di Propinsi Papua Barat sebesar 13,2%, diantaranya adalah ansietas. Asuhan keperawatan jiwa bagi klien gangguan fisik yang mengalami ansietas belum berjalan optimal, 75% klien dengan gangguan fisik yang dirawat di RSUD Kabupaten Sorong mengalami ansietas. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh terapi thought stopping terhadap ansietas klien dengan gangguan fisik di RSUD Kabupaten Sorong. Desain yang digunakan ”Quasi experimental pre-post test with control group”. Penetapan sampel dengan random permutasi sebanyak 86 klien. Ansietas klien diukur menggunakan kuesioner dan lembar observasi, dianalisis menggunakan distribusi frekuensi, independent-t test, paired-t test dan regresi linier ganda. Terapi Thought Stopping dilakukan dengan melatih klien memutuskan pikiran yang mengganggu dengan mengatakan “stop”yang dilakukan dalam tiga sesi selama 3-5 hari untuk setiap klien. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan ansietas secara bermakna pada klien yang mendapatkan terapi Thought Stopping (p-value<0,05) yang meliputi respon fisiologis, kognitif, perilaku dan emosi. Pada perempuan penurunan ansietas lebih tinggi secara bermakna dibandingkan pada pria. Klien yang mendapatkan terapi Thought Stopping mengalami penurunan ansietas lebih tinggi secara bermakna dibandingkan klien yang tidak mendapatkan terapi. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Dombeck yang menyatakan bahwa tindakan konfrontasi terhadap pikiran yang mengganggu dalam terapi Thought Stopping sangat membantu secara nyata menurunkan ansiatas. Terapi Thought Stopping dapat dilakukan di rumah sakit umum untuk mengurangi ansietas klien. Untuk itu perlu dikembangkan CLPN (Consultant Psychiatric Liaison Nursing) di rumah sakit umum agar terapi Thought Stopping dapat dijalankan untuk mengatasi ansietas klien dengan gangguan fisik.

ABSTRACT
Prevalence of psychiatric mood disorders in West Papua 13,2%, that several of them had anxiety. Psychiatric nursing care to the client with the psysical and psycosocial illness was not implemented optionally. 75% client with physical illness in Sorong general hospital had anxiety. The research aim was gathering data of the effect of thought stopping theraphy to the client anxiety who suffer physical illness in Sorong general hospital. The design was “Quasi experimental pre-post-test with control group”. The sample determine by permutation random, they were 86 clients. The anxiety was measure by questioner and observation sheet and analized by frequency distribution, independent t test, paired t test and multiple regression linear. In thought stopping theraphy, the anxiety client interrupted their negative or stressor thought and say “stop”. They followed this teraphy in three session. The result showed that the client anxiety reduced significantly (p value < 0,05) that include physical, cognitive, behavior and emotion response. The female client have anxiety decrease higher than the male client. Intervention group was more reduced than control group significantly. That similar with Dombeck research that confrontation act to stress mind in thought stopping theraphy can help for reduced anxiety. Thought stopping theraphy can implemented in general hospital to reduced anxiety. Recommended for increased psychiatric nursing care for suffer psysical client that anxiety with build CLPN (Consultan Liaison Psychiatric Nursing) in general hospital. "
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rensita Noorma Utami
"Kecemasan merupakan reaksi emosional bersifat subjektif yang tidak menyenangkan yang dapat berakibat pada penurunan kemampuan dan konsentrasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecemasan saat melakukan tindakan invasif pada mahasiswa reguler FIK UI angkatan 2010. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif sederhana dengan menggunakan metode cross sectional yang melibatkan 106 mahasiswa yang diambil menggunakan teknik total sampling.
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden yakni sebesar 75,5% mengalami kecemasan sedang dan 24,5% mengalami kecemasan ringan. Tingginya proporsi kecemasan sedang tersebut dapat disebabkan kurangnya pengalaman mahasiswa keperawatan dalam melakukan tindakan invasif karena mahasiswa baru pertama kali menjalani praktik keperawatan di lahan praktik.

Anxiety is an unpleasant subjective emotional response which may result in decreased ability and concentration. This research purposed to determine the level of anxiety when performing invasive procedure on the regular student of the Faculty of Nursing Universitas Indonesia class of 2010. This research was simple descriptive study with cross sectional method involved 106 students were taken using total sampling technique.
This research showed that majority of respondents which is equal to 75,5% had moderate anxiety and 24,5% had mild anxiety. The high proportion of moderate anxiety can be caused by a lack of experience in perform invasive procedure on the nursing student because they were first underwent clinical nursing practice.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46487
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>